PRODI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya lah. Saya dapat menyelesaikan
PROTAP PENGUKURAN GLASGOW COMA SCALE dengan baik dan saya
juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan ini.
Dan tak lupa pula saya berterima kasih kepada Physio selaku Dosen mata kuliah
yang telah membantu dan membimbing saya dalam penyusunan ini.
Saya sangat berharap bahwa protap ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan saya di dalam bidang kesehatan, serta dapat
membantu para pembaca sekalian untuk mengetahui tata cara pengukuran Glasgow
coma scale ini.
Menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan di
dalam makalah ini, baik yang saya sadari maupun tidak. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritikan, saran, serta masukan dari para pembaca untuk
melengkapi dan memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam protap
ini.
Atas kekurangan dan kesalahan yang ada di dalam protap ini saya ingin
menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Serta saya ucapkan terima
kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
B. Tujuan pengukuran....................................................................................... 5
A. Pengertian..................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
A. Latar Belakang
Skala koma pertama kali digunakan di unit perawatan intensif bedah saraf.
Teasdale dan Jennet dari Institute of neurogical science Glasgow (1974)
mempublikasikan indeks koma yang kemudian berganti nama menjadi GCS. Sejak
dipublikasikan pertama kali, GCS menjadi skala yang paling sering digunakan tidak
hanya di kalangan spesialis saraf atau bedah saraf tetapi di luar bidang tersebut,
walaupun memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, ada kecenderungan penilaian GCS lebih besar pada komponen
motorik (skor 6) dibandingkan komponen verbal dan mata (skor 5 dan 4). Kedua,
sebagian besar pasien yang mengalami koma terintu-basi, sehingga komponen
verbal tidak dapat dinilai dan kurang berguna pada 20-48% pasien. Demikian juga
pada pasien yang mengalami afasia, komponen verbal tidak dapat menilai sehingga
memengaruhi hasil akhir.
GCS hanya menilai orientasi, yang dengan mudah menjadi abnormal pada
pasien yang mengalami agitasi dan delirium. Ketiga, GCS tidak memiliki indikator
klinis seperti refleks batang otak abnormal, perubahan pola napas, dan kebutuhan
akan ventilasi mekanik yang dapat mencerminkan beratnya koma. Keempat, GCS
tidak mampu mendeteksi perubahan minimal pemeriksaan neurologis. Penggunaan
sedasi pada sebagian besar pasien-pasien di ruang intensif juga dapat
mempengaruhi ketiga komponen GCS. Sampai saat ini, GCS masih menjadi baku
emas penilaian kesadaran pada semua populasi pasien.
Sejumlah penelitian dilakukan untuk melakukan validasi atau usaha untuk
memodifikasi skala ini dengan mengeliminasi respon mata dan verbal. Usaha-usaha
sebelumnya yang dilakukan untuk memodifikasi ataupun menggantikan skala ini
seringkali gagal karena belum ada skala yang dianggap cukup sederhana dan praktis
dalam penggunaannya.
B. Tujuan pengukuran
B. Dasar Teori
Kesadaran mengacu pada kesadaran subjektif mengenai dunia luar dan diri,
termasuk kesadaran mengenai dunia pikiran sendiri; yaitu kesadaran mengenai
pikiran, persepsi, mimpi, dan sebagainya. Neuron-neuron di seluruh korteks serebri
yang digalakkan oleh impuls aferen non-spesifik dinamakan neuron pengemban
kewaspadaan, oleh karena tergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut yang
aktif, derajat kesadaran bisa tinggi atau rendah. Aktivitas neuron-neuron tersebut
digalakkan oleh neuron-neuron yang menyusun inti talamik yang dinamakan nuclei
intralaminares.
Oleh karena itu, neuron-neuron tersebut dapat dinamakan neuron penggalak
kewaspadaan. Derajat kesadaran ditentukan oleh banyaknya neuron penggalak atau
neuron pengemban kewaspadaan yang aktif dan didukung oleh proses biokimia
untuk menjaga kelangsungan kehidupan neuron tersebut. Apabila terjadi gangguan
sehingga kesadaran menurun sampai derajat yang terendah, maka koma yang
dihadapi dapat terjadi oleh sebab neuron pengemban kewaspadaan sama sekali
tidak berfungsi (disebut koma bihemisferik) atau oleh sebab neuron 6 penggalak
kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.
B. Saran
Dalam penulisan protap ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan,
maka dari itu penulis mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen
pengajar serta para pembaca, sehingga saya dapat menggunakannya sebagai acuan
dalam penulisan protap selanjutnya. Diharapkan kepada mahasiswa mampu
menerapkan ilmu tersebut dalam praktek fisioterapi dan bagi para pembaca,
diharapkan dapat memanfaatkan protap ini dengan sebaik-baiknya dalam
menambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/arenazz/glasgow-coma-scale-gcs-10544154
Mawuntu, A. H. (2019). Meninjau kembali Glasgow coma scale:
Masihkah relevan? Majalah Kedokteran Neurosains Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 36(3). https://doi.org/10.52386/neurona.v36i3.80
Wuysang, D., & Bahar, A. (2015). PEMERIKSAAN DERAJAT
KESADARAN (GLASGOW COMA SCALE) DAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR
(MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)). Fakultas Kedokteran –
Universitas Hasanuddin. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2015/08/Manual-CSL-IV-Pemeriksaan-Derajat-Kesadaran-
Fungsi-Kortikal-Luhur.pdf
https://www.glasgowcomascale.org/gcs-aid/