Abstrak Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran,
apalagi air sumur tersebut dekat dengan pembuangan akhir sampah. Pencemaran
ini dapat mengakibatkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit diare
dan lain sebagainya. Selain hal tersebut sampah juga dapat menjadi tempat
perindukan vector seperti lalat dan tikus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kualitas mikrobiologis danpembuangan sampah terhadap
kejadian diare di desa Tanjung Anum. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross sectional, dengan populasi adalah seluruh KK yang memiliki balita
dan sumur gali di desa Tanjung Anum Data yang terkumpul diolah secara manual
dengan bantuan computer dan dianalisa secara statistic dengan uji Chi square
dengan tingkat kepercayaan 95 %. .Adapun hasil penelitian adalah bahwa pekerjaan
responden mayoritas petani dan pendidikan responden SLTA. Setelah diuji dengan
statistic maka diperoleh nilai P Value untuk variable kualitas air sumur yang
artinya ada hubungan kualitas dengan kejadian diare sedangkan p value variable Kata kunci :
pembuangan sampah 0,605 yang artinya tidak ada hubungan pembuangan sampah kualitas air,
dengan kejadian diare pada balita didesa Tanjung Anum kecamatan Pancur Batu. pengelolaan sampah,
Untuk itu diharapkan kepada masyarakat pengguna air sumur gali supaya diare
melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi seperti penyaringan
sederhanan.
Lembaga Penelitian 1
Universitas Negeri Medan
Malemta Tarigan dan Seri Asnawati Munthe
penyimpanan makanan yang tidak semestinya, perilaku kesehatan yang rendah sering menjadi
maka dapat menimbulkan kejadian diare faktor risiko terjadinya KLB diare (KemKes RI,
(Purwaningsih 2013 dalam Sander, 2005). 2011). Hasil SKRT (2001) menunjukkan angka
Penyakit yang menyerang manusia dapat kematian diare pada semua umur sebesar 23
ditularkan dan menyebar secara langsung per 100.000 penduduk dan pada balita 75 per
maupun tidak langsung melalui air. Penyakit 100.000. Hal ini menjadikan diare menempati
yang ditularkan melalui air disebut waterborne urutan ke-3 penyebab kematian pada semua
disease atau water-related disease. Terjadinya umur. Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan
suatu penyakit tentunya memerlukan adanya kasus diare yang ditemukan dan ditangani
agen danterkadang vektor. Berikut beberapa sebanyak 243.214 kasus (44,29%) sehingga
contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui angka kesakitan (IR) akibat diare per 1000
air berdasarkan tipe agen penyebabnya yaitu penduduk mencapai 18,73%. Angka ini
(Chandra, 2007): 1) Penyakit viral, misalnya mengalami peningkatan dari tahun 2009 yaitu
hepatitis, viral, poliomyelitis. 2) Penyakit 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target
bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare. program yaitu 220 per 1000 penduduk,
3) Penyakit protozoa, misalnya ameabiasis, rendahnya IR dikhawatirkan bukan
giardiasis. 4) Penyakit Helmintik, misalnya merefleksikan menurunnya kejadian penyakit
askariasis, whip worm, hydatid disease. 5) diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan
Leptospiral, misalnya Weil’s disease. banyaknya kasus yang tidak terdata. Di Kota
Penelitian Riris dan Bhaskarani (2010), Medan pada tahun 2010, dari 39 puskesmas
faktor sumber air minum tidak saniter , tingkat yang ada terdapat 88,729 kasus diare dari
ekonomi rendah berhubungan secara bermakna 2,097,610 penduduk Kota Medan atau sebesar
dengan kejadian diare pada nilai p=0,000. 4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan
Muhajirin (2007) dalam penelitiannya di Provsu, 2010).
Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap Data dari Dinas Kesehatan Sumut Secara
menyatakan ada hubungan antara praktek global disebutkan ,sepanjang tahun 2011, kasus
personal hygiene ibu dan sanitasi lingkungan diare di provinsi ini sebanyak 215.651 kasus
dengan kejadian diare pada anak balita. Hal dengan kematian sebanyak 26 kasus, tahun
senada juga diungkapkan Rahmat E. El Azar 2012 kasus diare sebanyak 222.682 kasus
(2006) bahwa faktor resiko terjadinya diare dengan 35 kasus kematian. (Harian Andalas
adalah kebersihan pribadi pengasuh dalam hal Kamis, 28 Maret 2013)
ini personal hygiene ibu. (Journal Eco Health Diare dapat terjadi bila seseorang
2009). mengonsumsi air minum yang telah tercemar,
Menurut Riskesdas 2007 diare merupakan baik tercemar dari sumbernya maupun
penyebab utama kematian bayi dan anak balita tercemar selama perjalanan sampai ke rumah
dengan persentase 31,4% pada bayi dan 25,2% (Widjaja, 2011). Menurut penelitian Putra
pada balita. (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform
Survei yang dilakukan oleh Sub Direktorat dalam air sumur gali yang terdapat di Desa
Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana
sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat
insidens diare naik. Pada tahun 2000, Insidens konstruksi dan dekat dengan sumber
Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat
tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, pembuangan air limbah yang memungkinkan
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan
dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk kontaminan yang mengandung bakteriologi.
