Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 5

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN


PENANGANAN FISIOTERAPI PADA STROKE

Satriani (R021201057)
Aurelia Arita (R021201007)
Faiqah Nurfadilah (R021201006)
Muh. Hisyam (R021201026)
PENGERTIAN STROKE

Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak dengan


gangguan fungsional akut, fokal atau global, yang
disebabkan terganggunya aliran darah ke otak baik
karena perdarahan maupun sumbatan dengan gejala dan
tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat
sembuh sempurna, sembuh engan cacat, atau dapat
menyebabkan kematian (Iradian Nastiti, 2015).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA PENYAKIT STROKE
Satriani (R021201057)

PEMERIKSAAN ACA IgG

(Labcito, 2015)
Satriani (R021201057)

PEMERIKSAAN ACA IgM

(Labcito, 2015)
Satriani (R021201057)

PEMERIKSAAN ADIPONEKTIN

(Labcito, 2015)
Satriani (R021201057)

PEMERIKSAAN APO A1

(Labcito, 2015)
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KOLESTEROL TOTAL

Mengetahui kadar kolesterol dalam darah, deteksi


Manfaat Pemeriksaan gangguan metabolism lemak,dan menentukan faktor
resiko penyakit jantung coroner

Metode Enzimatik Kolorimetri


Sampel Serum
Volume Minimal 0.5 ml

Persiapan Pasien Puasa 8 – 10 jam


15-25°C : 7 hari ;2-8°C : 7 hari ; (-)15-(-)25°C : 3
Stabilitas Sampel
bulan
Penanganan Sampel/
ice pack (suhu: 2 – 8° C )
Transportasi

Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak Mutlak, .


Kriteria Penolakan
Sampel yang keruh disentrifuge ulang.

Normal : < 200 mg/dL


Nilai Rujukan Batas Tinggi : 200 – 239 mg/dL
Tinggi : ≥ 240 mg/dL
Aurelia Arita (R021201007)

Hasil pemeriksaan kolesterol diatas masih dalam batas normal.

Kadar kolesterol total pada penderita stroke iskemik lebih tinggi daripada penderita stroke hemoragik dengan nilai
signifikansi p= 0,005 (p<0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chaudhury (2014), Mahmood
(2010), dan Khan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan antara penderita stroke
iskemik dan stroke hemoragik, dimana penderita stroke iskemik memiliki kadar kolesterol total yang lebih tinggi dibandingkan
penderita stroke hemoragik.
Kadar kolesterol total yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yang dapat menyebabkan
terjadinya stroke iskemik (Wang et al, 2013). Kadar kolesterol total yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya atherosklerosis, yang
merupakan patologi dasar dalam terjadinya stroke iskemik (Mahmood et al, 2010).
Kadar kolesterol total yang tinggi dapat ditemukan pada 19% total penderita stroke iskemik, dan telah terbukti sebagai
prediktor independen untuk penderita stroke iskemik. Kadar kolesterol total yang rendah dikaitkan dengan kejadian mikroaneurisma
yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan intraserebral (ICH).
Menurut Masterjohn (2009), terdapat hubungan terbalik antara kadar kolesterol total dengan kejadian stroke hemoragik,
terutama jika penderita tersebut memiliki tekanan diastolik >90 mmHg. Hal ini dikaitkan dengan fungsi kolesterol dalam
memperkuat dan menstabilkan dinding pembuluh darah, terutama ketika dinding pembuluh darah membutuhkan kekuatan lebih besar
untuk menahan tekanan darah yang tinggi.
Terdapat perbedaan kadar kolesterol total yang signifikan antara penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik (p=0,005).
Kadar kolesterol total pada penderita stroke iskemik (202,23±33,9 mg/dL) lebih tinggi dibandingkan penderita stroke hemoragik
(167,87±53,6 mg/dL).
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KADAR FIBRINOGEN

Membantu menegakkan diagnosa penyakit karena gangguan pembekuan


darah . PENURUNAN KADAR : DIC ,Fibrinogenolisis, komplikasi obstetric
Manfaat Pemeriksaan , hipofibrinogenemia, leukemia, penyakit hati berat. PENINGKATAN
KADAR : Infeksi akut, diabetes, penyakit kolagen sindromainflamatori,
obesitas, Pengaruh obat : alat atau obat kontrasepsi oral, penggunaan heparin.

