PLASENTA PREVIA
Disusun Oleh :
Sari Putrikadevi
N 111 18 018
Pembimbing Klinik :
dr. Daniel Saranga Sp.OG. (K)
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri.1
B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun. Juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% - 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu
kurang dari 1% kemungkinan disebabkan berkurangnya wanita hamil dengan
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang
memungkinkan deteksi lebih dini insiden plasenta previa dapat lebih tinggi.6
C. ETIOLOGI
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.2
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri
internum. 2
D. KLASIFIKASI
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi :
1. Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, hanya sebagian ostium uteri internum tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, hanya tepi plasenta yang menutupi ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
tetapi tidak ada bagian yang menutupi ostium uteri internum.4
E. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi pada bagian itu akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada saat
serviks mendatar (effacement) dan mebuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta
yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan pada
plasenta previa mudah terjadi dan dalam jumlah yang banyak karena segmen
bawah rahim dan serviks memiliki elemen otot yang sangat minimal sehingga
tidak mampu berkontraksi dengan kuat, akibatnya pembuluh darah pada daerah
tersebut tidak akan tertutup sempurna.6
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih
banyak pada perdarahan selanjutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur
kehamilan 34 mingu atau lebih. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat
dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar
rahim.6
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh dan mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. kedua kondisi ini berpotensi
meningkakan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya
dalam kala tiga karena plasenta sukar terlepas (retensi plasenta), atau setelah
plasenta lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.6
F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut2 :
1. Perdarahan pervaginam. Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan
akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama
plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa nyeri. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
G. DIAGNOSIS
Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan
letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan di kamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi segera.2
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) ditegakkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal
ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau
transperitoneal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi.2
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Konservatif
Semua wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika kemudian ternyata
perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan
masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan
syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar segera
kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan
tidak mencemaskan.6
Pada usia kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan
steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Pada
keadaan yang tampak stabil saat rawat jalan, hubungan suami istri dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga harus dihindari.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin
masih prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his
sementara waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan
paru janin.6
2. Aktif
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal.2
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam. Kebanyakan
seksio sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui insisi melintang
pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama jika plasentanya terletak
dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik.2,6
Histerektomi dilakukan jika terjadi perdarahan setelah pengeluaran bayi
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat tindakan manual
plasenta pada retensio plasenta, dimana perdarahan tersebut di atas tidak
dapat terkendali dengan cara seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi
arteri uterina, ligasi arteri ovarika, ligasi arteri hipogastrik.6
I. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu : 5,6
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
J. PROGNOSIS
Prognosis ibu pada plasenta previa saat ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan
transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur
baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya
kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif diberlakukan. 6
BAB III
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. Fatmawati
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : BTN Kabonena Indah Blok E No. 4
Tanggal Masuk RS : 26 september 2019
D. Status Generalisata
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
- Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
- Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavivula sinistra
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-),
murmur (-)
Ekstremitas
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
E. Status Obstetri
Abdomen :
Inspeksi : Tampak perut cembung, simetris, linea nigra (+)
Palpasi :
o Leopold I : 3 jari bawah procesus xypoideus
o Leopold II : PU-KA
o Leopold III : Pres-Kep
o Leopold IV : belum masuk PAP
Tapsiran Berat Janin : 3100
HIS :-
BJF : 158 x/m
Pemeriksaan dalam vagina :-
F. Hasil Laboratorium
NILAI
HASIL SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin 10,4 12-14 g/dl
Eritrosit 3,87 4-6.20 x106/mm3
Hematokrit 29,2% 40-45 %
Leukosit 12,01 4.000-11.000 x103/mm3
Trombosit 445 150 rb- 450 rb x103/mm3
Natrium 138 135-146 nmol/L
G. Diagnosis
GIIIPIIIA0 + Gravid 37-38 minggu + susp. Plasenta previa
H. Penatalaksanaan
1. IVFD RL 16 tpm
2. Sulfas Ferous 1x1 tab
3. Siapkan darah 2 wb dan 2 prc
4. Rencana USG
5. Bed rest total
2.3 FOLLOW UP
1. 27-09-2019
Subject :
Nyeri perut (-) Nyeri dada (-) sesak (-) mual (-) muntah (-) PPV (-)
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :100/70 mmHg Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
CRT : <2 detik.
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-) BJF :129 x/m(irreguler)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
GIIIPIIIA0 + Gravid 37-38 minggu + susp. Plasenta previa
Planing :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Sulfas Ferous 1x1 tab
3. Rencana USG
( hasil USG : Gravid 37-38 minggu + plasenta previa marginalis)
2. 28-09-2019
Subject :
Nyeri perut (-) Nyeri dada (-) sesak (-) mual (-) muntah (-) PPV (-)
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :120/70 mmHg Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
CRT : <2 detik.
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-) BJF :135 x/m(irreguler)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
GIIIPIIIA0 + Gravid 37-38 minggu + susp. Plasenta previa marginalis
Planing :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Sulfas Ferous 1x1 tab
3. Rencana SC elektiv
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Pada kasus ini, hal yang mendukung diagnosis plasenta previa adalah dari
anamnesis diperoleh adanya keluhan keluarnya banyak darah dari jalan lahir,
disertai dengan nyeri perut, tidak ada riwayat trauma sebelumnya ,dalam jumlah
yang sedikit, berwarna merah segar. Dari pemeriksaan fisik ditemukan kedua
konjungtiva bulbi tidak anemis. Pemeriksaan Obstetri: Leopold IV diperoleh janin
belum masuk PAP. Dari pemeriksaan genitalia juga ditemukan keluarnya darah
dari vagina. Hasil pemeriksaan penunjang USG juga didapatkan bahwa plasenta
tepinya berada pada pinngi OUI(plasenta previa marginalis).
Pada plasenta previa akan terjadi perdarahan berwarna merah segar pada awal
kehamilan karena terjadi pembentukan segmen bawah rahim yang lebih dahulu
terbentuk pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Plasenta yang
berimplantasi di daerah tersebut akan sedikit mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua basalis.6
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik. Keadaan ini bisa ditemukan pada2 :
1. Multipara, terutama jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri
3. Kuretase yang berulang
4. Usia lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Hipoksemi yang terjadi akibat karbonmonoksida dengan hipertrofi plasenta.
Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.
2. Penatalaksanaan
Pada kasus ini pasien di terapi secara konservatif berupa istrahat total,
pemberian infus RL, pemberian sulfas ferous untuk mengganti darah yang hilang.
Hal ini sesuai dengan teori dimana semua wanita hamil yang mengalami
perdarahan pada trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawat di rumah
sakit. Pasien diminta istrahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam
keadaan sehat dan masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat
jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar
segera kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan
tidak mencemaskan.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin masih
prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his sementara
waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan paru janin.6
Pada kasus ini dilakukan tatalaksana aktif berupa seksio sesarea karena janin
sudah aterm,dan keadaan ibu tidak memungkinkan untuk lahir pervaginam.
3. Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa terjadi pada ibu maupun janin yang mengalami
plasenta previa yakni:5
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
Pada kasus ini komplikasi pada janin yaitu kelainan letak bokong dan tidak
didapatkan komplikasi pada ibu.
Prognosis pada kasus ini dubia et bonam dimana hal ini dapat dilihat dari
keadaan tidak didapatkan pendarahan kembali dan keadaan ibu yang membaik.
DAFTAR PUSTAKA