com
USUL
Oleh:
70200117114
MAKASSAR
2021
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertanian telah menjadi salah satu profesi informal yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat Indonesia. Banyak industri pertanian yang tidak memperhatikan manajemen
industri. Setiap pekerjaan memiliki risiko dan bahaya (Hazard) baik di sektor formal
dan keselamatan, seperti cedera, kecelakaan, cacat, bahkan kematian. Hal ini
tercatat di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 123.041 dan 173.105 pada tahun
2018 (Hedaputri dkk., 2021). Berdasarkan data dari Kementerian Tenaga Kerja
2020, dengan jumlah korban sebanyak 6, terkena ada 4 kasus, jatuh karena
ada 1 kasing tinggi, tersentuh listrik ada 1 kasing. Selain kecelakaan kerja, potensi
Data dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), ada 1-5 juta kasus setiap
berkembang seperti Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin sekitar 80%.
Negara berkembang ini hanya menggunakan 25% pestisida dunia, dalam hal kematian
pestisida, negara-negara di kawasan ini mengalami 99%. Menurut WHO, hal ini disebabkan
petani, sehingga cara pemakaiannya sangat tidak aman dan sering berlebihan
seperti hama
257 rumah sakit dari 2.813 rumah sakit di Indonesia sebanyak 6,25
data kasus keracunan Berdasarkan data laporan kasus keracunan, terdapat tahun 2019 kasus
keracunan lebih sering terjadi pada pria (3.516 kasus) dibandingkan dengan
perempuan (2.689 kasus). Berdasarkan provinsi kejadian terdapat 5 provinsi
tertinggi yaitu Jawa Barat 2377 kasus, Jawa Timur 1312 kasus, DKI Jakarta 943 kasus,
Sulawesi Selatan terdapat 3 kasus keracunan selama tahun 2019. Berdasarkan penyebabnya
keracunan 334 kasus keracunan yang disebabkan oleh pestisida (BPOM, 2019).
insektisida dapat membunuh serangga dan hama tanaman pembawa penyakit, tetapi
tidak beracun bagi manusia dan organisme non-tarhet lainnya. Pestisida adalah zat
beracun yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat sangat berbahaya bagi petani yang
Ada banyak cara manusia terpapar pestisida, antara lain melalui minum,
makanan atau pekerjaan dan melalui kulit, saluran pernafasan atau rongga mulut
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI NO PER. 08/MEN/VII/2010 tentang APD, APD adalah alat
yang dapat melindungi manusia, dan fungsinya untuk mengisolasi sebagian atau sebagian
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Contoh APD antara lain: pelindung
kepala (topi), pelindung mata (Googles), pelindung pernapasan (masker wajah), pelindung
tubuh (baju/celemek kerja), pelindung tangan (sarung tangan), dan pelindung kaki (sepatu
paparan pestisida, jenis kelamin, jam kerja dan status gizi terhadap kejadian
anemia pada petani berkebun. Secara umum paparan pestisida dan status gizi memiliki
kontribusi dan pengaruh yang sangat penting terhadap anemia petani berkebun (Fitria
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko paparan pestisida pada petani
Perkebunan wawo berada pada kategori baik, sebagian besar sikap responden sebanyak 27
perkebunan wawo berada pada kategori baik (Frirty D Rumandor et al., 2017).
faktor yang berhubungan dengan gejala keracunan oleh petani penyemprot pestisida
dengan gejala keracunan adalah umur, masa kerja, jenis alat penyemprot, dan
Iklim tropis Indonesia menjadikan Indonesia memiliki tanah yang subur yang
dan produktivitas hasil pertanian, penggunaan pestisida seringkali tidak dihindari untuk
Runtunuwu, 2015).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi wilayah yang didominasi oleh sektor pertanian. Pola tanam musiman
dan bervariasi, berdasarkan kondisi curah hujan dan tipologi lahan, jenis tanah,
ketinggian tempat dan iklim. Kondisi ini menjadi potensi untuk menghasilkan
Sayuran. Setiap hari, puluhan ton sayuran dipanen untuk kemudian diolah
tanam, di desa ini tidak ada musim tanam, sehingga hasil pertanian tetap ada
berkelanjutan. Berbagai jenis sayuran yang dihasilkan oleh Desa Kanreapia seperti
Kubis, Kentang, Sawi, Wortel, Labu siam, Daun Bawang dan Daun Seledri.
