Disusun Oleh:
Dokter Pembimbing:
Dokter Pendamping:
PROGRAM INTERNSIP
KABUPATEN KAMPAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
yang bejudul “Acute Kidney Injury + Anemia + Hipoalbumin + Infeksi
Puerperalis”.
Penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi salah satu tugas Program
Dokter Internsip Indonesia di RSUD Bangkinang. Terimakasih saya ucapkan kepada
dr.H.Muhammad Budiman,M.Ked(PD),Sp.PD,FINASIM dan dr.Nur Aisyah,M.Kes
atas bimbingan dan arahannya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
laporan kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman saya. Maka dengan
kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan pendamping sekaligus untuk menyempurnakan laporan kasus ini ke
depannya.
Penulis
i
Berita Acara Laporan Kasus
Pada hari ini, tanggal Maret 2022 telah dipresentasikan kasus oleh:
Nama : dr. Yunis Eka Shinta
Judul/ topik :Acute Kidney Injury+Anemia + Hipoalbumin+
Infeksi Puerperalis
Nama Pembimbing : dr. H. Muhammad Budiman, M.Ked(PD),
Sp.PD, FINASIM
Nama Pendamping : dr. Nur Aisyah
Nama Wahana : RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pembimbing Pendamping
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
Kata Kunci:
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal
akut (GGA, acute renal failure) merupakan salah satu sindrom dalam bidang
nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens.
Beberapa laporan dunia menunjukkan insidens yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada
komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 20% pada
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka kematian yang
dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AY
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Dusun II Pasir Jambu Rumbio Jaya
Tanggal MRS : 18 Oktober 2021
Pukul : 19.25 WIB
2.2 ANAMNESA
KeluhanUtama : Sesak Nafas
Telaah :
Pasien datang ke IGD RSUD Bangkinang pada tanggal 18 Oktober
2021 dengan keluhan Sesak nafas disertai Perut terasa semakin membesar
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku perut terasa
nyeri dan tegang, nyeri juga dirasakan di pinggang kanan dan kiri. Pasien
tampak lemas dan pucat. Mual ada, muntah tidak ada, demam tidak ada,
nafsu makan berkurang, Keluhan juga disertai dengan kaki sebelah kanan
bengkak dan bau busuk dari kemaluan. Buang air besar ada, buang air kecil
terakhir 1 hari yang lalu.
Riwayat Persalinan :
Pasien Riwayat SC tahun 2016 di RSIA Norfa atas indikasi ketuban pecah
dini, anak tunggal hidup.
Pasien Riwayat Partus normal di dukun tanggal 19 September 2021, bayi
meninggal.
Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien.
2
KEADAAN UMUM
STATUS PRESENT KEADAAN PENYAKIT
Sensorium : Compos mentis Anemia : +/+
TekananDarah : 110/70 mmHg Edema : -/+ kaki kanan
Temperatur : 36,5 °C Ikterus : Tidak ada
Pernafasan : 26x/menit Eritema : Tidak ada
Nadi : 105x/menit Sianosis : Tidak ada
Turgor : Baik
Dispnoe : ada
Sikap Tidur Paksa: Tidak ada
THORAK
THORAK DEPAN THORAK BELAKANG
Inspeksi Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - Bentuk : Fusiformis
- Dada Tertinggal : Tidak ada - Dada tertinggal : Tidak ada
- Venektasi : Tidak ada - Venektasi : Tidak ada
Palpasi Palpasi
Paru : Paru :
- Nyeri tekan : Tidak ada - Nyeri tekan : Tidak ada
- Fremitus taktil : Kanan = kiri - Fremitus taktil : Kanan = kiri
Jantung :
- Ictus cordis : teraba di ICS V Perkusi
linea midclavikula sinistra 1 jari ke Paru : Sonor
medial, tidak kuat angkat.
