Anda di halaman 1dari 7

SANITASI LINGUNGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tenik Penyehatan


Dosen Pengampu:
Muhammad Amin, S.T., M.T.

Disusun:
Verdhi Adnan Qur Rachim
2240503123

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2023
A. CARILAH MINIMAL 10 JURNAL TENTANG BAHAYANYA SANITASI
YANG BURUK

1. Judul : Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap


Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas
Dirgahayu Kabupaten Kotabaru Tahun 2020
Penulis : Rahmad Riski Fauji
Link : http://eprints.uniska-bjm.ac.id/4111/3/Jurnal%20Ading.pdf
Resume : Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk hidup
produktif. Pencegahan dan pemiliharaan kesehatan harusnya lebih diperhatikan dari
pada pengobatan. Namun saat ini hal tersebut kurang diperhatikan oleh masyarakat
sehingga masalah kesehatan belum terselesaikan dengan baik. yuningsih, 2014).
Penyakit berbasis lingkungan memang berhubungan dengan sanitasi, menurut
Notoatmojo sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup kondisi lingkungan perumahan, pembuangan sampah, penyediaan air
bersih serta keberadaan kontainer yang ada (Notoatmodjo, 2013). Sanitasi
lingkungan sangat erat hubungan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangbiakan nyamuk, sanitasi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit salah satunya adalah penyakit DBD yang disebabkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti dimana nyamuk tersebut dapat berkembang biak di
lingkungan yang kotor serta berkembang biak pada lubang-lubang atau wadah yang
dapat menampung air saat terjadi hujan.

2. Judul : Analisis Permasalahan Sanitasi Pada Desa Kukin Kecamatan Moyo


Utara
Penulis : Iga Maliga, dan Abdul Hamid
Link :
https://journal.umpr.ac.id/index.php/mitl/article/view/1066/961
Resume : Sanitasi berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat dalam aspek
air bersih dan sarana pembuangan sampah. Banyak penyakit yang disebabkan oleh
buruknya sanitasi sehingga akses sanitasi layak menjadi salah satu hak asasi
manusia yang wajib didapatkan oleh setiap warga masyarakat yang ditetapkan oleh
PBB. Faktor air bersih dan sarana pembuangan sampah menjadi hal dasar yang
menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Desa
Kukin, merupakan salah satu desa tertinggal di Kecamatan Moyo Utara Kabupaten
Sumbawa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aspek sanitasi layak yang seharusnya
sudah terpenuhi di masyarakat akan tetapi masih ditemukan di lapangan bahwa
aspek tersebut belum terpenuhi 100%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 78,3
% responden membiarkan sampahnya ditumpuk begitu saja dan sisanya adalah
dibakar sebanyak 21,7%. Aspek sampah pada penelitian ini masih belum
mendapatkan pengelolaan lebih lanjut karena alasan keterbatasan sarana dan
prasarana. Terkait dengan aspek air bersih, 76% sumber air bersih yang digunakan
berasa dan 24% sisanya tidak berwarna dan tidak berasa. Terakhir, terkait dengan
aspek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 52% responden memilih
menggunakan septic tank, 40% responden memilih membuang air besar di got,
melakukan BAB di sungai 5% dan 3% responden memilih opsi lain-lain.
3. Judul : Penilaian Risiko Sanitasi Lingkungan Di Pulau Balang Lompo
Kelurahan Mattiro Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan
Penulis : Andi, Abdul Majid, Syahrul Basri, Ultry Maisari, dan Munawir
Link :https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-
Sihah/article/view/6872/5604
Resume : Berdasarkan hasil penelitian tentang penilaian risiko kesehatan
lingkungn di Pulau Balang Lompo Kelurahan Mattiro Sompe Kecamatan
Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penilaian risiko kesehatan lingkungan di Pulau Balang Lompo
Kelurahan Mattiro Sompe Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten
Pang-kajene dan Kepulauan di dapatkan bahwa RW 1 berada pada
kategori risiko sangat tinggi dengan nilai indeks risiko 191, RW 2 dengan
kategori risiko rendah dengan nilai indeks risiko 124, RW 3 dengan
kategori risiko rendah dengan nilai indeks risio 125 dan untuk RW
4 dengan kategori risiko rendah dengan nilai indeks risiko 135.
2. Bahaya kesehatan lingkungan yang tertinggi meliputi kepemilikan tempat
sampah dan pengolahannya yaitu di RW 1.
3. Bahaya kesehatan lingkungan yang tertingi meliputi kepemilikan Saluran
Pem-buangan Air Limbah (SPAL) dan pem-buangan akhir air limbah
yaitu di RW 1.
4. Bahaya kesehatan lingkungan yang tertingi meliputi kepemilikan
jamban yaitu di RW 1.
5. Peluang keterpaparan bahaya sanitasi lingkungan yang tertinggi dalam
bentuk perilaku berisiko meliputi: perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
yaitu RW 1 dan BAB Sembarangan yaitu di RW 1.