Kabupaten Gowa”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apa saja
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui determinan keracunan pada petani sayuran
kabupaten gowa
yang dilihat dari lamanya bekerja di Desa Kanreapia, Kec. Distrik Kuncio Pao
Gowa
yang ditinjau dari masa kerja di Desa Kanreapia, Kec. Distrik Kuncio Pao
Gowa
kabupaten gowa
ditinjau dari cara penyemprotan yang baik di Desa Kanreapia, Tombolo. Kabupaten Gowa
Kabupaten Pao
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
2. Institusi
Sebagai informasi pelengkap mengenai determinan keracunan pada
Petani sayuran pengguna pestisida di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten
Gowa
E. Definisi operasional
1. Pestisida
atau organisme pengganggu, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, atau
mikroba yang dianggap pengganggu, Pestisida juga tidak selalu beracun (Heckman
et al., 2018).
Kriteria Objektif
A. Mengalami gejala: Jika responden memiliki dua atau lebih keluhan akibat
keracunan pestisida.
2. Lama Kerja
Lama kerja adalah waktu yang digunakan responden dalam melaksanakan pekerjaan
Kriteria Objektif
A. Normal : Jika responden bekerja 8 jam/hari
3. Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu responden sejak pertama kali bekerja sampai saat
Kriteria Objektif
4. Cara Penyemprotan
baik bagi petani penyemprotan ke arah angin (Okvitasari & Anwar, 2017).
Kriteria objektif
A. Memenuhi syarat: jika cara penyemprotan pestisida searah dengan arah angin.
5. Kebersihan Pribadi
Kebersihan pribadi adalah tindakan petani untuk membersihkan diri dari residu
bahan kimia yang telah bersentuhan dengan tubuh untuk jangka waktu yang tidak lama sebelumnya
pakaian, dan mandi setelah selesai bekerja paling lambat sebelum istirahat.
B. Tidak memenuhi persyaratan: Jika pekerja tidak menerapkan kriteria yang ditentukan
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri yang digunakan adalah: masker, sarung
tangan yang sesuai dengan aturan petani sayur, pelindung kaki (sepatu bot), baju
lengan panjang, celana panjang, pelindung kepala dan kacamata (Okvitasari & Anwar,
2017).
Kriteria objektif
pertanian.
Tidak lengkap: Jika pekerja tidak menggunakan salah satu alat pelindung diri yang
tercantum di atas (Okvitasari & Anwar, 2017)
Tidak Tahun Penulis Judul Variabel metode Hasil
1 2016 Sri suparti, Anies, Onny Beberapa faktor Dosis Belajar Faktor-faktor yang
Setiani risiko itu pestisida, pengamatan terbukti Menjadi
berpengaruh panjang al dengan faktor mempertaruhkan
pestisida yang
aman, petani
menggunakan alat
pertahanan diri
momen lengkap
menggunakan
pestisida.
3 2016 Putri arida I, Onny S, Analisis Tingkat Pengamatan Sebanyak 43
yusniar H darundiati faktor peracunan, akhir dengan responden (46,7%)
mempertaruhkan yang kejadian desain mengalami keracunan
pengaruh peracunan, Menyeberang
pestisida dan 49
lainnya ( 53,3% )
tingkat frekuensi bagian
tidak pengalaman
peracunan semprot,
keracunan pestisida.
pestisida pada tingkat
Ada hubungan
petani di Desa pengetahuan, antar frekuensi
Jati, kecamatan waktu kerja, semprot, tingkat
sawan, panjang kerja, pengetahuan petani,
daerah pengguna Naan masa kerja petani, dan
Magelang, Jawa APD lama kerja petani dengan
Tengah kejadian tersebut
keracunan pestisida
https://media.nel
Desa Jati, Kecamatan
Sawangan.