Metode Optik
Sampel Plasma (Citras 3,2 %1 : 9 Darah)
Volume Minimal 5 ml
Persiapan Pasien Tidak terdapat persiapan khusus sebelumnya
8 jam 20°C ± 5°C atau 15-25°C, 2 minggu -20°C, 6 bulan -70°C, tidak
Stabilitas Sampel
disimpan di suhu 2-8°C
Penanganan Sampel/
Tanpa ice pack ( ambient :25 – 30 ° C )
Transportasi
Hemolisis ( mutlak ), ada bekuan ( mutlak ), perbandingan darah &
Kriteria Penolakan
antikoagulan tidak sesuai
Nilai Rujukan 200 – 400 mg/dL
Plasma citrat dicentrifuge 1500 rpm selama 15 menit , atau 2500 rpm selama
Catatan
10 menit ( mengikuti NCCLS )
Aurelia Arita (R021201007)

– Hasil uji regresi logistic multivariat didapati bahwa


perempuan mempunyai kadar fibrinogen lebih tinggi 3,3 kali
dibandingkan laki-laki (p=0,03) dan merokok juga
mempunyai kecenderungan kadar fibrinogen 2 kali
dibandingkan dengan tidak merokok.
– Pada table disamping menujukkan adanya hubungan yang
bermakna antara kejadian retinopati DM dengan kadar
fibrinogen dimana penderita dengan kadar fibrinogen ≥380
mg/dl lebih banyak ditemukan pada penderita stroke iskemik
yang menderita retinopati DM (64%) dibandingkan yang
tidak menderita retinopati DM (33,8%). Adanya retinopati
merujuk pada proses aterosklerosis sudah terjadi pada
banyak pembuluh darah dan hal ini akan meningkatkan
kadar fibrinogen dalam darah.
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PUASA

Mengetahui kadar gula dalam darah, skrining dan diagnosis


diabetes melitus (DM), pemantauan terapi DM, serta
Manfaat Pemeriksaan
mendukung dalam kontrol DM

Metode Hexokinase
Sampel Serum
Volume Minimal 1 ml
Persiapan Pasien Puasa 8 -10 jam

15-25 °C: 8 jam, 2-8 °C: 72 jam; plasma flourida/lodoasetat :


Stabilitas Sampel
24 jam pada 15-25 °C
Penanganan Sampel/
ice pack (suhu: 2 – 8° C )
Transportasi
Kriteria Penolakan Hemolisis berat, lipemik berat, ikterik berat
Nilai Rujukan 60 – 100 mg/dL

Pisahkan segera serum atau plasma tanpa pengawet ( < 30


Catatan menit ) dari sel darah atau bekuan.
Anticoagulan NaF dapat digunakan sebagai pengawet.
Aurelia Arita (R021201007)

Diabetes melitus dijumpai pada 15-20% populasi usia dewasa. Diabetes merupakan salah satu factor resiko
stroke iskemik yang utama. Diabetes meningkatkan resiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar gula darah
berhubungan lurus dengan resiko stroke dimana semakin tinggi kadar gula darah, semakin mudah terkena
stroke.
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KADAR HDL KOLESTEROL

Mendeteksi metabolisme lemak dalam tubuh , mengetahui


risiko penyakit Jantung Koroner.
Manfaat Pemeriksaan
Penurunan HDL kolesterol menunjukkan peningkatan fator
risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner

Metode Enzimatik Kolorimetri


Sampel Serum
Volume Minimal 0.5 ml

Persiapan Pasien Puasa 8 – 10 jam

Stabilitas Sampel 2-8°C : 1 minggu , – 20° C : > 1 minggu

Penanganan Sampel/
ice pack (suhu: 2 – 8° C )
Transportasi

Kriteria Penolakan Hemolisis


Rendah : < 40 mg/dL
Nilai Rujukan Normal : 40 – 60 mg/dL
Tinggi : ≥ 60 mg/dL
Aurelia Arita (R021201007)