4. Judul : Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi


Penyakit Scabies Studi Pada Santri Di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan
Penulis : Isa Ma’rufi, Soedjajadi Keman, dan Hari Basuki Notobroto
Link : https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-KESLING-2-1-02.pdf
Resume : Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau
(kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997; Rosendal 1997). Berdasarkan
analisis data penelitian disimpulkan bahwa faktor sanitasi lingkungan yang
berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit Scabies dikalangan para santri
Ponpes di Kabupaten Lamongan adalah sanitasi Ponpes (terutama sanitasi dan
ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang kurang mendukung pola hidup
sehat terhadap penyakit Scabies, serta higiene perorangan yang buruk dari para
santri.
5. Judul : Analisis Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
Penulis : Hernita Taurustya
Link :
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jukeraflesia/article/download/10295/7033
Resume : Sebagai negara yang berkembang, negara kita masih banyak
menghadapi masalah kesehatan, diantaranya masih tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit menular yang disebabkan oleh masih buruknya kondisi
sanitasi lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap pola hidup sehat yang masih
kurang. Upaya menjaga dan melestarikan lingkungan yang sehat agar mendukung
kelangsungan hidup, disebut sanitasi lingkungan. Upaya sanitasi lingkungan sangat
penting dan menjadi kebutuhan yang mutlak bagi manusia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Imran (2007), tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Pekik Nyaring Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2007”, disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit malaria. Bila sanitasi lingkungan tidak baik maka akan
menyebabkan terjangkitnya penyakit Malaria, dan apabila sanitasi lingkungan baik
maka akan terhindar dari penyakit Malaria. Beberapa bentuk lingkungan yang
mempengaruhi kejadian malaria yaitu : Air bak yang jarang dikuras sehingga akan
menjadi tempat perindukan nyamuk, Kamar tidur yang gelap kurang sinar matahari
sehingga disenangi nyamuk Anopheles sebagai tempat peristirahatan (resting
places), Pakaian yang bergantungan di kamar sebagai tempat peristirahatan (resting
places), Lubang ventilasi yang tidak memakai khasa akan mudah dimasuki nyamuk.

6. Judul : Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita


Penulis : Anggie Al-Qarana Savitri, Susilawati.
Link : https://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR/article/download/866/807
Resume : Sanitasi adalah suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit
yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan
sempurna. Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari.
Hasil penelitian ini adalah ditemukan hubungan antara sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air bersih, kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah dengan
kejadian diare pada balita. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat penyebab
sanitasi lingkungan yang buruk seperti sarana air bersih yang kurang, kondisi
jamban yang kurang layak, dan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang
tidak baik.

7. Judul : Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Penyakit Diare Di


Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak
Penulis : Dea Oktavia, Suci Pramadita, dan Aini Sulastri
Link : https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jurlis/article/view/43956
Resume : Berdasarkan penelitian tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dan
Penyakit Diare di Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Pontianak Timur, Kota
Pontianak yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sanitasi Dasar berperan
penting dalam pencegahan penularan penyakit, salah satunya diare. Adapun
terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan dengan diare, yaitu penyediaan sumber
air minum, pengelolaan sampah, dan personal hygiene, sedangkan 3 variabel
lainnya tidak memiliki hubungan dengan diare, yaitu penyediaan air bersih untuk
MCK, ketersediaan jamban, dan pengelolaan limbah cair.