3
Perkusi Auskultasi
Paru : Sonor - Suara pernafasan : Vesikuler
- Batas Relatif : ICS V dextra - Suara tambahan : Ronki(-/-),
- Batas Absolut : ICS VI dextra wheezing(-/-)
Jantung :
- Batas jantung atas : ICS II linea
parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri : ICS V 1 jari
medial linea midclavicularis sinistra
- Batas jantung kanan : linea
parasternalis dextra.
Auskultasi
- Suara pernafasan : Vesikuler
- Suara tambahan : Ronki(-/-),
wheezing (-/-)
- Bunyi Jantung : M1 > M2
A2 > A1 P2 > P1 A2 = P2
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi Tampak fistula dari kemaluan (+) bau
Perut tampak cembung, Bengkak (+), busuk (+)
Venektasi (-)
Palpasi : Perut teraba tegang (+) nyeri
tekan epigastrium (-), nyeri tekan seluruh
lapangan perut (+)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
EKSTREMITAS
Ekstremitan Atas Ekstremitas Bawah
Bengkak : Tidak ada Bengkak : kaki kanan
Merah : Tidak ada Merah : Tidak ada
Pucat : ada Pucat : Tidak ada
Gangguan fungsi : Tidak ada Gangguan fungsi : Tidak ada
4
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
18-10-2021
Hematologi
Darah Lengkap
5
Diabetes
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Sar-Cov-2(covid 19)
Antigen
Urinalisa
Ph 6.5 - 6,8-8,0
Protein 3+ - Negatif
6
Glukosa Negatif - Negatif
Eritrosit 3+ - Negatif
Sediment - Negatif
Imuno-Serologi
Fungsi Hati
7
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.1 gr % 13-18
Eritrosit 4.6 10 ˆ6/mmˆ3 3.8-5.8
Leukosit 19.1 10 ˆ3/mmˆ3 5-11
Hematokrit 37.1 % 37-47
MCV 80.1 Fl 80-96
MCH 28.3 Pg 27-32
Trombosit 772 10 ˆ3/mmˆ3 150-450
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Neutrofil Segmen 74 % 50-70
Lymfosit 12 % 20-0
Monosit 4 % 2-8
Cell muda % Negatif
Fungsi Ginjal
Ureum 98 mg/dl 10-50
Creatinin 1.2 Mg/dl 0.5-1.4
2.5 RESUME
Seorang wanita berusia 26 tahun datang dengan keluhan Sesak nafas disertai
Perut terasa semakin membesar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
8
Pasien mengaku perut terasa nyeri dan tegang, nyeri juga dirasakan di
pinggang kanan dan kiri. Pasien tampak lemas dan pucat. Mual ada, muntah
tidak ada, demam tidak ada, nafsu makan berkurang, Keluhan juga disertai
dengan kaki sebelah kanan bengkak dan bau busuk dari kemaluan. Buang air
besar ada, buang air kecil terakhir 1 hari yang lalu. Pasien pernah mengalami
keluhan seperti ini pada tanggal 04 Oktober 2021. Dengan Robekan jalan
lahir yang disertai infeksi. Dirawat di rumah sakit selama ± 3 hari. Dengan
keluhan yang sama. Pasien Riwayat Partus normal di dukun tanggal 19
September 2021, bayi meninggal. Dari pemeriksaan fisik kesadaran compos
mentis, TD : 110/70 mmHg, HR : 105 x/i, RR : 26 x/i, T : 36,5 °C.
2.8 PENATALAKSANAAN
- IVFD NaCl 0,9 % 15 tpm mikro
- Ceftriaxon 1 gr/12 Jam/IV
- Furosemide 1 amp/12 jam/IV
- Metronidazole infus 500 mg/8 jam
- Albumin 1 fls/hari
- Ketocid 3x1
- Transfuse PRC 3 bag – di visite dulu
9
Hasil Follow Up
T : 36,5 °C - Inj.Lansoprazole/24
jam
A : Aki + anemia +
hipoalbumin + infeksi - albumin 1 fls/hari
puerperalis
- ketocid 3x1
BAB III
10
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Definisi gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi mendadak,
dalam beberapa jam sampai beberapa minggu, diikuti oleh kegagalan ginjal untuk
mengekskresi sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai terjadinya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Definisi tersebut tidak menyertakan
batasan tentang parameter yang digunakan dan berapa waktu yang ditetapkan sebagai
kriteria penurunan fungsi ginjal mendadak. Oleh karena itu berbagai definisi klinis
gagal ginjal akut yang diajukan dalam literatur disesuaikan dengan kondisi masing-
masing pasien.
