ABSES PARU
Epidemiologi
Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan dan umumnya terjadi pada umur tua karena
terdapat peningkatan insiden penyakit periodontal dan
peningkatan prevalensi disfagi dan aspirasi, namun pada
daerah urban dengan tingginya prevalensi alcoholism
dilaporkan abses paru rata-rata terjadi pada umur 41 tahun.
Etiologi
Type of Abscess Organisms
Secondary Aerobes
Klebsiella penumoniae
Escherichia coli, freundii
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa,
denitrificsns
Aerobacter aeruginosa
Anaerobes
Peptostreptococcus constellatus,
intermedius, saccharolyticus
Veillonella sp., alkalenscenens
Aspirasi berulang, Terjebak di
Patofisiologi sal nafas bawah, proses lanjut
pneumonia inhalasi bakteria
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Foto Polos
Penatalaksanaan
• Terapi farmakologi
• Drainase
• Reseksi Pembedahan
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
• Nama : Tn. S
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 48 Tahun
• Alamat : Jln. Terminal 5/1 Ogoamas I,
• Agama : Islam
• Status Perkawinan : Menikah
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Tanggal Masuk RS : 04 April 2019
• Tanggal pemeriksaan : 09 April 2019
• Ruangan : Walet Bawah
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Batuk
Tanda Vital
• TD : 130/80 mmHg
• Nadi : 96 x/menit
• Pernafasan : 23 x/menit
• Suhu : 38,2 oC
Kepala
• Bentuk : Normocephal
• Bentuk wajah : Simetris
• Tampilan khas pada wajah : Moon face (-), Butterfly rush (-)
• Rambut : Warna Hitam, tebal, lurus dan distribusi tidak merata,
allopesia areata (-), tidak mudah dicabut (+), rambut jagung (-),
• Mata : Pupil: Isokor 2,5 mm / 2,5 mm, sklera: Ikterik -/-,
Konjungtiva : Anemis +/+, Refleks cahaya langsung/tidak
langsung: +/+
• Telinga : Otorhea tidak ditemukan, pendengaran normal
• Hidung : Rhinorhea tidak ditemukan, epistaksis (-), defiasi septum
(-)
• Mulut : Bibir Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-),
pembesaran tonsil (-) tonsil tampak T1/T1, faring tampak normal,
hiperemis (-), defiasi lidah (-)
Leher
• KGB : Tidak ditemukan pembesaran
• Tiroid : Tidak ditemukan pembesaran, tiroid tampak normal, posisi
ditengah, mengikuti saat pasien menelan ludah
• Massa lain : Tidak ditemukan massa lain didaerah leher pasien
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi :
• Bentuk dada : Normal (diameter laterolateral lebih besar dari
anteroposterior), simetris bilateral
• Kelainan dinding dada : Pergerakan dinding dada Simetris kanan
dan kiri sama, retraksi dada (-), skar operasi (-), massa (-)
• Pola pernafasan : Vesikuler (suara nafas fase inspirasi lebih lama
dari ekspirasi tanpa diselingi jeda)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan normal dan kiri menurun, nyeri tekan
(+) sinistra
• Perkusi : Sonor pada thorax dextra, sonor thorax sinistra ICS 1-3 dan
pekak ICS 4-8
• Auskultasi : Vesikuler paru dextra-sinistra (+/+) inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, terdengar Ronkhi pada kedua lapangan paru
(+/+) dan tidak terdengar Wheezing pada kedua lapangan paru (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak
• Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea axillaris anterior
• Perkusi : Jantung dalam batas normal
Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dextra
Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, tidak ditemukan
murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak cembung, scar (-), bekas operasi (-),
pelebaran vena (-)
• Auskultasi : Peristaltik kesan meningkat (+)
• Palpasi :
• Hepar : pembesaran (-)
• Lien : dilakukan pemeriksaan Schuffner, Lien pasien tidak
teraba
• Perkusi : Tympani (+), asites (-)
Ekstremitas
• Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-)
• Inferior: akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP (03/04/2019) NILAI RUJUKAN
HCT 40,7 % 40 – 54
MCH 31,1 pg 27 – 32
PEMERIKSAAN SERUM
HASIL NILAI RUJUKAN
(03/04/2019)
PEMERIKSAAN DARAH
FAAL HATI HASIL NILAI RUJUKAN
(05/04/2019)
Tanda-tanda vital TD : 130/80, Nadi : 96x/menit, pernafasan : 23x/menit, suhu 38,2 oC.
Mata: anemis (+/+). Pada pemeriksaan fisik Thoraks, palpasi : vocal fremitus kiri
menurun, nyeri tekan (+) sinistra. Perkusi : sonor pada thorax dextra, sonor thorax
sinistra ICS 1-3 dan pekak ICS 4-8. Auskultasi : vesikuler paru dextra-sinistra (+/+) inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, terdengar ronkhi pada kedua lapangan paru (+/+). Hasil
laboratorium : WBC 18,3 x 103/mm3, RBC 5 x 106/uL, HGB 15,4 g/dL, HCT 40,7%, MCV 82,2
fL, MCH 31,1 pg, MCHC 37,8 g/dl, PLT 613 x 103/mm3. GDS : 349 mg/dL.Na+ : 122,11 mmol/L,
Cl- : 87,99 mmol/L. SGOT : 41 U/L, SGPT : 75 U/L. Glukosa 2 jam PP : 208 mg/dl. Hasil
pemeriksaan foto thorax :1) Bronchopneumonia suspek spesifik sugestif 2) Susp
multiple abses paru sinistra.
Diagnosis :
• Abses Paru
• DM tipe 2
Terapi
• Non Medikamentosa:
• Tirah baring
Medikamentosa:
• IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
• Metronidazol 3 x 500mg
• Ambroxol 3 x 30ng
• Novarapid 6-6-6
Anjuran
• Bronkoskopi
• Aspirasi jarum perkutan
Pembahasan
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk yang dirasakan sejak 10 hari
yang lalu, batuk berdahak kuning kecoklatan dan sakit dada. Hal ini di rasakan
pasien diakibatkan oleh jaringan paru yang mengalami ganggren. Sakit dada yang
dirasakan menunjukkan adanya keterlibatan pleura.
Demam (+) dirasakan naik turun yang terjadi akibat adanya suatu zat yang dikenal
dengan nama pirogen. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. toksin, mediator
inflamasi, atau reaksi imun akan merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan
meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus
akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru
sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain
menggigil, vasokonstriksi kulit. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas
dan penurunan pengurangan panas.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital TD :
130/80, Nadi : 96x/menit, pernafasan : 23x/menit, suhu 38,2 oC. Mata:
anemis (+/+) ditemukan pada abses yang berlangsung lama.. Pada
pemeriksaan fisik Thoraks, palpasi : vocal fremitus kiri menurun, nyeri
tekan (+) sinistra. Perkusi : sonor pada thorax dextra, sonor thorax
sinistra ICS 1-3 dan pekak ICS 4-8. Auskultasi : vesikuler paru dextra-
sinistra (+/+) inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, terdengar ronkhi
pada kedua lapangan paru (+/+). Pada lesi yang disertai konsolidasi
bisa dijumpai penurunan suara napas, perkusi redup, suara napas
bronkial dan ronki.
Hasil laboratorium : WBC 18,3 x 10 3/mm3 dimana terdapat sel
polimorfonuklear yang banyak terutama netrofil yang immature. Hasil
pemeriksaan foto thorax :1) Bronchopneumonia suspek spesifik
sugestif 2) Susp multiple abses paru sinistra. Dimana pada foto thorax
PA akan ditemukan gambaran radiolusen dalam bayangan infiltrate
yang padat dan gambaran batasan cairan dan permukaan udara (air
fluid level) sehingga pasien dapat didiagnosis Abses Paru
Terapi yang diberikan pada pasien berupa pemberian Nacl 0,9 %
20 tpm sebagai penyeimbang elektrolit. Sedangkan antibotik yang
diberikan yaitu Metronidazole yang merupakan drug of choice dengan
dosis oral 500mg/8 jam selama 5-10 hari. metronidazole merupakan
antibakteri, protozoa dan radiasi sensitizer. Mekanisme kerjanya yaitu
menghambat sintesis asam nukleat dengan merusak DNA.
Metronidazole merupakan antibiotik bakteri basil anaerob gram
negative, gram positif dan sebagai antiprotozoal contohnya amoebic.
Pasien diberikan Ambroxol 3 x 30mg yang merupakan obat golongan
mukolitik yang bekerja mengencerkan dahak.
Terapi lain yang dapat diberikan pada pasien berupa
Bronkoskopi dimana dapat dilakukan aspirasi dan pengosongan
abses yang tidak mengalami drainase yang adekuat, serta dapat
diberikannya larutan antibiotika melewati bronkus langsung ke
abses.
Terima Kasih