Penderita stroke iskemik akut dengan rasio kadar TG-kolesterol HDL serum tinggi mempunyai risiko 7,424
kali lebih tinggi mengalami keparahan klinis sedang-berat dibandingkan dengan penderita stroke iskemik
akut dengan rasio kadar TG-kolesterol HDL serum normal (P<0,05; IK 95% 2,486-22,174).
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KADAR HOMOSISTEIN

Peningkatan kadar homosistein adalah faktor risiko independen


untuk penyakit kardiovaskular dan bermanfaat untuk skrining
pada individu yang mengalami aterosklerosis dengan profil lipid
Manfaat Pemeriksaan normal dan pada orang yang tidak memiliki faktor risiko maupun
riwayat aterosklerosis. Selain itu, berguna dalam membantu
diagnosis dan follow up pada kasus defisiensi folat dan
kobalamin

Metode Chemiluminescent
Sampel Serum
Volume Minimal 1 ml
Persiapan Pasien Puasa 8 – 10 jam
Stabilitas Sampel 5-7 hari pd 2-8°C, 3 bln pd (-)15-(-)25°C.

Penanganan Sampel/ Transportasi ice pack (suhu: 2 – 8° C )

Kriteria Penolakan Mutlak: hemolisis, beku ulang, ikterik, Tidak mutlak: lipemik
Hari Kerja Senin s/d Jumat
Selesai Hasil 3 hari
Nilai Rujukan 4,4 4 – 13,56 umol/L
Aurelia Arita (R021201007)

PEMERIKSAAN KADAR HOMOSISTEIN


Dari penelitian ini didapatkan hubungan antara homosistein
plasma dengan perubahan skor fungsi kognitif berdasar
skor MMSE (r=-0,837, p=0,000) dan skor CDT
(r=-0,655, p=0,000). Hubungan yang kuat dan negatif
menggambarkan bahwa pada responden dengan hiper-
homosisteinemia (>15 µmol/l) akan mengalami pe-
nurunan fungsi kognitif. Kejadian stroke pada pasien
dengan hiperhomosisteinemia diikuti dengan tingginya
angka mikroangiopati serebral dan multiple infarction
dibandingkan dengan pasien stroke tanpa hiperhomo-
sisteinemia. Kadar homosistein total >15 µmol/l ber-
kaitan secara signifikan dengan peningkatan risiko di-
bandingkan dengan kadar homosistein total yang
Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rendah. Kadar homosistein yang lebih tinggi di-
homosistein dengan perubahan skor MMSE (r=-0,837, p=0,000). hubungkan dengan penurunan performa pada sederet
tes-tes kognitif, termasuk MMSE. Dikatakan bahwa
Hubungan yang sangat kuat dan negatif menggambarkan bahwa
peningkatan homosistein total dengan akurat diprediksi
pada responden yang hiperhomosisteinemia (>15 µmol/l) akan memburuk dengan skor MMSE menandakan kemundur-
mengalami penurunan skor fungsi kognitif (skor MMSE). an kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini
Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara bahwa kadar homosistein total >15 µmol/l berhubungan
homosistein dengan perubahan skor CDT (r=-0,655, p=0,000). kuat dan negatif dengan penurunan fungsi kognitif.
Peningkatan kadar homosistein plasma, diikuti oleh
Hubungan yang sangat kuat dan negatif menggambarkan bahwa
penurunan skor MMSE dan CDT sebagai gambaran
pada responden yang hiperhomosisteinemia (>15 µmol/l) akan adanya penurunan fungsi kognitif.
mengalami penurunan skor fungsi kognitif (skor CDT).
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