iti.com/media/pu
Sedangkan hasil
blications/18513
belajar
- ID-analisis-
menunjukkan hampir
faktor- utuh responden
risiko-itu- tidak menggunakan
4 2017 istiana, ari yuniatuti hubungan massa waktu kerja, Observasi Hasil belajar
kerja, tua panjang pekerjaan, pengetahuan analitis menunjukkan ada
semprot, jumlah jenis dengan pestisida, pendekatan menengah
hubungan yang bermakna
jenis pestisida, Kerja silang (p=0,049), lama waktu
penggunaan AD
statistik produk
dan melayani
solusi (SPSS)
dengan skor
arti
p=0,05. Variabel
yang oleh
statistik ada
koneksi
berarti dengan
kejadian anemia
pada petani
hortukultura adalah
paparan pestisida
dan status gizi
dengan skor
P0,05 ketika
variabel yang
oleh statistik
tidak ada
koneksi dengan
kejadian anemia
pada petani
hortikultura adalah
memiliki
kontribusi dan
peran yang
sangat penting
terjadi anemia
pada petani
hortikultura
6 2018 Fitria Agustina, Hubungan Tingkat Menyeberang Data adalah
pestisida (nilai p
tidak bisa
ditampilkan karena
jawaban tetap) dan
pengelolaan
menggunakan
pestisida (p=0,018)
dengan hipertensi.
Dari penelitian ini
Menjadi
mengantisipasi
dampak
menggunakan
pestisida yang
membutuhkan
penyemprotan
perlindungan pribadi
selama bekerja.
7 2019 Gita nur fajriani, Suci Gunakan Menggunakan Menyeberang 83,7% ethanies tidak
Rizki nurul aeni, Dika APD saat APD bagian memakai APD
adhi sriwiguna penyemprotan lengkap dan 16,3%
pestisida dan memakai APD
kecepatan momen lengkap
kolinesterase semprot
menyimpulkan
ada hubungan
signifikan antara
menggunakan APD
menyelesaikan dengan
kecepatan
om/index.php/jrk observasional
/artikel/tampilan/184 analitis dan
0 Menyeberang
Mendekati
bagian di dalam
setiap belajar.
Di bagian analisis
data peneliti
cenderung
menggunakan 2
jenis analisis data yaitu
analisis data
Secara univariat dan
Bivariat. Faktor
paling berisiko
banyak digunakan
sebagai variabel
penelitian adalah
pengetahuan
faktor, tua kerja,
waktu kerja,
menggunakan APD
dan percampuran
pestisida.
9 2020 Darmiati Faktor Ketaatan menyeberang- Hasil menunjukkan
yang petani pada bagian 3 sampel darah
berhubungan penggunaan memiliki tarif
dengan risiko APD kolinesterase tidak
peracunan biasa dan 27
pestisida pada contoh darah
petani memiliki tarif
kolinestrase
http://ejournal.po normal.ada 2
ltekkesaceh.ac.id variabel yang
/index.php/gikes/ berhubungan
kolinesterase yaitu
penggunaan nilai p
nilai 0,030 < 0,05
dan pengetahuan p
nilai 0,41<0,05
10 2020 Hannah Marcus, Russell J Faktor Risiko untuk Faktor risiko Sistematis Hasil yang
de Souza Pestisida akut Tinjauan diperoleh di dalam
https://jurnal. interkoneksi
mcmaster.ca/gha penentu sosial.
r/artikel/tampilan/23 Risiko APP sangat
89 terkait dengan
keunikan seseorang
melawan profil
sosial dan status
ekonomi. Dengan
rumit
data lintas negara
dari 13 berbeda
negara hasilnya
menunjukkan
cakupan geografis
yang besar, dan
keberangkatan
spesial negara.
