Pembimbing:
Penyusun:
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan sehingga penelitian dengan judul “GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TERHADAP DIETNYA
DI RSUD KOJA JAKARTA UTARA” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
penelitian ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Suzanna Ndraha,
Sp.PD, KGEH, FINASIM selaku pembimbing yang telah memberikan banyak
bimbingan dan waktu luang serta masukan yang sangat berguna dan bermanfaat
selama menjalani proses penelitian ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan yang
Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah
bersedia membantu dalam proses penelitian ini. Semoga penelitian ini juga dapat
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
Pembimbing
,
iii
DAFTAR ISI
iv
2.1.6. Diagnosis Dispepsia ...................................................................... 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Dispepsia yang Belum Diinvestigasi ....................................... 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Alarm pada Dispepsia .............................................. 9
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ........................................................................... 24
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
tahun 1980an. Apabila tidak ada upaya untuk melakukan pencegahan maka
jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun
2040 meningkat menjadi 642 juta penderita.2
8
pada DM merupakan tantangan yang besar supaya tidak terjadi keluhan subyektif
yang mengarah pada kejadian komplikasi.6
9
2. Mengetahui tingkat kepatuhan diet pasien diabetes melitus
Bagi Masyarakat
Bagi Universitas
10
Bagi Peneliti
Penelitian ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan di RSUD Koja
dimana sebelumnya belum pernah dilakukan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
12
2. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk diabetes nonketotik yang tidak terkait
dengan marker HLA kromosom ke-6 dan tidak berkaitan dengan autoantibody sel
pulau Langerhans. Dimulai dengan adanya resistensi insulin yang belum
menyebabkan DM secara klinis. Hal ini diitandai dengan sel β pankreas yang
masih dapat melakukan kompensasi sehingga terjadi keadaan hiperinsulinemia
dengan 12
glukosa yang masih normal atau sedikit meningkat. Pada kebanyakan kasus, DM
ini terjadi pada usia >30 tahun dan timbul secara perlahan. Menurut Perkeni,
untuk kadar gula darah puasa normal adalah ≤ 126 mg/dl, sedangkan untuk kadar
gula darah 2 jam setelah makan yang normal adalah ≤200 mg/dl.
13
2.1.2. Etiologi
2.1.3. Epidemiologi
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari
jumlah penduduk dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat
dalam 10 tahun terakhir.3 Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat dari
6.536.163 jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010. Di
Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di beberapa
tempat yaitu di Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%. 12
14
beban bagi tubulus ginjal dalam absorbsi glukosa, sehingga tidak semua glukosa
diserap, ada sebagian yang dikeluarkan bersama urin atau disebut glukosuria.
Pasien mengalami peningkatan frekuensi berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsi). Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat
menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak sehingga mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk sampingan dari
pemecahan lemak.3
15
Secara garis besar patogenesis DM tipe 2 disebabkan oleh delapan hal berikut :
Pada saat diagnosis DM tipe 2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang.
Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid,
GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.
2. Liver:
Pada penderita DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.
3. Otot:
4. Sel lemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty Acid)
dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis, dan
mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu
sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai
lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan
16
oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent
insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada
penderita DM tipe 2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP.
Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4,
sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat
kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga
mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-
glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat
yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia dan
sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam
keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat
reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4 inhibitor dan amylin.
7. Ginjal:
17
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes baik
yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan
justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat
yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.
Di sisi lain, adanya penyakit akut (seperti infark miokard akut, stroke,
pneumonia, infeksi saluran kemih, trauma fisik/psikis) dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Hal ini menyebabkan lansia yang sebelumnya sudah mengalami
toleransi glukosa darah terganggu (TGT) meningkat lebih tinggi kadar gula darah
sehingga mencapai kriteria diagnosis DM. Tatalaksana kondisi medis akut itu
dapat membantu mengatasi eksaserbasi intoleransi glukosa tersebut. 13
18
2.1.6. Diagnosis
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Kriteria Diagnosis DM
19
2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Prinsip diet DM adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan tepat jenis: 14
Tepat Jadwal
Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu
makan, yaitu tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Penderita
DM hendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetapsehingga
reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanan dalam tubuh. Makanan
selingan berupa snack penting untuk mencegah terjadinya hipoglikemia
(menurunnya kadar gula darah). Jadwal makan terbagi menjadi enam bagian
makan (3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan) sebagai berikut:
20
Tepat Jumlah
Aturan diet untuk DM adalah memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi.
Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam
porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar jumlah
kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak
berat, terutama organ pankreas. Cara makan yang berlebihan (banyak) tidak
menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan yang berlebihan
merangsang pankreas bekerja lebih keras. Penderita DM, diusahakan
mengonsumsi asupan energi yaitu kalori basal 25-30 kkal/kgBB normal yang
ditambah kebutuhan untuk aktivitas dan keadaan khusus, protein 10-20% dari
kebutuhan energi total, lemak 20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat
sisa dari kebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari.9,15
Tepat Jenis
Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang beragam, dan
sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah ketika
mengonsumsinya atau mengombinasikannya dalam pembuatan menu sehari-
hari.15
a. Karbohidrat
21
hari.15 Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa banyak terdapat
pada kacang-kacangan, serat (sayur dan buah), pati, dan umbi-umbian. Oleh
karena itu, penyerapannya lebih lambat sehingga mencegah peningkatan kadar
gula darah secara drastis. Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap, seperti
gula (baik gula pasir, gula merah maupun sirup), produk padi-padian (roti, pasta)
justru akan mempercepat peningkatan gula darah.15
Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber protein nabati
dan sumber protein hewani. Protein nabati adalah protein yang didapatkan dari
sumber-sumber nabati. Sumber protein nabati yang baik dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah dari kacang-kacangan, di antaranya adalah kacang kedelai
(termasuk produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lainlain),
kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang polong. 15
c. Konsumsi Lemak
22
HDL dan menghalangi oksidasi LDL. Lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated)
banyak terdapat pada telur, lemak ikan salem dan tuna.16
d. Konsumsi Serat
Konsumsi serat, terutama serat larut air pada sayur-sayuran dan buah-
buahan. Serat ini dapat menghambat lewatnya glukosa melalui dinding saluran
pencernaan menuju pembuluh darah sehingga kadarnya dalam darah tidak
berlebihan. Selain itu, serat dapat membantu memperlambat penyerapan glukosa
dalam darah dan memperlambat pelepasan glukosa dalam darah. American
Diabetes Association merekomendasikan kecukupan serat bagi penderita DM
adalah 20-35 gram per hari, sedangkan di Indonesia asupan serat yang
dianjurannya sekitar 25 g/hari. Serat banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk
sayur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan A dan golongan B. Sayur
golongan A bebas dikonsumsi yaitu oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun,
tomat, sawi, tauge, kangkung, terung, kembang kol, kol, lobak dan labu air.
Sementara itu yang termasuk sayur golongan B diantaranya buncis, daun melinjo,
daun pakis, daun singkong, daun papaya, labu siam, katuk, pare, nangka muda,
jagung muda, genjer, kacang kapri, jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang
panjang dan wortel. Untuk buah-buahan seperti mangga, sawo manila, rambutan,
duku, durian, semangka dan nanas termasuk jenis buah-buahan yang kandungan
HA diatas 10gr/100gr bahan mentah.
23
kelebihan karbohidrat sebagai lemak dan mencegah agar simpanan lemak yang
ada di dalam tubuh tidak terpakai. The European Association for the Study of
Diabetes merekomendasikan asupan karbohidrat dengan indeks glikemik rendah
pada diabetes. Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah sebagai
pengganti indeks glikemik tinggi dapat memperbaiki kontrol gula darah pada
penderita diabetes. Selain itu, dalam American Journal of Clinical Nutrition
mengatakan bahwa penggantian karbohidrat indeks glikemik tinggi dengan yang
rendah menurunkan resiko terjadinya hiperglikemia.
24
Indeks glikemik rendah adalah ≤ 55
Indeks glikemik sedang adalah 56 -69
Indeks glikemik tinggi adalah ≥ 70
Pola makan adalah suatu ketepatan dan keteraturan pasien dalam
penatalaksanaan jumlah, jenis, dan jadwal makan. Seseorang dikatakan berpola
makan baik apabila telah melakukan tiga indikator diet yaitu tepat jumlah, jadwal
dan jenis. Sebaliknya, apabila seseorang tidak melakukan kurang dari tiga
indikator diet maka pola makan pasien diabetes tersebut kurang baik.
Karbohidrat
25
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan
kalori sehari.