HIGH-SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (HS-CRP)

hs-CRP adalah protein fase akut yang akan meningkat pada saat inflamasi. hs-CRP ini diproduksi oleh
hepar dan umum digunakan sebagai penanda stroke akut. Peningkatan kadar hs-CRP berhubungan dengan
stroke iskemik dan beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan yang sama pada stroke hemoragik.
• Manfaat Pemeriksaan : memprediksi penyakit pembuluh darah ( vascular) , serangan jantung dan stroke
• Metode : Immunoturbidimetri
• Sampel : Serum, Volume Minimal 1 ml
• Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
• Stabilitas Sampel : 2 – 8°C : 3 hari; – 20°C : 2 bulan
• Penanganan Sampel/ Transportasi : ice pack (suhu: 2 – 8° C )
• Kriteria Penolakan : Hemolisis (kerusakan membran sel darah merah)
• Nilai Rujukan : Resiko rendah < 1 mg/dL, Resiko Sedang 1 – 3 mg/dL, Resiko Tinggi > 3 mg/dL
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

INSULIN

Diabetes melitus (DM) merupakan sindrom gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak
semestinya akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin. Antonious &
Silliman dalam jurnalnya Northeast Florida Medicine (2005) mengungkapkan bahwa diabetes melitus
terbukti sebagai faktor risiko stroke dengan peningkatan OR pada stroke iskemik 1.6 sampai 8 kali.
• Manfaat Pemeriksaan : Diagnosa Insulinoma , Deteksi Penyebab Hipoglikemia, Identifikasi Insulin resisten,
deteksi kebutuhan insulin DM Tipe 2
• Metode : Chemiluminescent
• Sampel : Serum, Volume Minimal 1 ml
• Persiapan Pasien : Puasa 8 – 10 jam
• Stabilitas Sampel : 2-8 ° C : 7 hari; -20 ° C : 3 bulan
• Penanganan Sampel/ Transportasi : ice pack (suhu: 2 – 8° C )
• Kriteria Penolakan : Hemolisis : mutlak, beku ulang : mutlak, ikterik (penyakit kuning) : Bilirubin s/d 20 mg/dL.
• Nilai Rujukan : Puasa : 2,6 – 24,9 mu/mL
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

LDL CHOLESTEROL ( DIREK )

Manfaat Pemeriksaan : Mengetahui Faktor Risiko Penyakit Jantung, Mendeteksi metabolisme lemak dalam tubuh dan
pemantauan terapi penurunan lemak. Peningkatan LDL kolesterol menunjukkan peningkatan fator risiko terhadap
Penyakit Jantung Koroner
• Metode : Homogenous Enzimatik kolorimetri
• Sampel : Serum, Volume Minimal 0.5 ml
• Persiapan Pasien : Puasa 8 – 10 jam
• Stabilitas Sampel : 2-8°C : 1 minggu , – 20° C : > 1 minggu
• Penanganan Sampel/ Transportasi: ice pack (suhu: 2 – 8° C )
• Kriteria Penolakan : Hemolisis
• Nilai Rujukan :
• Optimal : < 100 mg/dL
• Mendekati Optimal : 100 – 129 mg/dL
• Batas tinggi : 130 – 159 mg/dL
• Tinggi : 160 – 189 mg/dL
• Sangat tinggi : ≥ 190 mg/d
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

Lipoprotein A (Lp A)

Lp (A) adalah lipoprotein plasma yang terdiri dari partikel low-density lipoprotein (LDL) yang kaya
kolesterol dengan molekul apolipoprotein B100 dan protein tambahan, apolipoprotein (A), yang
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Chakraborty et al. menemukan bahwa peningkatan kadar serum Lp
(A) dikaitkan dengan keparahan yang lebih besar dan prognosis jangka panjang yang buruk untuk stroke.
• Manfaat Pemeriksaan : Penunjang diagnosa penyakit jantung koroner dan stroke
• Metode : Immunoturbidimetri
• Sampel : Serum, Volume Minimal 1 ml
• Persiapan Pasien : Puasa 8 – 10 jam
• Stabilitas Sampel : suhu 2- 8° C : 4 hari
• Penanganan Sampel/ Transportasi : ice pack (suhu: 2 – 8° C )
• Kriteria Penolakan : Hemolisis
• Nilai Rujukan : 0 – 30 mg/dL
Muhammad Hisyam Adani Anas (R021201026)

