Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PENDAHULUAN

PRINCIPLE OF TREATING DEGENERATIF DISEASE

DISUSUN OLEH:
AURELIA ARITA
R021201007

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2021
A. DASAR TEORI
Degenerative disease adalah penyakit di mana fungsi atau struktur jaringan
atau organ yang terkena berubah menjadi lebih buruk dari waktu ke
waktu. Degenerative disease merupakan penyakit yang ditandai dengan
kondisi yang memburuk karena memburuknya fungsi dan struktur bagian
tubuh yang terkena, sehingga menyebabkan kecacatan, mortalitas, dan
morbiditas, yang bisa premature. Penuaan adalah salah satu faktor risiko
umum untuk banyak penyakit degeneratif. Ini melibatkan perubahan
biologis yang beragam. Pada tingkat sel, sel menua ketika kehilangan
kemampuannya untuk membelah namun tetap aktif secara metabolik.
Factor-faktor risiko utama Degeneratif Disease:

1. Pola makan yang tidak sehat


2. Kurang aktivitas fisik
3. Komsumsi rokok
4. Meningkatnya stressor

B. JENIS DEGENERATIF DESEASE


1. Arthritis

Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada
sendi. Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri, dan menyebabkan kerusakan pada bagian
sendi.

Arthritis adalah peradangan pada sendi. Ada banyak jenis radang sendi, baik
peradangan maupun non-inflamasi, yang mempengaruhi sendi dan jaringan
ikat lainnya di dalam tubuh. Jenis yang paling umum diobati oleh terapis
adalah rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Kecuali penyebab masalah
sendi diketahui, seperti trauma atau imobilitas baru-baru ini, intervensi
medis diperlukan untuk mendiagnosis dan mengelola patologi secara medis.
Artritis traumatis mungkin memerlukan aspirasi jika ada efusi berdarah.
Terapis mengelola gangguan fisik dan pembatasan fungsional yang
merupakan hasil dari patologi yang mendasarinya.

Penyebab Penyakit Arthritis :

1. Usia
2. Kelebihaan berat badan
3. Gnetik
4. Cedera
5. Kerja berlebihan
6. infeksi

Gejala Penyakit Arthritis :

1. Kaku pada sendi


2. Pembengkakan
3. Sulit untuk menggerakkan anggota tubuh tertentu
4. Rasa sakit tak tertahankan
5. Ruam kemerahan

Arthtritis dibagi 2 yaitu osteoarthritis dan rheumatic arthritis

a. Osteoarthritis

Sumber Gambar : Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic


Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.). F.A. Davis.
OA terbagi atas dua yaitu Primer dan Sekunder. primer sendiri terbagi
lagi menjadi tiga Lokalisi OA, General OA, Erosif OA.

FAKTOR RESIKO OA :
1. Obesitas
2. Okupasi, olahraga, trauma
3. Genetik
4. Nutrisi
5. Hormonal

Tahap – Tahap OA
Tahap 1: Sendi normal mendemonstrasikan permukaan artikular dan ruang
sendi.

Tahap 2: Fase tdk dapat bergerak dari kemajuan penyakit OA melibatkan


pembentukan osteophytes (spur) atau penyempitan ruang sendi.

fase 3: kemajuan OA lebih jauh adalah kehilangan ruang sendi.


fase 4: Kemunculan kista subchondral (kista dibawah tulang pada kartilage)
mengindikasikan fase erosi dari kemajuan penyakit OA

fase 5: Fase terakhir pada kemajuan penyakit melibatkan perbaikan tulang


dan remodelling. Bentuk osteophytes besar.

Tipe –Tipe Osteoarthritis


• Osteoarthtritis Primer, Biasanya dialami setelah usia 45 tahun,
sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab
pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat
mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi
yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga
menyerang punggung, leher, dan jari-jari.
• Osteoarthtritis Sekunder, dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya
disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada
sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar),
akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab
lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.

Gejala – Gejala :
1. Morning stiffness lebih dari 1 jam, setiap hari lebih dari 6 minggu
2. Radang sendi pada 3 sendi yang berlangsung minimal selama 6
minggu
3. Radang sendi tangan paling minimal selama 6 minggu
4. Radang Sendi simetris yang berlangsung minimal 6 minggu
5. Rheumatoid nodule
6. Rheumatoid Faktor
7. Perubahan struktur sendi pada pemeriksaan x- ray
*Menurut American College of Rheumatology

Terapi OA :
Terapi non farmakologis
• Edukasi pasien
• Terapi fisik, okupulasi, aplikasi dingin/panas
• Latihan fisik
• Istirahat
• Penurunan BB
• Bedah
• Akupuntur
• Biofeedback
• Cognitive behavioural therapy
• Hipnosis
• Teknik relaksasi

Terapi farmakologis, Terapi farmakologis adalah obat yang telah


diresepkan oleh dokter untuk menghilangkan atau meringankan rasa nyeri
serta meningkatkan fungsi.
Rencana Perawatan Intervensi
Edukasi Pasien Ajarkan tentang kekuatan deformasi
dan pencegahan.
Ajarkan program latihan di rumah
untuk memperkuat intervensi dan
meminimalkan gejala.
Mengurangi efek kekakuan ROM aktif. Teknik mobilisasi joint-
play.
Mengurangi rasa sakit dari Belat dan/atau peralatan bantu untuk
mekanik stres dan mencegah meminimalkan stres atau untuk
deformasi kekuatan. memperbaiki kesalahan biomekanik,
memperkuat otot pendukung.
Aktivitas alternatif dengan periode
istirahat.
Meningkatkan ROM Peregangan otot, sendi, atau
pembatasan jaringan lunak dengan
teknik tertentu.
Meningkatkan kontrol Latihan resistensi intensitas rendah dan
neuromuskular, kekuatan, dan pengulangan otot.
daya tahan otot.
Meningkatkan keseimbangan Menyeimbangkan kegiatan latihan.
Meningkatkan pengkondisian Latihan aerobik non impact atau low-
fisik. impact.

b. Rheumatoid Arthritis
Sumber Gambar : Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic
Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.). F.A. Davis.

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan


inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai
dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang
disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes,
2011).

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi


1. Faktor genetik
2. Usia
3. Jenis kelamin
Faktor yang dapat dimodifikasi
1. Gaya hidup
2. Faktor hormon
3. Bentuk tubuh

Gejala RA

1. Nyeri dan kaku sendi


2. Sendi bengkak/ lembut
3. Kelelahan dan demam
4. Penurunan bb atau hilang nafsu makan

Diagnosis Klinis
1. Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya
2. Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) 3 daerah sendi
/ lebih
3. Artritis pada persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal),
MCP
4. (metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
5. Artritis simetris, misalnya PIP (proximal interphalangeal), MCP
6. (metacarpophalangeal), atau MTP (metatarsophalangeal).
7. Nodul rheumatoid
8. Rheumatoid Factor serum positif
9. Erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat
(American Rheumatism Association)

Diagnosis FT Pada Kasus RA


1. Gangguan atau impairment (berfungsi pada tingkat tubuh)
2. Functional limitation
3. Participation restriction
4. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pengalaman

Pencegahan
1. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi
2. Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
3. Menjaga berat badan.
4. Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang
5. polong, jeruk, bayam, buncis,yoghurt, dan susu skim.
6. Memenuhi kebutuhan air tubuh.
7. Tidak menjadi peroko pasif maupun aktif

Penanganan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
3. Kortikosteroid
4. Rehabilitasi.
5. Pembedahan

Intervensi Fisioterapi
a. Sinar Infra Red
b. Terapi Latihan berupa Resisted Active Movement
c. Massage
d. Terapi Latihan berupa Static contraction