Faktor resiko
diidentifikasi yaitu
usia jenis kelamin,
tingkat pendidikan
dan faktor yang
berhubungan
dengan profesi
bisa digunakan
untuk
memberitahukan
memperkuat basis
bukti yang sesuai
11 2020 Nur Syahidatul Aqilah pengetahuan, Pengetahuan, Menyeberang Sekitar 85,4% dari
jambari, Nurul izzah Sikap dan sikap dan bagian mereka laki-laki
Abdul Samad, Siti Praktek (KAP) latihan pria dengan usia
marwani anua, pada pestisida rata-rata 48 tahun,
Rumaizah Ruslan, Nurul Paparan di antara dan 66% dari
ainun Hamzah petani di kota mereka
sekolah Menengah.
https://www.rese Pengaduan Responden
archgate.net/prof bahwa mereka
menunjukkan
mereka
menunjukkan
penanda biologis
keracunan pestisida
yang perlu diperiksa
secara rutin
13 2021 Christine G Taman, Pertanian Menggunakan Kelompok Dilaporkan 590
Jonathan N Hofmann, pestisida dan pestisida kejadian positif
Laura E.Beane Freeman, Risiko herpes zoster di herpes zoster, untuk
sejarah tinggi
kejadian paparan
pestisida
Berdasarkan tinjauan pustaka, perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya
terletak pada subjek penelitian dan tujuan penelitian. Pada penelitian sebelumnya dilakukan penelitian tentang
keracunan pestisida pada petani pada umumnya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan berfokus pada
penentu keracunan oleh petani sayur yang menggunakan pestisida di Desa Kanrapia, Kec. Tombol Pa.
F. Hipotesis penelitian
Hipotesis ini merupakan hipotesis sementara atas hasil penelitian yang
dibuktikan dengan penggunaan analisis yang tepat (Sani, 2016). Oleh karena itu, berdasarkan
TINJAUAN TEORI
Menghilangkan semua bahan kimia berbahaya dan zat lain, mikroorganisme dan virus tanaman,
bagian tanaman atau produk pertanian, hama dan penyakit; singkirkan gulma; membunuh daun dan
memberantas atau mencegah hama asing pada ternak; memberantas atau mencegah hama air;
membasmi atau mencegah hewan dan mikroorganisme di dalam rumah, gedung dan kendaraan;
manusia atau hewan membutuhkan penggunaan tanaman, tanah atau air untuk melindungi
2. Klasifikasi Pestisida
Pestisida utama adalah sebagai berikut: Insektisida; herbisida; fungisida; rodentisida dan fumigan.
Dalam hal ini pestisida yang berperan sebagai insektisida adalah pestisida yang menghambat
organofosfat dan karbamat. Selain kedua kelompok tersebut, ada pestisida yang
biasanya diklasifikasikan menurut penggunaan dan sifat kimianya. Kategori utama pestisida
adalah sebagai berikut: herbisida, insektisida, rosetisida, fungisida, dan fumigan. Dalam hal ini
dalam darah. Di antara mereka, itu dibagi menjadi insektisida organofosfor dan karbamat.
Selain kedua golongan tersebut, terdapat insektisida organoklorin dan insektisida
3. Mencampur Pestisida
pestisida untuk menghemat waktu dan biaya aplikasi. Perhatikan apa sifat pestisida itu
asam atau basa. Dan sifat interaksi sinergis, aditif atau antagonis. Pencampuran seperti ini
tidak dianjurkan, hal ini terjadi jika tanaman memiliki lebih dari satu organisme
4. Dosis pestisida
Dosis atau konsentrasi sediaan harus tepat yaitu sesuai anjuran, karena diketahui efektif
dalam mengendalikan hama pada tanaman tertentu. Penggunaan dosis atau konsentrasi
Persiapan yang tidak tepat dapat mempengaruhi kemanjuran pestisida dan meninggalkan residu buruk yang
berbahaya bagi konsumen di dalam tanaman. Informasi dosis atau konsentrasi yang direkomendasikan untuk
setiap jenis hama pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
Persiapan air sebagai pelarut pestisida (Balitsa, Belanda & PT Ewindo, 2014):
4. Ukur kembali ph air, dan jika ph < 5, air dapat digunakan untuk membuat
larutan pestisida.
Proses pembuatan larutan semprot untuk penyemprot balik pestisida (Balitsa,
Proses pembuatan larutan semprot untuk power sprayer (Balitsa, Belanda & PT Ewindo,
2014):
5. Cara Penyemprotan
Peralatan semprot seperti tangki semprot dan peralatan dipastikan dalam kondisi
baik dan tidak ada kebocoran. Selain persyaratan ini, semprotan kembali
harus memiliki tekanan semprot minimal tiga bar dan penyemprot mesin 8-12 bar.
