Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kebidanan pada Prodi D-IV Kebidanan Jurusan
Poltekkes Kemenkes Aceh
RAJUL AULIA
PO7124419062
A. Latar Belakang
Keputihan pada remaja sering kali dijumpai pada remaja yang kurang
memperhatikan kebersihan dan perawatan daerah genetalia. WHO menyatakan bahwa 5%
dari remaja di dunia terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan gejala keputihan
setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja. Berdasarkan Penelitian yang
pernah dilakukan di Asia Selatan, di daerah Bengal Selatan tentang tingkat pengetahuan
kebersihan organ reproduksi saat menstruasi dari 160 anak perempuan didapatkan 67,5%
memiliki pengetahuan baik, sedangkan 97,5% tidak mengetahui tentang kebersihan alat
reproduksi saat menstruasi.
Jumlah wanita di Dunia yang permah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita
Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa
mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (BKKBN, 2011).
Sekitar 90% wanita di Indonesia berpotensi mengalami keputihan karena negara
Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah tumbuh dan
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada perempuan Indonesia
(Nurul, dkk., 2011).
Berdasarkan data statistik di Indonesia tahun 2008, remaja putri yang berusia 15-24
tahun sekitar 43,3% tidak berprilaku hidup sehat dan remaja putri yang berusia 15-24 tahun
sekitar 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu penyebab
keputihan. Keputihan yang dialami remaja dalam 3 bulan berturut-turut dan tidak di obati
dengan benar akan menyebabkan terjadinya kanker servik (BKKBN, 2009).
Menurut Endang Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya
keputihan diantaranya secara farmakologi (obat-obatan dari dokter), non farmakologi
seperti: perubahan tingkah laku, personal hygiene, psikologis, serta mengkonsumsi produk
herbal yang dipercayai khasiatnya. Salah satu contoh tanaman yang bermanfaat sebagai
obat adalah lidah buaya (Aloe vera L.) Tanaman ini mengandung 72 zat yang dibutuhkan
oleh tubuh. Di antara ke-72 zat tersebut ada yang berfungsi sebagai antibiotik dan anti
jamur. Lidah buaya memiliki zat Aloemoedin dan Aloebarbadiod, senyawa yang termasuk
golongan antrakuinon yang bersifat sebagai anti jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun lidah buaya terhadap
pertumbuhan C. albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak
daun lidah buaya (Aloe vera L.) dalam menghambat pertumbuhan C. Albicans secara
invitro (Huslina, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Kustanti, 2016 yang berjudul Pengaruh Pemberian
Agar-Agar Lidah Buaya Terhadap Kejadian Keputihan, didapatkan hasil bahwa pemberian
agar-agar lidah buaya pada remaja efektif dalam menurunkan kejadian keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian huslina, 2017, dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak daun lidah buaya mempengaruhi panjang diameter zona hambat terhadap
pertumbuhan C. albicans secara invitro. Semakin besar konsentrasi ekstrak daun lidah
buaya yang diberikan maka semakin besar pula zona hambat pertumbuhan C. albicans
yang terbentuk. Konsentrasi ekstrak daun lidah buaya 100%, 50% dan 25% dalam 20 µl
kemampuan hambatnya masing-masing setara dengan nistatin 0,50 mg, 0,24 mg dan 0,20
mg.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Pemberian Agar-agar Lidah buaya terhadap Penuruan Kejadian Keputihan pada
Mahasiswi tingkat 1 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah teruraikan sebelumnya dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut “Adakah Pengaruh pemberian agar-agar lidah buaya Terhadap
Penurunan kejadian keputihan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Agar-agar Lidah buaya terhadap Penuruan
Kejadian Keputihan pada Mahasiswi tingkat 1 Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Aceh.
2. Tujuan Khusus
A. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teori maupun praktis yaitu:
1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan mengenai Pengaruh
Pemberian Agar-agar Lidah buaya terhadap Penuruan Kejadian Keputihan.
2. Kegunaan praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Petugas kesehatan untuk
mengedukasi remaja dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi (keputihan)
dengan mengosumsi agar-agar lidah buaya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tentang
Pengaruh Pemberian Agar-agar Lidah buaya terhadap Penuruan Kejadian
Keputihan dan mampu memberikan manfaat bagi remaja putri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau
lendir yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman. Terkadang, keputihan dapat
menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak, dan berwarna hijau (Sunyoto, 2014).
Keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dialami,
keputihan yang normal tidak berwarna atau bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan
tidak menimbulkan keluhan. Pada keadaan ini, secret meningkat utamanya menjelang
ovulasi, stress emosional dan saat terangsang secara seksual. Keputihan yang harus
diwaspadai adalah jika secret berwarna kuning atau hijau keabu-abuan, berbau tidak enak,
jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim,
kadang-kadang terasa panas dan nyeri sesudah buang air kecil dan pada saat bersetubuh.
Hal ini disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans. (Widiarti, 2010).
3. Penyebab Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala
penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk
mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan
yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi
pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas),
preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri
penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2001).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal
adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah
vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim.
a) Candidosis
Candidosis adalah penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Jamur
menyerang sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur
masuk ke lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali
karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi yidak terlalu parah gugur ke dalam vagina
sehingga menyebabkan keputihan. Candida masuk ke vagina dari infeksi jamur pada jalur
khusus tetapi mungkin menyebar oleh hubungan seks kelamin. Candida tumbuh lebih cepat
jika lingkungan mengandung glukosa dan lebih umum terjadi dalam kehamilan atau pada
wanita penderita diabetes. Namun tidak tertutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita
lain (Llewellyn,2005).
b) Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri
bila ditekan atau perih saat buang air kecil (Nenk,2009).
Infeksi vagina terjadi ketika organisme hidup sangat kecil (disebut trichomonad)
masuk ke dalam vagina, biasanya setelah hubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi.
Trichomonas menginfeksi sekitar 1 dalam 10 wanita. Organism ini seukuran dengan sel
darah putih dan mempunyai “bulu getar” serta sebuah ekoryang sangat kuat. Pada
kebanyakan wanita jamur ini hidup dalam saluran vagina yang seperti beledu dan tidak
mennimbbulkan gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam saluran kencing di penis.
Tetapi pada beberapa wanita karena sejumlahalasan yang tidak diketahui, ini menyebabkan
gatal-gatal di vagina dan vulva yang cukup parah (Llewellyn,2005).
c) Bacterial Vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan baksil anaerobic yang biasanya
terdapat di vagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam, dan berwarna
abu-abu kotor. Ini disebut “amine vaginosis” karena amine diproduksi dan menghasilkan
bau amis.
4. Pencegahan Keputihan
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan patologis antara lain :
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar
tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;
2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah
dan lembab;
3). Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya
iritasi pada vagina
4). Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung
deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat
mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya
jamur atau bakteri;
5). Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan
ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;
6). Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat
garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku
tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :
1) Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti pakaian
dalam dua kali sehari.
2) Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan celana
dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke
depan.
3) Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika terbalik,
ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke alat
genitalia dan saluran kencing.
4) Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak
menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang berlapis–
lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab
disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan pertumbuhan
jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.
5) Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini
memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida, Trichomonas,
atau virus yang cukup besar.
B. Remaja
1. Pengertian remaja
Istilah adolescent atau remaja berasal dari bahasa latin adolescere, yang
berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1995). Menurut Bobak
(2004), masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase
dewasa. Masa remaja terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu
remaja tahap awal (usia 10-14 tahun), remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun), dan
remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun).
Masa remaja merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba
bahwa dirinya sudah mampu sendiri. Masalah yang dapat dijumpai pada masa remaja
adalah perubahan bentuk tubuh, adanya jerawat atau acne yang dapat menunjukkan
gangguan emosional, gangguan miopi, adanya kelainan kifosis, penyakit infeksi, dan
kenakalan pada remaja. Perkembangan secara khusus pada masa remaja adalah
kematangan identitas seksual dengan dengan berkembangnya organ reproduksinya,
merupakan masa krisis identitas dimana anak memasuki perkembangan dewasa yang akan
meninggalkan masa kanak–kanak dalam pencapaian tugas perkembangannya
membutuhkan bantuan orang lain (Hidayat, 2008). Pada masa remaja proses
pertumbuhan dan perkembangan ditunjukkan dengan terjadinya kematangan dalam
beberapa fungsi seperti endokrin, kematangan fungsi seksual sampai terlihat masa
remaja sudah menunjukkan kedewasaan dalam hidup bermasyarakat. Peristiwa tersebut
dapat terjadi oleh karena peristiwa lingkungan sosial. Pada masa ini terjadi peristiwa
yang sangat penting dan perlu perhatian yaitu peristiwa pubertas. Peristiwa tersebut akan
dialami pada anak laki-laki maupun perempuan (Hidayat, 2008).
