PEMBIMBING KLINIK dr. Abdul Faris, Sp. OG (K) LAPORAN KASUS IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat :
No. Rekam Medik : 86190
Tanggal Operasi : 24 Februari 2020 ANAMNESIS KELUHAN UTAMA RIWAYAT PENYAKIT SEKAR Nyeri ulu hati ANG Pasien masuk RS Wirabuan a rujukan RS Anuntaloko Pa rigi Nyeri ulu hati, mual (-), muntah(-), nyeri perut tem bus belakang (-), BAB (+) bi asa, BAK (+) lancar. ANAMNESIS RIWAYAT PENYAKIT DAH RIWAYAT PENYAKIT KELU ULU ARGA Pasien pernah mengala Tidak ada mi hal yang sama sebelu mnya pada kehamilan ke dua dan dilakukan sectio caesaria. ANAMNESIS RIWAYAT ALERGI OB RIWAYAT ALERGI MA AT KANAN Tidak ada Tidak ada PEMERIKSAAN FISIK • Kepala – Leher : • Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edem a palpebra (-/-), pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-). • Thorax : • I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-) • P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-) • P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada are a jantung, batas paru-hepar SIC VII LMD, batas jan tung DBN • A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wh eezing -/-. Bunyi jantung I/II murni reguler • Abdomen : • I : Perut cembung kesan normal, striae alba (+), massa (-) • A : peristaltik (+) kesan normal • P : timpani (+) • P : nyeri tekan kuadran kanan atas (+) • • Pemeriksaan Obstetri : • Leopold 1 : 3 jbpx • Leopold II : bagian kiri ibu teraba berbenjol-benjol kesan ekstre mitas, bagian kanan ibu teraba datar kesan punggung. • Leopold III : bagian terendah janin teraba bundar keras kes an kepala. • Leopold IV : 0/5 • BJF : 144 x/m • Genitalia : • Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilak ukan • Ekstremitas : • Atas :Akral hangat, Edema -/- • Bawah :Akral hangat, Edema +/+
Pemeriksaan penunjang • RESUME • Berdasarkan anamnesis Pasien rujukan RS Anunta loko Parigi masuk rumah sakit dengan keluhan ny eri ulu hati dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak juga mengeluhkan penglihatan kabur (-), mu al(-), muntah(-), pusing (-), sakit kepala (-),bab da n bak lancar. • Dari pemeriksaan fisik : Kondisi Umum : Lema h, kesadaran : composmentis, TD : 150/100 , nadi 116 x/m, respirasi 22 x/m, Suhu 36,6º Dari hasil p emeriksaan penunjang, Pemeriksaan Darah lengk ap: WBC 10,9 x 103/ul, HGB 12,6 gr/dl, PLT 43 x 10 3 /ul, RBC 4.78 x 106/ul, HbSAg non reaktif, Anti HI V non reaktif. Dari hasil AST/GOT 161 UL, ALT/GP T 106 U/L. • • DIAGNOSIS • G3P2A0 gravid 36-37 + Hellp syndrome • • PENATALAKSANAAN • IVFD RL 20 tpm • mgSO4 40 % 15 gtt • Transfusi 2 labu Whole blood cell dan 5 lab u Packec red cell • Siapkan sectio Follow up ..\FOLLOW UP.docx PEMBAHASAN • Gejala klinis sindrom HELLP tidak spesifik. Gejala yang biasannya muncul adalah gejala-gejala mirip preeklampsia. Pada kasus ini pasien datang dengan kondisi postpartum di mana sesuai dengan teori bahwa kejadian sindrom HELLP bi sa terjadi 30 % pada pasien dengan post partum. Teori menj elaskan bahwa angka kejadian meningkat pada wanita mul tiparitas dan sama halnya pada kasus dimana pasien denga n paritas dua atau dua kali melahirkan anak. • Klasifikasi Sindrom HELLP pada pasien ini yaitu, masuk dalam kelas I karena dari hasil pemeriksaan trombosit 43 x 103/L dan SGOT 161 U/L dan SGPT 116 U/L ini berdasarkan klasifikasi Missisipi sedangkan klasifikasi menurut Tenesse p asien masuk dalam HELLP sindrom komplit dimana trombos it <100.000/ml dan AST/ALT ≥40 IU/L. • Dari gejala klinis, pasien sering sekali mengeluh nyeri di regio epigastrik atau kuadran kanan atas (90%), kadang-kad ang disertai mual dan muntah (45-86%), nyeri kepala (30-60 %), dan gangguan penglihatan (20%). Namun gejala yang te rjadi kadang-kadang tidak spesifik yang menyerupai infeksi virus, seperti demam dan badan terasa lemah. Pada kasus i ni gejala yang disebutkan diatas ada pada pasien Yaitu Nyeri Ulu Hati dan membuat kasus ini menjadi semakin khas untu k menjurus kepada Sindrom HELLP. Pasien mengalami nyeri kuadran kanan atas serta adanya penurunan hemoglobin p ada pasien. • Baku emas penegakan diagnosis Sindrom HELLP masih menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium yang membe rikan bukti adanya hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan trombositopenia. Pada kasus ini sudah dilakukan pemeriksa an baku emas dan hasilnya sangat mengarah kepada sindro m HELLP. Namun masih terdapat perbedaan-perbedaan unt uk menentukan patologi tersebut. Bukti adanya hemolisis pada pemeriksaan darah adalah dite mukannya fragmentosit atau sel burr pada pemeriksaan ap usan darah tepi, peningkatan LDH, penurunan Hemoglobin, dan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan apusan darah tepi, pemeriksaa n LDH, dan pemeriksaan bilirubin. Dalam hal ini bisa saja dil akukan pemeriksaan yang seperti diatas tetapi tiap center r umah sakit berbeda-beda dalam melakukan penegakan dia gnosis. Saat ini, yang banyak digunakan untuk pemeriksaan bukti hemolisis adalah adanya kadar LDH >600 U/L, namun Smulian et al. Mengatakan bahwa nilai ambang LDH mungki n <600 U/L, tergantung metode pemeriksaan yang dilakuka n, dan sayangnya belum ada kesepakatan tentang cara pem eriksaannya. • Selain itu, adanya penurunan Hb dan peningkatan bilirubin biasanya belum terdeteksi pada kasus ak ut, sehingga belum bisa dijadikan patokan. Seben arnya indikator yang lebih spesifik adalah penuru nan kadar haptoglobin atau tidak terdeteksinya h aptoglobin, namun belum bisa menjadi pemeriks aan rutin. Abnormalitas hepar ditentukan dengan peningkatan enzim-enzim hepar seperti ALT, AST, dan kadar bilirubin. • Mengikuti terapi medikamentosa preeklampsia-eklampsia deng an melakukan monitoring kadar trombosit tiap 12 jam. Bila trom bosit <50.000/ml atau adanya tanda koagulopati konsumtif, mak a harus diperiksa waktu protrombin, waktu tromboplastin parisa l dan fibrinogen. Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan PT dan aPPT karena trombosit yang didapatkan >50.000/ml. Jika di dapatkan kadar trombosit <100.000/ml atau trombosit 100.000- 150.000/ml dengan disertai tanda-tanda, eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium, maka diberikan deksametason 10 mg iv tiap 12 jam. • Pada kasus ini telah diberikan terapi deksametason karena trom bosit <100.000/ml dengan tanda dan gejala seperti diatas, dan s etelah beberapa hari monitoring didapatkan hasil yang cukup m emuaskan dimana terjadi kenaikan trombosit yang signifikan. Te rapi deksametason dihentikan bila tela terjadi perbaikan laborat orium, yaitu trombosit > 100.000/ml dan penurunan LDH serta perbaikan tanda dan gejala-gejala klinik preeklampsia-eklampsia . • Pada kasus pemberian deksametason dihentikan pada hari ketiga perawatan karena sudah terjadi kenaikan trombosit >100.000/ml dan gejala klinis sudah berkurang yang berarti terjadi perbaikan se cara klinis dan bermakna. Perbaikan gejala klinik setelah pemberia n deksametason dapat diketahui dengan : meningkatnya produksi urin, trombosit, menurunnya tekanan darah, menurunnya kadar L DH, dan AST. • Penggunaan deksametason dosis tinggi pada ibu dengan sindrom HELLP juga menjadi isu tatalaksana sindrom ini. Beberapa peneliti an menyebutkan bahwa terapi dengan deksametason 10 mg setia p 12 jam dapat mengurangi morbiditas ibu dan meningkatkan juml ah trombosit lebih cepat. Namun penelitian lain juga menyebutka n bahwa deksametason tidak mengurangi komplikasi pada ibu, se perti gagal ginjal akut, edema paru, dan oligouria. Pemberian deks ametason juga tidak mengurangi kebutuhan transfusi darah serta mengurangi secara signifikan durasi perawatan di rumah sakit. • Terima Kasih Click icon to add picture