Nozel (penyemprot): ukuran butiran semprotan ideal untuk penyemprotan pestisida
adalah 150 – 200 mikron, 200 mikron, tetesan semprotan cepat membusuk. Nozel harus diganti
B. Volume semprotan
Volume semprotan adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk melarutkan pestisida yang akan
semprotan disesuaikan dengan kemampuan tanaman untuk menampung larutan semprot. Jadi
C. Kecepatan angin
Kecepatan angin yang ideal adalah 3-6 km/jam dengan tanda-tanda sebagai
berikut: bendera melambai dengan sudut 45, hembusan angin pelan menerpa wajah,
tetesan semprotan tertiup angin, dan tetesan semprotan tidak mencapai target.
Arah dan jarak jarum suntik di area target. Hama biasanya terletak di permukaan
di bawah daun. Oleh karena itu, nozzle atau spuit harus menghadap ke atas dengan sudut
450 derajat. Jarak antaraNozel dengan luas target atau tanaman ± 30 cm. Jika jarak antara
penyemprot dan tanaman kurang dari 30 cm, lebih banyak tetesan semprot
jumlah besar akan dihasilkan, menyebabkan larutan semprot menetes ke tanah. Jika jarak
antara penyemprot dan tanaman lebih dari 30 cm, tetesan semprotan tidak akan
mengenai sasaran.
Kecepatan jalan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyemprotan
pestisida adalah kecepatan gerak penyemprot. Kecepatan lari sprayer untuk mendapatkan
hasil yang baik adalah sekitar 6 km/jam. Jika kecepatan lari lebih banyak
lebih rendah dari 6 km/jam, jumlah semprotan yang digunakan akan sia-sia, jika
kecepatan lari lebih dari 6 km/jam, efek semprotan tidak akan merata
pola semprotan berbentuk persegi penuh. Membentuk keluaran tetesan semprotan dengan
nozelnya berbeda.
Jenis penyemprot kerucut berongga poli digunakan oleh petani Indonesia, baik yang memiliki satu lubang, 2
yang dilakukan oleh petani sayur dalam seminggu. Frekuensi penyemprotan ini
kolinesterase. Hasil penelitian Duangchinda (2014) terhadap 148 responden menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara frekuensi penyemprotan dengan kadar kolinesterase.
menyebabkan residu pestisida yang lebih tinggi dalam tubuh. Penumpukan pestisida
dalam tubuh yang semakin lama dapat menimbulkan gejala keracunan pestisida.
D. Waktu Penyemprotan
semprot dalam hitungan jam. Penelitian yang dilakukan oleh Suparti & Setiani
(2016) bahwa ada hubungan yang signifikan antara waktu penyemprotan dengan
keracunan pestisida. Waktu penyemprotan terbaik dibagi menjadi dua yaitu pada
pagi hari sebelum pukul 11.00 dan sore hari setelah pukul 15.00. Momen
penyemprotan ada hal yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan badan yang lebih banyak mengeluarkan
suhu lingkungan. Kegiatan penyemprotan tidak boleh dilakukan pada saat angin sangat kencang,
jangan menyemprot saat hujan atau hari hujan dan saat embun pagi telah hilang. Perilaku
penyemprotan pestisida setelah pukul 11.00 dan sebelum pukul 15.00 akan berisiko keracunan
pestisida organofosfat sebesar 3,535 kali dibandingkan dengan penyemprotan pada saat
e. Waktu Penyemprotan
semprot dalam satu hari. Hasil penelitian Hardi et al., (2020) masih terdapat interaksi yang
signifikan antara lama waktu penyemprotan dan tingkatkolinesterase pada petani. Hal ini
didukung oleh penelitian Suparti & Setiani, (2016) bahwa penyemprotan lebih dari 2 jam per
sedikit menurut dua jam per hari. Semakin lama Anda menyemprot, semakin banyak
dilakukan oleh Correlation et al., (2019) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
Hal ini didukung oleh penelitian (Budiawan, 2013) yang menjelaskan bahwa
penyemprotan dapat dipengaruhi oleh frekuensi dan penggunaan alat pelindung diri.
