Anda di halaman 1dari 23

RHEUMATOID ARTHRITIS

DWI PASCA CAHYAWATI


N 111 18 089

PEMBIMBING
Dr. Arfan Sanusi.,Sp.PD
PENDAHULUAN

 Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit kronik, sistemik yang menyebabkan


inflamasi sinovial sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari kartilago artikular
dan deformitas. Artritis reumatoid terjadi pada 1% populasi penduduk di seluruh
dunia yang meliputi segala umur dan lebih dominan pada wanita dengan
perbandingan 3:1.

 Laporan World Health Organization (WHO), (2016) menyebutkan angka kejadian


rematik mencapai 335 juta penduduk dunia, dimana 5-10% berusia 5-20 tahun dan
20% berusia 55 tahun sedangkan tahun 2012 meningkat menjadi 25% penderita
rematik yang akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan gangguan
pada persendian. Prevalensi penyakit ini relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%
di seluruh dunia.
DEFINISI RHEUMATOID ARTHRITIS
 Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Engram (1998) mengatakan
bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik
dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari
sendi diartroidial.
EPIDEMIOLOGI
 Pada kebanyakan populasi di dunia prevalensi AR relatif konstan yaitu
berkisaran antara 0,5%-1%. Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima
Indian dan Chippewa Indian masing-masing sebesar 5,3% dan 6,8%.
Prevalensi AR di india dan di negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar
0,75%. Sedangkan di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang
dari 0,4%
KLASIFIKASI RHEUMATOID
ARTHRITIS
Klasifikasi Rheumatoid Arthritis Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis
menjadi 4 tipe, yaitu:

 Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

 Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

 Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

 Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
FAKTOR RESIKO RHEUMATOID
ARTHRITIS
 Umur
 Jenis kelamin

 Genetik

 Suku

 Obesitas (Kegemukan)

 Aktifitas/mobilitas yang berlebihan

 Lingkungan
ETIOLOGI
 Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara
pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas
(antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus
PATOFISIOLOGI
 Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Lamanya rheumatoid
arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak
adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
yang difus
MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan kerusakan rawan sendi dan tulang di
sekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer tangan dan kaki yang umumnya bersifat
simetris :
1. Gejala - gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat,mati rasa, dan kesemutan.
2. Poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang sekitarnya.  
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama
menyerang sendi - sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu berulang dari satu jam.
4. Artritis erosive, merupakan ciri khas Artritis reumatoid pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik melibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas, Kerusakan dari struktur - struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
6. Nodul - nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa penderita Artritis reumatoid.
7. Manifestasi ekstraartikuler, artritis reumatoid juga dapat menyerang juga dapat menyerang organ -
organ lain di luar sendi seperti : Kulit, Mata, Sistem Respiratorik, Sistem Kardovaskular, Sistem
Gastrointestinal, Ginjal, Sistem Saraf, Sistem Hematologis,
DIAGNOSIS
 Untuk diagnosis Rheumatoid Arthritis Terdapat beberapa kesulitan
dalam mendeteksi dini penyakit RA. Hal ini disebabkan oleh onset
yang tidak bisa diketahui secara pasti dan hasil pemeriksaan fisik
juga dapat berbeda-beda tergantung pada pemeriksa
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari program pengobatan pada reumatoid artritis adalah untuk
menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan
maksimal dari penderita, serta mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi
pada sendi.

A. Pengobatan Non Medikamentosa


 Memberikan pendidikan kesehatan
 Istirahat
 Rehabilitasi
 Fisioterapi
 mekanoterapi yaitu alat mekanik untuk latihan
 pemanasan baik hidroterapi maupun elektroterapi
 occupational therapy
 Untuk menilai kemajuan hasil pengobatan dapat dipakai parameter : tentang lamanya
morning stiffness berapa banyaknya sendi yang nyeri bila berjalan atau digerakkan
 kekuatan menggenggam yang dinilai dengan sphygnomanometer/tensi meter waktu
yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter
PENATALAKSANAAN
B. Medikamentosa
 Analgesik
 NSAID
 Kortikosteroid
 Obat Remitif (DMARD)
 Biological Agent
DIAGNOSIS BANDING
 Osteoarthritis
 Arthritis Gout
 Arthritis Infeksius
 Sistemik Lupus Erimatosus (SLE)
LAPORAN KASUS
  IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.AS
Umur : 41 tahun
Alamat : Jalan Maleo
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh bangunan
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 31/ 03/ 3019
Ruangan : Seroja
 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bengkak dan nyeri pada kedua kaki dan tangan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan bengkak dan nyeri
pada persendian tangan dan kaki sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengalami sesak dan
seluruh tubuh mengalami ruam merah dan disertai nyeri ulu hati (+) BAB (+) lancar dan BAK
(+) lancar.  
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien menkonsumsi obat dexametason selama 10 tahun
terakhir jika ada nyeri persendian. HT (-) DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : Di keluarga pasien tidak memiliki riwayat seperti pasien
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik/ Sakit sedang


Kesadaran : Komposmentis
Tanda-Tanda Vital
TD :100/70 mmHg
S : 36,6 0 C
R : 24 x/menit
N : 83 x/menit
Kepala
Wajah : Simetris
Deformitas : Tidak Ada
Bentuk : Normocephal
Mata
konjungtiva : Anemis (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : isokor
Mulut : Sianosis (-)
Leher
Kelenjar GB : Hipertrofi (-)
Tiroid : Hipertrofi (-)
JVP : Tidak ada
Massa Lain : Tidak ada
Paru-paru
Inspeksi : Simetris Bilateral
Palpasi : Vokal fremitus Ka=Ki
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung
Inspeksi : Tidak Tampak IC
Palpasi : Tidak Teraba IC
Perkusi :
Batas Atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas Kanan : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC VI Linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II, Regular, Mur-mur (-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan Datar, tampak ruam merah diseluruh kulit
Auskultasi : Peristaltik Normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Nyeri tekan (+) Epigastrium
 
 
Ekstremitas
Atas : Edema kedua tangan dan terdapat ruam merah di seluruh kulit
Bawah : Edema kedua kaki dan terdapat ruam merah di seluruh kulit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin :
WBC = 8,2 x 103/ul
HBG = 12,2 g/dl
PLT = 148 x 103/ul
Fungsi ginjal :
Creatinin = 2,58 mg/dl
Urea = 109,2 mg/dl
Rheuma Factor : Positif
Asam Urat : 9,0 mg/dL
Radiologi
USG : subchronic renal disease bilateral, hydronefrosis sinistra grade 1
RESUME
Laki-laki umur 41 tahun dengan keluhan nyeri dan bengkak pada kedua sendi tangan dan
kaki yang di alami sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengalami ruam merah diseluruh
kulit, pasien juga mengeluhkan lemas seluruh badan (+), susah berjalan (+), penurunan
nafsu makan dan berat badan (+), Nyeri Ulu hati (+) BAB (+) dan BAK (+) lancar.
DIAGNOSIS : Rheumatoid Artritis, CKD stage IV
DIAGNOSIS BANDING : Osteoartritis dan Gout Artritis
PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa : Tirah baring dan Pengaturan pola diet
b. Medikamentosa
INFD Na Cl 0,9% : 20 tpm
Ranitidin injeksi : 1 amp/ 12 jam
Allupurinol : 300 mg 0-1-0
Recofor : 0,5 mg 3x1
Metilprednisolon injeksi : 1 amp/ 12 jam
PROGNOSIS
Dubia ad Bonam jika penanganan dan terapi dilakukan dengan baik
PEMBAHASAN
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik
yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem
tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta
destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan. RA merupakan penyakit
autoimun dimana etiologinya masih belum jelas namun terdapat beberapa faktor risiko
yang dapat memicu terjadinya RA. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah
adanya faktor genetik, jenis kelamin perempuan, dan usia diatas 40 tahun. Pada faktor
risiko yang dapat dimodifikasi, terdapat faktor gaya hidup yang meliputi sosial ekonomi
yang rendah, merokok terutama yang lebih dari 10 tahun, diet tinggi daging merah
dibanding sayur-sayuran dan buah-buahan, adanya infeksi virus maupun bakteri, dan
pekerjaan yang terpapar zat kimia utamanya silica ataupun pestisida seperti pada petani
dan pekerja tambang, dan bentuk tubuh obesitas memperburuk faktor risiko.

.
Pada pasien ini merupakan laki-laki berusia 41 tahun dengan faktor predisposisi genetik
yang tidak diketahui karena pasien menyangkal adanya riwayat keluarga yang menderita
keluhan yang sama dan tidak dilakukan pemeriksaan genetika. Pasien berpendidikan
akhir sebagai lulusan SMA dan bekerja sebagai buruh bangunan yang memiliki
penghasilan pas-pasan dalam menghidupi kebutuhan sehari-hari. Pasien menyangkal
memiliki kebiasaan merokok. Pasien juga memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang
biasa saja dan menyangkal sering makan daging merah karena keterbatasan ekonomi.
Pasien mengakui jika jarang mengonsumsi buah-buahan. Pasien memiliki status gizi
cukup

Pasien ini mengeluhkan nyeri sendi lutut kanan dan kiri hingga tidak bisa berjalan.
Pasien juga mengeluhkan kaku dan nyeri sendi di jari-jari tangan serta pergelangan
tangan kanan dan kiri. Nyeri dirasakan sejak 2 bulan SMRS dan semakin lama semakin
memburuk. Pasien juga mengeluhkan badan yang lemas sejak 1 hari SMRS. Demam,
sesak, Nyeri ulu hati penurunan nafsu makan dan berat badan disangkal pasien.
Pemeriksaan penunjang pada pasien RA ditemukan adanya Rheumatoid Factor (RF)
positif namun RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Dari hasil pemeriksaan
radiologis berupa USG abdomen dapat terlihat adanya subchronic renal disease bilateral
dan hydronefrosis sinistra grade I.
.
 
 
Hasil laboratorium pasien ini pada saat masuk RS (31/03/2019) menunjukkan WBC 8,2
x 103/mm3, RBC 4,63 x 106/mm3 , HGB 12,2 g/dl (menurun), HCT 36,5 % (menurun),
PLT 148 x 103/mm3 , creatinin 2,58 mg/dl (meningkat), urea 109,2 mg/dl (meningkat),
Rheumatoid Factor : Psitif, Asam urat 9,0 mg/dL (meningkat) Penegakan diagnosis
berdasarkan kriteria ARA tahun 1987 pada pasien ini terpenuhi karena trdapat minimal 4
kriteria dari 7 kriteria.

Penanganan pada penderita RA meliputi mencakup terapi farmakologi, rehabilitasi dan


pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga. Terapi
farmakologi awal dapat diberikan NSAID untuk mengurangi nyeri dan inflamasinya.
Selain itu juga diberikan DMARDs segera setelah diagnosis RA ditegakkan untuk
mengurangi atau mencegah kerusakan sendi, mempertahankan integritas dan fungsi
sendi. Dapat pula diberikan kortikosteroid dosis rendah sambil menunggu efek DMARDs
setelah 4-16 minggu
KESIMPULAN
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang
sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai
dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai gangguan pergerakan
diikuti dengan kematian prematur. Terdapat banyak faktor risiko terjadinya RA diantaranya ada yang
bersifat tidak dapat dimodifikasi (genetik, ras, jenis kelamin, dan usia) dan yang dapat dimodifikasi (gaya
hidup, infeksi, dan bentuk tubuh).

Manifestasi klinis RA dapat berupa keluhan umum, kelainan sendi, dan kelainan diluar sendi. Dengan
penegakkan diagnosis berdasarkan kriteria ARA tahun 1987 ataupun ACR tahun 2010 dimana meliputi
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien perempuan 49 tahun ini
didapatkan tanda tanda yang serupa dengan manifestasi klinis artritis yang mengarah ke diagnosis
rheumatoid arthritis dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung. Berdasarkan prosedur
penatalaksanaan RA, saat ini pasien menjalani perawatan di rumah sakit dan mendapatkan terapi suportif
dan medikamentosa untuk menghilangkan inflamasi dan mencegah destruksi jaringan lebih lanjut.

 
DAFTAR PUSTAKA
1. E Mudjaddid. Hubungan Derajat Aktivitas Penyakit dengan Depresi pada
Pasien Artritis Reumatoid. Vol 4 No 4. From (
http://www.jurnalilmupenyaitdalam.ac.id) 2017
2. Nurul Ayu. Faktor resiko Rheumatoid Arthritis. Vol 1 No 1. From (
http://www.jurnalkedokteranunand.ac.id) 2016
3. Suryanda, Asmawi. Pengetahuan dan sikap keluarga dalam pencegahan
kekambuhan Rematik. Vol. 5 No 1. From (http://www.urnalpoltekes.ac.id) 2019
4. Karinina putro. Rheumatoid Arthritis. Vol 1, No 2 From (
http://www.jurnalusurepository.pdf) 2019
5. Setiati siti. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid I. Interna Publishing
6. Cheryl Suseno. Rheumatoid Arthritis. Vol 1 No 1. From (
http://www.jurnalkesehatan.ac.id) 2016
7. Cici Chynthia. Hubungan nyeri rheumatoid arthritis dengan aktivitas sehari-
hari. Vol 1 No 1. From (http://www.urnalkesehatan.ac.id) 2017
8. Rizasyah Daud. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis. Vol 3
No 1. From (http://www.CDKkalbe.pdf) 2018
 

Anda mungkin juga menyukai