Definisi diagnosis GgGA harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan ginjal
tahap dini dan cukup spesifik untuk menentukan prognosis pasien. sehingga definisi
GgGA harus disertai tahapan-tahapan diagnosis. Kelompok ADQI mengajukan suatu
kriteria dengan memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi perjalanan
penyakit GgGA, yang disebut kriteria RIFLE (Risk- Injury- Failure- Loss- End-
stage renal failure). Kriteria ini pertama kali dipresentasikan pada International
Conference on Continous Renal Replacement Therapies, di San Diego pada tahun
2003, yang kemudian secara luas digunakan baik untuk melakukan penelitian
maupun menetapkandiagnosis dan prognosis pasien.
11
Tabel 1. Kriteria RIFLE Menurut ADQI 6,7
*Keterangan
12
Taha Kriteria serum kreatinin Kriteria produksi urin
p
Catatan : Kadar kreatinin referensi adalah kadar serum kreatinin pasien terendah
dalam 3 bulan terakhir. Seandainya nilai ini tidak diketahui, maka lakukan
pemeriksaan ulang serum kreatinin dalam 24 jam (kadar serum kreatinin yang
pertama dijadikan kadar referensi). Kriteria RIFLE dapat digunakan secara
mudah dan murah untuk menegakkan diagnosis GgGA,dalam praktek klinik,
karena hanya berdasarkan kenaikan kadar kreatinin serum atau penurunan
produksi urin dalam satuan waktu. 3,7
3.2 Epidemiologi
13
Data Epidemiologi mengenai GgGA ternyata sangat jarang dilaporkan,
padahal GgGA merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang
tinggi. Kesulitan dalam membuat data ini antara lain disebabkan tidak ada
keseragaman definisi dan variasi gejala klinik yang sangat luas. Sejak digunakan
kriteria RIFLE, definisi diagnosis menjadi lebih seragam dan lebih sensitif. Hasil
metaanalisis yang dilakukan Tariq Ali, dkk. terhadap penelitian yang
menggunakan RIFLE sebagai kriteria diagnosis menunjukkan ternyata insiden
GgGA jauh diatas yang diperkirakan sebelumnya. Menurut Hoste & Schurgers
tingginya insidensi GgGA merupakan ancaman yang tersembunyi karena angka
kematiannya jauh lebih tinggi terutama bila disertai sepsis atau gagal paru akut
(acute lung injury). Hasil studi literatur yang dilakukan Cerda, dkk. (2008)
menunjukkan adanya perbedaan insiden GgGA pada Negara berkembang dan
Negara maju, baik untuk pasien yang dirawat di rumah sakit maupun pada
populasi umum . Perbedaan ini dipengaruhi oleh letak geografis, penyakit
pandemis, status ekonomi dan budaya setempat. Di negara berkembang, insidensi
GgGA pada populasi umum jarang dilaporkan, karena tidak semua pasien dirujuk
kerumah sakit. Gangguan ginjal akut yang ringan dapat sembuh sendiri diluar
rumah sakit sedang GgGA yang berat sering kali tidak mencapai rumah sakit
karena masalah geografis atau ekonomi. Wang, dkk. di Cina melaporkan angka
kejadian GgGA sebesar 0,54/ 1000 pasien yang dirawat, sedangkan Kohl, dkk. di
India melaporkan 6,6/ 1000 pasien yang dirawat. Angka GgGA yang terjadi di
populasi umum mungkin masih jauh lebih besar. Di negara maju, angka kejadian
GgGA di rumah sakit jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang, dan
umumnya terjadi pada usia lanjut atau pasca operasi jantung. Sedangkan di
Negara berkembang, GgGA lebih banyak terjadi pada usia muda atau anak-anak,
dengan etiologi dehidrasi, infeksi, toksik atau kasus-kasus obstetri. Metaanalisis
yang dilakukan oleh Needham (2005) menunjukkan angka kejadian GgGA di
intensive care unit (ICU) adalah 1-5% dari seluruh pasien yang dirawat di rumah
sakit dan angka kematiannya mencapai 50-70%.