Dalam tiga minggu levelpenurunan kolinesterase dalam plasma akan kembali normal.
Sementara itu dibutuhkan waktu kurang lebih dua minggu dalam darah tanpa pajanan
baru.
Proses tidak menggunakan dan menyemprot sesuai prosedur tidak hanya akan merusak
lingkungan dan membuat hama kebal terhadap pestisida, tetapi juga membahayakan
penanganan wadah dan semprotan, akan berdampak pada lingkungan. Paparan pestisida
berupa dosis, jumlah dan jenis, jumlah aplikasi per minggu (termasuk durasi aplikasi),
penggunaan APD, cara mencampur pestisida dan aplikasinya (Prijianto et al., 2009).
sayuran pada saat penyemprotan dalam satu hari. Waktu penyemprotan variabel
dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu: (1) >3-4 jam/hari, dan (2) 3-4 jam/hari (Hardi, Muh.
Jam kerja petani lebih lama, karena siklus tanam padi lebih panjang, jangka waktunya
tanam sekitar 46 bulan, dan jam kerja petani lebih lama. Saat menentukan tahun
kerja, petani yang sudah bekerja rata-rata lebih dari 5 tahun berarti terjadi proses degradasi
Lamanya waktu seseorang bekerja dengan baik dalam sehari umumnya 6-10 jam, selebihnya digunakan untuk
Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan bekerja berjam-jam biasanya disertai dengan:
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat
penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dalam waktu lama menimbulkan
Semakin lama masa tanam, semakin tinggi frekuensi penggunaan pestisida. Penggunaan
pestisida biasanya berdampak pada keracunan akut petani. Hal ini terjadi karena semakin lama
tubuh. Paparan berulang ini akan menyebabkan zat beracun menumpuk di dalam tubuh, sehingga
2018)
7. Masa kerja
Masa kerja adalah jangka waktu atau waktu selama pekerja bekerja di suatu tempat.
Waktu kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Jam kerja lebih lama
seseorang, semakin banyak pekerja yang terpapar dan terpapar bahan kimia. Lebih
Paparan bahan kimia yang berkepanjangan akan meningkatkan kejadian dermatitis kontak akibat kerja.
Pekerja yang terpapar dalam waktu lama dan terpapar bahan kimia akan meningkat
dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama pekerja terpapar dan terpapar material
kimia maka sel kulit luar akan rusak, sehingga semakin lama waktu kontak maka semakin banyak
kerusakan sel kulit dalam yang akan memicu terjadinya dermatitis (Zakaria, 2018).
Hal yang menjadi perhatian adalah masalah cuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan Ini
seharusnya mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia setelah bekerja,
itu masih ada. Kesalahan dalam mencuci tangan bisa menjadi salah satunya
penyebab. Misal kurang bersih dalam cuci tangan, jadi masih ada
sisa bahan kimia yang menempel di permukaan kulit pekerja (Riska & Asbath, 2018)
Menjaga kebersihan adalah suatu keharusan bagi semua orang, terutama di masa-masa sekarang ini
pandemi seperti ini. Kita harus selalu menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit.
Rasulullah SAW mencontohkan kebersihan diri dan cara menjaga kebersihan. rakyat
Islam sangat membutuhkan kebersihan setiap saat, karena kebersihan, kesucian dan keindahan
adalah sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana Hadits Sejarah Muslim yang berbunyi
ﺍ ﻝ ﺍﺇﻟﻴﻤﺎ
Itu berarti : "Bersuci (Taharah) adalah sebagian dari iman.”SDM. Ahmad, Muslim dan
Tirmidzi)
Dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar, lakukan aktivitas
ibadah menjadi lebih berharga. Tidak hanya menaati perintah dan dicintai oleh Allah, tetapi
menjaga kebersihan juga baik. Hal ini sejalan dengan ayat dalam QS Al-Baqarah ayat 222
yang berbunyi
Terjemahan: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mencintai manusia”
a) Cuci tangan
Kebersihan diri dapat digambarkan dengan kebiasaan mencuci tangan, karena tangan
merupakan bagian tubuh yang paling sering terpapar bahan kimia. Kebiasaan mencuci
tangan yang buruk justru dapat memperburuk kondisi kulit yang rusak.Kebersihan pribadi
Selain itu juga tergantung pada fasilitas sanitasi yang memadai, kualitas pensanitasi tangan dan
b) Mencuci pakaian
Membersihkan pakaian kerja juga harus diperhatikan, karena residu kimia pada
pakaian dapat menginfeksi tubuh jika digunakan berulang kali. Pakaian kerja yang bagus
sudah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru setelah mencuci di rumah.