(Kemenkes RI, 2011). Keberadaan sampah juga erat kaitannya
KLB diare masih sering terjadi dengan dengan kesehatan masyarakat, karena pada
jumlah penderita dan kematian yang banyak. sampah dapat hidup berbagai mikroorganisme
Rendahnya cakupan higiene sanitasi dan penyebab penyakit (bacteria pathogen) dan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bakteri E.coli tidak berbahaya bahkan
bahwa Kualitas air sumur gali mayoritas keberadaannya bisa dibilang menguntungkan.
memenuhi syarat yaitu 85 % namun masih Fungsi utama dari E.coli yaitu berperan dalam
ditemukan air yang belum memenuhi syarat memproduksi vitamin K melalui proses
dari segi bakteriologi. Air ini tidak memenuhi pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi
syarat dikarenakan bahwa sumur gali untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi
responden masih ada yang berdekatan dengan perdarahan seperti pada luka/mimisan (Denis,
pembuangan sampah bahkan dekat atau 2013).
kurang 10 meter dari tempat pembuangan E.coli mempunyai sifat yang unik karena
kotoran. Hal inilah yang mengakibatkan merupakan flora normal namun dapat
kualitas air tidak memenuhi syarat terutama menyebabkan infeksi primer pada usus
segi bakteriologi karena menurut permenkes misalnya diare pada anak, seperti juga
2010 no 492 tentang kualitas air bahwa jarak air kemampuannya menimbulkan infeksi pada
dengan sumber pengotoran minimal 10 meter jaringan tubuh lain di luar usus. Bakteri E.coli
dan bebas E.Coli. yang berada di dalam usus besar manusia
Bakteri yang sering ditemukan pada sumber berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri
air minum adalah bakteri Escherichia jahat dan membantu dalam proses pencernaan
coli (E.coli). E.coli adalah kuman oportunis yang termasuk pembusukan sisa-sisa makanan
banyak ditemukan di dalam usus besar dalam usus besar (Denis, 2013)
manusia sebagai flora normal. Kebanyakan dari
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hubungan Kualitas Air dengan kejadian Diare di Desa Tanjung
Anum Kecamatan Pancur Batu
Kejadian Diare Total P Value
No Kualitas Air Negatif Positif
N %
N % N %
1 Memenuhi Syarat 77 77 8 8 85 85 0,000
2 Tidak Memenuhi Syarat 5 5 10 10 15 15
Total 82 82 18 18 100 100
Sedangkan berdasarkan hasil tabulasi untuk mencuci tangan pakai sabun maka
silang antara kualitas dengan kejadian diare semakin banyak juga kemungkinan
bahwa dari 53 orang (58,2%) yang responden yang akan mengalami diare.
menggunakan kualitas fisik air yang baik Dari hasil uji statistic diperoleh untuk
terdapat responden yang pernah mengalami variable kualitas air p value = 0,000 (p<0,05),
kejadian diare sebanyak 16 orang (17,6%), berarti ada hubungan kualitas air dengan
dari 38 orang (41,8%) yang tidak kejadian diare.Hal ini sejalan dengan
menggunakan kualitas fisik air yang baik penelitian Pelita tahun 2014 di Binjai bahwa
terdapat responden yang pernah mengalami ada hubungan kualitas air dengan kejadian
diare sebanyak 22 orang (24,2%). Artinya diare pada balita di kecamatan Binjai Kota
semakin banyak responden yang tidak dengan p value = 0,03
menggunakan kualitas fisik air yang baik
Tabel 2. Distribusi Hubungan Pembuangan sampah dengan kejadian Diare di Desa Tanjung Anum
Kecamatan Pancur Batu
Kejadian Diare Total P Value
No Pembuangan Sampah Positif Negatif
N %
N % N %
1 Memenuhi Syarat 6 6 2 2 8 8 0.605
2 Tidak Memenuhi Syarat 76 76 16 16 92 92
Total 82 82 18 16 100 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa Sampah adalah bahan atau benda padat
responden yang memiliki Sistem Pembuangan yang terjadi akibat aktifitas manusia yang
sampah memenuhi syarat ada 6 orang (6 %) tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan
yang mengalami diare sedangkan responden dibuang dengan cara saniter, kecuali yang
yang memiliki pembuangan sampah yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto,
tidak memenuhi syarat ada 76 orang yang 1985). Dan menurut Apriadji (1992)
mengalami diare (76 %&). Setelah diuji dengan sampah/waste adalah zat atau benda yang
uji statistic maka diperoleh nilap P value 0.605 sudah tidak terpakai lagi baik dari bahan
yang artinya tidak ada hubungan buangan rumah tangga maupun dari pabrik
pembuangan sampah dengan kejadian diare di sebagai sisa proses industri. Pengumpulan dan
desa Tanjung Anum Kecamatan Pancur Batu penampungan sampah merupakan rangkaian
tahun 2017. kegiatan yang termasuk dalam suatu proses
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pengelolaan dan pengolahan sampah.
