Istirahat adalah penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat
timbul setiap hari, tapi ada masa-masa dimana klien merasa keadaan nya lebih baik atau lebih berat. Kekauan dan rasa
tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat mudah terbangun dari tidur nya pada
malam hari karena nyeri. Disamping itu latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit dan sebaiknya dilakukan sedikit nya 2 kali sehari.
Obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan mandi parafin dengan suhu yang dapat diatur
antara suhu panas dan dingin dapat dilakukan. Alat-alat pembantu dan adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan
pelatihan sebelum nya. Seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Karena latihan yang berlebihan dapat merusak struktur-
struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
LANJUTAN
Penderita artritis reumatoid tidak memerlukan diet khusus karena variasi pemberian diet yang ada
belum terbukti kebenaran nya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang sangat penting.
Penyakit ini dapat juga menyerang sendi temporomandibular, sehingga membuat gerakan
mengunyah menjadi sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat menyebabkan rasa tidak enak pada
lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan. Pengaturan berat badan dan aktivitas klien
haruslah seimbang karena biasanya klien akan mudah menjadi terlalu gemuk. Disebabkan aktivitas
klien dengan penyakit ini relatif rendah. Namun, bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan adalah pemberian obat.
Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba mengubah
perjalanan penyakit. Nyeri hampir tidak dapat dipisahkan dari artritis reumatoid, sehingga
ketergantungan terhadap obat harus diusahakan semininum mungkin. Obat utama pada artritis
adalah obat-obatan anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
Obat anti inflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses produksi mediator peradangan.
Tepat nya menghambat sintesis prostaglandin atau siklo-oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah
asam lemak sistemik endogen yaitu asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin,
tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stres pada sendi; kekuatan sendi pada pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris. Keterbatasan fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala
ini adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
Kardiovaskular
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten,
sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
LANJUTAN
Integritas Ego
Makanan / cairan
Higiene
Neurosensori
Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan lunak
pada sendi). Rasa nyaman kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
Keamanan
Gejala : kulit mengilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani trugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membran mukosa.
Interaksi sosial
Manifestasi ekstra-artikular dapat ditemukan pada fase perjalanan penyakit rheumatoid arthritis di tahap manapun. Secara epidemiologi, keadaan ini ditemukan pada
17,8–40,9% pasien dengan 1,5–21,5% di antaranya memiliki tampilan derajat berat dan umumnya berkaitan dengan tingkat komorbiditas dan kematian dini yang lebih
Sistem Indera
Nodul rheumatoid : Merupakan nodul subkutan yang seringkali timbul pada permukaan bertekanan tinggi, seperti prosesus olekranon dan proksimal ulna, sendi jari,
prominensia sakrum, dan tendon Achilles. Nodul ini tidak begitu nyeri dengan konsistensi bervariasi dari lunak dan mobile hingga menjadi massa yang keras dan melekat
dengan periosteum. Secara histologi, nodul ini ditandai dengan adanya area nekrotik sentral yang dibatasi oleh lingkaran palisade fibroblas dan dikelilingi oleh zona
Keratokonjungtivitis Sika : Ditemukan pada 10% pasien dengan rheumatoid arthritis yang diiringi dengan xerostomia. Gejala yang ditimbulkan berupa adanya sensasi
benda asing dengan. Diagnosis ditegakkan melalui uji Schirmer yang positif dan adanya penurunan waktu pecahnya air mata (tear break-up time). Pada beberapa keadaan
yang lebih lanjut dapat ditemukan skleritis, episkleritis, keratitis ulseratif perifer, dan vaskulitis yang melibatkan pembuluh darah retina.
Sistem Pulmonal
Keterlibatan sistem pulmonal dapat ditemukan dalam timbulnya nodul rheumatoid, efusi pleura, penyakit paru interstitial, penyakit saluran napas kecil, dan vaskulitis
pulmonal. Keadaan ini bertanggungjawab atas 10-20% dari angka mortalitas pasien dengan rheumatoid arthritis.
Sistem Kardiovaskular
Manifestasi kardiak klasik pada rheumatoid arthritis adalah perikarditis, di mana studi otopsi dan ekokardiografi pada pasien menunjukkan adanya bukti inflamasi
perikardium pada lebih dari 50% pasien, meski tidak memiliki gejala yang khas. Umumnya ditemukan pada pasien dengan faktor rheumatoid positif.
Sistem Urinaria
Nefropati dapat timbul sebagai akibat dari obat, amiloidosis renal sekunder, dan beberapa jenis glomerulonefritis dengan insiden tersering proliferatif mesangial. [19,20]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan antibodi citrulline
Pada umumnya tes darah dijalankan untuk membantu membuat diagnosis rheumatoid arthritis. Tes ini adalah
memeriksa antibodi tertentu termasuk anti-cyclic antibodi citrullinated peptida (ACPA), faktor rheumatoid
(RF), dan antibodi antinuclear (ANA), yang hadir dalam sebagian besar pasien RA.
Faktor rheumatoid (RF) muncul sekitar 75-80 persen dari pasien RA, dan RF yang tinggi dapat menunjukkan
bentuk yang lebih agresif dari penyakit. Antibodi antinuklear (ANA) tidak spesifik untuk diagnosis untuk RA,
namun kehadiran mereka dapat menunjukkan kepada dokter bahwa gangguan autoimun dapat ada.
2. Pemeriksaan darah
Tes darah lainnya yang dapat dilakukan dapat membantu dokter menentukan sejauh mana peradangan pada
sendi dan di tempat lain dalam tubuh. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) mengukur seberapa cepat sel-sel
darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya, semakin tinggi tingkat sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
Tes darah lain yang mengukur peradangan adalah tes C-reaktif protein (CRP). Jika CRP yang tinggi, tingkat
peradangan biasanya tinggi juga, seperti selama ruam rheumatoid arthritis.
Pemeriksaan rheumatoid arthritis berikutnya adalah laju endap darah (LED). Tes ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya peradangan dalam tubuh. Sampel darah akan diletakkan di dalam sebuah tabung. Saat
tubuh mengalami peradangan, maka sel darah merah dalam sampel darah yang diambil akan jatuh ke dasar
tabung lebih cepat dari biasanya.
Pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis lainnya adalah dengan tes darah menyeluruh. Tes ini
dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan anemia. Hal ini dilakukan karena
pada umumnya penderita rheumatoid arthritis mengalami anemia. Namun tidak semua penderita anemia
mengalami rheumatoid arthritis
LANJUTAN
3. Pencitraan
Tes lain yang digunakan untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis adalah pemeriksaan
rontgen dengan sinar-X. Pada awal penyaki,t sinar-X dapat membantu sebagai tes awal dan
dapat berguna dalamtahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit berkembang
dari waktu ke waktu. Tes pencitraan lain yang digunakan termasuk USG dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI).
Selain itu, beberapa pemeriksaan rheumatoid arthritis tersebut juga dapat digunakan
untuk mengawasi perkembangan kondisi dan membantu dokter untuk menentukan tipe
arthritis.
4. Arthrocentesis
Sebuah prosedur aspirasi sendi (arthrocentesis) dapat dilakukan untuk mendapatkan
cairan sendi untuk diuji di laboratorium. Sebuah jarum suntik yang digunakan untuk
mengalirkan cairan dari sendi kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab
pembengkakan sendi.
Dari pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis ini, dokter dapat mengetahui tanda
infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan sendi yang tinggi, serta dapat menentukan
jenis mikroorganisme penyebab infeksi.
Mengambil cairan sendi ini juga dapat membantu meringankan nyeri sendi. Kadang-
kadang, kortison dapat disuntikkan ke dalam sendi selama prosedur aspirasi untuk
bantuan yang lebih cepat dari peradangan dan nyeri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid
arthritis (Doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap
aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat
bergerak atau depresi.
PERENCANAAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu 2. Pada penyakit yang berat/
tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat eksaserbasi, tirah baring mungkin
tidur sesuai indikasi. diperlukan untuk membatasi
nyeri/cedera.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien 3. Mencegah terjadinya kelelahan
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit umum dan kekakuan sendi.
di atas dan di bawah, serta hindari gerakan yang Menstabilkan sendi, mengurangi
menyentak. gerakan/rasa sakit pada sendi.
4. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan 4. Meningkatkan relaksasi otot dan
waslap hangat untuk kompres sendi yang sakit. Pantau mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. menghilangkan kekakuan pada pagi
hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat
No DIAGNOSA EPERAWATAN TUJUAN DAN RITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk
toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus- mencegah kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
3. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/ aktif, demikian 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi,
juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan. kekuatan otot, dan stamina umum. Latihan yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam dengan bantuan 4. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
personel yang cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas. dan kemandirian klien. Teknik pemindahan yang tepat
dapat mencegah robekan abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, kantung 5. Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko
pasir, gulung trokanter, bebat, dan brace. cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang
diperlukandan dan kesejajaran tubuh serta dapat
mengurangi kontraktur.
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1.
Gangguan citra tubuh / perubahan Tujuan : Klien Mandiri
mampu mengimplementasikan pola 1. Dorong klien mengungkapkan 1. Memberikan kesempatan untuk
penampilan peran berhubungan dengan
koping yang baru dan
perubahan kemampuan untuk perasaannya mengenai proses penyakit dan mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep
mengungkapkan serta menunjukkan
melaksanakan tugas-tugas umum, terhadap penampilan. harapan masa depan. dan mampu menghadapi masalah secara
Kriteria Hasil : langsung.
peningkatan penggunaan energi atau
- Mengungkapkan peningkatan
ketidakseimbangan mobilitas. rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis
untuk masa depan.
- Klien menerima perunbahan
citra tubuh.
- Klien berpartisipasi dalam
berbagai aspek perawatan dan
dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan.
2.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
pada klien/ orang terdekat. Pastikan memengaruhi persepsi diri dan interaksi
bagaimana pendangan pribadi klien dalam dengan orang lain akan menentukan
berfungsi dalam gaya hidup sehari-hari, kebutuhan terhadap intervensi/konseling lebih
termasuk aspek-aspek seksual. lanjut.
3.
3. Diskusikan persepsi klien menganai 3. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat
bagaimana orang terdekat menerima dapat memengaruhi bagaimana klien
keterbatasan klien. memandang dirinya sendiri.
4.
4. Akui dan terima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan
bermusuhan, serta ketergantungan. marah, dan bermusuhan umum terjadi.
5.
5. Observasi perilaku klien terhadap 5.Dapat menunjukkan emosional atau metode
kemungkinan menarik diri, menyangkal atau koping maladaftif, membutuhkan intervensi
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
3.
3. Kaji hambatan klien dalam partisipasi perawatan 3. Menyiapkan klien untuk meningkatkan
diri. Identifikasi/buat rencana untuk modifikasi kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
lingkungan.
4.
4. Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. 4. Berguna dalam menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual, missal
memasang kancing, menggunakan alat bantu,
emmakai sepatu, atau menggantungkan
pgangan untuk mandi pancuran.
5.
5. Mengatur evaluasi kesehatan di rumah sebelum 5. Mengidentifikasi masalah-masalah yang
dan setelah pemulangan. mungkin dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan actual. Memberikan lebih
banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lan
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Julia D Kneale and Peter Davis (2002). Keperawatan Ortopedik & Trauma.
Edisi 2, Jakarta. Buku Kedokteran : EGC
Lukman Nurna Ningsih (2009). Askep Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta. Salemba Medika