Lemak
Protein
26
Natrium
Pemanis Alternatif
27
B. Kebutuhan Kalori
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
BB Normal: BB ideal •± 10 %
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT*
BB Kurang <18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥23,0
Dengan risiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
28
Obes II ≥30
*) WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:Redefining
Obesity and its Treatment.
Jenis Kelamin
Umur
o Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap dekade
antara 40 dan 59 tahun.
o Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer
dalam keadaan latihan.
o Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat: tukang becak, tukang
gali.
29
Stres Metabolik
Berat Badan
o Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita
dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan
komposisi tersebut diatas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di
antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah dan jenis
makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang DM yang
mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit
penyerta.
Terapi Farmakologis
30
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
Sulfonilurea
Glinid
Metformin
Tiazolidindion (TZD)
31
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di
sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan
retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat edema/retensi cairan. Hati-
hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara
berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
32
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter2)
a. Insulin
33
Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin)
Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
Insulin kerja ultra panjang (Ultra longacting insulin)
Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat
dengan menengah (Premixed insulin)
Efek samping terapi insulin :
34
2.2 Kerangka Teori
Gaya hidup:
Genetik
- Diet tinggi karbohidrat
Resistensi Insulin
Komplikasi:
Monitoring:
- Makroangiopati (PJK,
- Gula darah Diabetes Melitus Stroke)
- Komplikasi
- Mikroangiopati (Retinopati,
Nefropati)
Tatalaksana
Farmakologi :
Terapi Nutrisi Medis
- Biguanid
- Sulfonilurea
- Glinid
Tingkat Edukasi
Pengetahuan :
- Jadwal makan
35
- Jumlah makanan
- Jenis makanan
2.3 Kerangka Konsep
Tingkat
Pengetahuan :
Diabetes Melitus
- Jadwal makan
- Jumlah makanan
- Jenis makanan
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1. Tempat
3.2.2. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April hingga Agustus 2019.
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang
secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian. 17 Populasi target
yang digunakan adalah pasien diabetes melitus di RSUD Koja Jakarta Utara.
Populasi sampelnya adalah pasien diabetes melitus di bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUD Koja Jakarta Utara.
37
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
dianggap dapat mewakili populasinya.17 Pada penelitian ini, pasien yang menjadi
sampel adalah pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi.
- Pasien yang datang berobat ke RSUD Koja pada periode April hingga Agustus
2019
38
3.4 Alur Penelitian
Populasi Target :
Populasi Sampel
Pasien Diabetes Melitus di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Koja Jakarta Utara
Kriteria Inklusi
Sampel Penelitian
39
3.5 Sampling
n = besarnya sampel
q = 1-p
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang diperlukan adalah sebagai
berikut:4
( )
( )
40
Dari hasil tersebut, maka ditambahkan 10% untuk mencegah bias yang terjadi,
sehingga besar sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:
n = 81,28 + 10%
Alat tulis, kertas kuisoner, dan pasien diabetes melitus yang datang
berobat ke RSUD Koja, Jakarta Utara dan yang bersedia menjadi responden.
Responden yang dibutuhkan 106 orang.
41
3.7 Parameter yang diperiksa :
42
3.11 Definisi Operasional
jumlah, jenis
dan jadwal
makan.
43
dan jadwal dirasakan tinggi
makan.
Analisis Univariat
44
3.8. Alur Penelitian
Populasi Target :
Populasi Sampel
Kriteria Inklusi
Sampel Penelitian
45
3.9. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Koja, Jakarta Utara dan dilakukan
pada15 Juli hingga 30 September 2019.
46
3.10. Jadwal Penelitian
Kegiatan Jan Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Ujian √
proposal
Pembuata √ √
n&
pengajuan
etik
Pengump √ √ √
ulan
data
Pengolah √ √
an data
Analisis √
data
Ujian √
skripsi
47
DAFTAR PUSTAKA
5. World Health Organization (WHO). [updated 2017; cited 2017 July 11].
Tersedia from http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/.
48
10. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes Care 2010; 33: 562-9.
14. Tjokroprawiro, A. Garis besar pola makan dan pola hidup sebagai
pendukung terapi diabetes melitus. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair;
2012.
16. Dewi, Ayu BFK. Menu sehat 30 hari untuk mencegah dan mengatasi
diabetes. Jakarta: Media Pustaka; 2013.
18. Jafar M.F., El-Qudah. Dietary knowledge among female diabetic patients
in Amman, Jordan. Curr. Res. Nutr Food Sci Jour. 2016; 4(2): 110-1
49