8. Judul : Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Angkringan di Kawasan


Malioboro Yogyakarta
Penulis : Dyah Suryani, dan Fardhiasih Dwi Astuti
Link : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/3711/0
Resume : Penyakit bawaan makanan banyak disebabkan oleh buruknya teknik
penanganan makanan, dan terjadi kontaminasi pada saat disajikan. Higiene
penjamah makanan dan sanitasi merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan
makanan yang aman dan sehat. Keadaan higiene dan sanitasi yang buruk dapat
mempengaruhi kualitas makanan. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Jika higiene sanitasi
makanannya buruk maka dapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah
kesehatan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan higiene sanitasi pada pedagang angkringan di kawasan
Malioboro. Sampel penelitian yaitu pedagang angkringan di Kawasan Malioboro
dengan jumlah 40 pedagang angkringan. Hasil uji statistik penelitian kepada 40
pedagang angkringan, menunjukkan bahwa sebanyak 32 pedagang mempunyai
pengetahuan tinggi (80%), 36 pedagang mempunyai sikap baik (90%), 29
pedangang mempunyai fasilitas sanitasi buruk (72.5%), 26 pedagang mempunyai
higiene yang buruk (65%). Tidak ada hubungan antara pengetahuan (p=0.222),
sikap (p=1.000) dengan higiene pedagang. Ada hubungan antara fasilitas sanitasi
dengan higiene pedagang (p=0.029).

9. Judul : Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19


Penulis : Anih Sri Suryani
Link : https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/1757
Resume : Pembangunan sanitasi di Indonesia mengacu pada Sustainable
Development Goals di mana pada tahun 2030 ditargetkan dapat menjamin
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua. Adanya pandemi Covid-19 menjadikan sektor air bersih dan sanitasi
sangatlah penting dalam memutus mata rantai Covid-19. Tulisan ini bertujuan
untuk menggambarkan capaian target pembangunan sanitasi di Indonesia dan
mengkaji praktik empiris penyelenggaraan sanitasi pada saat pandemi Covid-19.
Metoda kualitatif digunakan untuk mengkaji sektor sanitasi sesuai dengan Target
SDGs keenam, yaitu: air bersih dan sanitasi layak, baik sebelum pandemi maupun
saat pandemi. Hasil kajian menunjukkan bahwa hingga 2019, sebelum pandemi
akses terhadap air minum, air limbah dan layanan sanitasi telah tercapai dengan
cukup baik. Namun penurunan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum optimal. Saat pandemi
Covid-19 konsumsi air bersih meningkat, perhatian pada pengolahan air limbah
meningkat, dan ada perubahan perilaku masyarakat untuk hidup lebih bersih.
10. Judul : Penerapan Keamanan Dan Sanitasi Pangan Pada Produksi Minuman
Sehat Kacang-Kacangan Umkm Jukajo Sukses Mulia Di Kabupaten Tangerang
Penulis : Angelina Rianti, Alvin Christopher, Devi Lestari, Warsono El Kiyat
Link : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAGT/article/view/9283
Resume : Tingkat keamanan dan sanitasi di lingkungan produksi minuman sehat
di UMKM Jukajo Sukses Mulia masih tergolong cukup baik. Sumber cemaran yang
paling berpotensi, terdapat pada proses produksi adalah higiene karyawan dan
kebersihan peralatan produksi. Produk minuman kacang hijau memiliki cemaran
mikroba yang melebihi batas standar BPOM, sementara minuman kacang kedelai
dan kacang merah berada pada batas aman. Titik kendali kritis terletak pada proses
filling pada saat produk akan dikemas, proses pendinginan yang terjadi setelah
produk dikemas, dan proses penyimpanan sebelum produk didistribuskan.

