BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara global serta mengakibatkan kematian lebih banyak pada anak usia dini
kematian pada anak usia di bawah lima tahun terbanyak kedua di dunia.
Secara global dari semua penyebab kematian pada anak, diare menyumbang
15% atau 1.600 kematian setiap harinya pada anak usia di bawah lima tahun.
Di Afrika dan Asia Selatan, empat per lima dari semua kematian pada balita
rendah dan menengah disebabkan oleh air, kebersihan, dan sanitasi yang tidak
memadai. Jumlah ini mewakili 58% dari total kematian yang disebabkan oleh
diare dan 1,5% dari total beban penyakit. Terpisah dari faktor risiko individu,
520.000 kematian disebabkan oleh air minum yang tidak aman dan tidak
adekuat, dan 280.000 kematian disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Selain
sosial ekonomi dan usia, faktor risiko penting terjadinya diare di negara
berpenghasilan rendah adalah air minum yang tidak memadai, kebersihan, dan
menyatakan lebih dari 663 juta orang masih kekurangan akses untuk air
minum yang aman dan 159 juta orang bergantung pada air permukaan untuk
dalam akses air masih sangat besar. Sekitar 79% orang bergantung pada air
minum yang kurang layak dan 93% tergantung pada air permukaan terutama
di daerah pedesaan. Dalam situasi ini dengan kualitas air yang buruk dan
paparan risiko tinggi maka penyakit seperti diare menjadi perhatian utama
(UNICEF, 2020).
sangat mencerminkan pola global ini. Sebanyak 18% rumah tangga Indonesia
mengandalkan air minum mereka dari sumber air permukaan seperti mata air,
sungai, telaga, dan danau yang rentan terhadap kontaminasi (Riskesdas, 2020).
fekal oral artinya masuk ke dalam mulut akibat mengkonsumsi minuman dan
makanan atau menggunakan benda yang tercemar oleh tinja contohnya yaitu
tangan atau wadah makanan yang dicuci dengan menggunakan air yang
tercemar. Sumber air bersih yang tercemar oleh tinja diakibatkan karena
memenuhi syarat kesehatan, serta bangunan sumur sebagai sumber air bersih
bagi sebagian masyarakat juga tidak memenuhi syarat kesehatan, hal inilah
2014).
3
negara maju. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu masih
hygiene dan sanitasi serta buruknya status gizi dan status kesehatan
sanitasi yang kurang dan 1 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air
tahun 2020 sebesar 58,9% meningkat bila dibandingkan proporsi tahun 2019
yaitu 53,2%, hal ini menunjukkan penemuan dan pelaporan harus terus
jenis kelamin proporsi kasus diare yang ditangani pada perempuan lebih
banyak dibanding laki-laki yaitu sebesar 55,8% hal ini disebabkan bahwa
bersih, cara penyajian makanan dan PHBS (Dinkes Provinsi NTB, 2020).
tidak memandainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan
dan penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya
(Mafazah, 2013).
hubungan bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih, jenis air
Rensing jumlah pasien yang mengalami diare dari bulan Januari sampai
dengan September 2021 sebanyak 513 orang. Kemudian dari hasil studi
sarana air bersihnya kurang memadai dan 3 orang lainnya mengatakan bahwa
penelitian mengenai hubungan kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
masalah sebagai berikut : “Apakah Ada Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih
Tahun 2021”.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2021.
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
diare pada balita agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dunia
kerja.
3. Bagi Siswa
BAB
KAJIAN PUSTAKA
IX/1990 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan air bersih adalah air
memenuhi persyaratan dan dapat diminum apabila dimasak. Selain itu, air
dari bahan kimia yang dapat mencemari air bersih. Air merupakan zat
yang mutlak bagi setiap makhluk dan kebersihan air adalah syarat utama
manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan
tangga.
8
bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah industri. Air yang
berada dari permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
a. Air Angkasa
bumi. Walau pada saat pretisipasi merupakan air yang paling bersih,
b. Air Permukaan
besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan
c. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
bawah tanah, membuat tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit
dan tidak perlu proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah
seperti besi.
Misalnya, air keruh atau berwarna dapat dilihat, air berbau dapat dicium.
berbeda, rasa air pun akan berbeda, rasa air pun berbeda atau bila air
berwarna merah, bau yang akan tercium pun pasti sudah dapat ditebak.
Cara ini dapat digunakan untuk menganalisis air secara sederhana karena
(Kusnaedi, 2010):
a. Syarat Kuantitatif
ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku
jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu, jumlah air yang
b. Syarat Kualitatif
1) Syarat Fisik
manis, pahit, asam dan sebagainya tidak boleh terdapat dalam air
bersih untuk masyarakat. Bau yang bisa terdapat pada air adalah
bau busuk, amis, dan sebagainya. Bau dan rasa biasanya terdapat
2) Syarat Kimia
dalam jumlah yang melampaui batas. Secara kimia, air bersih tidak
boleh terdapat zat-zat yang beracun, tidak boleh ada zat-zat yang
mg/L. Kadar kesadahan diatas 300 mg/L sudah termasuk air sangat
keras.
