Anda di halaman 1dari 24

Makalah Penyuluhan

Diare pada Anak

Oleh
Pandji Winata Nurikhwan
I1A010070

BAGIAN/UPF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
BANJARMASIN
Juni, 2015
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2
2.1. Definisi.......................................................................................................... 2
2.2. Etiologi ......................................................................................................... 2
2.3. Patogenesis ................................................................................................... 6
2.4. Menilai Diare Berdasarkan MTBS ........................................................... 7
2.5. Penatalaksanaan Diare ............................................................................... 10
2.6. Pencegahan Penyakit Diare ........................................................................ 14
BAB III. PENUTUP ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak penyakit yang berbasis lingkungan yang terjadi di Indonesia, salah

satunya penyakit diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan yang

utama di Indonesia, baik ditinjau dari segi kesakitan maupun dari kematian yang

ditimbulkannya. Insidensinya masih cukup tinggi dengan angka tertinggi pada

bayi dan balita. Diperkirakan diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta anak

balita setiap tahunnya. Kira kira 80 % kematian ini terjadi pada dua tahun

pertama umurnya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Subdit P2 Diare

episode diare balita adalah 1,6 2,2 kali pertahun dan angka kesakitan untuk

semua golongan umur adalah sekitar 230 330 per 1000 penduduk. Dengan

demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian

setiap tahunnya, sebagian besar (70 80 %) dari penderita ini adalah anak

dibawah lima tahun (40 juta kejadian), dengan insiden tertinggi dijumpai pada

usia di bawah 2 tahun. Sebagian penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila

tidak segera ditolong 50 60 % diantaranya dapat meninggal. Dengan angka

kematian 25 30 % pada seluruh kematian terjadi pada bayi dan balita. Angka

kesakitan diare masih mengalami fluktuasi, mengingat banyaknya faktor faktor

yang mempengaruhi dan masih memerlukan waktu untuk peningkatannya seperti

keadaan sanitasi lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya serta faktor gizi dari

penjamunya sendiri. 1-5

1
Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit

terbesar yang angka kejadiannya cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor

lingkungan yaitu banyaknya daerah pemukiman penduduk yang dilalui oleh

sungai sehingga pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari cukup

tinggi. Kondisi seperti ini masih menjadi salah satu penyebab tingginya kasus

diare di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan

Selatan, Insidence Rate (per 1000 penduduk) dari tahun 1997 1999 mengalami

penurunan yaitu dari 17,03 menjadi 11,38. Kemudian pada tahun 2000 meningkat

lagi menjadi sebesar 15,47. 6

1.2. Tujuan

Berdasarkan data yang sudah dipaparkan di atas tampak bahwa masih

kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan dalam hal

pencegahan penyakit diare, sehingga masih diperlukan penyuluhan yang intensif

tentang pencegahan dan penatalaksanaan penyakit diare.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal

dan cair. Di bagaian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai

buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi

buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1

bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 9

Diare atau penyakit diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang

berarti mengalir terus, merupakan suatu pengeluaran tinja encer lebih dari 3 kali

sehari, dengan/atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. 7,8

2.2. Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 9

1. Faktor Infeksi

a. Infeksi Enteral yaitu infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama

diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, dll), Infeksi virus

(Enterovirus, rotavirus, adenovirus, dll), dan Infeksi parasit (Cacing

(Ascaris, Trichuris,dll), Protozoa (E. Hystolotica, G.Lamblia, dll), Jamur

(Candida albicans))

3
b. Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,

seperti Otitis Media Akut, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, encefalitis,

dll. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2

tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat :disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting ialah intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi Lemak terutama long chain triglyserida.

c. Malabsorbsi Protein : asam amino dan beta-laktoglobulin.

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Faktor psikologis : rasa takut atau cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

Selain itu, faktor penentu terjadinya diare adalah faktor penyebab (agent)

dan faktor penjamu (host) dan faktor lingkungan. Faktor penjamu adalah

kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan

tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas

lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab

yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel

mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di

usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang

dapat menginduksi diare.10

4
Kuman penyebab diare biasanya biasanya menyebar melalui fecal-oral

antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak

langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku masyarakat dapat

menyebabkan kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku

tersebut antara lain :

1. Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara penuh 4-6 bulan pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI mempunyai daya tahan tubuh yang

rendah dan dapat terjadi malabsorbi dari pengganti ASI, dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat lebih besar.

2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh

kuman karena botol susuah dibersihkan.

3. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Penyimpanan makanan pada suhu

kamar memudahkan makanan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

4. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari

sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat

terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penimpanan.

5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja

anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

6. Tidak membuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar. Tinja bayi

mengandung virus atau bakteri dalan jumlah besar . 11-13

5
Selain perilaku di atas, keadaan penjamu (host) yang meningkatkan

kerentanan terhadap diare yaitu sebagai berikut :

1. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare

meningkat pada anak-anak dengan gangguan gizi, terutama penderita gizi

buruk.

2. Campak. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang

menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh

penderita.

3. Imunodefisiensi. Keadaan ni hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah

terjadi infeksi virus atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada

penderita AIDS. 11,12,14

Untuk faktor lingkungan dan prilaku yang dominan mempengaruhi

munculnya penyakit diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. 11,15

2.3. Patogenesis
9
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah

diare.

6
2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Patogenesis diare akut: 9

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil

melewati rintangan asam lambung

2. Jasad renik tersebut berkembang biak di dalam usus halus

3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare

Patogenesis diare persisten : 16

Patogenesisnya tidak diketahui tetapi mungkin bersifat multifaktorial.

Faktor-faktor yang berperan adalah infeksi, kerusakan mukosa, lambatnya

penyembuhan kerusakan mukosa, turunnya daya tahan tubuh penderita. Semua ini

sangat dipengaruhi oleh malnutrisi.

7
2.4. Menilai Diare Berdasarkan MTBS 17

Yang perlu dinilai pada anak diare adalah sudah berapa lama anak

menderita diare, adanya darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak

menderita disenteri, dan tanda-tanda dehidrasi. Tanyakan tentang diare sambil

melihat bagan MTBS. Lihat dan Raba tanda-tanda berikut ini:

Lihat keadaan umum anak. Apakah anak letargis atau tidak sadar? gelisah dan

rewel?

Lihat apakah matanya cekung

Beri anak minum. Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum? Minum

dengan lahap atau kehausan?

Cubit kulit perut anak. Apakah cubitan kulit kembali : sangat lambat (lebih dari

2 detik)? lambat?

Mengklasifikasikan diare berdasarkan MTBS, ada tiga tabel klasifikasi

untuk mengklasifikasikan diare :

Semua anak dengan diare diklasifikasikan menurut derajat dehidrasinya.

Bila anak telah menderita diare 14 hari atau lebih, klasifikasikan anak untuk

Diare Persisten

Bila ada darah dalam tinjanya, klasifikasikan anak untuk Disenteri

Mengklasifikasikan dehidrasi, ada tiga kemungkinan klasifikasi dehidrasi

pada anak dengan diare :

Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan / sedang

Tanpa dehidrasi

8
Tabel 1. Penatalaksanaan Diare berdasarkan MTBS
Gejala Tindakan
Klasifikasi

Terdapat dua atau lebih - Jika tidak ada klasifikasi berat


dari tanda-tanda berikut : lainnya Beri cairan untuk
- letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT (Rencana
- mata cekung Terapi C) atau
- tidak bisa minum atau - Jika anak mempunyai
malas minum klasifikasi berat lainnya :
- cubitan kulit perut Rujuk SEGERA dan selama
kembalinya sangat dalam perjalanan mintalah agar
lambat DEHIDRASI ibu terus memberikan larutan
BERAT Oralit sedikit demi sedikit.
* Anjurkan ibu agar tetap
memberi ASI
- Jika ada kolera di daerah
tersebut, beri antibiotik untuk
kolera.
Terdapat dua atau lebih - Beri cairan dan makanan
dari tanda-tanda berikut : sesuai Rencana Terapi B
- gelisah, rewel/ mudah - Jika anak mempunyai
marah klasifikasi berat lainnya :
- mata cekung *Rujuk SEGERA dan selama
- haus, minum dengan dalam perjalanan mintalah
lahap agar ibu terus memberikan
- cubitan kulit perut DEHIDRASI Oralit sedikit demi sedikit
kembalinya lambat RINGAN/ *Anjurkan ibu agar tetap
SEDANG memberi ASI
- Nasihati ibu kapan harus
kembali segera
- Kunjungan ulang setelah 5
hari bila tidak ada perbaikan.
Tidak cukup tanda-tanda - Beri cairan dan makanan
untuk diklasifikasikan sesuai Rencana Terapi A
TANPA
sebagai dehidrasi berat - Nasihati ibu tentang kapan
DEHIDRASI
atau ringan/sedang harus kembali segera
- Kunjungan ulang setelah 5 hari
bila tidak ada perbaikan

9
Mengklasifikasikan Diare Persisten, klasifikasikan anak untuk diare

persisten bila anak telah menderita diare 14 hari atau lebih. Ada dua klasifikasi

untuk diare persisten yaitu diare persisten dan diare persisten berat.