Pemeriksaan Small Dense LDL

– Small dense LDL merupakan partikel LDL yang berukuran kecil yaitu < 25,5 nm dan padat
sehingga bersifat lebih aterogenik, karena lebih mudah masuk ke lapisan dalam pembuluh darah
dan akan bertahan lama di dalam sirkulasi darah sebab sukar dikenali oleh reseptor LDL. Small
dense LDL yang terperangkap tersebut mudah teroksidasi oleh radikal bebas dan akan membentuk
LDL teroksidasi yang merupakan cikal bakal terjadinya aterosklerosis. Keberadaan small dense
LDL ini berkaitan dengan peningkatan konsentrasi trigliserida dan Apo B, serta penurunan
konsentrasi HDL; dapat diketahui dengan pengukuran rasio kolesterol LDL direk / Apo B < 1,2.
– Manfaat Pemeriksaan: Memprediksi faktor risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Muhammad Hisyam Adani Anas (R021201026)

Status Antioksidan Total

• Merupakan Salah satu biomarker dalam menentukan kondisi kesehatan seseorang dengan melihat
aktivitas antioksidan dan oksidan atau stress oksidatif sehingga dapat membantu menentukan
terapi yang dibutuhkan
• Manfaat Pemeriksaan: Pemeriksaan untuk mengukur kapasitas dan aktivitas total antioksidan yang
terdapat dalam tubuh
Muhammad Hisyam Adani Anas (R021201026)

Thematic Appreciation Test (TAT)

– Thematic Apperception Test atau TAT adalah jenis tes proyeksi dengan menjelaskan gambar
ambigu. Metode ini populer dikenal sebagai teknik interpretasi gambar. Hingga kini, TAT
merupakan salah satu uji kepribadian yang paling banyak digunakan secara klinis
– Manfaat: TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga
dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose dan dapat
digunakan untuk anak minimun usia 4 tahun kalau dimungkinkan Ada perangkat pelengkap TAT
Khusus untuk anak-anak yaitu cat
Muhammad Hisyam Adani Anas (R021201026)

TRIGLISERIDA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA PENYAKIT STROKE
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

Nama Pasien : Ny. An


Usia : 43 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Jenis kelamin : perempuan
Keluhan : pasien memiliki riwayat stroke 3 bulan lalu yang mengakibatkan hemiparesa pada sisi sinistra. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat
spastik dan keterbatasan LGS pada anggota gerak bagian sinistra serta penurunan kemampuan fungsional. Parameter yang di gunakan untuk
pengukuran antara lain pengukuran spastisitas otot menggunakan skala Asworth, pengukuran ROM menggunakan goniometer dan evaluasi aktifitas
fungsional indeks Barthel.
Penanganan :
1. Infra red
kenaikan temperatur membuat proses metabolisme menjadi lebih baik, sehingga mempercepat proses pemulihan jaringan. Infra red juga dapat
membantu otot untuk berelaksasi.
Pelaksanaan :
Posisi pasien supine lying. Posisikan Infra red tegak lurus dengan area yang akan diterapi. Jarak IR dengan area terapi 45-60 cm, waktu 5 menit
pada tiap bagian. Pastikan pasien merasakan hangat dan nyaman.
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