14
Sedangkan metaanalisis yang dilakukan Lamier dengan menggunakan kriteria
RIFLE menunjukkan angka kejadian GgGA di ICU bervariasi antara 5-67% dari
seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit.4,5
3.3 Patogenesis
Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relatif
konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua mekanisme
yang berperan dalam autoregulasi ini adalah:9
Selain itu norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat
mempengaruhi autoregulasi. Pada gagal ginjal pre-renal yang utama disebabkan oleh
hipoperfusi ginjal. Pada keadaan hipovolemi akan terjadi penurunan tekanan darah,
yang akan mengaktivasi baroreseptor kardiovaskular yang selanjutnya mengaktifasi
sistim saraf simpatis, sistim rennin-angiotensin serta merangsang pelepasan
vasopressin dan endothelin-I (ET-1), yang merupakan mekanisme tubuh untuk
mempertahankan tekanan darah dan curah jantung serta perfusi serebral. Pada
keadaan ini mekanisme otoregulasi ginjal akan mempertahankan aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan vasodilatasi arteriol afferent yang
dipengaruhi oleh reflek miogenik, prostaglandin dan nitric oxide (NO), serta
vasokonstriksi arteriol afferent yang terutama dipengaruhi oleh angiotensin-II dan
ET-1. 4,9
Ada tiga patofisiologi utama dari penyebab acute kidney injury (AKI) :
15
- Bladder outlet obstruction (post renal)
Pada hipoperfusi ginjal yang berat (tekanan arteri rata-rata < 70 mmHg) serta
berlangsung dalam jangka waktu lama, maka mekanisme otoregulasi tersebut akan
terganggu dimana arteriol afferent mengalami vasokonstriksi, terjadi kontraksi
mesangial dan penigkatan reabsorbsi natrium dan air. Keadaan ini disebut prerenal
atau gagal ginjal akut fungsional dimana belum terjadi kerusakan struktural dari
ginjal.10
Gagal ginjal akut intra renal merupakan komplikasi dari beberapa penyakit
parenkim ginjal. Berdasarkan lokasi primer kerusakan tubulus penyebab gagal ginjal
akut inta renal, yaitu :
2. Glomerulus ginjal
4. Interstitial ginjal
16
Gagal ginjal akut intra renal yang sering terjadi adalah nekrosi tubular akut
disebabkan oleh keadaan iskemia dan nefrotoksin. Pada gagal ginjal renal terjadi
kelainan vaskular yang sering menyebabkan nekrosis tubular akut. Dimana pada
NTA terjadi kelainan vascular dan tubular. Pada kelainan vaskuler terjadi:
Sepsis-associated AKI
17
Efek hemodinamik pada sepsis dapat menurunkan LFG karena terjadi
vasodilatasi arterial yang tergeneralisir akibat peningkatan regulasi sitokin yang
memicu sintesis NO pada pembuluh darah. Jadi terjadi vasodilatasi arteriol eferen
yang banyak pada sepsis awal atau vasokontriksi renal pada sepsis yang berlanjut
akibat aktivasi sistem nervus simpatis, sistem renin-angiotensus-aldosteron,
vasopressin dan endothelin. Sepsis bisa memicu kerusakan endothelial yang
menghasilkan thrombosis microvascular, aktivasi reaktif oksigen spesies serta adesi
dan migrasi leukosit yang dapat merusak sel tubular renal.11,12
Pada fase awal dari obstruksi total ureter yang akut terjadi peningkatan aliran