3) Syarat Bakteriologis
Coliform yang diperbolehkan pada air bersih yaitu 0 koloni per 100
B. Konsep Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah
buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan
13
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
b. Faktor malabsorbsi
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
3. Faktor Resiko
Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare
yaitu :
a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada
tinja.
15
b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak
hujan
4. Patogenesis Diare
Ngastiyah (2014) :
a. Gangguan osmotik
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
b. Gangguan sekresi
rongga usus.
5. Patofisiologi
a. Faktor infeksi
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
meningkat.
b. Faktor malabsorpsi
c. Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
d. Faktor psikologis
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil,
dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-
ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014)
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-
inflamasi.
a. Faktor Gizi.
diare.
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
c. Faktor lingkungan.
dan kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama
kali mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan makin lama
e. Faktor pendidikan.
9. Klasifikasi Diare
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali
atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu,
sedangkan diare kronis sering kali dianggap suatu kondisi yang sama
namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu,
berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis
biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik
1) Diare sekresi
dan elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare
2) Diare osmotik
malabsorbsi glukosa/galaktosa
10. Komplikasi
diare.
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria)
cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
anak.
d. Gangguan gizi
ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat
e. Gangguan sirkulasi
darah.
pemberianya.
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
24
(NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
jauh.
2) Cairan parental.
marasmik.
berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200
1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis
lainya)
bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
d. Terapi farmakologik
26
1) Antibiotik
atau biakan.
infeksi maternal.
2) Obat antipiretik
salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali)
bersama tinja.
3) Pemberian Zinc
biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi anak dan tidak
waktu penting:
1) Sebelum makan.
siapapun.
b. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui
proses klorinasi.
yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.
yang telah ditetapkan. Pentingnya air berkualitas baik perlu disediakan untuk
penyediaan air yang bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
BAB III
A. Kerangka Konsep
2012).
Kondisi Sarana
Kejadian Diare
Air Bersih
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diare :
1. Faktor gizi
2. Faktor sosial ekonomi
3. Faktor lingkungan
4. Faktor makanan yang
terkontaminasi pada masa
sapih.
5. Faktor pendidikan
B. Hipotesis
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
(Notoatmodjo, 2010).
1. H1 : artinya ada hubungan kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare
2. H0 : artinya tidak ada kondisi sarana air bersih dengan kejadian diare
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
analitik korelasi dengan bentuk cross sectional yaitu setiap subjek penelitian
hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran terhadap variabel dilakukan
ini digunakan untuk mengetahui hubungan kondisi sarana air bersih dengan
1. Populasi
Orang.
2. Sampel
33
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
Rensing dari bulan Januari sampai dengan September tahun 2021. Untuk
Notoatmodjo (2010) :
N
n=
1+ N (d 2 )
8 . 900
2
n= 1+.8 .900 (0,1 )
8 . 900 8 . 900
= =99
n= .1+89 , 00 90 , 00
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 99 orang
1. Lokasi Penelitian
Puskesmas Rensing.
34
2. Waktu Penelitian
tahun 2021.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
2. Variabel Dependent
kejadian diare.
E. Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
operasional data
1 Kondisi Sarana untuk Kuesioner a. Memenuhi Nominal
sarana air mendapatkan air persyaratan :
bersih bersih yang skor 3 – 4
digunakan b. Tidak
responden untuk memenuhi
keperluan sehari- persyaratan :
hari seperti : skor : 0 – 2
perpipaan, SGL,
PMA
dengan frekuensi
lebih sering dari
biasanya (tiga
kali atau lebih)
dalam satu hari
daftar anggota populasi setelah itu di bagi dengan jumlah sampel yang di
N
I=
n
8. 900
I=
99
I = 90
Keterangan :
I = Interval
N = Besar populasi
n = Besar sampel
36
didapatkan 99 sampel.
2. Instrumen Penelitian
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
c. Mengurus perizinan
d. Mengamati keadaan
2. Lapangan
3. Pengolahan data
a. Analisis data
H. Analisis Data
Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Analisis Univariat
distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu kondisi sarana air bersih
(Notoatmodjo, 2010)
X
P= x 100 %
N
Keterangan :
P: Presentase
2. Analisis Bivariat
sarana air bersih) dan variabel dependen (kejadian diare). Kemudian untuk
analisis hubungan menggunakan uji chi square, uji ini dapat digunakan
38
perhitungan bila p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, bila p
Rensing Kecamatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2012. Body Mass Index:
Considerations for Practitioners.
Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2020. Angka Kejadian Diare. Mataram : NTB.
Juariah, 2012. diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara kesakitan diare
dengan sumber air bersih, jenis air yang diminum atau dikonsumsi,
kepemilikinan jamban, jenis antai, pencahayaan rumah dan ventilasi
rumah.
Mafazah, 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Dan
Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat KEMAS 8 (2) (2013) 176-
182. http://journal.unnes.ac.id/ diunggah pada 17 Oktober 2014.
Soenarto, 2012. Diare Kronis dan Diare Persisten. Jakarta: Badan Penerbit IDA