DISUSUN OLEH:
AURELIA ARITA
R021201007
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada
sendi. Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri, dan menyebabkan kerusakan pada bagian
sendi.
Arthritis adalah peradangan pada sendi. Ada banyak jenis radang sendi, baik
peradangan maupun non-inflamasi, yang mempengaruhi sendi dan jaringan
ikat lainnya di dalam tubuh. Jenis yang paling umum diobati oleh terapis
adalah rheumatoid arthritis dan osteoarthritis. Kecuali penyebab masalah
sendi diketahui, seperti trauma atau imobilitas baru-baru ini, intervensi
medis diperlukan untuk mendiagnosis dan mengelola patologi secara medis.
Artritis traumatis mungkin memerlukan aspirasi jika ada efusi berdarah.
Terapis mengelola gangguan fisik dan pembatasan fungsional yang
merupakan hasil dari patologi yang mendasarinya.
1. Usia
2. Kelebihaan berat badan
3. Gnetik
4. Cedera
5. Kerja berlebihan
6. infeksi
a. Osteoarthritis
FAKTOR RESIKO OA :
1. Obesitas
2. Okupasi, olahraga, trauma
3. Genetik
4. Nutrisi
5. Hormonal
Tahap – Tahap OA
Tahap 1: Sendi normal mendemonstrasikan permukaan artikular dan ruang
sendi.
Gejala – Gejala :
1. Morning stiffness lebih dari 1 jam, setiap hari lebih dari 6 minggu
2. Radang sendi pada 3 sendi yang berlangsung minimal selama 6
minggu
3. Radang sendi tangan paling minimal selama 6 minggu
4. Radang Sendi simetris yang berlangsung minimal 6 minggu
5. Rheumatoid nodule
6. Rheumatoid Faktor
7. Perubahan struktur sendi pada pemeriksaan x- ray
*Menurut American College of Rheumatology
Terapi OA :
Terapi non farmakologis
• Edukasi pasien
• Terapi fisik, okupulasi, aplikasi dingin/panas
• Latihan fisik
• Istirahat
• Penurunan BB
• Bedah
• Akupuntur
• Biofeedback
• Cognitive behavioural therapy
• Hipnosis
• Teknik relaksasi
b. Rheumatoid Arthritis
Sumber Gambar : Kisner, C., & Colby, L. A. (2007). Therapeutic
Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.). F.A. Davis.
Gejala RA
Diagnosis Klinis
1. Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya
2. Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) 3 daerah sendi
/ lebih
3. Artritis pada persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal),
MCP
4. (metacarpophalangeal), atau pergelangan tangan.
5. Artritis simetris, misalnya PIP (proximal interphalangeal), MCP
6. (metacarpophalangeal), atau MTP (metatarsophalangeal).
7. Nodul rheumatoid
8. Rheumatoid Factor serum positif
9. Erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat
(American Rheumatism Association)
Pencegahan
1. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi
2. Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
3. Menjaga berat badan.
4. Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang
5. polong, jeruk, bayam, buncis,yoghurt, dan susu skim.
6. Memenuhi kebutuhan air tubuh.
7. Tidak menjadi peroko pasif maupun aktif
Penanganan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah deformitas,
mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
3. Kortikosteroid
4. Rehabilitasi.
5. Pembedahan
Intervensi Fisioterapi
a. Sinar Infra Red
b. Terapi Latihan berupa Resisted Active Movement
c. Massage
d. Terapi Latihan berupa Static contraction
Penyebab Fibromyalgia :
Penanganan Fibromyalgia
Nyeri miofasial berasal dari kata "Myo" yang erat hubungan dengan otot
sementara "fascial" mengacu pada jaringan yang menutupi otot. Bisa
disimpulkan nyeri miofasial sebagai nyeri yang berasal dari otot dan
jaringan yang menutupi otot itu sendiri. Sindrom nyeri myofascial adalah
sebuah kondisi nyeri otot ataupun fascia, akut maupun kronik, menyangkut
fungsi sensorik, motorik, ataupun otonom, yang berhubungan dengan
myofascial trigger points (MTr Ps). Gejala motorik dapat berupa disfungsi
motorik atau kelemahan otot akibat inhibisi motorik, terbatasnya gerakan
dan kekakuan otot. Gejala sensorik dapat berupa nyeri tekan, nyeri alih,
hiperalgesia, ataupun alodinia. Gejala otonom dapat seperti berkeringat,
aktivitas pilomotor, perubahan suhu kulit, lakrimasi, dan salivasi.
Penanganan
a. Penanganan diberikan berdasarkan penyebab nyeri
b. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan yaitu ultrasonography
(USG) untuk mengetahui tempat titik nyeri
c. Jika pemberian obat obatan dari dokter tidak memberikan efek yang
baik maka dapat diberikan penanganan lanjutan yaitu
Extracorporeal ShockWave Therapy (ESWT), latihan peregangan,
pelatihan postur, teknik pemijatan, terapi fisik dengan
(Transcutaneous Eletrical Stimulation) TENS dan ultrasound, dry
needling ataupun dengan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBO).
DAFTAR PUSTAKA