Rencana Perawatan Intervensi


Edukasi pasien Beritahu pasien tentang pentingnya
istirahat, perlindungan sendi,
konservasi energi, dan kinerja ROM.
Ajarkan program latihan di rumah dan
modifikasi aktivitas yang menghemat
energi dan meminimalkan stres pada
sendi yang rentan.
Meringankan rasa sakit dan menjaga Modalitas.
otot dan mempromosikan relaksasi • Pijat lembut.
• Imobilisasi dalam belat.
• Teknik relaksasi.
Meminimalkan kekakuan sendi dan ROM pasif atau aktif-assitive dalam
mempertahankan gerakan yang batas nyeri, perkembangan bertahap
tersedia sebagai toleransi.
Teknik sambungan lembut
menggunakan osilasi tingkat I atau II.
Meminimalkan atrofi otot Isometrik lembut pada posisi bebas
nyeri, progresi ke ROM bila
ditoleransi.
Mencegah deformitas dan melindungi Penggunaan peralatan pendukung dan
struktur sendi alat bantu untuk semua sendi yang aktif
secara patologis.
• Posisi tempat tidur yang baik
saat istirahat.
• Menghindari aktivitas yang
menekan sendi
2. Fibromyalgia

Sumber Gambar : Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic


Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.). F.A. Davis.

Fibromyalgia merupakan sindrom nyeri kronik yang ditandai dengan nyeri


muskuloskeletal dan kekakuan otot yang tersebar luas, meliputi keempat
kuadran tubuh, sisi kiri dan kanan serta atas dan bawah tubuh

Patofisiologi Fibromyalgia berhubungan dengan peningkatan sensitivitas


terhadap nyeri atau penurunan ambang batas nyeri yang berhubungan
dengan adanya disregulasi proses modulasi nyeri di sistem saraf pusat.
Modulasi nyeri diperantarai oleh neurotransmiter serotonin. Pasien
Fibromyalgia mempunyai kadar plasma serotonin yang lebih rendah.

Penyebab Fibromyalgia :

a. Ketidakseimbangan zat kimia


b. Trauma fisik maupun psikis
c. Kondisi genetik

Gejala penyakit fibromyalgia :


a. Kekakuan otot terutama pagi hari, sebagian besar pasien mengalami
nyeri tekan (tenderness)
b. Cepat lelah
c. Nyeri sendi
d. Nyeri kepala
e. Nyeri punggung
f. Sistitis
g. Vulvodinia
h. Tinitus
i. Vertigo
j. Kesemutan
k. Gangguan tidur
l. Kecemasan hingga depresi

Penanganan Fibromyalgia

Fibromyalgia termasuk kondisi kronis yang tidak bisa disembuhkan. Tujuan


pengobatannya adalah untuk meringankan gejala agar tidak menghambat
kehidupan sehari-hari penderitanya.

Penanganan fibromyalgia berbeda untuk tiap penderita, namun secara


umum meliputi:

1. Terapi latihan dalam bentuk Active exercise merupakan gerakan


yang dihasilkan kontraksi otot yang melawan gravitasi, tanpa
bantuan atau tenaga baik dari luar tubuh ataupun dari dalam
tubuh itu sendiri dan ditambahkan dorongan dari terapis disetiap
akhir gerakan yang dilakukan pasien. Tujuan dari active exercise
yaitu a) memelihara dan meningkatkan kekuatan otot, b)
mengembalikan koordinasi dan keterampilan motorik untuk
aktivitas fungsional (Humaira, 2014).
2. Terapi latihan static contraction yaitu dimana latihan ini merupakan
kontraksi otot secara isometrik untuk mempertahankan kestabilan
tanpa disertai gerakan. Dengan gerakan ini maka akan merangsang
otot - otot untuk melakukan pumping action sehingga aliran
darah balik vena akan lebih cepat. Apabila sistem peredaran
darah baik maka oedem dan nyeri dapat berkurang (Priatna, 2008).
3. Terapi latihan resisted exercise dimana latihan ini terjadi
gerakan yang sepenuhnya dilakukan oleh pasien dengan terapis
memberi tahanan pada gerakan yang dilakukan pasien. Terapi
latihan ini merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi
yang pelaksanaannya menggunakan latihan gerak tubuh secara
aktif dan disetiap gerakan yang dilakukan pasien pada akhir
gerakan ditambahkan gerakan dorongan dari terapis, tujuan dari
terapi latihan salah satunya adalah mengurangi nyeri, mengurangi
oedem karena terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai darah meningkat sehingga oedem akan
berkurang dan nyeri akan berkurang (Humaira, 2014).