Tabel 2. Penatalaksanaan Diare Persisten dan Disentri berdasarkan MTBS


Ada dehidrasi - Atasi dehidrasi sebelum
DIARE PERSISTEN dirujuk, kecuali bila anak
BERAT juga mempunyai klasifikasi
berat yang lain
- Rujuk
Tanpa dehidrasi - Nasihati ibu tentang cara
DIARE PERSISTEN pemberian makan pada anak
dengan Diare Persisten
- Kunjungan ulang setelah 5
hari
Darah dalam tinja - Beri antibiotik yang sesuai
(beraknya campur DISENTERI untuk Shigella selama 5 hari
darah) - Kunjungan ulang setelah 2
hari

10
2.5. Penatalaksanaan Diare 16,17

Rencana Terapi A: Penanganan Diare Di Rumah

Jelaskan pada ibu tentang 3 aturan Penanganan di Rumah

1. Pemberian cairan tambahan sebanyak anak mau

Jelaskan kepada ibu :

- Menyusui lebih sering dan lebih lama setiapkali pemberian sebagai tambahan

- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang

- Jika anak tidak memperoleh ASI, berikan salah satu/lebih cairan berikut ini :

oralit, larutan gula garam, cairan makanan, air matang.

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :

- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C pada kunjungan ini

- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri ibu 6 bungkus oralit

(200 ml) untuk digunakan di rumah.

Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan, sebagai

tambahan kebutuhan sehari-hari.

Sampai umur 1 tahun 50 100 ml setiap kali berak


Umur 1 sampai 5 tahun 100 200 ml setiap kali berak

Katakan kepada ibu :

- Memberikan minum sedikit demi sedikit tetapi sering

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih

lambat.

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti

11
2. Melanjutkan Pemberian Makan

3. Kapan harus kembali

Ibu harus segera membawa kembali anaknya ke petugas kesehatan bila

terdapat tanda-tanda:

- Tidak dapat minum atau menyusu

- Bertambah parah

- Timbul demam

- Berak disertai darah

- Malas minum

Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan / Sedang Dengan Oralit

Memberikan sejumlah tertentu Oralit di klinik selama 3 jam (Pojok Oralit).

Jumlah oralit yang harus diberikan dalam 3 jam pertama

UMUR Sampai 4 bulan 4 - 12 bulan 12 24 bulan 2 5 tahun


BERAT < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - <12 kg 12 -13 kg
Dalam ml 200 400 400 700 700 900 900 1400

Umur hanya digunakan bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah Oralit

yang diperlukan (ml) = 75 X berat badan (kg).

- Jika anak menginginkan Oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan.

- Untuk anak berumur < 6 bulan tidak menetek, berikan juga 100 200 ml air

matang selama periode ini

Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit :

- Minumkan sedikit demi sedikit tetapi sering

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, lanjutkan lagi dengan lebih lambat.

- Lanjutkan menyusui selama anak mau

12
Setelah 3 jam,

- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi anak

- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

- Mulailah memberi makan pada anak ketika masih di klinik

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai,

- Tunjukkan cara membuat larutan Oralit di rumah

- Tunjukkan jumlah Oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan

3 jam penanganan

- Berikan bungkus Oralit cukup untuk menyelesaikan rehidrasi, juga beri 6

bungkus sesuai yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A.

- Jelaskan 3 Aturan Perawatan di Rumah

Pemberian cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Melanjutkan pemberian makan

Kapan harus kembali

Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat Dengan Cepat

1. Bila dapat segera memberikan cairan intravena.

2. Bila tidak dapat segera memberikan cairan intravena, tetapi ada fasilitas

pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit) rujuk pasien

3. Jika tidak ada fasilitas di atas, jika bisa gunakan pipa nasogastrik untuk

rehidrasi.

4. Bila tidak dapat menggunakan menggunakan pipa naso gastrik, lihat apakah

anak bisa minum

13
Penanganan diare persisten

Diare persisten memerlukan penanganan dengan makanan khusus.

Penanganan disentri

Berikan antibiotik oral yang sesuai

2.6. Pencegahan Penyakit Diare

Cara-cara pencegahan diare yang dapat dilakukan : 12, 15, 16

1. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI steril, berbeda dengan

susu formula yang disiapkan dalam botol karena tidak steril. Pemberian ASI

aman, selalu tersedia dan tidak usah dibeli. ASI mempunyai khasiat preventif

secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat lain yang dikandungnya. Pada

bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko

mendapat diare 30x lebih besar.

2. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI diberikan secara bertahap. Masa

pemberian makanan pendamping ASI merupakan masa yang berbahaya

meningkatnya resiko terjadinya diare, sehingga perlu perilaku pemberian makanan

pendamping ASI yang baik meliputi kapan, apa dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran pemberian makanan pendamping ASI yang baik, yaitu

makanan lunak diperkenalkan ketika anak berumur 4-6 bulan, dengan pemberian

makanan 4x sehari. Dapat pula ditambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam

14
nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi, susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, dan buah-buahan serta sayuran berwarna hijau.

3. Penggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fekaloral. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontamasi mulai

dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

4. Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak

dan sebelum makan.

5. Penggunakan Jamban

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang benar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan keluarga :

- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai

oleh seluruh anggota keluarga

- Bersihkan jamban secara teratur

- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak anak-anak pergi ke tempat buang

air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak,

dan tempat-tempat bermnain serta lebih dari 10 meter berjarak antara tempat

buang air besar dengan sumber air minum, hindari buang air besar tanpa alas

kaki.

15
6. Membuang tinja bayi yang benar

Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Tinja merupakan

kumpulan kuman dan virus. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban

- Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau

olehnya.

- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam

lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

- Bersihkan dengan benar setelah buang besar dan cuci tangan dengan sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi

campak dapat mencegah diare.

16
BAB III

PENUTUP

Diare masih merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di Indonesia

yang menjadi salah satu penyebab kematian pada bayi dan balita. Dalam upaya

menurunkan angka kesakitan dan kematian diare telah dikembangkan

penanggulangan penyakit diare secara terencana dan sistematis melalui program

Pemberantasan dan Penanggulangan Diare, dimana penyuluhan kesehatan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan Lingkungan. Dalam : Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Jakarta, 2003

2. Mukti Sofyan. Peranan Kesehatan Lingkungan Dan Perorangan Dalam Menurunkan Angka
Kesakitan Penyakit Diare. Dalam : Seminar Nasional Pemberantasan Diare di
Yogyakarta 12-15 Agustus 1990. Jakarta : DepKes RI Ditjen PPM & PLP, 1992

3. Suraatmaja Sudaryat. Diare. Dalam : Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto, 2005

4. Depkes Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. Berita Epidemiologi Kota Banjarmasin.


Edisi II. Banjarmasin, 2002

5. Staf Pengajar IKA FKUI. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 1. Jakarta : FKUI, 1998

6. Ngastiyah. Perawatan Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Dalam :
Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC, 1993

7. Anonim. Tatalaksana Penderita Diare. http://www. ppmplp.depkes

8. Depkes RI Ditjen PPM & PLP. Buku Pedoman Penatalaksanaan Penderita ISPA dan
Diare Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta, 1988

9. DepKes RI. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 2. Jakarta, 1999


LAMPIRAN
Apa itu DIARE?
Cegah Diare dengan
1. Membuang sampah pada tempatnya
2. Meminum air yang sehat
Diare dan Buang air besar encer lebih dari 3x
dalam sehari dengan atau tanpa lendir
3.
4.
Buang air pada tempatnya
Mencuci tangan yang sering dan benar.
dan darah dalam tinja, berlangusung
Penanganannya kurang dari 1 minggu, dan dapat disertai 7 Langkah Cuci Tangan yang Benar :
muntah atau tidak.
Diare dapat menyebabkan kekurangan
cairan & elektrolit dalam tubuh
(dehidrasi)

Tanda dan Gejala Dehidrasi


Derajat Dehidarasi pada Diare
Pemeriksaan Tidak Dehidrasi Dehidrasi
dehidrasi tidak berat berat
Keadaan Baik, Gelisah Lesu, tidak
umum sadar sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Rasa haus Normal, Kehausan, Malas minum
tidak ingin atau tidak
haus minum dapat minum
banyak
Mulut lidah Basah Kering Sangat kering
Turgor kulit Kembali Kembali Kembali
cepat lambat sangat lambat

1. Mengusap Telapak dengan telapak


2. Mengusap punggung tangan
BERITAKAN TETANGGA TENTANG 3. Mengusap antar sela-sela jari tangan
PESAN INI, MARI TANGANI DIARE 4. Punggung jari dengan telapak satunya
dengan jari saling mengunci
SECEPATNYA 5. Jempol tangan digosok memutar oleh
tangan kiri dan sebaliknya,
6. Jari mengunucup dan memutar kiri kanan
7. Pegang pergelangan tangan, dan usap
memutar
Lima Lintas Tuntas Diare
Cara Membuat Oralit (Sediaan Jadi)
4. Pemberian Antibiotik
Siapkan 200 ml air yang telah dimasak
Masukan 1 bungkus bubuk oralit
Aduk sampai larut merata Antibiotik hanya diberikan atas izin dokter,
konsultasi ke dokter jika tidak ada perbaikan.
Cara Membuat Larutan Gula Garam Sendiri Pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa
membunuh flora normal yang justru
1. Tuangkan Gula satu sendok teh penuh dibutuhkan tubuh
2. Tambahkan Garam 1/4 sendok teh
3. Tambahkan Air masak 1 gelas
4. Campurkan diaduk sampai larut merata 5. Nasehat kepada orangtua

Dosis Segera membawa anaknya ke petugas


kesehatan jika anak:
- Buang air besar cair lebih sering
Anak < 1 tahun diberi 50-100 cc cairan
- Muntah berulang-ulang
oralit setiap kali BAB
- Mengalami rasa haus yang nyata
Anak >1 tahun diberi 100-200 cc cairan - Makan atau minum sedikit
oralit setiap kali BAB - Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
2. Pemberian Zinc
TAMBAHAN : Pemberian Probiotik
Zinc membantu memperbaiki mucosa usus
yang rusak dan meningkatkan fungsi Probiotik adalah istilah yang digunakan
kekebalan tubuh secara keseluruhan
pada mikroorganisme hidup yang
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari memberikan efek baik bagi tubuh.
berturut-turut
Probiotik dapat mempercepat
umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari ;
penyembuhan diare.
6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
1. Pemberian Oralit Zinc sirup : < 6 bln : 1 sendok teh ;
6 bln : 2 sendok teh

Oralit diberikan untuk mengganti


cairan dan elektrolit dalam tubuh
3. Pemberian ASI
yang terbuang saat diare. ASI tetap diberikan apabila masih
Oralit harus segera diberikan setiap menyusu
kali anak diare, sampai diare berhenti. Buah dan sayuran tetap boleh diberikan.
Berikan bubur, sayuran, buah sbg Makanan harian diberikan secara
tambahan "frequent and small feeding"
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT PU SKESMAS BANJARMASIN

DURE PADAANAK

Oleh: Pandji Winata Nurikhwan

Banjarmasin, 06 Juni 20 I 5

NO NAMA Umur TA}IDA TAIIGAI\


I 9a'J;wr< t l' U,i^^
hi < ttr* , ipt- I va*i a,tJVl_
.,
6h2
^4
m.,no,. F-:LV," / el i
'M1 2'

3.
ltr -Azt. /-er 1 p4h / 14 " h4t)hr
t'**4f/
4.

5.
r4,u, . 7-b,a,; /Q,,, n, ou s+
s'' th-'
4'

/v, t1h-t{; I lluLu. ( -


^a
6.

1
Nt .ta (-E tt t/ eto,o c
7.
6.

r'/l"^q *?fr | lurzt;nawtt MtrL-


8.
M./t l/trt*, z n/ LQt'*tl (fi,!r- 8'

9. 9.
t\-t tt .
^,
*u, f lqrtA tLi v I M W
10. to'
h{u hhnanor \4,{+
11. 11.
Trr tutdtsra fuhltl U.I\n
12.
\ttun Juntqh
t.w
13. ,t.rt@
Na.nna.U-
14.
Musrnrrnpntl 'n'l\trtmL.
15.
tilrdq uJtdl"rqm ts. ,+_ l
\

16.
Lg, L pt 6E 16'

t7. t7' qa
Y-n3,T A
18. ' trJh$--
11 t 4 An 4 |i/.I4T
/
19.

20.
\ ut nl,; *o- '?TA-
'120.
J

Mengetahui,
An. Kepala Puskesmas Landasan Ulin

19760606201001 2012

Anda mungkin juga menyukai