Anda di halaman 1dari 13

PROTAP PENGUKURAN GLASGOW COMA SCALE

NAMA: AURELIA ARITA


NIM : R021201007

PRODI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya lah. Saya dapat menyelesaikan
PROTAP PENGUKURAN GLASGOW COMA SCALE dengan baik dan saya
juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan ini.
Dan tak lupa pula saya berterima kasih kepada Physio selaku Dosen mata kuliah
yang telah membantu dan membimbing saya dalam penyusunan ini.
Saya sangat berharap bahwa protap ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan saya di dalam bidang kesehatan, serta dapat
membantu para pembaca sekalian untuk mengetahui tata cara pengukuran Glasgow
coma scale ini.
Menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan di
dalam makalah ini, baik yang saya sadari maupun tidak. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritikan, saran, serta masukan dari para pembaca untuk
melengkapi dan memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam protap
ini.
Atas kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam protap ini saya ingin
menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Serta saya ucapkan terima
kasih.

Makassar, 25 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Tujuan pengukuran....................................................................................... 5

BAB II DASAR TEORI ........................................................................................ 6

A. Pengertian..................................................................................................... 6

B. Dasar Teori ................................................................................................... 6

BAB III PENGUKURAN ................................................................................... 10

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12

B. Saran........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skala koma pertama kali digunakan di unit perawatan intensif bedah saraf.
Teasdale dan Jennet dari Institute of neurogical science Glasgow (1974)
mempublikasikan indeks koma yang kemudian berganti nama menjadi GCS. Sejak
dipublikasikan pertama kali, GCS menjadi skala yang paling sering digunakan tidak
hanya di kalangan spesialis saraf atau bedah saraf tetapi di luar bidang tersebut,
walaupun memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, ada kecenderungan penilaian GCS lebih besar pada komponen
motorik (skor 6) dibandingkan komponen verbal dan mata (skor 5 dan 4). Kedua,
sebagian besar pasien yang mengalami koma terintu-basi, sehingga komponen
verbal tidak dapat dinilai dan kurang berguna pada 20-48% pasien. Demikian juga
pada pasien yang mengalami afasia, komponen verbal tidak dapat menilai sehingga
memengaruhi hasil akhir.
GCS hanya menilai orientasi, yang dengan mudah menjadi abnormal pada
pasien yang mengalami agitasi dan delirium. Ketiga, GCS tidak memiliki indikator
klinis seperti refleks batang otak abnormal, perubahan pola napas, dan kebutuhan
akan ventilasi mekanik yang dapat mencerminkan beratnya koma. Keempat, GCS
tidak mampu mendeteksi perubahan minimal pemeriksaan neurologis. Penggunaan
sedasi pada sebagian besar pasien-pasien di ruang intensif juga dapat
mempengaruhi ketiga komponen GCS. Sampai saat ini, GCS masih menjadi baku
emas penilaian kesadaran pada semua populasi pasien.
Sejumlah penelitian dilakukan untuk melakukan validasi atau usaha untuk
memodifikasi skala ini dengan mengeliminasi respon mata dan verbal. Usaha-usaha
sebelumnya yang dilakukan untuk memodifikasi ataupun menggantikan skala ini
seringkali gagal karena belum ada skala yang dianggap cukup sederhana dan praktis
dalam penggunaannya.
B. Tujuan pengukuran

1. Mengetahui pengertian dari Glasgow Coma Scale


2. Mengetahui bagaimana pengukuran Glasgow Coma Scale
3. Mengetahui bagaimana tingkat kesadaran dengan pengukuran Glasgow Coma
Scale
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian

Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Kesadaran dapat


didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen
dan aferen. Semua impuls aferen disebut input dan semua impuls eferen dapat
disebut output susunan saraf pusat. Untuk mempertahankan fungsi kesadaran yang
baik, perlu suatu interaksi yang konstan dan efektif antara hemisfer serebri dan
formasio retikularis di batang otak yang intak.
Gangguan pada hemisfer serebri atau formasio retikularis dapat
menimbulkan gangguan kesadaran. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal
dengan istilah compos mentis, di mana aksi dan reaksi terhadap apa yang dilihat,
didengar, dihidu, dikecap, dialami, serta perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba,
gerak, getar, tekan, dan sifat, bersifat adekuat (tepat dan sesuai).
Pada kondisi penyakit neurologis maupun non neurologis, dapat terjadi
gangguan kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dapat dinilai secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Penilaian gangguan kesadaran secara kualitatif antara
lain mulai dari apati, somnolen, delirium, bahkan koma. Pada manual ini akan
diajarkan penilaian derajat kesadaran secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale (GCS). Penilaian derajat kesadaran ini sangat penting
dikuasai karena mempunyai harga praktis, yaitu untuk dapat memberikan
penanganan, menentukan perbaikan, kemunduran, dan prognosis.

B. Dasar Teori

Kesadaran mengacu pada kesadaran subjektif mengenai dunia luar dan diri,
termasuk kesadaran mengenai dunia pikiran sendiri; yaitu kesadaran mengenai
pikiran, persepsi, mimpi, dan sebagainya. Neuron-neuron di seluruh korteks serebri
yang digalakkan oleh impuls aferen non-spesifik dinamakan neuron pengemban
kewaspadaan, oleh karena tergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut yang
aktif, derajat kesadaran bisa tinggi atau rendah. Aktivitas neuron-neuron tersebut
digalakkan oleh neuron-neuron yang menyusun inti talamik yang dinamakan nuclei
intralaminares.
Oleh karena itu, neuron-neuron tersebut dapat dinamakan neuron penggalak
kewaspadaan. Derajat kesadaran ditentukan oleh banyaknya neuron penggalak atau
neuron pengemban kewaspadaan yang aktif dan didukung oleh proses biokimia
untuk menjaga kelangsungan kehidupan neuron tersebut. Apabila terjadi gangguan
sehingga kesadaran menurun sampai derajat yang terendah, maka koma yang
dihadapi dapat terjadi oleh sebab neuron pengemban kewaspadaan sama sekali
tidak berfungsi (disebut koma bihemisferik) atau oleh sebab neuron 6 penggalak
kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.

Parameter Patient’s Response Score


Respon Mata Pembukaan mata secara spontan 4

Membuka mata terhadap respon suara 3


Membuka mata terhadap respon rasa sakit 2
Tidak ada respon 1
Respon Motorik Mematuhi perintah 6
Melokalisasi rasa sakit 5
Menarik diri terhadap rangsangan 4
Fleksi abnormal (respon decorticate) 3
Ekstensor postur (respon decebrate) 2
Tanpa pergerakan 1
Respon verbal fasih dan berorientasi 5
bingung 4
Mengucapkan kata secara tidak tepat 3
Mengeluarkan suara yang tidak bisa 2
dimengerti
Tidak mengeluarkan suara 1
Total score 3-15
(koma diensefalik).

Koma bihemisferik antara lain dapat disebabkan oleh hipoglikemia,


hiperglikemia, uremia, koma hepatikum, hiponatremia, dan sebagainya. Koma
diensefalik antara lain dapat disebabkan oleh: strok, trauma kapitis, tumor
intracranial, meningitis, dan sebagainya.
Penilaian derajat kesadaran secara kuantitatif yang sampai saat ini masih
digunakan adalah Glasgow Coma Scale (GCS). GCS adalah suatu skala neurologik
yang dipakai untuk menilai secara obyektif derajat kesadaran seseorang. GCS
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Graham Teasdale dan Bryan J.
Jennett, professor bedah saraf pada Institute of Neurological Sciences, Universitas
Glasgow. GCS kini sangat luas digunakan oleh dokter umum maupun para medis
karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematis. GCS terdiri dari 3
pemeriksaan, yaitu penilaian: respons membuka mata (eye opening), respons
motorik terbaik(best motor response), dan respons verbal terbaik(best verbal
response). Masing-masing komponen GCS serta penjumlahan skor GCS sangatlah
penting, oleh karena itu, skor GCS harus dituliskan dengan tepat, sebagai contoh:
GCS 10, tidak mempunyai makna apa-apa, sehingga harus dituliskan seperti: GCS
10 (E2M4V3). Skor tertinggi menunjukkan pasien sadar (compos mentis), yakni
GCS 15.
Penilaian Terstruktur
Pendekatan terstruktur (Waktu Perawatan 2014; 110: 12-16) dengan jelas
mendefinisikan langkah-langkah yang diambil dalam menilai setiap komponen
skala. Ini menetapkan standarisasi dalam stimulasi dan penekanan pada pelaporan
tiga komponen daripada jumlah total. Langkah-langkah ini dirinci dalam
video. Setiap langkah terkait dengan penilaian terhadap kriteria tertentu.
Pada komponen tertentu akan sangat sulit menentukan komponen GCS,
misalnya: pasien dalam keadaan ter-intubasi (pemasangan Endothracheal
Tube/ETT). Pada kondisi ini, diberikan skor 1 dengan modifikasi keterangan
tambahan, misalnya: E2M4V1t atau E2M4Vt (t = tube/ETT).
Istilah-istilah yang digunakan untuk menggambarkan derajat kesadaran
1. Aletargi
Suatu keadaan dengan gangguan pemusatan perhatian. Pasien mudah sekali
dialihkan perhatiannya dan kemampuan mengingatnya turun. Namun pasien masih
mampu berkomunikasi dengan kata-kata, gejala yang nyata tampak adalah pasien
tampak sangat mengantuk.
2. Obtundation
Kesadaran yang menjadi tumpul ringan- sedang, sering disertai menurunnya minat
atau respon terhadap lingkungan. Bila diajak komunikasi kadang-kandang nyahut
kadang-kadang hilang.
3. Stupor
Kondisi dimana lebih turun lagi kesadarannya, secara klinik setara dengan tidur
dalam yaitu pasien tidak dapat dibangunkan penuh atau bangun hanya sebentar
(itupun dengan rangsangan yang keras dan berulang-ulang).
4. Koma
Merupakan kondisi dimana pasien tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan
sekuat apapun, pasien hanya berbaring dengan mata tertutup dan tanpa Gerakan
spontan. Hal ini terjadi karena terdapat penurunan fungsi sel-sel saraf disebabkan
oleh kerusakan integritas lapisan korteks otak atau batang otak.
BAB III
PENGUKURAN
Langkah- Langkah Pengukuran Glasgow Coma Scale
Nama :……………………………………………………………...
Usia :……………………………………………………………...
Tanggal Pemeriksaan :……………………………………………………………...
NO Langkah Score Hasil
Klien diminta berbaring, kemudian pemeriksa
melakukan evaluasi dengan menilai
A. Eye Response
1. Spontan 4
2. Terhadap suara 3
Meminta pasien membuka mata
3. Terhadap rangsang nyeri 2
Tekan pada saraf supraorbital atau kuku jari
4. Tidak ada reaksi 1
Dengan rangsang nyeri klien tidak membuka mata
B. Verbal Response
1. Berorientasi baik 5
Menanyakan di mana ia berada, tahu waktu, hari, dan
bulan
2. Bingung (confused) 4
Menanyakan dimana ia berada, kapan di opname di
rumah sakit (dapat mengucapkan kalimat, namun ada
disorientasi waktu dan tempat)
3. Tidak tepat 3
Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa
kalimat dan tidak tepat
4. Mengerang 2
Mengeluarka suara yang tidak punya arti, tidak
mengucapkan kata, hanya suara mengerang
5. Tidak ada jawaban (suara tidak ada) 1
C. Motorik Response
1. Menurut perintah 6
Misalnya menyuruh pasien mengangkat tangan
2. Mengetahui lokasi nyeri 5
Memberikan rangsang nyeri dengan menekan jari pada
supraorbital. Bila pasien mengangkat tangan sampai
melewati dagu untuk menepis rangsang nyeri tersebut
berarti dapat mengetahui lokasi nyeri.
3. Reaksi menghindar 4
Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak
4. Reaksi fleksi (dekortikasi) 3
Memberikan rangsangan nyeri misal menekan dengan
objek seperti ballpoint pada jari kuku. Bila terdapat
reaksi fleksi berarti ingin menjauhi rangsang nyeri
5. Extensi spontan (decebrasi) 2
Memberikan rangsang nyeri yang cukup adekuat. Terjadi
ekstensi pada siku
6. Tidak ada Gerakan/reaksi 1
Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Metode GCS masih merupakan metode evaluasi kesadaran secara


kuantitatif yang mudah dikerjakan, pada kasus trauma dan nontrauma. Evaluasi ini
bermanfaat dalam pengambilan keputusan klinis pada pasien, komunikasi antar
petugas, dan menentukan prognosis. Terdapat beberapa perubahan pada penilaian
GCS untuk meningkatkan standarisasi dan memperbaiki inter-observer reliabilility.
Namun GCS juga memiliki keterbatasan, sehingga perlu dikombinasikan dengan
faktor penentu prognosis lain.
Pemeriksaan Glasgow Coma Scale penting dilakukan agar kita mengetahui
bagaimana tingkat kesadaran pasien dan responnya terhadap rangsang. Alat dan
bahan yang digunakan juga sangat sederhana. Ada beberapa respon yang diukur
dalam pemeriksaan GCS, yaitu respon membuka mata, respon motoric, dan respon
verbal

B. Saran
Dalam penulisan protap ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan,
maka dari itu penulis mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen
pengajar serta para pembaca, sehingga saya dapat menggunakannya sebagai acuan
dalam penulisan protap selanjutnya. Diharapkan kepada mahasiswa mampu
menerapkan ilmu tersebut dalam praktek fisioterapi dan bagi para pembaca,
diharapkan dapat memanfaatkan protap ini dengan sebaik-baiknya dalam
menambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/arenazz/glasgow-coma-scale-gcs-10544154
Mawuntu, A. H. (2019). Meninjau kembali Glasgow coma scale:
Masihkah relevan? Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 36(3). https://doi.org/10.52386/neurona.v36i3.80
Wuysang, D., & Bahar, A. (2015). PEMERIKSAAN DERAJAT
KESADARAN (GLASGOW COMA SCALE) DAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR
(MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)). Fakultas Kedokteran –
Universitas Hasanuddin. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2015/08/Manual-CSL-IV-Pemeriksaan-Derajat-Kesadaran-
Fungsi-Kortikal-Luhur.pdf
https://www.glasgowcomascale.org/gcs-aid/

Anda mungkin juga menyukai