bahwa pembuangan sampah mayoritas Pengumpulan dan penampungan sampah ini
memenuhi syarat yaitu 92 %. Hal ini terlihat adalah merupakan tanggung jawab dari
memang dihalaman banyak sampah tidak masing-masing rumahtangga, institusi dan
pada tempatnya. Menurut Harmendo dkk, atau tempat yang menghasilkan/
2009 mengatakan bahwa sanitasi lingkungan memproduksi sampah.
yang buruk salah satunya sampah yang Limbah rumah tangga ini dibuang pada
berserakan merupakan potensi terjadinya tempat terbuka dan biasanya langsung
diare karena lingkungan buruk merupakan mencemari tanah. Hal ini tentu saja dapat
suatu tempat untuk perkembangbiakan sebagai media penyebaran berbagai penyakit
bakteri. Selain itu lingkungan buruk terutama kolera, diare, typus, media
mempermudah seseorang terkena penyakit berkembangbiaknya mikroorganisme patogen,
lain. tempat berkembangbiaknya nyamuk,
menimbulkan bau yang tidak enak serta
pemandangan yang tidak sedap, sebagai hanya disebabkan oleh pembuangan sampah
sumber pencemaran air permukaan tanah dan yang tidak saniter tetapi dipengaruhi oleh
lingkungan hidup lainnya. paktor lain.
Keadaan sehat merupakan hasil interaksi
antara manusia dan lingkungannya yang
Simpulan dan Saran
serasi dan dinamis. Lingkungan yang tidak Ada hubungan kualitas air dengan
memenuhi standar kesehatan diketahui kejadian diare pada balita di desa Tanjung
merupakan faktor resiko timbulnya gangguan Anum Kecamatan Pancur Batu Deli SerdaNg
kesehatan masyarakat. Diare merupakan salah Tahun 2017.
satu penyakit yang erat hubungannya dengan Diharapkan kepada masyarakat supaya
hygiene dan sanitasi lingkungan seperti melakukan penyaringan air sebelum
penggunaan air minum yang tidak bersih, mengkonsumsi apabila menggunakan sumber
tidak memadainya sarana pembuangan air sumur gali dan menjaga kebersihan
kotoran, limbah, sampah, dan perumahan lingkungan seperti membuang sampah pada
yang tidak memenuhi standar kesehatan. tempatnya. Seyogianya pihak kecamatan atau
Kurangnya kebersihan lingkungan ini puskesmas melakukan kegiatan penyuluhan
menyebabkan angka kejadian diare semakin tentang kesehatan lingkungan secara rutin
meningkat. Berarti semakin baik kondisi Kiranya peneliti selanjutnya dapat
lingkungan seseorang maka semakin kecil meneliti variabel lain yang dapat
kemungkinan terjadinya diare akut pada anak menyebabkan diare seperti variabel jamban
balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Joko (2000), Sonny (2002), Ucapan Terima Kasih
Sunanti (2004), yang menyatakan bahwa Ucapan terimaksih disampaikan kepada
lingkungan berhubungan erat dan merupakan Dirjen Dikti Depdiknas atas bantuan dan
faktor resiko terhadap kejadian diare akut penelitian melalui Hibah Bersaing Pendanaan
pada anak balita. 2017 dan Lemlit USM Indonesia
Menurut Entjang (2000), bahwa perbaikan
cara pembuangan kotoran dan limbah
Daftar Pustaka
merupakan salah satu cara untuk
menyehatkan lingkungan karena mencegah Arif Sumantri.2010. Kesehatan Lingkungan
tempat pembuangan limbah menjadi tempat Dan Perspektif Islam. Prenada Media
perindukan vektor. Dan menurut Harijanto Grup.Jakarta
(2000) menyatakan bahwa tingkat kesadaran Kusnaedii, 2006; Mengolah air gambut dan Air
masyarakat tentang bahaya diare antara lain Kotor untuk minum, Penebar, Swadaya,
dengan menyehatkan lingkungan. Hal Jakrta.
ini dapat diasumsikan bahwa sanitasi Meilita, T, 2007; Arang Aktif (Pengenalan dan
lingkungan yang baik akan mencegah proses pembuatannya)
penularan penyakit diare akan terhindari, http://library.usu.ac.id/Arang Aktif, diakses
sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi tanggal 8 Nopember 2017.
lingkungan yang baik efektif untuk mencegah Nusa, Idaman Said, 1999; Kesehatan
diare. Masyarakat dan Teknologi Kualitas Air ,
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh p = Peneribit Direktorat Teknologi
0,605 yang berarti tidak ada pengaruh Lingkungan,Deputi Bidang TIEML,BPPT,
pengelolaan sampah dengan kejadian diare, Jakarta.
padahal menurut tiori ada hubungan Palupi Widyastuti dan Apriningsih, 2002,
pembuangan sampah dengan kejadian diare. Pedoman Mutu Air Minum edisi 3, EGC.
Pada penelitian ini ada perbedaan tiori dengan Jakarta
hasil penelitian, mungkin karena sampelnya
diambil terlalu sedikit, selain itu diare bukan