Oleh
Pandji Winata Nurikhwan
I1A010070
Halaman Judul............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2
2.1. Definisi.......................................................................................................... 2
2.2. Etiologi ......................................................................................................... 2
2.3. Patogenesis ................................................................................................... 6
2.4. Menilai Diare Berdasarkan MTBS ........................................................... 7
2.5. Penatalaksanaan Diare ............................................................................... 10
2.6. Pencegahan Penyakit Diare ........................................................................ 14
BAB III. PENUTUP ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
satunya penyakit diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan yang
utama di Indonesia, baik ditinjau dari segi kesakitan maupun dari kematian yang
bayi dan balita. Diperkirakan diare menyebabkan kematian sebanyak 5 juta anak
balita setiap tahunnya. Kira kira 80 % kematian ini terjadi pada dua tahun
pertama umurnya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Subdit P2 Diare
episode diare balita adalah 1,6 2,2 kali pertahun dan angka kesakitan untuk
semua golongan umur adalah sekitar 230 330 per 1000 penduduk. Dengan
setiap tahunnya, sebagian besar (70 80 %) dari penderita ini adalah anak
dibawah lima tahun (40 juta kejadian), dengan insiden tertinggi dijumpai pada
usia di bawah 2 tahun. Sebagian penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi dan bila
kematian 25 30 % pada seluruh kematian terjadi pada bayi dan balita. Angka
keadaan sanitasi lingkungan, sosial ekonomi, sosial budaya serta faktor gizi dari
1
Penyakit diare di Kalimantan Selatan masuk dalam golongan penyakit
terbesar yang angka kejadiannya cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor
sungai sehingga pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sehari hari cukup
tinggi. Kondisi seperti ini masih menjadi salah satu penyebab tingginya kasus
Selatan, Insidence Rate (per 1000 penduduk) dari tahun 1997 1999 mengalami
penurunan yaitu dari 17,03 menjadi 11,38. Kemudian pada tahun 2000 meningkat
1.2. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
dan cair. Di bagaian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1
Diare atau penyakit diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang
berarti mengalir terus, merupakan suatu pengeluaran tinja encer lebih dari 3 kali
sehari, dengan/atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. 7,8
2.2. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enteral yaitu infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
(Candida albicans))
3
b. Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
dll. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
4. Faktor psikologis : rasa takut atau cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
Selain itu, faktor penentu terjadinya diare adalah faktor penyebab (agent)
dan faktor penjamu (host) dan faktor lingkungan. Faktor penjamu adalah
tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas
yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel
usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang
4
Kuman penyebab diare biasanya biasanya menyebar melalui fecal-oral
antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
1. Tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara penuh 4-6 bulan pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI mempunyai daya tahan tubuh yang
rendah dan dapat terjadi malabsorbi dari pengganti ASI, dan kemungkinan
4. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penimpanan.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
6. Tidak membuang tinja termasuk tinja bayi dengan benar. Tinja bayi
5
Selain perilaku di atas, keadaan penjamu (host) yang meningkatkan
1. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare
buruk.
2. Campak. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
terjadi infeksi virus atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada
munculnya penyakit diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
2.3. Patogenesis
9
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
diare.
6
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
menimbulkan diare
penyembuhan kerusakan mukosa, turunnya daya tahan tubuh penderita. Semua ini
7
2.4. Menilai Diare Berdasarkan MTBS 17
Yang perlu dinilai pada anak diare adalah sudah berapa lama anak
menderita diare, adanya darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak
Lihat keadaan umum anak. Apakah anak letargis atau tidak sadar? gelisah dan
rewel?
Beri anak minum. Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum? Minum
Cubit kulit perut anak. Apakah cubitan kulit kembali : sangat lambat (lebih dari
2 detik)? lambat?
Bila anak telah menderita diare 14 hari atau lebih, klasifikasikan anak untuk
Diare Persisten
Dehidrasi berat
Tanpa dehidrasi
8
Tabel 1. Penatalaksanaan Diare berdasarkan MTBS
Gejala Tindakan
Klasifikasi
9
Mengklasifikasikan Diare Persisten, klasifikasikan anak untuk diare
persisten bila anak telah menderita diare 14 hari atau lebih. Ada dua klasifikasi
untuk diare persisten yaitu diare persisten dan diare persisten berat.