2. Ciri–ciri remaja
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah senyawa
organik dari golonganantrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap
insulin-beta dan substrat1, fosfatidil inositol-3 kinasedan meningkatkan
laju sintesis glikogendengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta, sehingga sangat
berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
Menurut seorang pengamat makanan kesehatan, Dr. Freddy Wilmana, MFPM, Sp.FK,
dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya yang baik digunakan untuk pengobatan adalah jenis
Aloevera Barbadensis miller. Lidah buaya jenis ini mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh
tubuh. Di antara 72 zat yang dibutuhkan tubuh itu terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat,
lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat antara lain antibiotik,
antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan,
antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap
antibiotik. Selain ituAloe vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D,
dan mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim.
3. Manfaat dan Khasiat Lidah Buaya
Adapun berbagai macam manfaat dan khasiat dari lidah buaya diantaranya sebagai
berikut :
1. Manfaat dan Khasiat Lidah buaya Untuk Kesehatan
Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk mengobati
sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus dan serangan jantung.
Lidah buaya atau Aloevera adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat
menyembuhkan berbagai penyakit. Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun
1875 SM.Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat sekitar tahun
1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian.
Seorang peracik obat-obatan tradisional berkebangsaan Yunani bernama Dioscordes,
menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati berbagai penyakit. Misalnya bisul, kulit
memar, pecah-pecah, lecet, rambut rontok, wasir, dan radang tenggorokan.
Dalam laporannya, Fujio L. Panggabean, seorang peneliti dan pemerhati tanaman obat,
mengatakan bahwa keampuhan lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki kandungan
nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia. Hasil penelitian lain terhadap lidah buaya menunjukkan
bahwa karbohidrat merupakan komponen terbanyak setelah air, yang menyumbangkan sejumlah
kalori sebagai sumber tenaga.
Lidah buaya memiliki daun yang bergerigi pada tepinya. Baik daging (isi) dan daunnya
dapat dimanfaatkan. Tanaman ini mengandung berbagai macam senyawa yang sangat
bermanfaat untuk perawatan kecantikan terutama bagi wanita. Beberapa di antaranya, yaitu :
• lignin, bermanfaat untuk menjaga kelembutan kulit dan menjadikan kulit lebih cantik.
• glikoprotein, berperan dalam menghasilkan rambut yang lembut dan indah.
• antrakuinon dan asam amino yang bermanfaat dalam regenerasi sel kulit.
Menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti
inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi
pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah Aloemoedin dan
Aloebarbadiod, senyawa yang termasuk golongan antrakuinon yang bersifat sebagai anti
jamur aloe emodin, sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi
jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan
meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta, sehingga
sangat berguna untuk mengurangi kejadian keputihan.
B. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Skala
Alat Ukur
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Kejadian Masalah kesehatan Observasi Kuesioner 1. Tidak Nominal
Keputihan reproduksi wanita yang dengan normal jika
sering terjadi pada usia Pengisian keputihan
remaja. Questioner gatal, berwarna
dan berbau.
2.Normal, jika
keputihan
lendir
berwarna
bening, tidak
berbau dan
tidak gatal
Variabel Independent
1 Agar-agar Olahan makanan dari Observasi - Sebelum Nominal
Lidah tumbuhan yang Kuesioner - Sesudah
Buaya berkhasiat untuk
menurunkan kejadian
keputihan
C. Hipotesa Penelitian
Ha : Adanya Pengaruh Pemberian agar-agar lidah buaya terhadap penurunan kejadian
keputihan pada remaja putri.
G. Instrument Penelitian
Alat ukur dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan
mengenai kondisi kesehatan reproduksi (keputihan) yang dialami responden.