Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU OBSTETRI& GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

MIOMA UTERI

Disusun Oleh :

Miftahul Afiat

N 111 18 087

Pembimbing Klinik :

dr. Melda N M Sinolungan, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Miftahul Afiat


No. Stambuk : N 111 18 087
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Kedokteran
Judul Referat : Mioma Uteri
Bagian : Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Bagian Ilmu Kandungan dan Penyakit Kandungan


RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Desember 2019


Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr. Melda MM. Sinolungan, Sp.OG Miftahul Afiat .N


N 111 18 087

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma belum pernah
ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Mioma uteri sering ditemukan pada
wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih
dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak
wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.1
Tumor ini merupakan tumor pelvik terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Mioma
uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan
epidemiologi mendapatkan peranan besar komponen genetik dalam patogenesis
dan patobiologi mioma uteri.1
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20
tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun. Mioma uteri ini lebih sering
didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga
memegang peran.2
Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun
morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma
uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan uterus abnormal, serta
diperkirakan dapat menurunkan tingkat kesuburan.2

3
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan
mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus
perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia
sering terjadi pada penderita mioma uteri.2
Penanangan mioma uteri dapat dilakukan secara konservatif maupun
dengan tindakan pembedahan. Beberapa pilihan terapi pembedahan tergantung
pada beberapa faktor, diantaranya ukuran mioma, gejala yang ditimbulkan tidak
dapat teratasi dengan penanganan konservatif, sangkaan keganasan, dan
pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya.2
Karena bermacam-macamnya gejala yang muncul akibat mioma uteri
sehingga diperlukan suatu cara mendiagnosis mioma supaya tidak terjadi
kesalahan diagnosa. Maka dari itu presentasi kasus kami ini menekankan secara
lebih mengenai bagaimana mendiagnosa mioma uteri.

1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari mengenai mioma uteri, bagaimana mendiagnosis
sebuah kasus mioma uteri serta bagaimana penanganan yang tepat terhadap kasus
mioma uteri.

4
BAB II

LAPORAN KASUS

Tanggal pemeriksaan : 2 Desember 2019


Jam : 17.00
Ruangan : MATAHARI RSUD UNDATA

IDENTITAS
Nama : Ny. W Nama Suami : Tn.P
Umur : 48 thn Umur : 47 thn
Alamat : Pasang kayu Alamat : Pasang kayu
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SMA

ANAMNESIS
Menarche : 13 tahun Status perkawinan : kawin

Keluhan utama : Benjolan di perut bawah

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RS UNDATA rujukan dari praktek, Pasien masuk


dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun
yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak ada perubahan,
beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar. Terkadang mengeluhkan
adanya keluar darah, sejak sebulan yang lalu, dengan volume yang kadang normal
dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus haidnya lancar dan nyeri
perut yang normal dan terkadang volumenya cukup banyak.

Riwayat Penyakit Dahulu :

5
Hipertensi (-), diabetes(-), alergi (-), keputihan (-).

Riwayat Obstetri :
Riwayat Obstetri :-
Riwayat ANC : -
Riwayat Imunisasi :-

PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : composmentis

Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,9 ºC

Kepala-Leher :
Konjungtiva anemis (-/-) skera ikterus (-/-), edema palperbra -/-, pembesaran
KGB –

Thorax :
I : Pergerekan thoraks simetris, retraksi –
P: Taktil fremitus ka=ki
P: sonor di semua lapangan paru
A: vesicuar +/+ . RH -/-, Wh -/-

Abdomen :
I : perut tampak lemas, benjolan (-)
A: peristaltik kesan normal
P: tympani

6
P: teraba massa dua jari di atas umbilikus, konsistensi padat kenyal, permukaan
bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan ada.
Ekstermitas :
Edema ekstermitas atas dan bawah -/-

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Pemeriksaan luar

Inspeksi : pembesaran abdomen (-)


Palpasi : nyeri tekan (+) pada bagian perut bawah
Leopold I : tidak teraba bagian bayi,
Leopold II : tidak teraba bagian bayi
Leopold III : tidak teraba bagian bayi
Leopold IV : tidak teraba bagian bayi
DJJ : tidak terdengar bunyi jantung fetus
HIS :(-)
Pergerakan Janin : -
Janin Tunggal :-

Pemeriksaan Dalam (VT)

- Vulva : tidak ada kelainan


- Vagina : tidak ada kelainan
- Portio : konsistensi kenyal, teraba permukaan licin, OUE
tertutup, nyeri goyang (-), massa tumor (-)
- Uterus : posisi antefleksi, uterus membesar, teraba adanya massa
- Adneksa : Tidak ada massa, nyeri (-)
- Pelepasan : darah segar (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium :

7
HB : 9,6 g/dL
WBC : 6,8 103/mm
PLT : 242 103/mm
HCT : 47,3 %
RBC : 4,72 106/mm

- Pemeriksaan darah
CEA : 0,68 (<5 ng/ml)
CA 125 : 13,75 ( <35 u/ml
Gula darah sewaktu : 106 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Creatinin : 0,92.
HbsAg : nonreaktif
Anti Hiv : nonreaktif

RESUME

Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini


dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan
namun tidak ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin
membesar. Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah, sejak sebulan yang lalu,
dengan volume yang kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa
siklus haidnya lancar dan nyeri perut yang normal dan terkadang volumenya
cukup banyak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Palpasi
abdomen : teraba massa dua jari di atas umbilikus, konsistensi padat kenyal,
permukaan bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan ada. Hasil USG kesan
Mioma uteri

DIAGNOSIS
P0A0 + Mioma Uteri
PENATALAKSANAAN

8
Rencana operasi hysterectomy total

Dokumentasi

FOLLOW UP
7 DESEMBER 2019

9
S. perdarahan pervaginam +, nyeri perut bawah +, nyeri ulu hati -, pusing +,
mual -, sesak -,nafsu makan menurun, muntah-, BAB-, BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 37,6 ºC
P: 23x/ menit
N: 90x/menit
Mata anemis -/-
Lokia (+)
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5
Vit C 3x 1
Mobilisasi tetap

8 DESEMBER 2019
S. perdarahan pervaginam -, nyeri perut bawah -, mual - , muntah-, BAB+,
BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 18x/ menit
N: 82x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri

P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Siapkan operasi. Siapkan darah 2 kantong, cukur.

10
9 DESEMBER 2019
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak
-,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 130/90 MmHg
S: 36,8ºC
P: 15x/ menit
N: 82x/menit
Mata anemis -/-
Laboratorium (darah lengkap)
HB : 10,8 g/Dl
WBC : 6,7 103/mm
PLT : 353 103/mm
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Ket : dilakukan hysterectomy total pukul 12 : 00 wita

10 DESEMBER 2019
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak
-,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 120/90 MmHg
S: 38,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P: IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg

11
Vit C 3x 1

11 DESEMBER 2019
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam, nyeri ulu hati -,
pusing +, mual -, muntah-, BAB+, BAK + , flatus +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
12 DESEMBER 2019
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam sedikit, nyeri ulu
hati -, pusing - , mual -, muntah-, BAB+, BAK +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 20x/ menit
N: 85x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. P0A0 + Mioma Uteri
P. Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Pasien diperbolehkan pulang
BAB III
PEMBAHASAN

12
3.1. Diagnosis
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma,
leiomioma atau pun fibroid. Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 48 tahun
Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak
ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar.
Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah,sejak sebulan yang lalu,dengan
volume yang kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus
haidnya kadang tidak lancer dan nyeri perut yang normal
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pada palpasi abdomen nyeri tekan (-),
teraba massa kenyal, permukaan bulat letaknya dua jari diatas umbilikus nyeri
tekan(-) ukuran kurang lebih 12 cm x 15 cm. Pada pemeriksaan VT teraba porsio
dengan konsistensi kenyal, teraba permukaan licin, tidak ada pembukaan, nyeri
goyang (-), tidak teraba massa, pelepasan : darah segar.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Wbc 6.8 x 103/l, Hgb 16,8 gr/dl,
Hct 47,3 %, Plt 242 x 103/l, Rbc 4.72 x 1012/l,CEA 0,68 ng/ml, CA 125 :13,75
u/ml. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan mioma uteri.
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Pada pasien ini, didapatkan beberapa faktor
resiko, tanda dan gejala terkait kejadian mioma uteri, diantaranya :
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik

13
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. Pada pasien ini
didapatkan satu dari beberapa faktor resiko yang ada, dimana pasien berumur
45 tahun yang merupakan salah satu predisposisi untuk kejadian mioma uteri,
beberapa teori telah dikemukakan sebelumnya tentang kejadian mioma uteri
ini, namun faktor predisposisi yang pasti untuk kadian mioma uteri ini belum
diketahui seluruhnya, adapun faktor predisposisi yang lain berupa jumlah
paritas dan faktor ras dan genetik, pasien ini tidak termasuk karena memliki
anak 3 artinya bahwa pasien ini multipara sedangkan untuk prdisposis miom
uteri adalah nullipara. Begitupun dengan faktor genetik pasien tidak memilki
faktor keturunan yang memiliki riwayat kista.
Tanda dan gejala yang didapatkan :
Penegakan diagnosis pada kasus mioma uteri memerlukan manajemen
yang tepat dimulain dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, seperti manifestasi klinis yang didapat pada pasien mioma uteri
sebagai berikut :
1. Perdarahan uterus abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Ini telah sesuai dengan teori bahwa mioma uteri menimbulkan
perdarahan yang banyak ketika haid, dan pada pasien ini juga kadang kadang

14
mengalami haid yang banyak hingga pasien biasanya 5 kali mengganti
pembalut.
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Nyeri juga dirasakan oleh pasien dan biasanya
menyebabkan dismenore.
3. Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul. Secara anatomi posisi uterus ini berada diantara rektum dan
vesika urinari, jadi ketika ada pembesaran yang biasanya disebabkan oleh
mioma uteri maka dapat terjadi penekanan pada organ-organ tersebut
sehingga pada traktus urinarius yang terkena dapat tejadi gangganguan pada
aliran sistem urinnya , dan begitupun jika pembesaran tersebut menyebabkan
penekanan pada gastointestinal maka akan terjadi penyempitan atau sumbatan
pada saluran tersebut, pada pasien ini sudah memperlihatan gejala penekanan
berupa BAK yang kadang sedikt sedikit.
4. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)
menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan
mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Penegakan diagnosis pada mioma uteri :

15
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
b. Imaging
 Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
 Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
 MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Pada pasien ini, direncakan penanganan dengan tindakan operatif, yaitu
akan dilakukan histerektomi total. Pemilihan tindakan operatif didasarkan pada
beberapa indikasi menurut ACOG (American Association of Obstetricians and
Gynecologist) dan ASRM (American Society for Reproductive Medicine),
diantaranya :
 Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
 Sangkaan adanya keganasan
 Pertumbuhan mioma pada masa menopause

16
 Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
 Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
 Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
 Anemia akibat perdarahan
Pada pasien ini diperawatan hari ke tiga keluhan telah berkurang dan tanda
vital telah baik pasien diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk kontrol kembali
di poli kandungan RSUD UNDATA PALU

3.2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma Uteri tidak semua mioma uteri memerlukan
pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang
ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi
atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila mioma
berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan
konservatif yaitu observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6
bulan, bila pasien anemia lakukan transfusi.
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau
pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari
telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

17
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus.1

3.3. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi berupa perubahan sekunder pada mioma uteri yang
terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
1,3,4,5

 Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi


kecil.
 Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu
kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras
dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
 Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor

18
pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti
pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri 1,3,4,5 :
 Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
 Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
 Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya.

3.4. Prognosis
Prognosis mioma uteri ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran dan lokasi
mioma. Tatalaksana dan penangana yang dipilih juga berpengaruh pada
prognosis mioma uteri. Selain itu, mioma uteri dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang juga berkaitan dengan prognosis bagi pasien tersebut.

BAB IV
PENUTUP

19
4.1 Kesimpulan
1. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan
fibromioma, leiomioma atau pun fibroid.
2. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat
diklasifikasikan menjadi : Mioma intramural, Mioma submukosum,
Mioma uteri subserosum.
3. Gejala mioma uteri yaitu hipermenorea, rasa nyeri pada bagian perut,
gejala dan tanda penekanan, infertilitas dan abortus.

4.2 Saran
Untuk Refleksi Kasus selanjutnya, disarankan kepada penulis agar
melanjutkan tulisan ini dengan mencari bahan-bahan yang lebih lengkap dan
terbaru yang relevan dengan keadaan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Joedosoepoetro MS. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital Dalam,
Ilmu Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2009: 338-344
2. Benson, R. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Cetakan I.
Jakarta:Penerbit EGC; 2008.
3. Hart MD, McKay D. Fibroids in Gynecology Ilustrated, London :
Churchill Livingstone. 2000; 213-216
4. Mehine M, Kaasinen, Netta, Katainen R,Heinonen, Kilpivaara,
Kuosmanen, Gentile,Vahteristo and Lauri A. Characterization of Uterine
Leiomyomas by Whole-Genome Sequencing. The new england journal
medicine. Massachusetts Medical Society. 2013; p43-53
5. DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis
and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699
6. Sarwono S. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.

21

Anda mungkin juga menyukai