B. SANITASI LINGKUNGAN YANG BURUK DI SEKITAR DAN CARA


PENYELESAIAN HAL TERSEBUT
Kecamatan Baleendah merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bandung
yang merupakan daerah langganan banjir setiap tahunnya, meskipun demikian
masyarakat tetap bertahan dan beradaptasi dengan bencana banjir yang datang setiap
tahunnya. Kecamatan Baleendah merupakan dasar dari Danau Bandung, dan di daerah
penelitian tidak ditemukan adanya perbukitan ataupun lembah yang terjal yang
menyebabkan Kecamatan Baleendah menjadi muara-muara sungai sekitar Bandung,
sehingga pada saat terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi di Kecamatan
Baleendah menimbulkan genangan banjir, hal tersebut disebabkan oleh meluapnya air
yang ada di sungai, baik disebabkan oleh sedimentasi, maupun kurangnya kapasitas
sungai.
Cara penyelesian:
a. Arahan Penyediaan Prasarana Persampahan
 Sebelum Bencana
a. Pemerintah Kabupaten Bandung melakukan kerjasama lintas
program baik antar SKPD terkait tingkat kabupaten maupun
dengan tingkat provinsi dan nasional dalam menanggulangi dan
menghadapi permasalahan bencana banjir dan sanitasi..
b. Melakukan inventarisasi sarana tempat pembuangan sampah &
potensi sumber daya yang ada untuk pengelolaan sampah.
c. Secara rutin melakukan pengelolaan sampah yg berada di
wilayah bencana dengan cara pengelolaan sampah yang sesuai
dengan prosedur.
 Saat Terjadinya Bencana
a. Menyediakan tempat sampah dari kantong plastik (polybag),
potongan drum yang dilengkapi dengan tutup ditempat
penampungan pengungsi.
b. Penempatan wadah/tempat sampah diupayakan sedekat
mungkin dengan tempat penampungan pengungsi, maksimal
berjarak 15 m.
c. Memberdayakan pengungsi untuk membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan, dan memberdayakan masyarakat
untuk mengolah kembali barang-barang bekas.
d. Melakukan pengangkutan sampah setiap hari bila kantong/drum
yang tersedia telah penuh atau 2/3 bag. Kantong/drum telah terisi
atau maks 3 hr sekali sampah sudah diangkut ke TPS.
e. Dinas kesehatan dapat diwakili oleh sanitarian melakukan
pengamatan Vektor &binatang pengganggu di TPS dan TPA
f. Melakukan pencatatan baik terjadinya bencana maupun
kebutuhan pengelolaan persampahan ketika bencana sehingga
ketika bencana tersebut terulang masyarakat dan pemerintah
dapat segera menanggulangi permasalahan yang terjadi.
 Setelah Bencana
a. Petugas kebersihan & masyarakat menginventarisir sarana
pembuangan sampah yang rusak dan memperbaikinya.
b. Meningkatkan pengamatan dan segera menginformasikan
kepada pihak yang terkait jika mengetahui sampah tidak
tertangani.
c. Menggerakkan masyarakat untuk membersihkan sampah
dilokasi pengungsian dan lokasi bekas bencana.
d. Pemerintah setempat baik desa atau kelurahan dan/atau
masayarakat membuatusulan proposal kegiatan lanjutan dalam
pengamanan sampah yang dapat diajukan kepada
perusahaan/pihak lain disekitar wilayah sehingga mendapatkan
dana CSR atau dana lain untuk pembiayaan kebutukan
pengelolaan sampah.
b. Arahan Non Teknis
Arahan penanganan secara non-teknis dalam hal ini yaitu sebagai upaya
penanganan sanitasi dari sisi masyarakat yang bertujuan mengurangi dan
menghindari risiko bencana banjir. Arahan penanganan non-teknis tersebut
yaitu :
1. Meningkatkan peran insentif dan disinsentif terhadap masyaraakat
dalam pengelolaan sampah dilandasi dengan konsep-konsep mitigasi
bencana.
2. Pemberian edikasi masyarakat tentang tatacara pengelolaan sampah
rumah tangga khususnya organik dan anorganik.
3. Pemberian edukasi Masyarakat mengenai teknis Perawatan tangki
septik baik tangki septik pribadi maupun tangki septik komunal.
4. Meningkatkan peran insentif dan disinsentif terhadap masyaraakat
dalam hal penggunaan jamban dan buang air besar sembarangan
dilandasi dengan konsep-konsep mitigasi bencana.
5. Pemberian edukasi Masyarakat mengenai urgensi sanitasi untuk
kesehatan keluarga.
6. Peningkatan Kesadaran kebersihan MCK dan Jamban yang akan
berpengaruh terhadap kesehatan 7. Peningkatan kesadaran masyarakat
akan gotong royong pembersihan drainase secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai