Anda di halaman 1dari 9

Essay

SEBUAH KATA IDEAL PADA PERAWAT INDONESIA YANG


BERWAWASAN AGRONURSING DALAM MENINGKATKAN
KESEHATAN MASYARAKAT AGROINDUSTRI

oleh
LUTFIAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SEBUAH KATA IDEAL PADA PERAWAT INDONESIA YANG
BERWAWASAN AGRONURSING DALAM MENINGKATKAN
KESEHATAN MASYARAKAT AGROINDUSTRI

Lutfian
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Jember, Indonesia
Corresponding author’s email: lutfian.ardianysah@aiesec.net

Secara astronomis letak Indonesia berada pada garis katulistiwa yang


menyebabkan Indonesia beriklim tropis dengan pergantian musim hujan dan
kemarau sepanjang tahun. Keadaan alam seperti itulah yang menyebabkan
mayoritas masyarakat Indonesia bekerja pada bidang agroindustri berupa pertanian,
perkebunan, peternakan, pertambangan, dan perikanan. Menurut hasil survei
pertanian antar sensus 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2018
tercatat kurang lebih 36 juta penduduk bekerja pada sektor pertanian, 13 juta
penduduk bekerja pada sektor perternakan, 12 juta penduduk bekerja pada sektor
perkebunan, dan 1,5 juta penduduk bekerja pada sektor perikanan. Diperkirakan
bahwasanya 23% dari penduduk Indonesia bekerja pada bidang agroindustri
(Kementrian Pertanian 2019).
Tingginya jumlah penduduk yang bekerja di bidang agroindustri dan
keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis, berefek pada tingginya prevalensi
penyakit tropis dan meningkatnya kecelakaan akibat kerja di sektor agroindustri
seperti para pekerja tidak memakai APD (alat Pelindung diri) ketika bekerja
sehingga dapat meningkatkan resiko terhadap keracunan pestisida, heatstroke,
leptospirosis dan penyakit lainnya. Adapun penyakit tropis yang sering di temukan
pada kelompok pekerja agroindustri seperti demam berdarah, malaria, tubercolusis,
kaki gajah, diare dan penyakit lainnya.
Banyaknya penyakit yang berisiko diderita para pekerja di sektor
agroindustri terutama pada petani menyebabkan perlunya tenaga kesehatan yang
telaten dan berpengalaman dalam menjaga kesehatan untuk menjaga produktivitas
kerja para petani. Adanya para perawat agronursing yang telah diprakarsai oleh
fakultas keperawatan Universitas Jember merupakan salah satu cara pendekatan
khusus yang dapat menjaga kesehatan dan keselamatan kerja terutama di dalam
lingkupan wilayah agroindustri. Para perawat agronursing fokus pada pelayanan
kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas secara komprehensif dari
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bertujuan untuk meningkatkan
derajad kesehatan para pekerja di sektor agroindustri. Tidak dapat dipungkiri
bahwasanya jumlah keperawatan agronursing di Indonesia sendiri masih minim,
dikarenakan masih sedikit institusi yang mengemban misi agronursing maupun
keperawatan berbasis agricultural nursing, dalam hal ini diperlukan sikap
profesionalisme seorang perawat agronursing yang telah dicetak meskipun
jumlahnya masih sedikit , ke idealan dan profesionalis mereka yang nantinya akan
menjadi motivasi kepada institusi lembaga keperawatan dan praktisi keperawatam
dalam memperluas wawasan agronursing dan menjadi role model kepada perawat
lainnya untuk memperhatikan kesehatan dan keselmatan kerja para petani.
Menurut KBBI pengertian dari kata ideal adalah sesuai dengan yang di cita-
citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Dengan ini kata ideal dapat di raih
oleh perawat agronursing apabila pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
individu, kelompok, keluarga dan masyarakat sesuai dengan misi yang sudah
dipaparkan dalam pemberntukan perawat yang berwawasan agronursing dan
mempunyai skill plus dalam menangani kesehatan dan keselamatan dalam bidang
pertanian.
Agronursing adalah penatalaksanaan manajemen pelayanan keperawatan
dan asuhan keperawatan dengan ruang lingkup agricultural (pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan serta agroindustri) berfokus pada klien (individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas) yang holistic (pendekatan bio, psiko, sosio, kultural dan
spiritual) dan komprehensif (promotif, preventif, kuratatif dan
rehabilitatif)(Kurniawan,2018). Agronursing mulai dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dilingkungan agroindustri. Dengan
adanya perawat agronursing ini dapat memberikan perhatian khusus dalam bidang
kesehatan pekerja pertanian, dikarenakan Indonesia sebagai negara pertanian yang
sebagian besar penduduknya merupakan petani yang rata-rata tidak sempat
mengenyam dunia Pendidikan sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka
terhadap cara bertani yang sehat seperti memakai APD dan sebagainya
Standar praktek keperawatan berwawasan agronursing sama dengan standar
praktek keperawatan secara umum, standar ini digunakan untuk mengetahui proses
dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat petani sebagai
focus utamanya (Asriani, Mattalatta 2016), adapun ke profesionalan dari
keperawatan agronursing harus mempunyai ciri-ciri berikut
1. Otonomi dalam pekerjaan
2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
3. Pengambilan keputusan yang mandiri
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
5. Pemberian pembelaan
6. Memfasilitasi kepentinfan pasien
Seperti yang kita ketahui bahwasanya dua kategori standar keperawatan
yang diterima secara luas adalah standar asuhan (standar of care) atau pertanyaan
yang dapat menguraikan level asuhan yang diterima oleh pasien dan standar yang
kedua merupakan standar praktek (standar of practice) atau harapan terhadap
kiberja perawat dalam memberikan standar asuhan. Pemerintah atau Lembaga
institusi keperawatan harus merekognisi dan mengembangkan sebuah misi dari
keperawatan agronursing sehingga dapat memenuhi dua standar dari aspek ke
profesionalan perawat yang berwawasan agronursing.
Pekerja sektor informal di Indonesia dilaporkan terkena berbagai masalah
kesehatan seperti malnutrisi, penyakit akibat parasit (misalnya cacingan), asma,
alergi kulit, kanker, keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot
dan tulang, gangguan saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening, dan
penyakit darah (Susanto, 2014). Risiko bahaya yang dihadapi di tempat kerja antara
lain meliputi kebisingan, vibrasi, radiasi panas, kurangnya pencahayaan,
pemasangan alat berbahaya tanpa menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD),
menghirup debu dan terkena bahan kimia berbahaya, serta ergonomik yang buruk.
Untuk mewujudkan ke profesionalan dari perawat agronursing, institusi lembaga
keperawatan atau pemerintah harus melakukan training atau pelatihan khusus
kepada perawat agronursing agar nantinya dapat mengimplementasikan dan
mengamalkan apa yang mereka dapatkan dari training maupun pembelajaran
kurikulum keperawatan yang berbasis agricultural nursing sehingga dapat
mengurangi angka kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja di lingkupan
pertanian. Adapun materi atau modul yang dapat digunakan dalam proses training
menurut Agricultural Occupational Health Nursing (AOHN) ada 12 standar materi
antara lain:

1. Tinjauan kesehatan pedesaan dan agromedis


2. Tinjauan keperawatan kesehatan kerja dan penerapannya dalam pertanian
3. Pendidikan dan demontrasi keterampilan khusus pertanian dan umum
beserta keterampilan pemeriksaan fisik pada petani
4. Metode dalam memberikan promosi dan pendidikan kesehatan individu
kepada anggota keluarga petani.
5. Penyakit yang berhubungan dengan pernapasan pertanian (termasuk
sertifikasi dalam pengujian spirometri).
6. Perubahan pendengaran pertanian (termasuk sertifikasi sebagai ahli
konservasi pendengaran).
7. Penyakit dermatologis pertanian.
8. Penyakit muskuloskeletal pertanian.
9. Masalah kesehatan umum yang mempengaruhi banyak sistem termasuk
toksikologi, kanker, dan zoonosis.
10. Cedera yang diakibatkan dalam pertanian dan pelatihan keselamatan.
11. Kontrol dan pencegahan penyakit pertanian dan menghindari cedera.
12. Kurikulum opsional dalam mengembangkan dan menerapkan rencana
untuk klinik kesehatan dan keselamatan pertanian. (Ann Marie Lundvall,
MPH, MS, RN and Debra K. Olson, MPH, RN, 2001)

Pendekatan perawatan kesehatan dan keselamatan kerja (PK3) berbasis


agricultural nursing di pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kerja untuk lebih diarahkan pada partisipasi masyarakat. Maka
dengan itu untuk membentuk misi dari keperawatan agronursing perlu dilakukan
training untuk membentuk perawat agronursing yang professional (Rasni et al.
2019; Susanto 2014)
Salah satu contoh praktik keperawatan yang dapat diimplementasikan pada
kelompok petani adalah cara pengggunaan APD ketika menyemprotkan pestisida.
Penggunaan pestisida dalam suatu lahan pertanian diharapkan mampu
meningkatkan hasil pertanian serta dapat membuat biaya pengelolaan pertanian
menjadi lebih efisien dan ekonomis (Afrianto 2014). Sebagian besar kelompok
petani menyemprotkan pestisida ke lahan mereka, tapi hanya sedikit dari mereka
yang mengerti akan bahaya dan dampak dari penyemprotan pestisida terhadap
kesehatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djojosumarto (2018)
mengatakan bahwa petani pengguna pestisida cenderung menganggap enteng
bahaya pestisida sehingga mereka tidak mematuhi syarat-syarat keselamatan dalam
penggunaan atau penyemprotan pestisida termasuk didalamnya menggunakan APD
(Djojosumarto 2018). Keracunan pestisida yang sering tidak terasa dan akibat sulit
diramalkan mendorong mereka untuk tetap mengaplikasikan pestisida dengan cara
mereka karna mereka tidak merasa terganggu, hal ini dikarenakan minimnya
pengetahuan petani akan dampak dan cara penyemprotan pestisida dengan sehat
(Sularti and Muhlisin n.d., 2018)
Keracunan pestisida pada petani terkait dengan beberapa factor antara lain
factor internal (dari dalam tubuh) dan eksternal (dari luar tubuh). Adapun factor
internal antara lain umur, jenis kelamin, status gizi, genetic, kadar Hemoglobin,
status kesehatan dan tingkat pengetahuan. Sedangkan factor eksternal atau factor
dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Factor tersebut antara lain
banyaknya jenis pestisida yang digunakan, dosis pestisida, jenis pestisida, frekuensi
penyemprotan, masa kerja menjado penyemprot, lama penyemprot, pemakaian alat
pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida,
ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap
arah angin (Ridha Hayati, Kasman 2018). Penggunaan yang sesuai aturan dan
dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus silakukan mengingat bahwa
pestisida adalah bahan beracun.perlu diketahui peranan dan pengaruh serta
penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternative lain yang dapat
menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan
gama, penyakit dan gulma. Ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) memiliki
peranan penting dalam pengendalian dampak negative pestisida, salah satu
pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan APD.
Berdasarkan pedoman pembinaan pengguna pestisida (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,2010). Jenis APD yang diperlukan bagi pengguna
pestisida adalah pakaian yang menutupi tubuh, celemak, penutup kepala, pelindung
mulut dan hidung, , pelindung mata, sarung tangan, dan sepatu boot (Dina Ediana ,
2017). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah terjadinya keracunan
pestisida sebagai berikut:

1. Lakukanlah penyemprotan pestisida ketika tubuh dalam keadaan fit


2. Jauhkan anak-anak dalam bermain dari pestisida
3. Gunakan alat proteksi diri sejak mencampur pestisida sesuai aturan
4. Memperhatikan arah angin ketika menyemprot pestisida
5. Ketika menyemprot pestisida jangan sambil makan minum dan merokok
6. Setelah selesai penyemprotan segera cuci tangan dengan menggunakan
sabun
7. Segera mandi sampai bersih dan mengganti pakaian
8. Cuci pakaian saat peyemprotan secara terpisah dengan pakaian lainnya.
Perawat agronursing harus beperan aktif menjaga kesehatan petani dengan
cara melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan tentang bahaya pestisida dan
pencegahannya. Semakin tingginya pengetahuan petani tentang alat proteksi diri,
pencegahan keracunan pestisida, dan penanganan pertama apabila terjadi keracunan
pestisida diharapkan dapat merubah perilaku petani dari periaku yang tidak sehat
menjadi perilaku yang sesuai dengan kesehatan para petani.

Berikut ini adalah penanganan pertama apabila terjadi keracunan pestisida yaitu:
1. Apanila pestisida yang tertelan berlabel merah (sangat toxic) maka segera
untuk dilakukan pemuntahan dan berikan karbon aktif seperti norit dan
segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.. Jika label pestisida
bewarna kuning atau biru,maka tidak perlu dilakukan pemuntahan. Cukup
berikan norit dan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
2. Untuk penderita yang tidak sadar segera melonggarkan pakainnya dan
bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
3. Apabia pestisida mengkontaminasi kulit segera mandu dengan
menggunakan sabun sampai bersih
4. Apabila pestisida mengenai mata maka segera cuci mata dengan air
mengalir selama 15 menit kemudian tutup maka dengan kain/kasa bersih
dan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat jika mata masih terasa sakit.
5. Dan pestisida yang terhirup pernafasan maka segera bawa petani ke
tempat yang udaranya bersih, longgarkan pakaian sehingga dapat
bernafas dengan lancar dan segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
bila muncul tanda-tanda kegawatan

Sebagai kesinpulan gambaran ke profesionalan dari perawat agronursing


dapat diinspeksi melalui social behaviour, skills dan attiudenya ketika melayani
masyarakat yang bekerja dalam sector agroindustri. Perawat agronursing mampu
melakukan pelayan secara komprehensif, yang dapat mempertahankan derajat
kesehatan masyarakat yang bekerja disektor agroindustri, dan mereka mampu
memahami transcultural communication nursing sehingga komunikasi terapiutik
yang ditujukan kepada masyarakat tersampaikan dan dengan mudahnya dalam
membina hubungan saling percaya anatara perawat agronursing dan masyarakat
yang bekerja dalam lingkupan agroindustri baik petani, pekebun, nelayan,
peternak dan para pekerja sektor industri lainnya. Penulis sangat mengharapkan
kepada Fakultas Keperawatan Universitas Jember sebagai satu-satunya perguruan
tinggi keperawatan yang mengemban visi dan misi perawat agronursing agar lebih
fokus dalam menerapkan kurikulum berbasis agonursing kepada mahasiswa calon
perawat agronursing.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Defri. 2014. “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan


Tindakan Petani Paprika Di Desa KumboPasuruan Terkait Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisida Tahun 2014.” Skripsi.

Ann Marie Lundvall, MPH, MS, RN, And, and COHN-S Debra K. Olson, MPH,
RN. 2001. “Agricultural Health Nurses :JOB ANALYSIS OF FUNCTIONS
AND COMPETENCES.” AAOHN Journal 49(07): 336–46.

Asriani, Mattalatta, abu bakar betan. 2016. “PENGARUH PENERAPAN MODEL


PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) TERHADAP
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN KEPUASAN KERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR.” Mirai Management, 1(2).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Panduan Umum Alih


Teknologi Dalam Rangka Inovasi Hasil Litbang Pertanian. ed. Kementrian
Pertanian. jakarta: kementrian pertanian.

Dina Ediana, Al Hajjra Meidika Putra. 2017. “Hubungan Kenyamanan,


Pengetahuan Dan Sikap Petani Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pestisida Pada Petani Jeruk.” Jurnal Human Care 2(3).

Djojosumarto, Panut. 2018. PT Agromedia Pustaka Pestisida & Aplikasinya. ii.


Tanggerang: PT Agromedia Pustaka.

Kurniawan, Enggal Hady. 2018. “Peran Agronursing Dalam Meningkatkan


Kesehatan Petani.”

Rasni, Hanny et al. 2019. “Pengembangan Budaya Masak Abereng Dalam


Peningkatan Status Gizi Balita Stunting Di Desa Glagahwero , Kecamatan
Panti , Kabupaten Jember Dengan Pendekatan Agronursing.” 1(2): 121–29.

Ridha Hayati, Kasman, Raudatul Jannah. 2018. “Factors Related To The Usage Of
Appliance Protector Of Self On Farmers Use Of Pesticides.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat 8(April): 11–17.

Strategis, Rencana, and Kementerian Pertanian. 2019. “RENCANA STRATEGIS


KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015 - 2019.” : 364.

Sularti, and Abi Muhlisin. “Tingkat Pengetahuan Bahaya Pestisida Dan Kebiasaan
Pemakaian Alat Pelindung Diri Dilihat Dari Munculnya Tanda Gejala
Keracunan Pada Kelompok Tani Di Karanganyar.” : 154–64.

Susanto, Tantut dkk. 2014. “Model Kesehatan Keselamatan Kerja Berbasis


Agricultural Nursing : Studi Analisis Masalah Kesehatan Petani.” jurnal
Kesehatan: 45–50.

Anda mungkin juga menyukai