Anda di halaman 1dari 25

REUMATHOID ARTHITIS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
TAHUN AJARAN 2019/2020
NAMA KELOMPOK 1:
1. Oyang Putra Pangestu (201701002)
2. Wahyu triantini (201701003)
3. Dea Oktavika Cahyani (201701004)
4. Mega Dwi Purnama (201701005)
5. Kristina Rumatora (201701006)
6. Nur Fatikhah (201701007)
7. Citra Aulia Wulandari (201701009)
8. Ita Fatikhatul Laila (201701010)
9. Khusnul Khotimah (201701011)
10. Anjeli Wahyu Nengsih (201701012)
DEFINISI
Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak di
ketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan pada
poliferasi pada membran sinoval , yang menyebkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam
memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis
reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difus yang di perantarai oleh imunitas.
EPIDEMOLOGI
Artritis reumatoid secara relatif merupakan penyakit yang sering terjadi dengan
distribusi yang luas di seluruh dunia : sebagian besar studi terkini tentang prevalansi
artritis reumatoid memperkirakan angka keseluruhan sekitar 1%. Angka ini setara
dengan 1,5 juta orang di inggris (Hickling&Golding, 1984). Penyakit ini lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria, dengan rasio 3:1 (Kragg, 1989). Terdapat
prevalensi pada individu yang berusia 20-70 tahun, dengan puncakawitan pada
usia 45-65 tahun. Prevalanse AR meningkatkan seiring pertambahan usia pada
wanita dan pria. Namun terdapat bukti yang menyatakan bahwa pada usia 75
tahun ke atas awitan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Symmons et
al,1994).
ETIOLOGI
Penyebab pasti AR masih belum di ketahui walaupun penelitian itensif di seluruh
dunia yang berlanjut dengan upaya untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab terus
di lakukan . Hal yang sudah pasti adalah etiologi penyakit ini multifaktor. Identifikasi
penyebab sangat penting untuk meningkatkan keefektifan penanganan dan untuk
mengidentifikasi mekanisme penyebab serta faktor yang mempengaruhi prognosis dan
manifestasi penyakit. Banyak hipotesis yang sedang di uji tetapi teori dominan
berkaitan dengan sistem imun.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis. Tanda dan gejala utama rheumatoid arthritis adalah rasa sakit dan
pembengkakan di persendian, hangat, dan menurunnya ROM. Manifestasi sistemik
sebelum gejala tampak adalah mencakup rasa sakit di otot, anorexia, dan rasa lelah.
Kekakuan pada banyak persendian di pagi hari biasanya akan berlangsung lebih dari
30 menit dan sering mencakup persendian simetris. Nodul kaku dan tidak lemas akan
tumbuh diatas tonjolan pada tulang. Deformitas khusus mencakup deformitas leher-
angsa pada tangan (hyperekstensi sendi interphalangeal proximal), deformitas
boutonniere (fleksi pada sendi interphalangeal proximal) dan ulnar drift (tulang ulna
mengapung). Sendi-sendi yang kecil dari tangan, pergelangan tangan dan kaki
sering terkena penyakit ini. Gejala sistemik seperti malaise/rasa tidak enak badan,
anorexia, berkurangnya berat badan dikarenakan rasa sakit yang kronis dan demam
tingkat-rendah akan terus berlanjut saat penyakit semakin bertambah parah. Studi
Laboratori menunjukan naiknya ESR, normochromic atau hypocromic anemia dan
faktor rheumatoid positif (molekul M [IgM] immunoglobulin aktif kembali dengan
naiknya titer). Banyak pasien yang menderita antinuclear antibodies dan peningkatan
immunoglobulin G (IgG). Studi radiologi menunjukan adanya pembengkakan pada
jaringan lunak dan penyakit osteoporosis pada tingkat awal dan penyempitan
ruangan persendian dengan kerusakan pada tulang rawan, deformitas (perubahan
bentuk), ankylosis dan subluksasi dalam tahap berikutnya.
Pathway
KOMPLIKASI
1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptic.
2. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi,
dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).
4. Osteoporosis
5. Nekrosis sendi panggul.
6. Deformitaas sendi.
7. Kontraktur jaringan lunak.
8. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).
PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dari penatalaksanaan artritis reumatoid adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang
penyakit kepada klien, keluarga, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan
meliputi pengertian tentang patofisiologis penyakit, penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-
metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan kesehatan ini harus
dilakukan secara terus-menerus. Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari bantuan klub penderita,
badan - badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga menderita artritis reumatoid, serta keluarga mereka.

Istirahat adalah penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat
timbul setiap hari, tapi ada masa-masa dimana klien merasa keadaan nya lebih baik atau lebih berat. Kekauan dan rasa
tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat mudah terbangun dari tidur nya pada
malam hari karena nyeri. Disamping itu latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit dan sebaiknya dilakukan sedikit nya 2 kali sehari.
Obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur
antara suhu panas dan dingin dapat dilakukan. Alat-alat pembantu dan adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan
pelatihan sebelum nya. Seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Karena latihan yang berlebihan dapat merusak struktur-
struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
LANJUTAN

Penderita artritis reumatoid tidak memerlukan diet khusus karena variasi pemberian diet yang ada
belum terbukti kebenaran nya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang sangat penting.
Penyakit ini dapat juga menyerang sendi temporomandibular, sehingga membuat gerakan
mengunyah menjadi sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat menyebabkan rasa tidak enak pada
lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan. Pengaturan berat badan dan aktivitas klien
haruslah seimbang karena biasanya klien akan mudah menjadi terlalu gemuk. Disebabkan aktivitas
klien dengan penyakit ini relatif rendah. Namun, bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan adalah pemberian obat.

Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba mengubah
perjalanan penyakit. Nyeri hampir tidak dapat dipisahkan dari artritis reumatoid, sehingga
ketergantungan terhadap obat harus diusahakan semininum mungkin. Obat utama pada artritis
adalah obat-obatan anti inflamasi nonsteroid (NSAID).

Obat anti inflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses produksi mediator peradangan.
Tepat nya menghambat sintesis prostaglandin atau siklo-oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah
asam lemak sistemik endogen yaitu asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin,
tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
 Aktivitas/istirahat
 Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stres pada sendi; kekuatan sendi pada pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala
ini adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
 Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
 Kardiovaskular
 Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten,
sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
LANJUTAN

 Integritas Ego

 Gejala : Faktor-faktor stres akut/kronis, misal finansial, pekerjaan,


ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial. Keputrusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh

 Makanan / cairan

 Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengosumsi


makanan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

 Tanda : penurunan berat badan, dan membran mukosa kering.

 Higiene

 Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi


secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
LANJUTAN

 Neurosensori

 Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.

 Tanda : pembengkakan sendi simetris

 Nyeri/kenyamanan

 Gejala : fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak
pada sendi). Rasa nyaman kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).

 Keamanan

 Gejala : kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani trugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membran mukosa.

 Interaksi sosial

 Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.


PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan yang ditemukan khas pada rheumatoid arthritis adalah pembengkakan sendi yang simetris
dengan konsistensi kenyal dan spongy, yang biasanya ditemukan pada perjalanan penyakit RA yang
telah berlangsung cukup lama. Adapun pemeriksaan fisik yang umum ditemukan dapat dibagi menjadi
tanda sistemik, artikular, dan ekstra-artikular, yaitu:
 Sistemik
Keadaan sistemik yang ditemukan dapat berupa demam, malaise, dan rasa lemah pada seluruh tubuh.
 Artikular
1. Temuan pemeriksaan fisik artikular di antaranya adalah:
2. Keterlibatan sendi yang umumnya pada tangan dan kaki dalam distribusi yang relatif simetris
3. Pembengkakan pada sendi PIP dan MCP pada awal perjalanan penyakit
4. Nyeri pada pergerakan pasif, dapat ditemukan dengan menggenggam MCP dan MTP
5. Rasa hangat
6. Deformitas :
 Tenosinovitis dan sinovitis persisten yang menimbulkan pembentukan kista sinovial serta menggeser
atau menyebabkan ruptur tendon. Ruptur tendon ekstensor pada dorsum manus merupakan masalah
yang sering ditemukan.
 Deviasi ulnaris pada sendi MCP, hiperekstensi atau hiperfleksi sendi MCP dan PIP, kontraktur fleksi
siku, dan subluksasi tulang karpal dan ibu jari (cocked-up)
 Deformitas swan-neck (hiperekstensi PIP, fleksi DIP) dan boutonniere (fleksi PIP, ekstensi DIP)
 Ankilosis sendi
Gambar: Deformitas swan Gambar: Deformitas
neck pada digiti 5 Boutonnière
LANJUTAN  Ekstra-artikular

Manifestasi ekstra-artikular dapat ditemukan pada fase perjalanan penyakit rheumatoid arthritis di tahap manapun. Secara epidemiologi, keadaan ini ditemukan pada

17,8–40,9% pasien dengan 1,5–21,5% di antaranya memiliki tampilan derajat berat dan umumnya berkaitan dengan tingkat komorbiditas dan kematian dini yang lebih

tinggi.[19] Adapun manifestasi ekstra-artikular yang sering ditemukan berupa:

 Sistem Indera

Nodul rheumatoid : Merupakan nodul subkutan yang seringkali timbul pada permukaan bertekanan tinggi, seperti prosesus olekranon dan proksimal ulna, sendi jari,

prominensia sakrum, dan tendon Achilles. Nodul ini tidak begitu nyeri dengan konsistensi bervariasi dari lunak dan mobile hingga menjadi massa yang keras dan melekat

dengan periosteum. Secara histologi, nodul ini ditandai dengan adanya area nekrotik sentral yang dibatasi oleh lingkaran palisade fibroblas dan dikelilingi oleh zona

jaringan yang kaya akan limfosit, sel plasma, dan histiosit.

Keratokonjungtivitis Sika : Ditemukan pada 10% pasien dengan rheumatoid arthritis yang diiringi dengan xerostomia. Gejala yang ditimbulkan berupa adanya sensasi

benda asing dengan. Diagnosis ditegakkan melalui uji Schirmer yang positif dan adanya penurunan waktu pecahnya air mata (tear break-up time). Pada beberapa keadaan

yang lebih lanjut dapat ditemukan skleritis, episkleritis, keratitis ulseratif perifer, dan vaskulitis yang melibatkan pembuluh darah retina.

 Sistem Pulmonal

Keterlibatan sistem pulmonal dapat ditemukan dalam timbulnya nodul rheumatoid, efusi pleura, penyakit paru interstitial, penyakit saluran napas kecil, dan vaskulitis

pulmonal. Keadaan ini bertanggungjawab atas 10-20% dari angka mortalitas pasien dengan rheumatoid arthritis.

 Sistem Kardiovaskular

Manifestasi kardiak klasik pada rheumatoid arthritis adalah perikarditis, di mana studi otopsi dan ekokardiografi pada pasien menunjukkan adanya bukti inflamasi

perikardium pada lebih dari 50% pasien, meski tidak memiliki gejala yang khas. Umumnya ditemukan pada pasien dengan faktor rheumatoid positif.

 Sistem Urinaria

Nefropati dapat timbul sebagai akibat dari obat, amiloidosis renal sekunder, dan beberapa jenis glomerulonefritis dengan insiden tersering proliferatif mesangial. [19,20]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan antibodi citrulline
Pada umumnya tes darah dijalankan untuk membantu membuat diagnosis rheumatoid arthritis. Tes ini adalah
memeriksa antibodi tertentu termasuk anti-cyclic antibodi citrullinated peptida (ACPA), faktor rheumatoid
(RF), dan antibodi antinuclear (ANA), yang hadir dalam sebagian besar pasien RA.
Faktor rheumatoid (RF) muncul sekitar 75-80 persen dari pasien RA, dan RF yang tinggi dapat menunjukkan
bentuk yang lebih agresif dari penyakit. Antibodi antinuklear (ANA) tidak spesifik untuk diagnosis untuk RA,
namun kehadiran mereka dapat menunjukkan kepada dokter bahwa gangguan autoimun dapat ada.
2. Pemeriksaan darah
Tes darah lainnya yang dapat dilakukan dapat membantu dokter menentukan sejauh mana peradangan pada
sendi dan di tempat lain dalam tubuh. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) mengukur seberapa cepat sel-sel
darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya, semakin tinggi tingkat sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
Tes darah lain yang mengukur peradangan adalah tes C-reaktif protein (CRP). Jika CRP yang tinggi, tingkat
peradangan biasanya tinggi juga, seperti selama ruam rheumatoid arthritis.
Pemeriksaan rheumatoid arthritis berikutnya adalah laju endap darah (LED). Tes ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya peradangan dalam tubuh. Sampel darah akan diletakkan di dalam sebuah tabung. Saat
tubuh mengalami peradangan, maka sel darah merah dalam sampel darah yang diambil akan jatuh ke dasar
tabung lebih cepat dari biasanya.
Pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis lainnya adalah dengan tes darah menyeluruh. Tes ini
dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan anemia. Hal ini dilakukan karena
pada umumnya penderita rheumatoid arthritis mengalami anemia. Namun tidak semua penderita anemia
mengalami rheumatoid arthritis
LANJUTAN
3. Pencitraan
Tes lain yang digunakan untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis adalah pemeriksaan
rontgen dengan sinar-X. Pada awal penyaki,t sinar-X dapat membantu sebagai tes awal dan
dapat berguna dalamtahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit berkembang
dari waktu ke waktu. Tes pencitraan lain yang digunakan termasuk USG dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI).
Selain itu, beberapa pemeriksaan rheumatoid arthritis tersebut juga dapat digunakan
untuk mengawasi perkembangan kondisi dan membantu dokter untuk menentukan tipe
arthritis.
4. Arthrocentesis
Sebuah prosedur aspirasi sendi (arthrocentesis) dapat dilakukan untuk mendapatkan
cairan sendi untuk diuji di laboratorium. Sebuah jarum suntik yang digunakan untuk
mengalirkan cairan dari sendi kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab
pembengkakan sendi.
Dari pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis ini, dokter dapat mengetahui tanda
infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan sendi yang tinggi, serta dapat menentukan
jenis mikroorganisme penyebab infeksi.
Mengambil cairan sendi ini juga dapat membantu meringankan nyeri sendi. Kadang-
kadang, kortison dapat disuntikkan ke dalam sendi selama prosedur aspirasi untuk
bantuan yang lebih cepat dari peradangan dan nyeri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid
arthritis (Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap
aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat
bergerak atau depresi.
PERENCANAAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Nyeri akut/kronis berhubungan Tujuan : Nyeri Mandiri


berkurang, hilang atau teradaptasi. 1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan 1. Membantu dalam menentukan
dengan distensi jaringan akibat
Kriteria Hasil :
akumulasi cairan/proses inflamasi, - intensitas, faktor - faktor yang mempercepat, dan kebutuhan manajemen nyeri dan
klien melaporkan penurunan
destruksi sendi. nyeri. respons rasa sakit nonverbal. efektivitas program.
- menunjukkan perilaku yang
lebih relaks.
- memperagakan keterampilan
reduksi nyeri yang dipelajari dengan
peningkatan keberhasilan.
- Skala nyeri 0-1 atau
teradaptasi.

2. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu 2. Pada penyakit yang berat/
tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat eksaserbasi, tirah baring mungkin
tidur sesuai indikasi. diperlukan untuk membatasi
nyeri/cedera.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien 3. Mencegah terjadinya kelelahan
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit umum dan kekakuan sendi.
di atas dan di bawah, serta hindari gerakan yang Menstabilkan sendi, mengurangi
menyentak. gerakan/rasa sakit pada sendi.

4. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan 4. Meningkatkan relaksasi otot dan
waslap hangat untuk kompres sendi yang sakit. Pantau mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. menghilangkan kekakuan pada pagi
hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat
No DIAGNOSA EPERAWATAN TUJUAN DAN RITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

berhubungan Tujuan : Klien mampu


1. Mandiri
Gangguan mobilitas fisik
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan 1. Evaluasi/ lanjutan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa 1. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
dengan deformitas skeletal, kemampuannya.
sakit pada sendi. perkembangan resolusi proses inflamasi.
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap Kriteria Hasil :
- Klien dapat ikut serta dalam program
aktivitas atau penurunan kekuatan otot. latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.
- Bertambahnya kekukatan otot.
- Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas, mempertahankan
koordinasi mobilitas sesuai tingkat optimal.

2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk
toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus- mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

3. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/ aktif, demikian 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi,
juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan. kekuatan otot, dan stamina umum. Latihan yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.

4. Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan 4. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
personel yang cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas. dan kemandirian klien. Teknik pemindahan yang tepat
dapat mencegah robekan abrasi kulit.

5. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung 5. Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko
pasir, gulung trokanter, bebat, dan brace. cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran tubuh serta dapat
mengurangi kontraktur.
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1.
Gangguan citra tubuh / perubahan Tujuan : Klien Mandiri
mampu mengimplementasikan pola 1. Dorong klien mengungkapkan 1. Memberikan kesempatan untuk
penampilan peran berhubungan dengan
koping yang baru dan
perubahan kemampuan untuk perasaannya mengenai proses penyakit dan mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep
mengungkapkan serta menunjukkan
melaksanakan tugas-tugas umum, terhadap penampilan. harapan masa depan. dan mampu menghadapi masalah secara
Kriteria Hasil : langsung.
peningkatan penggunaan energi atau
- Mengungkapkan peningkatan
ketidakseimbangan mobilitas. rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis
untuk masa depan.
- Klien menerima perunbahan
citra tubuh.
- Klien berpartisipasi dalam
berbagai aspek perawatan dan
dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan.
2.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
pada klien/ orang terdekat. Pastikan memengaruhi persepsi diri dan interaksi
bagaimana pendangan pribadi klien dalam dengan orang lain akan menentukan
berfungsi dalam gaya hidup sehari-hari, kebutuhan terhadap intervensi/konseling lebih
termasuk aspek-aspek seksual. lanjut.

3.
3. Diskusikan persepsi klien menganai 3. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat
bagaimana orang terdekat menerima dapat memengaruhi bagaimana klien
keterbatasan klien. memandang dirinya sendiri.
4.
4. Akui dan terima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan
bermusuhan, serta ketergantungan. marah, dan bermusuhan umum terjadi.

5.
5. Observasi perilaku klien terhadap 5.Dapat menunjukkan emosional atau metode
kemungkinan menarik diri, menyangkal atau koping maladaftif, membutuhkan intervensi
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Defisit perawatan diri berhubungan dengan Tujuan : Klien dapat


1.
Mandiri
melakukan perawatan diri sesuai 1. Diskusikan dengan klien tingkat fungsional umum 1. Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas
kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kemampuannya. sebelum timbulnya/eksaserbasi penyakit dan resiko umum dengan melakukan adaptasi yang
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak Kriteria Hasil : perubahan yang diantisipasi. diperlukan pada keterbatasan saat ini.
atau depresi. - Melaksanakan aktivitas
perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan
individual.
- Mendemonstrasikan perubahan
teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber
pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
2.
2. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri, 2. Mendukung kemandirian fisik/emosional klien.
dan program latihan.

3.
3. Kaji hambatan klien dalam partisipasi perawatan 3. Menyiapkan klien untuk meningkatkan
diri. Identifikasi/buat rencana untuk modifikasi kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
lingkungan.

4.
4. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. 4. Berguna dalam menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual, missal
memasang kancing, menggunakan alat bantu,
emmakai sepatu, atau menggantungkan
pgangan untuk mandi pancuran.

5.
5. Mengatur evaluasi kesehatan di rumah sebelum 5. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
dan setelah pemulangan. mungkin dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan actual. Memberikan lebih
banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lan
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar Tujuan : Klien Mandiri


mengenai penyakit, prognosis, dan mampu
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, 1. Memberikan pengetahuan di
memahami/menjelaskan
pengobatan berhubungan dengan dan harapan masa depan. mana klien dapat membuat pilihan
mengenai penyakit, prognosis
kurang pemanjanan/mengingat,
dan perawatannya. berdasarkan informasi yang
kesalahan interprestasi informasi. Kriteria Hasil : disampaikan.
- Menunjukkan
pemahaman tentang kondisi/
prognosis, perawatan.
- Mengembangkan
rencana untuk perawatan diri,
termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas
dan atau pembatasan aktivitas.

2. 2.Diskusikan kebiasaan klien dalam 2. Tujuan control penyakit adalh


penatalaksanaan proses sakit melalui untuk menekan inflamasi
diet, obat-obatan, serta program diet sendi/jaringan lain guna
seimbang, latihan, dan istirahat. mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas.

3. 3. Bantu klien dalam merencanakan 3. Memberikan striuktur dan


jadwal aktivitas yang realistis, periode megurangi ansietas pada waktu
istirahat, perawatan diri, pemberian menangani proses penyakit kronis
obat-obatan, terapi fisik, dan yang kompleks.
menajemen stress.

4. 4. Tekankan pentingnya melanjutkan 4. Keuntungan dari terapi obat-


DAFTAR PUSTAKA
Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165

Doengoes, Marilyn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendekumentasikan Perawatan Pasien. Edisi 3,
Jakarta. Buku Kedokteran : EGC

Julia D Kneale and Peter Davis (2002). Keperawatan Ortopedik & Trauma.
Edisi 2, Jakarta. Buku Kedokteran : EGC

Lukman Nurna Ningsih (2009). Askep Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Salemba Medika

Charlene J. Reeves,Gayle Roux and Robin Lockhart (2001). Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai