Anda di halaman 1dari 17

KESEHATAN LINGKUNGAN

Dwi Pasca Cahyawati


N 111 18 089

Pembimbing
dr. Miranti Umar.,M.Kes
Skenario
Gempa dengan kekuatan 7,4 Skala Richter mengguncang wilayah Sulawesi
Tengah khususnya kota Palu, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 28
September 2018 yang menyebabkan korban jiwa mencapai 2,227 orang,
diantaranya 164,626 jiwa harus mengungsi ke tenda-tenda yang di sediakan
oleh pemerintah dan tidak sedikit juga yang memilih bertahan di rumah
masing-masing namun karena rasa trauma mereka memilih tidur di luar
rumah. Pada kejadian ini juga menyebabkan 20,257 jiwa kehilangan rumah
mereka, dan ribuan orang yang masih dinyatakan hilang, kemungkinan
meninggal dalam kejadian tsunami dan likuifaksi.
Saat ini akibat dari bencana tersebut banyak yang mengalami masalah
akibat buruknya kesehatan lingkungan, seperti ketersediaan air bersih di
beberapa tempat di wilayah kota Palu, dan tidak kurang diantaranya banyak
yang mengalami sakit seperti diare. Apalagi para pengungsi yang tinggal di
tenda-tenda pengungsian masalah mereka bertambah akibat minimkan
tempat pembuangan kotoran (toilet).
Pengantar umum tentang Kesehatan Lingkungan pada situasi saat bencana
gempa bumi, Likuiqfaksi, dan Tsunami (case bencana kejadian September 2018 di
palu)

Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif herheda-heda, antara


lain tergantung dari jenis dan hesaran hencana yang terjadi. Kasus cedera yang
memerlukan perawatan medis, misalnya, relatif lehih hanyak dijumpai pada
hencana gempa humi dihandingkan dengan kasus cedera akihat hanjir dan
gelomhang pasang. Sehaliknya, hencana hanjir yang terjadi dalam waktu
relatif lama dapat menyehahkan kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta
menimhulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui media air (water-borne diseases) seperti diare dan
leptospirosis. Terkait dengan hencana gempa humi, selain dipengaruhi
kekuatan gempa, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi hanyak sedikitnya
korhan meninggal dan cedera akihat hencana ini, yakni: tipe rumah, waktu
pada hari terjadinya gempa dan kepadatan penduduk
Bencana menimhulkan herhagai potensi permasalahan kesehatan hagi masyarakat
terdampak. Dampak ini akan dirasakan lehih parah oleh kelompok penduduk rentan.
Sehagaimana disehutkan dalam Pasal 55 (2) UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, kelompok rentan meliputi:

I). Bayi, halita dan anak-anak;


2). Ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
3). Penyandang cacat; dan
4) Orang lanjut usia.

Selain keempat kelompok penduduk tersehut, dalam Peraturan Kepala BNPB


Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemenuhan Kehutuhan Dasar
ditambahkan 'orang sakit' sebagai hagian dari kelompok rentan dalam kondisi
bencana. Upaya perlindungan tentunya perlu diprioritaskan pada kelompok rentan
tersehut, mulai dari penyelamatan, evakuasi, pengamanan sampai dengan pelayanan
kesehatan dan psikososial (Widyatun, Zainal.2013).
Menganalisis faktor-faktor lingkungan Yang mempengaruhi kesehatan pada
situasi saat bencana gempa bumi, Likuiqfaksi, dan Tsunami (case bencana
kejadian September 2018 di palu)

• Faktor Biologis : agent biologis penyakit terdiri dari virus, riketsia, bakteri,
jamur, parasit yang menginfeksi manusia melalui air yang tercemar, udara,
makanan atau tanah.’
Mis: Diare, Asma, Bronkitis
• Faktor Fisik :
Berdampak langsung terhadap kesehatan : radiasi, ionisasi, asbes, vibrasi
• Sosial ekonomi :
Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan sistem sanitasi semakin
buruk. (Mundiatum dan Daryanto. 2015)
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan yang dihubungkan dengan pada situasi
saat bencana gempa bumi, Likuiqfaksi, dan Tsunami (case bencana kejadian
September 2018 di palu), meliputi :

Perumahan
• Ventiasi Udara
• Pencahayaan
• Lantai
• Atap dan Langit-langit
Pembuangan Kotoran manusia (tinja)
• Setiap hari, rumah menghasilkan limbah kamar mandi, dapur, dan sampah.
Rumah sehat harus memiliki septic tank dan pembuangan limbah air yang
tidak mencemarkan tanah dan air tanah serta tidak berbau. Posisi septic tank
sebaiknya dibuat sejauh mungkin dengan pompa air.
• Setiap rumah sehat memiliki tempat pembuangan sampah yang tertutup agar
tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Buatlah dua tempat sampah: untuk
sampah organik dan anorganik
Penyediaan Air Bersih
• Pada umumnya kualitas air ditinjau dari tiga faktor yaitu dari segi kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas. Kualitas air yang baik harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan Permenkes 492 tahun 2010 tentang air
minum dan 416 tahun 1999 tentang air bersih. Kualitas air ditinjau dari tiga
aspek yaitu fisik, kimia dan biologis. Faktor berikutnya yaitu kuantitas air,
dalam hal ini kebutuhan terhadap air setiap negara berbeda-beda. Untuk
negara maju kebutuhan akan airbersih yaitu 60 – 120 liter/orang/hari.
Sedangkan pada negara berkembang kebutuhan akan air bersih yaitu 30 – 60
lier/orang/hari. Pada negara berkembang umumnya air digunakan untuk
keperluan dasar seperi masak, minum, mck (mandi, cuci, kakus). Sedangkan
pada negara maju kebutuhan air semakin kompleks seperti untuk rekreasi
(berenang). Faktor yang terakhir yaitu kontinyuitas air.
Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat
yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai
masalah lingkungan, di antaranya angin yang berbau sampah, menarik
berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari
sampah adalah gas metana dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.
Pembuangan Limbah
• Setiap hari, rumah menghasilkan limbah kamar mandi, dapur, dan sampah.
Rumah sehat harus memiliki septic tank dan pembuangan limbah air yang
tidak mencemarkan tanah dan air tanah serta tidak berbau. Posisi septic tank
sebaiknya dibuat sejauh mungkin dengan pompa air.
• Setiap rumah sehat memiliki tempat pembuangan sampah yang tertutup agar
tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Buatlah dua tempat sampah: untuk
sampah organik dan anorganik.
Analisa strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam merubah perilaku higiene
dan sanitasi pada situasi saat bencana gempa bumi, Likuiqfaksi, dan Tsunami (case bencana
kejadian September 2018 di palu)

Hyginene adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada


upaya pencegahan timbulnya penyakit karena kondisi lingkungan dan
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia
(Azwar, 1983). a. Personal Hygiene Tubuh manusia dapat memberikan tempat
bagi kuman dan parasit penyebab penyakit untuk tumbuh dan berkembang
biak. Tempat-tempat tersebut salah satunya pada kulit dan bagian dalam tubuh
manusia. Masuknya kuman dan parasit kedalam tubuh dapat dicegah jika
seseorang memiliki kebiasaan menjaga kebersihan tubuhnya dengan baik.
Hygiene makanan dan minuman
Setiap orang mungkin pernah mengalami kejadian makan suatu makan dan
kemudian menjadi sakit. Hal ini disebut keracunan makanan, yang memiliki
gejala seperti mual, muntah, sakit perut, diarea, lemas, demam atau
kedinginan/berkeringan dan sakit kepala. Keracunan makanan dapat disebabkan
oleh makan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, bahan kimia atau
logam beracun seperti timbal atau kadmium. Kebanyakan keracunan makanan
yang disebabkan oleh bakteri. Makanan yang telah terkontaminasi dengan bakteri
berbahaya tidak selalu terlihat dan dapat dirasakan. Sebagian besar waktu itu
terlihat, bau dan rasanya seperti biasanya. Beberapa penyakit keracunan makanan
lebih umum daripada yang lain. Misalnya, penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus terjadi jauh lebih sering daripada penyakit yang
disebabkan oleh Clostridium botulinum. Beberapa makanan menyebabkan
keracunan makanan harus dimasak dengan benar dan / atau disimpan dalam
lemari es. Ini termasuk ayam, daging, makanan laut, telur, nasi, ham, daging asap,
susu dan semua produk susu.
Pengendalian Vector dan Rodent pada saat bencana gempa bumi, Likuiqfaksi, dan
Tsunami (case bencana kejadian September 2018 di palu)

Bila kita perhatikan maka dunia binatang dapat digolong-golongkan


berdasarkan persamaan bentuk dan susunanya atas golongan-golongan
tertentu. Atas persamaan bentuk dan susunanya itulah dunia binatang dibagi
10 golongan besar yang dinamakan phylum. Diantara 10 phylum tersebut dua
diantaranya penting bagi dunia kesehatan masyarakat yaitu arthropoda dan
chordata. Phylum arthropoda salah satunya yaitu nyamuk yang bertindak
sebagai perantara penularan penyakit malaria dan phylum chordata yaitu tikus
sebagai binatang pengganggu yang juga sekaligus sebagai hospes pinjal
Xenopsylla cheopis perantara penularan penyakit pes. 46 Vektor adalah
arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari
sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (susceptible host).
Analisa dan tindak lanjut masalah Kesehatan Lingkungan pada tingkat FKTP
dan RS pada situasi saat bencana gempa bumi, Likuiqfaksi, dan Tsunami (case
bencana kejadian September 2018 di palu)

Bencana alam merupakan kejadian luar biasa yang disebabkan oleh


peristiwa/faktor alam atau perilaku manusia yang menyebabkan kerugian
besar bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada diluar kemampuan
manusia untuk dapat mengendalikannya. Mengingat bencana alam yang cukup
beragam dan semakin tinggi intensitasnya, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Dengan lahimya UU tersebut, terjadi perubahan
paradigma penanganan bencana di Indonesia, yaitu penanganan bencana tidak
lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi lebih menekankan pada
keseluruhan manajemen penanggulangan bencana mulai dari mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai dengan rehabilitasi.
Berdasarkan UU No 24 tersebut, tahapan penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi:
1. Prabencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko
bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan peletahihan serta
penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan,
peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi,
kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadan darurat, penyelamatan
dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan
kesehatan.
3. Paskabencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan
daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, sosial,
psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi
(pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana, termasuk
fungsi pelayanan kesehatan).
Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera
diberikan baik saat terjadi dan paskabencana disertai pengungsian. Upaya
penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan memperhatikan hak-hak
masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana serta hak untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU
No 24 tahun 2007, pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi pada kondisi bencana
Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana
dan pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara khusus, upaya ini
ditujukan untuk memastikan:
1 ). Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana dan pengungsi
sesuai standar minimal;
2). Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi
korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal;
3). Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan
pengungsi

Anda mungkin juga menyukai