10
2.5. Penatalaksanaan Diare 16,17
- Menyusui lebih sering dan lebih lama setiapkali pemberian sebagai tambahan
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang
- Jika anak tidak memperoleh ASI, berikan salah satu/lebih cairan berikut ini :
- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C pada kunjungan ini
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri ibu 6 bungkus oralit
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan, sebagai
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
11
2. Melanjutkan Pemberian Makan
terdapat tanda-tanda:
- Bertambah parah
- Timbul demam
- Malas minum
Umur hanya digunakan bila berat badan anak tidak diketahui. Jumlah Oralit
- Jika anak menginginkan Oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan.
- Untuk anak berumur < 6 bulan tidak menetek, berikan juga 100 200 ml air
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
12
Setelah 3 jam,
3 jam penanganan
2. Bila tidak dapat segera memberikan cairan intravena, tetapi ada fasilitas
3. Jika tidak ada fasilitas di atas, jika bisa gunakan pipa nasogastrik untuk
rehidrasi.
4. Bila tidak dapat menggunakan menggunakan pipa naso gastrik, lihat apakah
13
Penanganan diare persisten
Penanganan disentri
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI steril, berbeda dengan
susu formula yang disiapkan dalam botol karena tidak steril. Pemberian ASI
aman, selalu tersedia dan tidak usah dibeli. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat lain yang dikandungnya. Pada
bayi yang tidak diberi ASI secara penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko
pendamping ASI yang baik meliputi kapan, apa dan bagaimana makanan
Ada beberapa saran pemberian makanan pendamping ASI yang baik, yaitu
makanan lunak diperkenalkan ketika anak berumur 4-6 bulan, dengan pemberian
makanan 4x sehari. Dapat pula ditambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam
14
nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi, susu, telur, ikan, daging, kacang-
dengan menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontamasi mulai
4. Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
5. Penggunakan Jamban
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak anak-anak pergi ke tempat buang
air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak,
dan tempat-tempat bermnain serta lebih dari 10 meter berjarak antara tempat
buang air besar dengan sumber air minum, hindari buang air besar tanpa alas
kaki.
15
6. Membuang tinja bayi yang benar
Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Tinja merupakan
- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban
- Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau
olehnya.
- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam
- Bersihkan dengan benar setelah buang besar dan cuci tangan dengan sabun.
16
BAB III
PENUTUP
yang menjadi salah satu penyebab kematian pada bayi dan balita. Dalam upaya
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Mukti Sofyan. Peranan Kesehatan Lingkungan Dan Perorangan Dalam Menurunkan Angka
Kesakitan Penyakit Diare. Dalam : Seminar Nasional Pemberantasan Diare di
Yogyakarta 12-15 Agustus 1990. Jakarta : DepKes RI Ditjen PPM & PLP, 1992
3. Suraatmaja Sudaryat. Diare. Dalam : Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto, 2005
5. Staf Pengajar IKA FKUI. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 1. Jakarta : FKUI, 1998
6. Ngastiyah. Perawatan Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Dalam :
Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC, 1993
8. Depkes RI Ditjen PPM & PLP. Buku Pedoman Penatalaksanaan Penderita ISPA dan
Diare Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta, 1988
DURE PADAANAK
Banjarmasin, 06 Juni 20 I 5
3.
ltr -Azt. /-er 1 p4h / 14 " h4t)hr
t'**4f/
4.
5.
r4,u, . 7-b,a,; /Q,,, n, ou s+
s'' th-'
4'
1
Nt .ta (-E tt t/ eto,o c
7.
6.
9. 9.
t\-t tt .
^,
*u, f lqrtA tLi v I M W
10. to'
h{u hhnanor \4,{+
11. 11.
Trr tutdtsra fuhltl U.I\n
12.
\ttun Juntqh
t.w
13. ,t.rt@
Na.nna.U-
14.
Musrnrrnpntl 'n'l\trtmL.
15.
tilrdq uJtdl"rqm ts. ,+_ l
\
16.
Lg, L pt 6E 16'
t7. t7' qa
Y-n3,T A
18. ' trJh$--
11 t 4 An 4 |i/.I4T
/
19.
20.
\ ut nl,; *o- '?TA-
'120.
J
Mengetahui,
An. Kepala Puskesmas Landasan Ulin
19760606201001 2012