Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT SCABIES DI PONDOK


PESANTREN AL-AMIN LUBUK DALAM
KABUPATEN SIAK
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

Nur Dwi Febriyanti


NIM : 17011093

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit siknifikan bagi kesehatan masyarakat
karena merupakan contributor yang subtansial bagi morbiditas dan mortalitas global. Prevalensi
scabies diseluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun (Nugraheni 2016).

Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan sarcoptes scabie
varhominies. Kejadian scabies dinegara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi atau
peningkatan distribusi, prevelensi dan kejadian infeksi parasite pada kulit ini tergantung dari area
dan populasi yang diteliti.

Di dunia ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies.banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit scabies antara lain : social ekonomi yang rendah,
hygiene yang buruk, hubungan sexual yang sifatnya promiskuitas. Kesalahan diagnosis dan
perkembangan demografi serta ekologi penyakit ini dapat dimasukkan kedalam P.H.S ( penyakit
hubungan sexual).

Kejadian scabies pada tahun 2011 berprevalensi tinggi di beberapa Negara diantaranya
mesir diperoleh (4.4%), Nigeria (10.5%), mali (4%), Malawi (0.7%) dan Kenya (8.3%), insiden
tertinggi terdapat pada anak-anak dan remaja (WHO tahun 2012)

Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan penderita scabies sebesar 6.915.135 (2,9%) dari
jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2012 yang
jumlah penderita scabies diperkirakan sebesar 3,6% dari jumlah penduduk. (Depkes RI,2012).

Di kota pekanbaru kejadian penyakit scabies dengan jumlah sebanyak 1.257 kasus
menduduki urutan keempat tertinggi setelah kabupaten Indragiri hilir dengan 3.246 kasus,
kabupaten Kampar dengan 1.779 kasus dan kabupaten Siak dengan 1.514 kasus scabies.

Prevalensi skabies juga terkait erat dengan hygiene dan sanitasi yang ada di lingkungan
sekitar. Masalah sanitasi lingkungan dan hygiene masih kurang memadai sehingga prevalensi
penyakit skabies masih tinggi di Indonesia.

Menurut Brownell pengertian Hygiene adalah cara manusia untuk menjaga dan memelihara
kesehatannya. Sedangkan menurut gosh arti hygiene adalah suatu ilmu dibidang kesehatan yang
meliputi semua faktor yang mendorong terwujudnya kehidupan yang sehat, baik individu
maupun masyarakat.

Menurut Hopkins mengatakan bahwa sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan. Sedangkan menurut dr. Azrul
azwar,MPH tahun 2000 mengatakan sanitasi merupakan cara pengawasan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Penyakit berbasis lingkungan seperti salah satunya adalah penyakit Skabies masih sering
dijumpai ditempat-tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan sekitar
sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Begitupun sebaliknya, jika lingkungan sekitar
kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit salah satu nya adalah penyakit
kulit. Bakteri, jamur, dan juga virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Berkurangnya
air bersih khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit
seperti skabies dan lebih parahnya bisa ke mata juga. Hal ini terjadi dikarenakan bakteri yang
selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang.

Hasil studi dari Fernawan, menyatakan bahwa penyakit kulit sering menyebar dalam
anggota keluarga, satu asrama/pondok pesantren, kelompok anak sekolah, pasangan seksual
bahkan satu kampung atau desa.

Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk sistem pendidikan yang menetapkan sistem
pondok dan pesantren, dimana diajarkan tentang pendidikan agama islam dan pendidikan formal
dengan standar umum system pendidikan yang ada di Indonesia atau kita lebih mengenal
pendidikan madrasah (Departemen Agama RI 2003). Banyaknya santri yang ada di pondok yang
tinggal diasrama membuat para santri lebih mudah untuk terserang masalah kesehatan sehingga
berkemungkinan besar untuk terjadinya suatu penyakit. Penyakit yang biasa terjadi adalah
penyakit menular yang berbasis lingkungan. (Depkes 2000).

Perilaku hidup bersih dan sehat di pondok pesantren terutama kebersihan perseorangan pada
umumnya masih sangat kurang mendapatkan perhatian dari santri. Faktanya sebagian pondok
pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan wc yang kurang bersih,
lingkungan yang lembab, dan juga sanitasi yang buruk. Ditambah lagi dengan perilaku yang
tidak sehat, seperti menggantung pakaian dikamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita
dijemur dibawah terik matahari, dan juga saling bertukar pakaian dan benda pribadi, seperti
handuk dan juga sisir. Tinggal dan menetap bersama dengan sekelompok orang seperti dipondok
pesantren memang memiliki resiko yang tinggi untuk tertular berbagai penyakit apalagi penyakit
kulit salah satunya skabies, penularan bisa terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan tidak terjaga dengan baik.

Pondok pesantren Al-amin merupakan sekolah islam yang berada di wilayah Lubuk Dalam
Kabupaten Siak. Pondok pesantren ini telah berdiri lebih kurang 10 tahun dan sudah memiliki
santri sebanyak lebih kurang 200.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa santri
yang tinggal di pondok pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak, didapat hasil bahwa 5
dari 10 santri menderita keluhan penyakit skabies. Keluhan penyakit skabies yang sering
diderita para santri berupa timbulnya ruam berupa bintik-bintik merah di sela jari, dibawah
ketiak, panggul, telapak kaki dan bagian kulit yang sering tertutup dan lembab, dan juga timbul
rasa gatal. Dari survey pendahuluan juga melihat kondisi sanitasi dasar yang kurang baik, dengan
kondisi air diasrama yang terkadang keruh, saluran pembuangan air limbah yang terbuka, dilihat
dari personal hygiene santri masih banyak yang menjemur pakaiannya didalam kamar, handuk
yang tidak dijemur dibawah terik sinar matahari.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang dapat
dikemukakan adalah “Bagai manakah Hubungan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun
2021?

1.3. Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimanakah distribusi frekuensi personal hygiene di asrama Pondok Pesantren Al-
Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021?

1.3.2 Apakah ada kaitan sanitasi lingkungan di asrama dengan kejadian penyakit skabies di
Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021?

1.3.3 Bagaimanakah hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021?

1.3.4 Bagaimanakah distribusi frekuensi kejadian penyakit skabies di asrama Pondok Pesantren
Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.

1.4. Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya besarnya hubungan hygiene dan sanitasi lingkungan kejadian penyakit


skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi personal hygiene di asrama Pondok Pesantren


Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.
1.4.2.2 Diketahuinya sanitasi lingkungan di asrama dengan kejadian penyakit skabies di
Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.

1.4.2.3. Diketahuinya hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
penyakit skabies di Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.

1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian penyakit skabies di asrama Pondok


Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak tahun 2021.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan


Dinas kesehatan diharapkan agar lebih memperhatikan dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan dan kehidupan para santri baik dari segi
kesehatan dan juga sarana dan prasarana di pondok pesantren.

2. Bagi Pondok Pesantren


Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukkan serta memberikan informasi bagi
pondok pesantren, puskesmas atau pemerintah agar lebih memperhatikan kehidupan
santri ditinjau baik dari segi kesehatannya maupun pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana di pondok pesantren.

3. Bagi Santri
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi santri dan juga bisa
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan terutama berkaitan dengan
pentingnya memelihara kesehatan perseorangan dan juga dapat meningkatkan
pemahaman tentang sanitasi dasar.

4. Bagi STIkes Hangtuah Pekanbaru


Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan menambah wawasan bagi
Mahasiswa/I STIkes Hangtuah Pekanbaru mengenai personal hygiene dan sanitasi
lingkungan dengan kejadian penyakit skabies.

5. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dan juga dapat menambah wawasan dan ilmu Pengetahuan bagi
Peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dibangku kuliah
Khusunya untuk mencegah penyakit skabies dan menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada penghuni asrama di Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk
Dalam untuk membahas antara variabel independen yaitu personal hygiene (kebersihan
kulit, kuku, tangan, dan kaki, kebersihan handuk, pakaian, dan kebersihan lingkungan
sekitar) dan juga perilaku penghuni asrama terhadap sanitasi dasar (sarana air bersih, sarana
pembuangan limbah dan sarana pembuangan sampah) dengan variabel dependen yaitu
kejadian penyakit skabies di asrama Pondok Pesantren Al-Amin Lubuk Dalam Kabupaten
Siak tahun 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Scabies

2.1.1. Defenisi

Scabies adalah penyakit kulit yang di sebabkan oleh investasi dan sentisasi terhadap
sarcoptes scabiei var ,homeminis dan produknya (Derber,1971)

Menurut Soedarto tahun 2009 scabies adalah infeksi kulit yang di sebabkan sarcoptes
scabiei tungau (mite) berukuran kecil yang hidup di dalam kulit penderita .tungau yang tersebar
luas di seluruh dunia ini dapat di tularkan dari hewan kemanusia dan sebaliknya .tungau ini
berukuran 200-450 mikron,berbentuk lonjong ,bagian dorsal konveks sedangkan bagian ventral
pipih .

Menurut Harahap 2000 penyakit scabies di sebut juga detheitch ,seven year itch ,Norwegian
itch ,gudikan,gudig ,gatal agogo ,budukan dan penyakit ampera.

2.1.2. Epidemiologi Scabies

Scabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat .penyakit ini banyak di
jumpai pada anak dan orang dewasa muda ,tetapi dapat juga mengenai semua umur .insendesi
samapada pria dan wanita.insendesi scabies di Negara berkembang menunjukkan siklus fluktasi
yang sampai saat ini belum dapat di jelaskan .interval antara akhir dari suatu epidemic dan
permulaa epidemic berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.beberapa faktor yang dapat membantu
penyebaraannya adalah kemiskinan ,hygin yang jelek ,seksual promiskwitas ,diagnosis yang
salah ,demografi ,ekologi,dan drajat sensitasi individual .selain itu faktor penularannya bisa
melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur,lewat pakaian ,perlengkapan tidur dan benda lain-
lainnya .seperti yang terjadi di pondok pesantren .sebagian besar santri mempunyai kebiasaan
untuk bertukar pakain ,alat sholat ataupun alat mandi degan teman sehingga penyebaraab penykit
scabies menjadi sangt mudah mengingat salah satu penyebab penularan scabies adalah hygin
yang jelek (Djuanda,2007)

2.1.3.Etiologi Scabies

Scabies (bahasa latin =keropeng ,kudis ,gatal ) di sebabkan oleh tungau kecil berkaki
delapan (Sarcoptes scabiei ) dan di dapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain
yang menderita penyakit ini .penularan penyakit ini sering kali terjadi saat berpegangan tangan
dalam waktu yang lama dan dapat di katakana penyebab umum terjadinya penyebaran peyakit ini
(Harahap ,2000)

2.1.4. Patogenesis

Kelainan kulit dapat d sebabkan tidak hanya dosebkan oleh tungau scabies ,tetapi juga
dapat di sebabkan oleh penderita sendiri akibat garukan yang mereka lakukan .garukan tersebut
di lakukan karena adanya rasa gatal .gatal yang terjadi di sebabkan sensitisasi terhadap sekkreta
dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi .pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermaritis dengan di temukannya papul ,vesikel ,urtika dan lain –
lain ,dengan garukan dapat timbul erosi ,ekskoriasi ,krusta dan infeksi skunder (Djuanda 2007).

2.1.5. Penularaan penyakit scabies

Scabies di tularkan dari seseorang penderita pada orang lain melalui kontak langsung yang
erat, misalnya antara anggota keluarga, antara anak-anak penghuni panti asuhan yang tidur
bersama-sama di satu tempat tidur. Penularannya biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh larva ( Soedarto, 2009) .

2.1.6. Gejala Klinis

Ada empat tanda cardinal pada penderita penyakit scabies :

1. Pruritusnokturna artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok misalnya dalam sebuah keluarga,
anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangganya yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal dengan keadaan Hiposensitiasi, yang seluruh anggota keluarga nya
terkena. Walaupun mengalami investasi tungau tetapi tidak memberikan gejala. Penderita
ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
3. Adanya terowongan (Kunikulus) tempat predileksinya biasanya merupakan tempat
dengan setratum kornium yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, bagian vital, bokong, perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan, dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling penting. Karena dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.2. Personal Hygiene

2.2.1. Definisi

Menurut Entjang 2001 personal hygiene adalah upaya dari seseorang untuk memelihara
dan mempertinggi derajat kesehatan sendiri.

Menurut Uliyah dan Hidayat 2008 personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik fisik maupun psikologis.

Menurut Potter dan Perry 2005 personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurangnya perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi Personal hygiene

Menurut Uliyah dan Hidayat 2008 personal hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :

1. Budaya
2. Nilai social pada individu atau keluarga
3. Pengetahuan terhadap diri
4. Presepsi terhadap perawatan diri

2.2.3. Jenis- Jenis Personal Hygiene


Jenis-Jenis personal hygiene menurut Pery dan Potter tahun 2005 dibedakan menjadi dua
yaitu :

1. Berdasarkan waktu
a. Perawatan dini hari
Perawatan dini hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada saat bangun tidur,
untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam pemeriksaan.
b. Perawatan pagi hari
Merupakan perawatan yang dilakukan setelah melakukan pertolongan pertama dalam
merapikan tempat tidur.
c. Perawatan siang hari
Merupakan perawatan yang dilakukan setelah melakukan perawatan diri antara lain
mencuci muka, dan tangan, membersihkan mulut dan merapikan tempat tidur.
d. Perawatan menjelang tidur
Perawatan yang dilakukan menjelang tidur agar dapat beristirahat dengan tenang.
Seperti mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah
punggung.

2. Berdasarkan tempat
a. Perawatan pada kulit
Salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai
kuman atau trauma sehingga diperlukan perawatan adekuat dalam mempertahankan
fungsinya.
Fungsi kulit :
1) Proteksi tubuh
2) Pengaturan tempratur tubuh
3) Pengeluaran pembuangan air
4) Sensasi dari stimulus lingkungan
5) Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit
6) Memproduksi dan mengabsorsi vitamin D

Faktor yang mempengaruhi perubahan dan kebutuhan pada kulit :


1) Umur
2) Jaringan kulit
3) Kondisi atau keadaan lingkungan

b. Mandi
Bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat, dan sel
yang mati serta merangsang sirkulasi darah dan membuat rasa nyaman.

c. Perawatan pada kaki dan kuku


Untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan cedera jaringan lunak.
Integritas kaki dan kuku ibu jari penting untuk mempertahankan fungsi normal kaki
sehingga orang dapat berdiri dan berjalan dengan nyaman.

d. Perawatan rambut
Yang memiliki fungsi sebagai proteksi dan pengatur suhu. Perawatan ini bermanfaat
mencegah infeksi daerah kepala.

e. Perawatan gigi dan mulut


Bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya. Sebab melalui organ ini
berbagai kuman dapat masuk.

f. Perawatan perineal wanita


Meliputi genitalia external. Biasanya dilakukan selama mandi. Perwatan perineal
mencegah dan mengontrol penyebaran infeksi, mencegah kerusakan kulit,
meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan kebersihan.

g. Perawatan perineal pria


Memerlukan perhatian khusus selama perawatan perineal, khususnya bila dia tidak di
sirkumsisi. Foreskin menyebabkan sekresi mengumpul dengan mudah disekitar
mahkota penis dekat meatus uretra.
2.3. Sanitasi

2.3.1. Definisi

Menurut WHO (World Health Organisation) sanitasi adalah suatu usaha yang mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik ysng berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal
yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup
(Yula, 2006) .

Slamet tahun 2001 mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan pada
pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor lingkungan manusia seperti :

1. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.
2. Pembuangan kotoran manusia, air buangan, dan sampah.
3. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.
4. Makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.
5. Anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.
6. Kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan manusia.
7. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya kepada
masyarakat sekitar.

2.2.2. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Menurut Entjang tahun 2000, hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan
lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki
atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi :

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun kwantitasnya.
b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.
c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah tersebut
menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti: lalat,nyamuk.

Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama yaitu megusahakan cara
hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang
sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia,
sementara hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan
(Kusnoputranto, 2000).

2.2.3. Sarana Air Bersih

Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan unsur yang sangat dibutuhkan
dalam berlangsungnya kehidupan ( Sayyid Qutbh).

Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena
air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Slamet, 2004).

Menurut Notoatmodjo tahun 2003, penyediaan air bersih harus memenuhi syarat yaitu:

1. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening, tidak
bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
2. Syarat bakteriologis : air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri pantogen.
3. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam
air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Menurut Chandra (2006) air dibedakan menjadi tiga berdasarkan letak sumbenya yaitu :

1. Air angkasa
Air angkasa atau lebih dikenal air hujan merupakan sumber air dibumi. Walau pada saat
presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu
dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbondioksida,
nitrogen, dan ammonia.
2. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk,
raw ,terjun, dan sumur permukaan, sebagian berasal dari air hujanyang jatuh ke
permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemarah baik melalui
tanah, sampah, maupun yang lainnya.
3. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi
secara alamiah. Proses-proses yang telah di alami air hujan tersebut, didalam perjalannya
ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkanair
permukaan.

2.2.4. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan
kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, daan tidak menjadi penyebab atau penyebar
penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan
sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori
lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen
penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupundari peralatan yang
terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkin tinja atau kotoran yang
mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran pernafasan (Dirjen P2M & PL,
1998).

2.2.5. Sarana Pembuangan Sampah

Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan dengan
aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter
kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000).
Jenis-jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu: sampah kering, sampah basah,
sampah berbahaya beracun (Pansimas, 2011).

a. Sampah kering
Sampah kering, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai seperti
gelas, besi, plastik.
b. Sampah basah
Sampah basah, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun, ranting dan bangkai binatang.
c. Sampah berbahaya beracun
Sampah berbahaya beracun, yaitu sampah yang karena sifatnya dapat
membahayakan manusia seperti, sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah
nuklir, batu baterai bekas.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan estetika atau keindahan lingkungan
menjadi kurang enak dipandang mata seperti banyaknya tumpukkan dan banyak nya betebaran
sampah sahingga mengganggu kesegaran udara dan kebersihan lingkungan masyarakat.
2.3. Kerangka Teori

Variabel independen Variabel Dependen

Personal Hygiene:

1. Kebersihan tangan dan kuku


2. Kebersihan pakaian
3. Kebersihan kulit
4. Kebersihan handuk
Kejadian Scabies

Sanitasi Lingkungan

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat di kerangka konsep dirumuskan hipotesa penelitian


sebagai berikut:

1. Adanya hubungan kebersihan kulit dengan keluhan penyakit kulit pada santri di Pondok
Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
2. Adanya hubungan kebersihan tangan dan kuku dengan keluhan penyakit kulit pada santri di
Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
3. Adanya hubungan kebersihan pakaian dengan keluhan penyakit kulit pada santri di
Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
4. Adanya hubungan kebersihan handuk dengan keluhan penyakit kulit pada santri di Pondok
Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
5. Adanya hubungan sarana air bersih dengan keluhan penyakit kulit pada santri di Pondok
Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
6. Adanya hubungan sarana pembuangan kotoran (jamban) dengan keluhan penyakit kulit
pada santri di Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
7. Adanya hubungan sarana pembuangan sampah dengan keluhan penyakit kulit pada santri di
Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan
desain yang digunakan adalah korelasional. Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional
yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat yang
bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2007).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam kabupaten
Siak.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari September – Desember 2020.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi disebut juga “universe”, adalah keseluruhan subjek / elemen/ unit/ anggota/ item
(misalnya manusia) dari sebuah riset (Murti, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah
santri yang ada di Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam kabupaten Siak yaitu sebanyak 250
santri yang terdiri dari santri yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dipelajari dalam suatu penelitian dan
hasilnya akan dianggap menjadi gambaran bagi populasi asalnya, tetapi bukan populasi itu
sendiri (Wikipedia).

Berdasarkan populasi diatas besar sampel pada penelitian dihitung dengan menggunakan
rumus slovin (Sugiyono,2011), sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N ( e)
Keterangan :

n = ukuran sampel/jumlah responden

N = ukuran populasi

e = persentase dengan kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa
ditolerir, e = 0,1

Didalam rumus slovin ada ketentuan bahwa :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik slovin adalah 10-20% dari populasi

Jumlah populasi dipenelitian ini adalah 250 santri, sehingga persentase kelonggaran yang
digunakan adalah 10 % dan hasil perhitungannya dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian
maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:

250
n= 2
1+ 250(10)

250
n=
3,5

n = 71, 42, disesuaikan oleh peneliti menjadi 72 responden.

3.4. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan teknik sampling acak (random sampling technique)
yaitu pengambillan sampel dari populasi dengan cara acak dan proporsional yang tersebar pada
santri laki-laki maupun perempuan. Dalam teknik ini, setiap anggota dari populasi mempunyai
pwluang probabilitas yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi
lingkungan.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit scabies.

3.5.3. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Hasil
Operasional Ukur data ukur
Variabel independen
1. Hygiene Upaya dari tiap- Kebersihan Kuesio Ordinal 0.tidak
tiap santri untuk perora gan ner melakuk
menjaga yang an
kebersihan diri, meliputi : personal
yang meliputi 1.Kebersiha hygiene
kebersihan kulit, n kulit yang
kebersihan 2.kebersiha baik
pakaian, n pakaian
kebersihan tangan 3.kebersiha 1.melaku
dan kuku, n tangan kan
kebersihan dan kuku personal
handuk. 4.kebersiha hygiene
n handuk yang
baik
2. Sanitasi Sanitasi Sanitasi Kuesio Ordinal 0.tidak
lingkungan lingkungan lingkungan ner memenu
merupakan yang ada hi syarat
bagaimana dipondok sanitasi
sanitasi dasar pesantren dasar
yang ada meliputi:
dipondok 1.Sarana air 1.memen
pesantren apakah bersih uhi
sudah memenuhi 2.Sarana syarat
syarat apa tidak pembuanga sanitasi
yang meliputi: n kotoran dasar
sarana air bersih, (jamban)
sarana 3.Sarana
pembuangan pembuanga
kotoran(jamban), n sampah.
dan sarana
pembuangan
sampah.
Variabel Dependen
1. Kejadian Penyakit kulit Data Rekam kuesio Ordinal 0.Tidak
Scabies infeksi atau Medis ner terkena
dikenal dengan Puskesmas penyakit
kudis/gudik yang Lubuk kulit
dialami oleh Dalam
santri. 1.Ya
terkena
penyakit
kulit
3.6. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi lapangan ke lokasi di Pondok Pesantren Al-
amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak, menyebarkan dan memberikan lembaran
kuesioner kepada para santri atau responden.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pengambilan data di penyakit kulit di Puskesmas
Lubuk Dalam dan data dari Pondok Pesantren Al-amin Lubuk Dalam Kabupaten Siak
berupa Profil dan absensi Santri.

3.6.2. Cara Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika
masalah yang diteliti. Observasi di lapangan secara langsung mengenai hygiene dan
sanitasi lingkungan.

2. Kuesioner
Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data dan menjaring responden atau
santri untuk mengetahui riwayat penyakit kulit pada santri, mengenai hygiene santri
meliputi: kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, serta
kebersihan handuk dan sanitasi lingkungan meliputi: sarana air bersih, sarana
pembuangan kotoran (jamban) dan sarana pembuangan sampah.