darah ginjal dan peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini disebabkan oleh
prostaglandin-E2. Pada fase ke-2, setelah 1,5-2 jam, terjadi penurunan aliran darah
ginjal dibawah normal akibat pengaruh tromboxane-A2 dan A-II. Tekanan pelvis
ginjal tetap meningkat tetapi setelah 5 jam mulai menetap. Fase ke-3 atau fase
kronik, ditandai oleh aliran ginjal yang makin menurun dan penurunan tekanan
pelvis ginjal ke normal dalam beberapa minggu. Aliran darah ginjal setelah 24 jam
adalah 50% dari normal dan setelah 2 minggu tinggal 20% dari normal. Pada fase ini
mulai terjadi pengeluaran mediator inflamasi dan faktor - faktor pertumbuhan yang
menyebabkan fibrosis interstisial ginjal.10,11
18
3.4 Diagnosis dan Etiologi
19
(3) penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (AKI
pascarenal,~5%). Angka kejadian penyebab AKI sangat tergantung dari tempat
terjadinya AKI.
20
Gambar 3. Algoritma untuk menegakkan diagnosis GgGA
21
3.5 Pemeriksaan penunjang
22
Tabel.5 Kelainan Analisis Urin
Komplikasi terkait AKI tergantung dari keberatan AKI dan kondisi terkait AKI
yang ringan dan sedang mungkin secara keseluruhan asimtomatik khususnya saat
awal. Pada tabel berikut dijelaskan komplikasi yang sering terjadi dan penangannya
untuk AKI.
KOMPLIKASI TERAPI
23
Hiperkalemia Batasi asupan kalium (<40 mmol/hari)
Hindari suplemen kalium dan diuretik
hemat kalium Beri resin potassium-
binding ion exchange (kayexalate) Beri
glukosa 50% sebanyak 50 cc + insulin 10
unit Beri natrium bikarbonat (50-100
mmol) Beri salbutamol 10-20 mg inhaler
atau 0,5-l mg lV Kalsium glukonat 10%
(10 cc dalam 2-5 menit)
24
3.6 Penatalaksanaan
A. Terapi Konservatif
Tujuan TPG pada pasien AKI dalam kondisi kritis adalah untuk memberi
bantuan kepada ginjal dan kepada berbagai organ tubuh lainnya supaya kembali
berfungsi. Pasien AKI dalam kondisi kritis membutuhkan cairan, obat-obatan,
maupun nutrisi dalarn jumlah besar. Dengan melakukan TPG, dapat dilakukan
ultrafiltrasi sehingga dapat diberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien. Jadi,
diciptakan lingkungan yang memberi kesempatan kepada tubuh untuk pulih dari
penyakit yang menjadi penyebab kondisi kritisnya. Tujuan tersebut sangat berbeda
jika dibandingkan dengan TPG pada pasien gagal ginjal terminal (chronic kidney
disease) di mana tujuan utamanya adalah mengambil alih fungsi ginjal secara rutin
seumur hidup untuk memperbaiki keadaan azotemia sehingga yang menjadi patokan
25
keberhasilan adalah survival dan kualitas hidup. Pada pasien AKI, indikasi TPG
sangat luas, tergantung dari kondisi klinik yang dihadapi. Saat ini kriteria yang biasa
dipakai menjadi dasar untuk inisiasi dialisis pada AKI adalah gejala klinik kelebihan
cairan dan penanda biokimia tentang terjadinya ketidak seimbangan elektrolit, misal
hiperkalemia, azotemia, atau asidosis metabolik. Berikut adalah kriteria praktis yang
sangat bermanfaat sebagai indikasi inisiasi TPG, sehingga memungkinkan bagi
pasien untuk mendapatkan TPG yang lebih tepat waktu, lebih aman, dan lebih
fisiologis. Terdapat lima kondisi dilakukannya dialisis segera.
3.7 Prognosis
Pasien dengan AKI memiliki resiko yang cukup besar untuk selanjutnya
berkembang menjadi gangguan ginjal kronis. Pasien dengan AKi juga memiliki
resiko tinggi menjadi end-stage renal disease dan kematian prematur. Sehingga,
pasien AKI harus terus di monitor terutama terhadap perkembangan penyakitnya
atau perburukan menjadi gangguan ginjal kronis. Mortalitas akibat GGA bergantung
keadaan klinik dan derajat gagal ginjal. Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua
makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang menyertai, perdarahan
gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk prognosa.
26
Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran
cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan dengan
kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang
menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%, karena itu pencegahan,
diagnosis dini, dan terapi dini perlu ditekankan. 12
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan
tubuh (WHO).
Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami
penurunan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin
dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan dengan
lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin
terpenuhi (Almatsier et al., 2011). Komponen gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin adalah zat besi, sedangkan vitamin C dan protein
membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen heme,
yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011). Sedangkan
menurut WHO. Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi,
terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga
merupakan penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti
malaria, tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit.
27
4.3 Patofisiologi
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal Pada anemia
tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah yang
diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas
sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi
dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia
ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell anemia
defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2.Anemia akibat penghancuran sel darah merah Bila sel darah merah yang beredar
terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah
merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab
anemia hemolitik yang diketahui atara lain:
28
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.
Anemia hemolisis
3. Anemia akibat kehilangan darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut
yang hebat ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis.
Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.
29
5.1 Infeksi Masa Nifas (Infeksi Puerperalis)
5.2 Definisi
infeksi pada dan melalui traktus genitalia setelah persalinan, dimana suhu
38ºC atau lebih, terjadi antara hari ke 2–10 posr partum.14
5.3 Etiologi
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% infeksi nifas adalah
streptococus anaerob yang sebenarnya adalah flora normal jalan lahir Jalan bakteri
masuk kedalam alat kandungan. 14
30
uterine yang terlambat. Organisme penyebab adalah Streptococcus gram positif,
Staphylococcus aureus, Chlamydia, dan Clostridium tetani. 14
• Kurang gizi/malnutrisi
• Anemia
• Higiene
• Kelelahan
Korioamnionitis
persalinan traumatik
Sesak nafas
31
• Tanda
Lekositosis
5.6 Penatalaksanaan
• BerIkan antibiotik broad spectrum dalam dosisi yang cukup dan adekuat
• Segera lakukan kultur (pembiakan) dari secret vagina, luka oprasi, dan darah serta
uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotik yang tepat
• Memperkuat daya tahan tubuh, perawatan sesuai komplikasi yang dijumpai pada
pasien. 14
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Subjek: Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Bangkinang pada tanggal 18
Oktober 2021 dengan keluhan Sesak nafas disertai Perut terasa semakin membesar
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Menurut pengakuan pasien, perut terasa
nyeri dan tegang, nyeri juga dirasakan di pinggang kanan dan kiri. Pasien tampak
lemas dan pucat. Mual ada, muntah tidak ada, demam tidak ada, nafsu makan
berkurang, Keluhan juga disertai dengan kaki sebelah kanan bengkak dan bau busuk
dari kemaluan. Buang air besar ada, buang air kecil terakhir 1 hari yang lalu.
Penjelasan : Pada pasien ini di temukan keluhan sesak nafas, kaki sebelah kanan
edema menunjukkan bahwa ada kelanian sistem asidosis metabolik. Dan pasien
tampak lemas dan pucat serta konjungtiva anemis menunjukkan adanya perdarahan
di dalam tubuh. Perut juga tampak membesar dan tegang riwayat post partum di
dukun, keluhan juga disertai adanya bau busuk dari kemaluan serta buang air kecil
merah menunjukkan ada nya infeksi.
