Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

DIARE

Dosen Pengampuh : IWAN DESIMAL S.KM.,M.Kes

Disusun oleh : Andi Arjuna Sakti(21281070)


Kelas : lllB
Matkul : kesehatan Lingkungan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
2022
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi sehat menurut “World Health Organization” (WHO) merumuskan dalam cakupan
yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
Sakit adalah istilah untuk keadaan buruk pada pikiran, tubuh, dan hal lain seperti jiwa. Sakit
adalah perasaan umum saat seseorang merasa sakit atau tidak enak badan (keadaan
seseorang selain dari sehat). Banyak orang cenderung mengartikan sama antara sakit dan
penyakit, padahal keduanya sangatlah berbeda.

Pengertian diare
Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari
biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanyak tiga kali atau lebih
dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer. Ada dua jenis diare yang
bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten). Diare akut adalah diare yang berlangsung
dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum. Diare akut biasanya
berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian menghilang
dengan sendirinya.Diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari merupakan pertanda
dari masalah yang lebih serius. Diare kronis yang berlangsung minimal 4 minggu bisa
menjadi gejala penyakit kronis. Gejala pada diare kronis bisa berlangsung terus-menerus
atau datang dan pergi.

Menurut WHO
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah kejadian buang air besar dengan
konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24
jam.

Faktor resiko diare


 Jarang mencuci tangan setelah ke toilet.
 Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih.
 Jarang membersihkan dapur dan toilet.
 Sumber air yang tidak bersih.
 Makan makanan sisa yang sudah dingin.
 Tidak mencuci tangan dengan sabun.

Penyebab diare
 Bakteri dari makanan atau air yang terkontaminasi.
 Virus seperti flu, norovirus, atau rotavirus. Rotavirus adalah penyebab paling umum
dari diare akut pada anak-anak.
 Parasit, yang merupakan organisme kecil yang ditemukan dalam makanan atau air
yang terkontaminasi.
 Intoleransi atau sensitivitas terhadap makanan, seperti laktosa dan fruktosa.
 Alergi makanan.
 Efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, obat kanker, dan antasida
yang mengandung magnesium.
 Penyakit yang mempengaruhi lambung, usus kecil, atau usus besar, seperti penyakit
Crohn.
 Masalah dengan fungsi usus besar, seperti sindrom iritasi usus besar.
 Penyakit celiac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten.

Gejala diare
 Feses lembek dan cair.
 Nyeri dan kram perut.
 Mual dan muntah.
 Nyeri kepala.
 Kehilangan nafsu makan.
 Haus terus-menerus.
 Darah pada feses.

Teori modern(contemporary model)


 Dahlgren dan Whitehead pada tahun 2006 menyebutkan bahwa ada tiga faktor
utama meliputi umur, jenis kelamin dan genetik yang menjadi faktor timbulnya
penyakit pada masyarakat. Selain ketiga faktor utama tersebut, terdapat beberapa
faktor pendukung lainnya seperti gaya hidup, interaksi sosial, kondisi pekerjaan dan
kehidupan, ketersediaan bahan pangan, akses barang bagus dan pelayanan optimal
serta beberapa faktor yang menyangkut ekonomi, budaya dan kondisi lingkungan
 Ansari (2003) menyebutkan bahwa terdapat 4 faktor utama yang memengaruhi
timbulnya penyakit pada masyarakat yaitu, status sosial, pelayanan kesehatan,
perilaku timbulnya penyakit dan status kesehatan
 WHO Commission on Social Determinants of Health (WHOCSDH) (2007)
menyimpulkan bahwa kondisi sosial di mana orang dilahirkan, hidup dan bekerja
merupakan faktor utama yang memengaruhi timbulnya penyakit pada masyarakat
URAIAN KASUS
Faktor Lingkungan yang Harus Diwaspadai sebagai Penyebab Diare pada
Balita
 Kesehatan anak utamanya saat masih dalam kategori usia balita merupakan suatu
hal yang harus menjadi perhatian khusus bagi para orang tua sebab pada usia
tersebut anak sedang mengalami fase tumbuh kembang yang harus dioptimalkan
dan satu masalah kesehatan yang terjadi bisa berdampak fatal bagi masa depannya.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap status kesehatan anak atau individu
adalah lingkungan sosial ekonomi, lingkungan fisik, dan perilaku individu. Salah satu
faktor yang berperan besar adalah faktor lingkungan seperti keadaan tempat tinggal,
kondisi lingkungan sekitar individu.
 Kualitas kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberikan peran
terbesar bagi kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan lingkungan meliputi akses air
bersih, akses sanitasi dasar yang layak, penanganan limbah, vektor penyakit. Apabila
terdapat ketidak seimbangan faktor kesehatan lingkungan maka akan berdampak
pada kondisi kesehatan individu dan dapat menimbulkan penyakit berbasis
lingkungan seperti diare, ISPA, malaria, demam berdarah dengue, dan tuberkulosis
paru. Risiko lingkungan menyumbang 23% penyebab kematian secara global, dan
sebanyak 2,5 juta kematian terkait penyakit infeksi, parasit, neonatal dan gizi dan
memiliki laporan yang lebih besar pada anak-anak.
 Salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih terjadi di Indonesia adalah diare.
Diare disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit, malabsorpsi, alergi,
keracunan, dan imunodefisiensi. Jika diare tidak ditangani dengan serius maka akan
mengakibatkan dehidrasi dan malnutrisi. WHO menyatakan bahwa diare merupakan
penyebab kematian balita nomor dua di dunia. Penyakit diare berkontribusi besar
terhadap malnutrisi dan kematian anak. Diare dapat menyerang semua umur
sehingga harus mendapat perhatian khusus karena jumlahnya yang masih tinggi.
Berdasarkan data WHO tahun 2017, terdapat 1,7 juta kasus diare pada balita setiap
tahun dan 525.000 (30,8%) diantaranya meninggal akibat diare.
 Faktor lingkungan yang memiliki peran yang signifikan terhadap diare berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mayoritas kejadian diare terjadi pada
rumah yang lantainya tidak kedap air sebesar 77,8%, rumah dengan jamban keluarga
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan sebesar 73,9%, rumah tanpa saluran air
limbah memenuhi persyaratan sebesar 47,1%, pengolahan sampah rumah tangga
yang tidak tepat 83,3% dan ketersediaan air bersih yang tidak memadai sebesar
68.8%.
 Lantai yang tidak tahan air menyebabkan ruangan menjadi lebih mudah kotor dan
menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme serta dapat menyerap air yang
kemungkinan telah tercemar mikroorganisme. Oleh karena itu, anak balita yang
bermain di rumah dan bersentuhan dengan lantai yang kotor akan menyebabkan
balita mudah terkena penyakit akibat kuman yang menempel di tubuhnya, termasuk
kuman penyebab diare. Ketersediaan jamban keluarga yang memenuhi syarat
Kesehatan juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada
balita. Ketersediaan jamban keluarga berdampak besar pada penurunan risiko
penyakit diare. Hal ini dikarenakan banyak penyakit menular yang ditularkan melalui
penularan fecal-oral dan melalui berbagai media (seperti air, tanah), kontak langsung
dengan permukaan benda yang terkontaminasi, atau melalui vektor (seperti lalat)
saat membuang feses dimanapun.
 Sementara itu, air limbah rumah tangga merupakan air limbah yang tidak
mengandung kotoran manusia yaitu air dari kamar mandi, dapur, mencuci pakaian
dan lain-lain. Air limbah tersebut dapat menjadi media yang berguna untuk
pertumbuhan mikroorganisme patogen. Oleh karena itu diperlukan saluran
pembuangan khusus yang terbuat dari bahan anti air agar tidak mencemari
lingkungan sekitar rumah dan dapat mencegah munculnya beberapa penyakit akibat
pembuangan sampah dan saluran pembuangan salah satunya ada diare. Untuk
aspek pengolahan sampah beberapa responden menyatakan bahwa cara mereka
mengolah sampah antara lain membakar sampah, membiarkan sampah organik dan
anorganik tercampur, dan sampah dibiarkan menumpuk dan membusuk di area
terbuka seperti di lapangan. Hal ini dapat membuat vektor penyakit seperti lalat
mudah berkembang biak dan risiko diare pada balita meningkat.
 Faktor yang terakhir adalah kesediaan air bersih sebagai salah satu penyebab diare.
Sumber air bersih yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan, karena sangat
menentukan kualitas air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti
mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Sumber air bersih yang tidak memenuhi
syarat, yang tidak terlindungi, dekat dengan jamban dan tangki septik, dapat dengan
mudah mencemari air yang dihasilkan. Air yang tercemar meningkatkan risiko
terjadinya diare pada balita, karena salah satu media penularan penyakit ini adalah
melalui air.
 Beberapa cara untuk mengurangi kejadian diare antara lain membersihkan lantai
rumah secara rutin, menyediakan keset pada lantai yang masih terbuat dari tanah,
menyediakan tempat sampah yang tertutup dan tahan air, mengumpulkan sampah
di tempat pembuangan sementara terdekat, dan mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir setelah bersentuhan dengan tanah.
Daftar pustaka
https://www.halodoc.com/kesehatan/diare
https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article/view/324
https://news.unair.ac.id/2021/02/26/faktor-lingkungan-yang-harus-
diwaspadai-sebagai-penyebab-diare-pada-balita/?lang=id

Anda mungkin juga menyukai