Fisiologi
Cairan otak atau Liquor Cerebrospinalis (Cerebrospinal fluid) disekresi oleh plexus choroideus dan sel-sel ependym (VentrikaI-II) melalui proses ultrafitrasi dari plasma darah kedalam vertikal otak dan secara transport aktif. LCS dari Ven. I-II melalui foramen monroi Ven.III, melalui aquaductus Sylvii Ven.IV, melalui for. Luschhka dan magendi ruang subarachnoid.
FUNGSI:
Sebagai pelindung mekanik (bantalan) terhadap trauma dari luar. Sebagai pengatur volume intrakranial Wadah nutrisi dan saluran ekskretorik untuk metabolik jaringan syaraf.
Indikasi LP Meliputi: A. Indikasi diagnostik : Adanya gejala iritasi meningeal (mis: dugaan meningitis, polimelitis, encephalitis, dll) Adanya dugaan perdarahan subarachnoid Kejang-kejang (Tumor otak) Adanya tanda-tanda prnyakit medula spinalis Untuk diagnosa banding antara infark otak dan pendarahan intra serebral. B. Indikasi terapeutik : Pemberian antibiotik Anestesi spinal Untuk mengeluarkan eksudat atau darah dari ruang subarachnoid
Lokalisasi punksi cairan otak: Lumbal punksi (lebih sering) antara L3-L4, pada anak-anak sering L4-L5 Punksi suboccipital Punksi ventrikal pada bayi yang fonatellanya masih terbuka
Setelah dicentrifuge, dilihat Endapan pada tbg 1, dasar tbg mungkin tbg 2 Pemeriksaan sedimen Bentuk eritrosit normal
1. Pemeriksaan cairan otak : Tekanan cairan otak: Dewasa: 100-200 mm H2O Jika tekanan kurang dari 50mm H2O atau lebih dari 250mm H2O: abnormal Anak-anak: 50-100mm H2O Tekanan LCS meningkat akibat: Meningitis, Tumor/abscess/oedema otak. Perdarahan intracranical, sumbatan canalis cerebrospinalis, hidrosefalus dsb. Tekanan awal >250mm H2O menunjukkan peningkatan tek intrakranial. Peningkatan awal tanda khas cryptococcal meningitis (hayward, 1987). Penurunan tekanan cairan: shock, dehidrasi atau berkurangnya cairan otak.
Makroskopis:
Normal Warna jernih seperti kristal, tapi dapat juga ditemukan pada meningitis TBC, Cerebral sifilis dan poliomielitis. Warna keruh akibat adanya pus, darah, bilirubin atau bakteri Cairan otak Xanthochrome warna pink, orange atau kuning mengarah pada sel eritrosit lisis dan penghancuran hemoglobin.Umumnya ditemukan pada perdarahan subarachnoid. Warna Xanthochrome sering disertai kadar protein > 150 mg/dl, sel eritrosit >100.000/mm3,bilirubin > 15mg/dl FROINS SYNDROME: Protein tinggi Pleositosis limfositik Mudah membeku karena banyak fibrinogen
BEKUAN: (N) cairan otak tidak ada bekuan Bekuan halus Meningitis TBC Bekuan lebih kasar meningitis purulent Bekuan massif Subarachnoid tersumbat Tidak terjadi bekuan ensefalitis dan poliomielitis
KEKERUHAN: Bandingkan tabung berisi LCS dengan tabung berisi aquadest. (N): jernih Pleositosis tidak selalu disertai adanya kekeruhan mis: Encefalitis M.TBC M. Sifilitika Poliomielitis. < 200 sel/ul tidak terkihat kekeruhan 200 500 sel/ul sedikit keruh > 500 sel/ul kekeruhan jelas
3. MIKROSKOPIS
Menghitung jumlah sel : Hitung jumlah lekosit 30 menit setelah punksi, karena lekosit cepat lisis. Orang dewasa (N) : 0 5 sel/ul, bila >10 abnormal Anak- anak : 0 30 sel/ul PLEOSITOSIS : jumlah sel lekosit yg tinggi. Mis: 200 sel/ul Ple. Ringan pada: Poliomielitis, ensefalitis, M.TBC dan M. sifilitika 500 sel/ul : M. Purulenta akut ALAT dan BAHAN: - K. Hitung Fuchs Rosenthal atau K.H. IN - Pipet lekosit - Reagen : Lar. Turk pekat CARA: 1. Cari K.H dbawah mikroskop, objektif 10x 2. Isap larutan Turk pekat sampai garis 1 pada pipet lekosit 3. Isap cairan otak sampai garis 11 4. Kocok, buang 3 tetes dan isi kamar hitung tunggu 5 menit 5. Hitung dalam seluruh bidang
K.H.FR
RUMUS:
MENGHITUNG JENIS SEL. Bila jumlah hitung sel <50sel/ul sediaan apus utk hitung jenis tdk perlu Tapi dalam KH dibuat perbandingan sel PMN dan MN (N): limfosit (MN) 60 70 %. CIRI: bulat kosong, tidak ada inti dalam sel (PMN) CIRI: inti sudah hancur, ditengah sel spt ada Kotoran. Dominan sel netrofil : M. bakteri piogen, meningoencefalitus virus. Dominan sel monosit dan/atau limfosit: meningoencefalitis virus , M. Jamur, tbc, Lues dan Multipel sclerosis. Kombinasi sel dominan : M. bakterial subacut, reaksi meningeal aseptik virus dan M.tbc/jamur. Bila jumlah sel > 50sel/ul buat sediaan apus. Cara: Lcs disentrifuse (1500 RPM, 10 menit) endapan 1 tetes pada kaca objek sedian apus, keringkan pewarnaan Wright atau Giemsa, hitung dlm 100 sel *BAKTERIOSKOPI: Gram & Ziehl-Nielsen
2.PEMERIKSAAN KIMIA.
Yg paling sering: Pem. Kadar protein Pem. Kadar glukosa Pem. Kadar chlorida PEM. PROTEIN: - Paling Penting - Cara kualitatif dan kuantitatif - Bila ada darah tdk bermakna * KUALITATIF : tes Nonne & Pandy (bed side test) TEST NONNE atau Nonne Apelt / Ross Jones - Tujuan: menilai ada/tidaknya globulin - Reagen: Rq.nonne (lar NH4 sulfat - Alat: 1 tabung serologis - Prinsip Rx: Globulin(LCS) + NH4 sulfat cincin putih - Cara: tbg serologi diisi 1ml Rq. Nonne kemudian teteskan melalui dinding Tbg 1ml LCS cincin putih diantara 2 cairan ( globulin meningkat)
TEST PANDY. Tujuan: menilai ada tidaknya albumin dan globulin Reagen: Rq. Pandy (Lar. Fenol dalam air) Alat : 1 tabung serologis Prinsip Rx: Albumin&globulin + lar. Fenol kekeruhan Cara: 1ml Rq. Pandy dlm tbg serologi + 1 tetes LCS keruh Pelaporan: (+) : keruh jelas (protein meningkat) ( -) : Tdk ada kekeruhan. (N) tidak keruh/halus
* KUANTITATIF: Fotokolorimetri atau Turbidimetri (lebih bermakna dari kualitatif) Protein : Ventrikel 5- 15mg/dl Cysterna magna 10-15mg/dl Lumbal 15-40mg/dl Bila protein 200 1000mg/dl: M. Purulenta, Perdarahan subarachnoid/sumbatan(Syn.Froin)
*PEM.GLUKOSA: LCS segar. (N): 50-80mg/dl ( dari plasma) Menurun: M. purulenta. Menetap: encefalitis, tumor, normal dan neurosifilis *PEM.CHLORIDA: Lebih tinggi dari plasma. (N):118132mEq/l Hipoklorida sering pada meningiti Meningkat pada M. baterial.
*LACTATE:
*PEM.SEROLOGIS: Neurosifilis : VDRL, fluorescent treponemal antibodi (FTA). Tes-tes kimia pada Meningitis TBC : Tes menurut Levinson : 90% penderita meningitis tuberculosis memberikan hasil positif Tes Triptofan : hasil positif pada 95 % pada kasus meningitis
Tabel nilai normal LCS Tekanan H20 Volume Berat Jenis Sel (terutama limfosit) Protein Albumin 70% Alfa-1 globulin Alfa-2 globulin Beta globulin Gamma globulin 70-150 mm 90-150 ml 1.006-1.008 0-5 sel/mm 20-50 mg/dl 50-
144-154
Kreatinin Kolesterol Glukosa Glutamin Asam 5-Hydroxyindol asetat mg/dl Besi Laktat Tiroksin Urea Asam urat Seng
0.5-1.2 mg/dl 0.2-0.6 mg/dl 50-80 mg/dl 6-16 mg/dl 1.5-4.5 1-2 mg/dl 10-18 mg/dl 0.1-0.2 mg/dl 6-16 mg/dl 0.5-4.5 mg/dl 2-6 mg/dl
N atau agak
N atau
N atau sedikit
N ata sedikit
Jernih/ sedikit 10-500 (TU. keruh ; Limfosit) Koagulum sarang labalaba N atau sedikit Jernih N atau sedikit N atau Jernih kadang ada Koagulum Mengandung darah/Xantro kromik Biasanya jernih/kadang Xantokromik BL PROT N atau bisa 25-2000 (TU. Limfosit) Banyak eritrosit Biasanya N bisa SPI 50
Biasanya
50-500
Sering < 40
N 25-400 15-75
N N
50-1000
N atau
N atau sedikit
Tubuh manusia terdiri dari:1.tubuh tanpa jaringan lemak:air, tulang dan jaringan tanpa lemak 2.jaringan lemak: orang gemuk sedikit mengandung air banding orang kurus Distribusi air: I.C.F: 40% dari BB E.C.F: 20% dari BB : Plasma darah : 4% Interstitial : 11%: di antara sel, dlm tulang, Jaringan ikat Transeluler: 1% : LCS dan rongga serosa Intra okuler, pleura, Peritoneum dan sinovial Komposisi: I.C.F: kation (penting)K+ dan magnesium Anion (utama) fosfat organic, protein,sulfat Intersitial (= plasma): kation (penting) Na+, kalsium Anion (penting) Cl-, HCO3
Organ utama pengatur keseimbangan cairan dan elektrolit : Jantung, ginjal, hati dan paru. Osmolaritas cairan: Osmolaritas plasma volume sel berkurang (kekurangan air) Osmolaritas plasma volume sel (kel. air)
ASPEK PATOLOGIS Causa kekurangan air intrasel: 1.Primer (faal ginjal normal)
A.Intake tdk mencukupi: koma, disfagia Ggn. Mental B.Kehilangan berlebihan: kulit: keringat, luka bakar Sal cerna: muntah, diare C.Ggn. Osmoreseptor di otak: idiopaik Kerusakan otak: tumor otak, encefalitis,hidrosefalus
Kekurangan garam: Causa: 1.kehilangan non renal A.Sal. cerna: muntah, diare B. kulit : keringat, luka bakar C. Paracentesis, thoracocentesis 2.Kehilangan lewat ginjal A.Tanpa ggn ginjal intrinsik - diuresis osmotik - obat diuretik - insufisiensi adrenal primer B. Ggn ginjal intrinsik - gagal ginjal akut - gagal ginjal kronik dgn hilang Na Gejala: Anoreksia, mual, pusing Tek. Vena jugularis , oligouria dll Laboran: Na
Kelebihan garam Causa: gagal jantung, Penyakit hati Gagal ginal, N.S Gejala: oedema, Ht (N) Nacl urin Penetapan Na: Fotometer Ion selective electrode
Kalium. Pergerakan ion k antara intrasel dan ekstrasel dipengaruhi pH dan insulin. Kalium : apatis, lemah Parestesi,tetani, ggn ritme jantung Kelumpuhan yg lemas (flaccid)
Causa: A.Diet kurang K B.Kehilangan ion K: a.sal.cerna: muntah, diare,pencahar b.ginjal: alkalosis metabolik, obat diuretik, aldosteronism c.Cusshing sidrom (hiperfungsi kortek adrenal) d. Insulin berlebih Kalium : causa: intake berlebihan Ekskresi melalui ginjal : Gagal ginjal Adrenal insufisiensi Luka bakar, trauma, sepsis Hiperkalemia menyebabkan potensial membran eksitasi menurun,akibatnya syaraf dan otot sangat peka cardiac arrest.
CHLORIDA.
CL: pemberian KCL berlebih Keadaan hiperventilasi. CL: muntah2, cushing sindrom, diare yg hebat
KALSIUM(Ca). Ca: hiperparathyroidisme, tumor paratiroid Sarcoidosis, intoksikasi vitamin D Ca: sindroma hiperventilasi (akut alkalosis)