3. Myofascial Pain Syndrome

Sumber Gambar : Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic


Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.). F.A. Davis.

Nyeri miofasial berasal dari kata "Myo" yang erat hubungan dengan otot
sementara "fascial" mengacu pada jaringan yang menutupi otot. Bisa
disimpulkan nyeri miofasial sebagai nyeri yang berasal dari otot dan
jaringan yang menutupi otot itu sendiri. Sindrom nyeri myofascial adalah
sebuah kondisi nyeri otot ataupun fascia, akut maupun kronik, menyangkut
fungsi sensorik, motorik, ataupun otonom, yang berhubungan dengan
myofascial trigger points (MTr Ps). Gejala motorik dapat berupa disfungsi
motorik atau kelemahan otot akibat inhibisi motorik, terbatasnya gerakan
dan kekakuan otot. Gejala sensorik dapat berupa nyeri tekan, nyeri alih,
hiperalgesia, ataupun alodinia. Gejala otonom dapat seperti berkeringat,
aktivitas pilomotor, perubahan suhu kulit, lakrimasi, dan salivasi.

Gejala yang dirasakan pada orang dengan MPS antara lain


a. Adanya titik nyeri MPS yang disebut dengan myofascial trigger
point, sebuah titik sensitif pada otot atau fascia yang apabila
diberikan tekanan maka akan memberikan rasa nyeri baik lokal
maupun menjalar.
b. Apabila meraba di titik nyeri maka akan terasa adanya kekakuan di
titik otot tersebut.
c. Nyeri otot saat pergerakan di area sekitar myofascial trigger point.
d. Terbatasnya rentang pergerakan oleh karena adanya rasa nyeri dan
kaku.

Penanganan
a. Penanganan diberikan berdasarkan penyebab nyeri
b. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan yaitu ultrasonography
(USG) untuk mengetahui tempat titik nyeri
c. Jika pemberian obat obatan dari dokter tidak memberikan efek yang
baik maka dapat diberikan penanganan lanjutan yaitu
Extracorporeal ShockWave Therapy (ESWT), latihan peregangan,
pelatihan postur, teknik pemijatan, terapi fisik dengan
(Transcutaneous Eletrical Stimulation) TENS dan ultrasound, dry
needling ataupun dengan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBO).
DAFTAR PUSTAKA

Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic Exercise: Foundations and


Techniques (5th ed.). F.A. Davis.
D. V. (2019, August 04). Myofascial pain syndrome - flex free clinic.
Retrieved October 03, 2021, from
https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/252?title=myofascial-pain-
syndrome

Dewi, K., Andayani, N., & Dinata, I. (2016). THE INTERVENSI


INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION TECHNIQUE
(INIT) DAN INFRARED LEBIH BAIK DALAM MENURUNKAN
NYERI MYOFASCIAL PAIN SYNDROME OTOTUPPER TRAPEZIUS
DIBANDINGKANINTERVENSI MYOFASCIAL RELEASE
TECHNIQUE (MRT) DAN INFRARED PADA MAHASISWA
FISIOTERAPI. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 4(2).
doi:10.24843/MIFI.2016.v04.i02.p06

Arthritis - Symptoms and causes. (2019, July 19). Mayo


Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/arthritis/symptoms-causes/syc-20350772
Clinic, P. M. (2020, July 7). APA ITU Fibromyalgia? APA Gejala Dan
Gimana Cara
Penanganannya? physiomedicalclinic. https://www.physiomedicalclinic.co
m/post/apa-itu-fibromyalgia-gejala-penanganan-pengobatan
Myofascial pain syndrome. (2019). Klinik Rehabilitasi Khusus Otot Tulang
Sendi I Dokter Sp.KFR I
Fisioterapi. https://flexfreeclinic.com/artikel/detail/252?title=myofascial-
pain-syndrome

Anggoro, A. W. (2014). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


KASUS MYALGIA ( TIBIALIS ANTERIOR ) SINISTRA DI RST DR.
SOEDJONO MAGELANG [Doctoral dissertation].
http://eprints.ums.ac.id/30858/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai