Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU REFLEKSI KASUS

PLEURITIS SICCA

Disusun Oleh:
Dwi Pasca Cahyawati
(N 111 18 089)

Pembimbing :
dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad
dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN RADIOLOGI RSU ANUTAPURA PALU
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Dwi Pasca Cahyawati
Stambuk : N 111 18 089
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Tadulako
Judul Refarat : Pleuritis Sicca
Bagian : Radiologi

BAGIAN RADIOLOGI RSU ANUTAPURA PALU


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

Pembimbing Klinik

Dr.Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB I. PENDAHULUAN 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI 7
B. DEFINISI 8
C. EPIDEMIOLOGI 8
D. ETIOLOGI 9
8
E. KLASIFIKASI 10
P F. PATOFSIOLOGI 10
G. DIAGNOSIS 11
H. DIAGNOSIS BANDING 14
I. PENGOBATAN 15
DIAG
J. PROGNOSIS 15

PENA
K KOMPLIKASI 16

BAB III. LAPORAN KASUS 17


BAB IV. KESIMPULAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26

DAFTAR GAMBAR

NO NAMA GAMBAR/KETERANGAN GAMBAR HALAMAN

1 Gambar 1. (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari 13
postero anterior dan lateral (b).Meniscus sign dapat terlihat

3
dari kedua posisi tersebut
2 Gambar 2. Foto rontgen dada postero anterior yang memperlihatkan 13
atelektasis disertai efusi pleura. Tampak gambaran opak pada
hemithoraks kir idisertai deviasi trakea ke kiri
3 Gambar 3. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru 14

menunjukkantepi daerah segitiga menunjukkan kepadatan yang

meningkat pada sulkuscardiophrenikus kiri.


4 Gambar 4. USG lokasi diafragma dan tingkat interkostal 14
untuk menentukan batas atas efusi pleura

5 Gambar 5 CT-scan efusi pleura tampak pada CT scan toraks 15

6 Gambar 6 Panah merah pada CT Scan aksial menunjukkan 15


atelektasispada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar
pengungsi

BAB I

PENDAHULUAN

Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan viseralis yang melekat pada paru

dan lapisan parietalis yang membatasi aspek terdalam dinding dada, diafragma,

serta sisi periardium dan mediastinum. Pada hilus kedua paru pleura ini

4
berhubungan. Hubungan ini bergantung normal longgar diatas hilus dan disebut

ligamentum pulmonale. Adanya ligamentum ini memunginan perengangan vena

pulmonalis dan pergerakan strutur hilus selama respirsi. Rongga pleura

mengandung sediit cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas untu

mengurangi frisi antara edua pleura.1

Pleura parietalis sensitif terhadap nyeri dan raba (melalui n.interostalis dan

n.frenius). Pleura viseralis hanya sensitif terhadap regangan (melalui serabut

aferen otonom dari pleksus pulmonalis).1

Pleura seingkali mengalami patogenesis seperti teradi efusi cairan, misalnya

hidrotoraks dan pleuritis eksudativa arena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura

berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), pneumotoraks bila berisi udara.10

Pleuritis adalah peradangan akut atau kronis yang biasanya dalam ombinasi

dengan proses paru lainnya seperti pneumonia, bronkitis, tuberkulosis dan tumor.

Beberapa bentuk dapat terjadi dalam kasus pleuritis serosa. Eksudat disekresi ke

dalam rongga pleura. Pleuritis kering ditandai dengan endapan fibrin, bentuk lain

termasuk purulen dan bentuk hemoragik.2

Insiden pleuritis atau radang pada selaput pembungkus paru meningkat

pada orang berusia 65 tahun ke atas. 1 Didapatkan bahwa 60% kasus pleuritis

diakibatkan oleh penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Dari angka ini, 37%

disebabkan oleh tuberculosis, 25% disebabkan oleh kasus purulen, 15% kasus

perdarahan, sisanya disebabkan oleh penyebab lainnya2. Untuk dapat

mendiagnosis penyakit ini, diperlukan anamnesis pemeriksaan fisis, dan

5
pemeriksaan penunjang yang tepat sehingga penderita dapat ditatalaksana secara

tepat dan mengurangi angka kematian ataupun kesakitan.3

Pleuritis yang disebabkan oleh virus biasanya dapat sembuh sendiri. Namun,

pleuritis yang disebabkan oleh penyebab lain dapat semakin memburuk dan

mengakibatkan angka kesakitan dan kematian menjadi tinggi. Selain itu, penyebab

pleuritis yang beraneka ragam membutuhkan tata laksana yang berbeda sesuai

penyebab.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Pleura

Selain mendapatkan perlindungan dari dinding cavum thoraks, paru juga

dibungkus oleh sebuah jaringan yang merupakan sisa bangunan embriologi dari

coelom extra-embryonal yakni pleura. Pleura sendiri dibagi menjadi 3 yakni

pleura parietal, pleura visceral dan pleura bagian penghubung.4 Pleura visceral

bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya

6
tidak lebih dari 30 mm) diantara celah-celah ini terdapat beberapa se limfosit.

Dibawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit.

Dibawah endopleura terdapat aringan kolagen dan serat-serat elastik yang

dinamakan lapisan tengah. Keseluruhan jaringan pleura visceralis ini menempel

dengan kuat pada aringan parenkim diparu-paru.12

Pleura parietal memiliki beberapa bagian antara lain yakni pleura

diafragmatika, pelura mediastinalis, pleura sternocostalis dan cupula pleura.

Pleura diafragmatika yakni pleura parietal yang menghadap ke diafragma. Pleura

mediastinalis merupakan pleura yang menghadap ke mediastinum thoraks, pleura

sternocostalis adalah pleura yang berhadapan dengan costa dan sternum.

Sementara cupula pleura adalah pleura yang melewati apertura thoracis superior.

Pada proses fisiologis aliran cairan pleura, pleura parietal akan menyerap cairan

pleura melalui stomata dan akan dialirkan ke dalam aliran limfe pleura.4

Di antara pleura parietal dan pleura visceral, terdapat celah ruangan yang

disebut cavum pleura. Ruangan ini memiliki peran yang sangat penting pada

proses respirasi yakni mengembang dan mengempisnya paru, dikarenakan pada

cavum pleura memiliki tekanan negatif yang akan tarik menarik, di mana ketika

diafragma dan dinding dada mengembang maka paru akan ikut tertarik

mengembang begitu juga sebaliknya. Normalnya ruangan ini hanya berisi sedikit

cairan serous untuk melumasi dinding dalam pleura.4

B. Definisi

Pleuritis adalah peradangan akut atau kronis yang biasanya dalam ombinasi

dengan proses paru lainnya seperti pneumonia, bronkitis, tuberkulosis dan tumor.

7
Beberapa bentuk dapat terjadi dalam kasus pleuritis serosa. Eksudat disekresi ke

dalam rongga pleura. Pleuritis kering ditandai dengan endapan fibrin, bentuk lain

termasuk purulen dan bentuk hemoragik.2

Nyeri pleura adalah nyeri taam atau seperti ditusuk-tusuk. Nyeri disebabkan

loeh hilangnya fungsi pelumas normal dan iritasi membran serosa pleura. selama

pernafasan normal, nyeri timbul karna gesekkan kedua permuaan pleura. setiap

iritasi pleura dapat menyebabkan nyeri pleura.13

C. Epidemiologi

Insiden pleuritis atau radang pada selaput pembungkus paru meningkat

pada orang berusia 65 tahun ke atas. 1 Didapatkan bahwa 60% kasus pleuritis

diakibatkan oleh penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Dari angka ini, 37%

disebabkan oleh tuberculosis, 25% disebabkan oleh kasus purulen, 15% kasus

perdarahan, sisanya disebabkan oleh penyebab lainnya2. Untuk dapat

mendiagnosis penyakit ini, diperlukan anamnesis pemeriksaan fisis, dan

pemeriksaan penunjang yang tepat sehingga penderita dapat ditatalaksana secara

tepat dan mengurangi angka kematian ataupun kesakitan.3

D. Etiologi

1. Infeksi

virus: banyak, mis. adenovirus, coxsackie, cytomegalovirus, virus

Epstein-Barr, influenza, gondong

bakteri: TBC, pleuritis parapneumonic

parasit: amoebiasis,

2. Agen eksogen

8
asbestosis

obat-obatan :

 amiodarone, bleomycin, bromocriptine, cyclophosphamide,

methotrexate, methysergide, minoxidil, mitomycin, oxyprenolol,

practolol, procarbazine

 radang selaput dada yang diinduksi oleh obat adalah fenomena

berbeda dari penyakit paru interstitial yang disebabkan oleh

sebagian besar agen ini

3. inflamasi: rheumatoid arthritis, lupus pleuritis, sindrom Sjogren

4. jantung: sindrom Dressler

5. gastrointestinal: penyakit radang usus, pleuritis bakteri spontan

6. demam Mediterania keluarga

7. ginjal: gagal ginjal kronis.5

E. Klasifikasi

Pleuritis terbagi atas 2 bagian :

1. Pleuritis kering (Fibrosa) : Peradangan pada pleura tanpa atau hanya

sedikit pengeluaran cairan

2. Pleuritis basah (Serofibrosa) : Terjadinya penimbunan cairan diruang

pleura disebut uga dengan pleura efusi cairan yang berisi dipleura dapat

berupa exudat dan transudat.

Pleura tersusun dari dua lapisan dari jaringan lapisan yang tipis. Lapisan

yang melindungi paru (visceral pleura) dan parietal pleura yang melindungi

9
dinding dalam dari dada dilumasi oleh cairan pleural. Normalnya, disana ada ira-

kira 10-20 ml cairan yang bening bekerja sebagai pelumas antara lapisan-lapisan

ini. Cairan ini secara terus menerus diserap dan digantikan, terutama melalui

lapisan bagian pleura. tekanan didalam pleura adalah negatif seperti dalam

penghisapan dan menjadi bahkan lebih negatif selama penghisapan (bernapas

masuk).6

F. Patofisologi

Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama

respirasi (terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan

pisau. Nyeri dapat menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau

dapat menjalar ke bahu audomen kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan

pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini ketika terkumpul sedikit cairan,

esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan steteskop, hanya akan menghilang

kemudian bila telah berkumpul cairan dan memisahkan pleura yang mengalami

inflamasi.8

Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori

atas tuberkulosis, penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker

primer metastatik dan setela torakatomi.8

G. Diagnosis

Diagnosis seringkali mudah ditegakkan karena nyerinya yang khas.

Pemeriksaan foto dada mungkin tidak akan menunjukkan adanya suatu pleurisi,

tetapi bisa menggambarkan adanya patah tulang iga, penyakit paru-paru atau

penimbunan sejumlah kecil cairan di rongga pleura. Nyerinya didapat dengan

10
nyeri dari : · Peradangan sekitar jantung (pericarditis) · Serangan jantungg

(myocardial infarction) · Kebocoran udara di dalamdada (pneumothorax) Untuk

membuat diagnosis dari pleurisy, dokter memeriksa dada pada area nyeri dan

seringkali dapat mendegar (dengan stethoscope) friksi (gesekan) yang dihasilkan

oleh gosokan dari dua lapisan pleura yang meradang dengan setiap pernapasan.

Bunyi yang dihasilkan oleh suara ini diistilahkan sebagai “pleural friction rub”.

(Berlawanan dengannya, friksi dari gosokan yang terdengar dengan pericarditis

adalah serempak dengan denyut jantung dan tidak berubah dengan pernapasan).

Dengan jumlah-jumlah yang besar dari akumulasi cairan pleural, disana mungkin

ada suara-suara pernapasan yang berkurang (suara-suara pernapasan yang kurang

didengar melalui stethoscope) dan dada bunyinya tumpul ketika dokter mengetuk

diatasnya (ketumpulan atas ketukan). X-ray dada pada posisi tegak lurus dan

ketika berbaring pada sisi adalah alat yang akurat dalam mendiagnosa jumlah-

jumlah yang kecil dari cairan dalam ruang pleural. Adalah mungkin untuk

memperkirakan jumlah dari cairan ynag terkumpul dengan penemuan- penemuan

pada x-ray. (Adakalaya, sebanyak 4-5 liter cairan dapat berakumulasi didalam

ruang pleural). Ultrasound adalah juga metode yang sensitif untuk mendeteksi

kehadiran cairan pleural. CT scan dapat sangat bermanfaat dalam mendeteksi

kantong-kantong yang terjebak dari cairan pleural serta dalam menentukan sifat

dari jaringan-jaringan yang mengelilingi area. Pengangkatan cairan pleural dengan

suntikan (penyedotan) adalah penting dalam mendiagnosa penyebab dari pleurisy.

Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan dianalisa dalam laboratorium.

Analisa cairan didefinisikan sebagai "exudate" (tinggi dalam protein, rendah

11
dalam gula, tinggi dalam enzim LDH, dan tinggi dalam jumlah sel putih;

karakteristik dari proses peradangan) atau "transudate" (mengandung tingkat-

tingkat yang normal dari kimia-kimia tubuh ini).6

Foto Thorax

X-Ray

- Efusi Pleura

12
Gambar 1.1 (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero anterior

dan lateral (b).Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi tersebut (14)

Gambar 1.2 Foto rontgen dada postero anterior yang memperlihatkan atelektasis disertai efusi
pleura. Tampak gambaran opak pada hemithoraks kir idisertai deviasi trakea ke kiri (14)

- Atelektasis

13
Gambar 1.3 Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkantepi
daerah segitiga menunjukkan kepadatan yang meningkat pada
sulkuscardiophrenikus kiri. (15)

USG
- Efusi Pleura

Gambar 1.4 lokasi diafragma dan tingkat interkostal untuk menentukan batas atas

efusi pleura(14)

CT-Scan

- Efusi pleura

14
Gambar 1.5 efusi pleura tampak pada CT scan toraks (14)

- Atelektasis

Gambar 1.6 Panah merah pada CT Scan aksial menunjukkan atelektasispada

lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar pengungsi(15)

H. Diagnosis Banding

Pneumonia Atelektasis Efusi Pleura

Bercak infiltrat sampai Tampak perselubungan Tampak perselebungan


konsolidasi dengan air homogen pada lapangan homogen setinggi ICS V
bronchogram paru pada hemithoraks. Yang
menutupi sinus diafragma
Tampak perselubungan Tampa shift trakea dan Tampak sinus tumpul pada
homogen pada paru mediastinum ke arah lesi kedua paru
disertai dengan hiperaerasi
pada paru disebelahnya

15
I. Pengobatan

Pengobatan pleurisi tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya

adalah infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah virus,

tidak diperlukan pengobatan. Jika penyebabnya adalah penyakit

Autoimun, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya.

Apapun penyebab dari pleurisi, biasanya nyeri dada bisa diredakan dengan

memberikan obat pereda nyeri seperti asetaminofen atau ibuprofen.

Kodein dan golongan narkotik lainnya merupakan pereda nyeri yang lebih

kuat tetapi cenderung bersifat menekan batuk, sehingga bukan merupakan

langkah yang baik karena bernafas dalam dan batuk membantu mencegah

terjadinya pneumonia. Karena itu jika sudah tidak terlalu nyeri, penderita

pleurisi dianjurkan dan didorong untuk bernafas dalam dan batuk. Batuk

mungkin tidak terlalu nyeri jika penderita atau penolong

menempatkan/memeluk sebuah bantal di daerah yang sakit.6

16
J. Prognosis

Prognosis dari pleuritis tergantung dari penyebab. Kebanyakan penderita

pleuritis dapat sembuh secara penuh jika penyebab utama diatasi. Kadang kala,

penyembuhan pleuritis dapat menyebabkan perlengketan permukaan pleura.9,

Hal tersebut disebabkan oleh kesukaran dalam penanganan kasus, yang

seharusnya penderita ditempatkan pada tempat yang hangat, bersih, dan tidak

berdebu, serta kesulitan dalam menghentikan proses radang.9

K. Komplikasi

Penumpukan cairan di dalam paru-paru atau efusi pleura adalah komplikasi

pleuritis yang mungkin saja dapat terjadi. Biasanya kondisi ini terjadi pada kasus

pleuritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau emboli paru. Seseorang yang

menderita efusi pleura akan merasakan gejala sesak napas yang memburuk.

Efusi pleura biasanya pulih jika pleuritis berhasil diobati. Namun jika pengobatan

pleuritis tidak dapat mengatasi efusi pleura yang terjadi, maka dokter akan

melakukan penyedotan cairan dari dalam rongga pleura dengan menggunakan

selang khusus (torakosenetesis), atau menutup rongga pleura dengan

menempelkan kedua lapisan menjadi satu (pleurodesis).11

17
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

 Nama : Tn. Sima Ismail

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Umur : 65 Tahun

 Alamat : BTN.Palupi

 Pekerjaan : Wiraswata

 Pendidikan terakhir : SMA

 Tanggal Pemeriksaan : 18 Februari 2019

 Ruangan : ICCU RSU Anutapura

B. Anamnesis

 Keluhan Utama : Sesak nafas

 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien laki-laki umur 65 tahun masuk RS dengan keluhan sesak nafas yang

dirasakan 2 hari sebelum masuk RS, nyeri seperti di iris-iris, nyeri bertambah saat

pasien tarik napas dalam dan batuk, sesak memberat saat malam hari, batu (+),

18
batuk berdahak warna kuning kehijauan, mual (+), muntah (-). Pasien juga

mengalami penurunan nafsu makan. Demam (+), sakit kepala (+). Pusing (-),

BAK lancar. BAB biasa

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat DM (-)

Riwayat HT (-)

Riwayat Kolesterol (-)

Riwayat Jantung (-)

 Kebiasaan (lifestyle) :

Riwayat merokok (+)

Riwayat minum Alkohol (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.

C. PEMERIKSAAN FISIS

 Keadaan umum :

Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

 Tanda vital :

TD : 90/60 mmHg Pernapasan : 22 kali/menit (dengan O2)

Nadi : 85 kali/menit Suhu : 360C

Kepala

 Bentuk : Normocephal

19
 Rambut : lepek, tidak mudah dicabut

 Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, edema

palpebral -/-, pupil isokor kanan dan kiri. Reflek cahaya +/+

 Telinga : Bentuk normal, otthorae -/-.

 Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah kotor (-).

Leher

 KGB : Pembesaran (-)

 Tiroid : Pembesaran (-)

 JVP : normal

 Massa Lain : Tidak ada

Kulit

Turgor kulit baik

Thoraks

 Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, retraksi dinding dada (-),

 Palpasi : Vocal fremitus kanan menurun

 Perkusi : Redup lapangan paru kanan bagian basal, Sonor lapang

paru kiri

 Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi +/-, Wheezing -/-, Friction rub +/-

Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba jari lateral linea midclavicula

sinistra

20
 Perkusi Batas jantung :

- Batas kanan atas SIC II linea parasternalis dextra.

- Batas kanan bawah SIC IV Linea parasternalis dextra.

- Batas kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra.

-Batas kiri bawah SIC VI linea midclavicula sinistra.

 Auskultasi : BJ S1 dan S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

 Inspeksi : Perut kesan datar

 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

 Perkusi : Timpani (+)

 Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegaly (-).

Anggota gerak

 Atas : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak

 Bawah : akral hangat (+/+) edema (-/-), tidak ada hambatan gerak

Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN

WBC 13,2 x 103/mm3 4,00-10,00


RBC 5,17 x 106/mm3 4,00-6.00
HGB 10,4 g/dl 12-16
MCV 111 um3 80-100
MCH 37,8 pg 27-32
MCHC 34,1 g/dl 32-36
HCT 30,4% 37.0-47.0
PLT 168 x 103/mm3 150-400

21
PEMERIKSAAN DARAH NILAI RUJUKAN

Glukosa sewaktu 109 80-199 mg / dl


Glukosa puasa 80 – 125mg/dl

ELEKTROLIT

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

DARAH
1 K+ 3.85 3,48-5,50 mmol/L
2 Na+ 130,30 135,37-145.00 mmol/L
3 Cl- 97.49 96.00-106.00 mmol/L
4 CALSIUM 1.12-1,32 mmol/L
5 MAGNESIUM 1,8-2,6 mg/dl

Foto X-ray Thorax

22
- Perselubungan inhomogen pada paru dextra

- Kalsifikasi pada hemithorax dextra

- Cor: ukuran dan bentuk normal

- Sinus kanan berselubung, sinus kiri dan diafragma baik

- Tulang-tulang intak, Skoliosis sinistroconvex

Kesan :

- Pneumonia disertai pleuritis dextra

- Efusi Pleura Dextra

Diagnosis

23
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada pasien ini, maka diagnosa nya :

- Pneumonia disertai pleuritis dextra

- Efusi Pleura Dextra

E. Penatalaksanaan:

• O2 2 LPM

• Ivfd Nacl 0,9% 10 Tpm

• Inj Lasik 1 amp/12jam/iv

• Inj. Ketorolac 1amp/hari

• Inj. Cefaperazon 1gr/12jam/iv

• Lansoprazole 2x1

• Alprazolam 1x0,5mg

I. Analisi Kasus

Berdasarkan analisis kasus didapatkan bahwa pasien masuk rumah sakit

dengan keluhan sesak yang dialami sejak 2 hari yang lalu, sesak nafas memberat

saat pasien menarik napas dalam. Tidak ada riwayat asma pada pasien maupun

pada keluarga pasien. Sebelumnya, pasien juga sering mengeluhkan mengalami

sesak napas yang memberat saat tidur. Pasien juga mengalami mual dan demam.

24
Tidak ada riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung disangkal. Di dalam

keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa.

Berdasarkan pemeriksaan fisis yang dilakukan didapatkan kondisi pasien lemas,

tidak ditemukan bising jantung. Friction rub (+), suara pernapasan menurun (+),

focal fremitus dextra menurun. Tanda vital didapatkan Tekanan darah 90/60

mmHg, Pernapasan 22x/menit, Nadi 85x/menit, suhu badan 36 oCB.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan nilai WBC

13,2x103/mm3, HGB 10,4 g/dL, RBC 5,17x106/uL, HCT 30,4%, MCV 111fL,

MCH 37,8pg, dan MCHC 34,1 g/dl. Dan didapatkan peningkatan nilai RDW

20,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi karena nilai WBC

yang meningkat

Selain itu juga berdasarkan pemeriksaan radiologik X Ray Thorax AP didapatkan

Perselubungan inhomogen pada paru dextra, kalsifikasi pada hemithorax dextra.

Kesan Pneumonia disertai pleuritis dextra dan efusi Pleura Dextra

25
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien usia 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak

nafas yang dialami sejak 2 hari yang lalu, sesak nafas memberat saat pasien

menarik napas dalam. Tidak ada riwayat asma pada pasien maupun pada keluarga

pasien. Sebelumnya, pasien juga sering mengeluhkan mengalami sesak napas

yang memberat saat tidur. Pasien juga mengalami mual dan demam. Tidak ada

riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung disangkal. Di dalam keluarga pasien

tidak ada yang mengalami hal serupa.

- Diagnosis pada pasien ini adalah pleuritis.

- Pleuritis adalah peradangan pada selaput paru-paru dan dada (pleura) yang

menyebabkan rasa sakit di dada. Radang pleura dapat berlangsung secara akut,

subakut, atau kronik.

- Penyebab pleuritis antara lain, Infeksi Bahan kimia, Penyakit vasculer kolagen:

SLE, Kanker, Emboli pulmonal, Obstruksi saluran getah bening, Trauma dan

Familial Mediterranean fever.

- Gejala nyeri khas berupa saat pasien menarik napas dalam. Pada pasien pleuritis

sering ditemukan friction rub, penurunan suara pernapasan.

- Pengobatan untuk pasien pleuritis ditangani sesuai penyebab. Jika penyebabnya

adalah bakteri maka diberikan antibiotic untuk terapinya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Omar faiz & david moffat. At a Glance. (2004) (Penerbit Erlangga)

2. Evelyn c. Paerce. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. (2007) (Penerbit

PT.Gramedi, Jakarta)

3. American rhoracis society.(2016). Pleural disease. Chapter 14. P.145-154.


Di akses dari https://www.thoracic.org/.../chapter-14-pleural-disease.pdf
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker paru ( kanker paru karsino

bukan sel kecil). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.; (2010)

5. Bell J Daniel. Pleuritic pain. Viewed on 10 Maret 2019 from


https://radiopedia.org/articles/ple...
6. Laras friska. Penyakit pleuritis. Diakses dari

www.lumhs.edu.pk/jlumhs/Vol06No02/pdfs/v6n2ra01.pdf

7. Chia C, Hsu T. Management of pleuritis. Viewed on 10 maret 2019 from


https://radiopaedia.org/cases/pleurisy...
8. Sari Anggraeni. PENATALAKSANAAN PLEURITIS. Jurnal Asuhan

Keperawatan (2017). From http://jurnalasuhaneperawatan.pdf

9. Alberto Garcia-Zamalloa1, Mar Zabalo, Milagros Berruete3 Elena

Telleria4 and Arantza Moyua. International Journal of Respiratory and

Pulmonary Medicine.(2015). From https://ejournal.portadlgaruda.pdf

10. Siti setiawati. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi VI. (2014). (Interna

Publishing).

11. Kathryn Anna. Pneumonia dan radang selaput dada pada domba :Studi

prevalensi, faktor risiko.(2015). From

http://openmed.nic.in/view/subjects/ojhas.html

27
12. Irman somantri. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem pernapasan. (2013). (Penerbit Keperawatan Medikal Bedah)

13. Burnside-McGlynn. Diagnosis Fisik. Edisi 17. (Penerbit Buku Kedokteran

: EGC)

14. Mayse M,L. Efusi Pleura Bilateral. (2013) From

(http://www.repository.usu.ac.id)

15. Sonia Azizah. Atelektasis. (2015). From (http://www.academia.ac.id)

28

Anda mungkin juga menyukai