Objective:
Kesadaran : Composmentis
1. Nadi : 105x/menit
2. Nafas : 26 x/menit
33
Pemeriksaan Fisik :
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor refleks
cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
2. Thoraks :
A. Paru
B. jantung
C. Abdomen
Palpasi : Perut teraba tegang, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri tekan seluruh
lapangan perut (+)
34
Perkusi : Redup (+) shifting dullness (+)
D. Genitalia
E. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema pada kaki sebelah kanan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin :
Leukosit : 20.200
Trombosit : 823.000
MCV : 87,0
MCH : 28,9
Eusinofil : 0,4 %
Basofil : 1,2 %
Limfosit : 8,2 %
Monosit : 7,3
35
GDS : 120 mg/dl
Fungsi Hati
SGOT : 14 U/L
SGPT : 9 U/L
Fungsi Ginjal
Urinalisa
Warna : Kemerahan
Ph : 6.5
Leukosit : Negatif
Nitrit : Negatif
Protein : 3+
Glukosa : Negatif
Keton : Negatif
Urobilinogen : Negatif
Bilirubin : Negatif
Eritrosit : 3+
Sediment
Eritrosit : Penuh
36
Leukosit : 0-2
Epitel : 0-2
Kristal : Negatif
Penjelasan :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien Sesak, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 105 kali / menit pernafasan 26 kali/ menit dan edema pada kaki
sebelah kanan. Hal ini sesuai dengan cara menegakkan diagnosis acute kidney injuri
berdasarkan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan tambahan dilakukan pemeriksaan
darah rutin di dapatkan uremia, creatinin meningkat, urinalisa warna merah, protein
3+, eritrosit 3+. Menunjukkan bahwa adanya tanda-tanda peradangan dan infeksi
serta kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan juga konjungtiva anemis,
Dan pemeriksaan laboratorium juga didaparkan hasil Hb rendah, hal ini sesuai
dengan cara menegakkan diagnosis anemia. Pada pemeriksaan laboratorium juga di
dapatkan hasil albumin rendah, hal ini sesuai untuk menegakkan diagnosis
hipoalbumin. Albumin merupakan protein terbesar dalam plasma darah. Perubahan
pada albumin akan menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Pada pemeriksaan fisik
tampak perut cembung, tegang, dan nyeri seluruh lapangan perut. Pemeriksaan
Genitalia tampak fistula dari kemaluan dan berbau busuk, pasien juga riwayat
persalinan normal di dukun dan bayi meninggal. Pada pemeriksaan darah lengkap di
dapatkan hasil leukositosis. Hal ini sesuai dengan cara menegakkan infeksi puerperlis
atau infeksi masa nifas.
37
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan urinalisa yang dilakukan maka diagnosis pada pasien ini adalah Acute
Kidney Injury+ Anemia + Hipoalbumin+ Infeksi Puerperalis.
Planning :
- Albumin 1 fls/hari
- Ketocid 3x1
38
BAB V
KESIMPULAN
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien dengan Acute Kidney Injury +
Anemia + Hipoalbumin + Infeksi Puerperalis adalah terapi medikamentosa, terapi
nutrisi, terapi cairan. Jika terapi tidak adekuat, maka komplikasi yang timbul dapat
berupa gagal ginjal kronik, asidosis metabolik dan kematian.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
12. Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and clas-
sification: time for change?. J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178- 87.
13. Mehta RL, Kellum JA, Shah SV, Molitoris BA, Ronco C, Warnock
DG, et al. Acute kidney injury network: report of an initiative to improve
outcomes in acute kidney injury. Critical Care. 2007,11:R31
14. M.A. Momoh, O.J. Ezugworie and H.O. Ezeigwe (2010) Causes and
Management of Puerperal Sepsis: The Health Personnel View 80 Point
Advances in Biological Research. Am J Soc Nephrol. 4 (3): 154-158.
41