3.7. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari penelitian ini kemudian akan dianalisis dengan
menggunakan program aplikasi pengolahan data statistic. Analisi data pada penelitian ini
meliputi:

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi, baik
variabel independen , variabel dependen, maupun deskriptif karakteristik dari
responden (santri).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisiss yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2010). Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan yang signifikan dari kedua variabel penelitian ini, yaitu variabel
independen (hygiene dan sanitasi lingkungan) dan variabel dependen (kejadian
scabies). Yang dianalisis dengan uji statistic chi-square.

3.8. Pengolahan Data

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali data maupun
kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan dari penelitian. Editing dapat dilakukan pada
pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan setelah data terkumpul (Notoatmojo,2012).

2. Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
dari beberapa kategori, coding atau memberi kode data bertujuan untuk membedakan
berdasarkan karakter (Notoatmojo, 2012). Pada penelitian ini menggunakan Coding 0 = Tidak
1= Ya.

3. Entry
Entry adalah mengisi masing-masing jawaban dari responden (santri) dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau software computer (Notoatmojo,2012).

4. Tabulating
Tabuling merupakan mengelompokkan data setelah melalui editing dan coding kedalam
suatu table tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.

3.9. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.9.1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pad a kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2012). Uji signifikan dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam
hal ini nilai n adalah jumlah sampel dan alpha = 0,5. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan
nilai positif , maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali,
2012).
3.9.2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan dengan cara dengan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikata reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali,2012).

Pengukuran Reliabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
dari pertanyaan.
3.9. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN
LUBUK DALAM KABUPATEN SIAK TAHUN 2021

No urut :
Kabupaten : Siak
Provinsi : Riau
Lingkungan :
Tangga wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur : tahun
Alamat :
Personal Hygiene
Kebersihan Kulit

1. Berapa kali anda mandi dalam sehari ?


a. 1 kali
b. 2 kali

2. Bagaimana cara anda mandi ?


a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram dengan air
secukupnya
b. Mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram
sampai bersih

3. Bagaimana kebiasaan anda dalam menggunakan sabun?


a. Memakai sabun sendiri
b. Memakai sabun secara bergantian dengan yang lain

Kebersihan tangan dan kuku


1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?
a. Membasuh kedua tangan dengan air memakai wadah/mangkok lalu tangan
dikeringkan dengan lap
b. Membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua
permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air mengalir
lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih

2. Berapa kali anda memotong kuku?


a. Sekali seminggu
b. Dipotong saat sudah panjang

3. Apakah anda menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi?


a. Ya
b. Tidak

Kebersihan Pakaian
1. Berapa kali anda mengganti baju dalam sehari?
a. 1 kali dalam sehari
b. Tidak pernah

2. Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah di terik matahari?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?


a. Ya
b. Tidak

Kebersihan Handuk
1. Bagaimana kebiasaan anda memakai handuk?
a. Memakai handuk secara bergantian dengan yang lain
b. Memakai handuk sendiri

2. Bagaimana anda meletakkan handuk yang telah dipakai mandi?


a. Digantung dalam kamar
b. Dijemur diluar / dijemuran

3. Bagaimana keadaan handuk anda ketika mandi?


a. Kering
b. Lembab

Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei


1. Berapa kali anda mengganti sprei?
a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 minggu

2. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?
a. Ya
b. Tidak

3. Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal ?


a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 minggu

Keluhan Penyakit Kulit


Apakah dalam beberapa bulan terakhir ini anda pernah mengalami:

a. Kulit yang terasa gatal dengan frekuensi yang berulang-ulang

YA TIDAK

b. Adanya ruam kemerahan (bintil) berisi cairan pada kulit

YA TIDAK

c. Adanya bentol-bentol pada kulit

YA TIDAK

d. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik dan kering

YA TIDAK

Anda mungkin juga menyukai