2. PNF
PNF adalah suatu latihan yang menggunakan pola aktivitas fungsional (kegiatan sehari-hari) dengan memfasilitasi neuromuskuler untuk
membangkitkan serta meningkatkan kontrol neuromuskular dan fungsi. Pasien akan diberikan rangsangan sesuai dengan reaksi yang
diinginkan hingga akhirnya pasien mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi.
a. Rhythmical Initiation
Terapis menggerakkan bagian tubuh pasien secara pasif, kemudian terapis menginstruksikan pasien untuk menggerakkan
secara aktif. Pada gerakan selanjutnya, terapis memberikan tahanan.
b. Timing for Emphasis
Terapis menahan bagian yang kuat dan membebaskan bagian yang lemah
c. Contract relax
Instruksikan pasien untuk mengkontraksikan secara isotonic otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan. Tambah ROM
setelah tiga kali gerakan. Pola yang digunakan yaitu fleksi-abduksi-eksorotasi, ekstensi-adduksi-endorotasi.
d. Slow Reversal
Gerakan dimulai dari yang mempunyai gerak yang kuat. Gerakan berganti ke arah gerak yang lemah tanpa pengendoran otot.
Sewaktu berganti ke arah gerakan yang kuat tahanan atau luas gerak sendi ditambah. Teknik ini berhenti pada gerak yang lebih
lemah.
Faiqah Nurfadilah (R021201006)

3. Latihan berjalan
Dalam berjalan dikenal fase menapak dan fase mengayun. Fase menapak dimulai dari heel strike atau heel on, foot flat, mid stance, heel off
dan diakhiri dengan toe off atau ball off. Sedangkan fase mengayun dimulai dari toe off, swing dan diakhiri dengan heel strike. Pada pasien
stroke, umumnya telah kehilangan salah satu fase dalam pola berjalan sehingga polanya tidak lagi sempurna. Oleh karena itu, fisioterapis
perlu menganalisa fase mana yang hilang dan melatih kembali pasien agar pola berjalannya dapat kembali normal.

4. Edukasi
• Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk selalu memotivasi pasien
• Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama fase latihan
DAFTAR PUSTAKA
Iradian, N. (2015). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST STROKE HEMIPARESE DEXTRA. Welcome to UMS ETD-db - UMS ETD-
db. https://eprints.ums.ac.id/39687/15/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Labcito. (2015, March 27). Stroke. Laboratorium Klinik Cito. https://labcito.co.id/stroke/

Aini, A. Q., Pujarini, L. A., & Nirlawati, D. D. (2017). Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Pendeita Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik. Biomedika, 8(2).

Andaryani, N. W., Nuartha, A. A., & Adnyana, I. M. (2017). Rasio kadar trigliserida-kolesterol HDL serum tinggi meningkatkan keparahan klinis penderita stroke iskemik akut. Medicina, 48(3),
211-5.

Dr. Rizaldy Pinzon, M., & Dr. Laksmi Asanti, S. (n.d.). AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan Dan Pencegahan. Penerbit Andi.

http://eprints.undip.ac.id/29401/5/Bab_4.pdf

MARPAUNG, E. (2003). HUBUNGAN KADAR FIBRINOGEN DENGAN FAKTOR RISIKO PADA STROKE ISKEMIK (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro).

Stroke. (2015, March 27). Laboratorium Klinik Cito. https://labcito.co.id/stroke/

Yudawijaya, A., Kustiowati, E., & Pemayun, T. G. D. (2011). Homosistein plasma dan perubahan skor fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik. Media Medika Indonesiana, 45(1), 8-15.

Hastuty, D., Kustiowati, E., & Pudjonarko, D. (2015). HUBUNGAN ANTARA KADAR LIPOPROTEIN(A) SERUM DENGAN KELUARAN PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT. Neurona,
32(4).

Nastiti, I. (2015). NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST STROKE HEMIPARESE DEXTRA DI RST. DR. SOEDJONO MAGELANG.

Pratiwi N. (2017). SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PROFIL LIPID DENGAN KEJADIAN STROKE TAHUN 2016 DI RSUD WATES KULON PROGO.

Putra, S. E., Tyas, F. N., Hafizhan, M., Prabaningtyas, R. A., & Mirawati, D. K. (2020). Hubungan Profil lipid Dan Kadar high-sensitivity C-reactive protein dengan outcome Pasien stroke
Iskemik Akut. Smart Medical Journal, 3(2), 48. https://doi.org/10.13057/smj.v3i2.43779

Ramadany, A. F., Pujarini, L. A., & Candrasari, A. (2013). HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
TAHUN 2010. Biomedika, 5(2).

Anda mungkin juga menyukai