Karena jika pakaian tersebut dicampur dengan pakaian anggota keluarga lainnya,
keluarga pekerja juga dapat terinfeksi dermatitis. Pakaian pekerja harus dicuci
c) Mandi
Kebersihan pribadi juga sangat penting untuk diperhatikan, residu kimia yang menempel di dalamnya
pada kulit/tubuh dapat menulari tubuh jika tidak dibersihkan dengan cara mandi
d) Pencegahan penyakit
f) Menciptakan Keindahan
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh:
kerja. APD digunakan sebagai upaya terakhir dalam upaya melindungi pekerja jika:
tindakan pengendalian lainnya tidak dapat dilaksanakan atau belum efektif dalam mengurangi
potensi bahaya di tempat kerja, APD tetap harus digunakan. APD tidak dapat secara sempurna
tingkat keparahan yang mungkin terjadi, jadi kontrol ini harus tetap ada
(Sati, 2014)
alat pelindung diri yang digunakan di Dusun Kanreapia Desa Kanreapia Kecamatan Kuncio
a) Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernafasan dan perlengkapannya adalah alat pelindung diri yang
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
melindungi tangan dan jari dari paparan api, suhu panas, suhu dingin,
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kanvas, kain atau kain pelapis, karet, dan sarung tangan tahan bahan.
bahan kimia.
c. Pakaian pelindung
bagian tubuh dari bahaya suhu panas atau dingin yang ekstrim, goresan, binatang,
bertabrakan dengan benda berat, tertusuk benda tajam, uap panas, terkena suhu
D. Kerangka teoritis
Faktor dalam
Tubuh:
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat
pendidikan
4. Status gizi
5. Pengetahuan
6. Sikap
pestisida
3. Arah semprotan
ke arah angin
4. Frekuensi
Penyemprotan
5. Jenis pestisida
digunakan
6. APD
Lama kerja
Masa kerja
penentu
Peracunan
Cara Penyemprotan
Pestisida
Pribadi Kebersihan
Informasi:
: Variabel bebas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
mendekati studi potong lintang, Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong
lintang karena untuk melihat bagaimana hubungan keracunan pada petani sayur dengan
faktor yang mempengaruhi seperti lama kerja, masa kerja, personal hygiene dan
memperoleh gambaran data yang jelas tentang determinan keracunan pada petani
Sayuran yang menggunakan pestisida di Desa Kanreapia, Kec. Button Pao dalam hal Lama Kerja,
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Dusun Kanreapia, Desa Kanreapia, Kec.
Tombol Pao Kab. Gowa. Waktu penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sampai dengan
selesai.
Populasi dalam penelitian ini adalah 100 petani sayur di Dusun Kanreapia Desa Kanreapia Kec.
Tombol Pao Kab. Gowa. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakanJumlah Pengambilan
Sampel. Pengambilan sampel totaladalah pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan wawancara
mengelola kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumen atau data yang disediakan oleh para
petani.
Semua data yang telah terkumpul, baik data primer maupun data sekunder, diolah melalui
tahapan berikut:
Pengecekan kelengkapan dan konsistensi pengisian lembar kuesioner, pengecekan ini dapat
atas kuisioner yang ada untuk mempengaruhi proses pengolahan secara komputerisasi.
Data yang dikodekan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk diproses.
Mengecek data yang dimasukkan ke komputer apakah sudah sesuai dengan kuisioner sehingga datang
F. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel dan disertakan dengan
Gejala variabel yang merupakan faktor yang dapat menimbulkan gejala keracunan