Anda di halaman 1dari 39

Laporan

F.7 Mini Project

UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LANGSA


TIMUR KOTA LANGSA BULAN JANUARI 2021

Disusun Oleh :
dr. Dilla Ulfa Ristiansyah

Pendamping :
dr. M. Osman Redha

DINAS KESEHATAN KOTA LANGSA


UPTD PUSKESMAS LANGSA TIMUR
KOTA LANGSA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Dilla Ulfa Ristiansyah


Judul laporan : UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
LANGSA TIMUR KOTA LANGSA BULAN JANUARI 2021

Langsa , Juli 2021

Peserta Pendamping

dr. Dilla Ulfa Ristiansyah dr. Osman Redha

Mengetahui,

Kepala UPTD Puskesmas Langsa Timur

Laporan
Vivi Handayani SKM.M.KES
F.7 198108202006042010
Mini Project
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS LANGSA
TIMUR KOTA LANGSA BULAN JANUARI 2021

Kata Pengantar

Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji dan syukur kami ucapkanataskehadirat Allah SWT karena hanya
dengan rahmat dan karunia-nya, penyusun penelitian ini dapat selesai. Puji syukur
kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena berkat rahmatNya, kami
dapat menyelesaikan Mini project dengan judul “UPAYA PENJARINGAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS LANGSA TIMUR KOTA LANGSA
BULAN JANUARI 2021”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan mini project ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. M. Osman Redha selaku pendamping dokter internsip di Puskesmas Langsa
Timur
2. Bapak/Ibu Staf UPTD Puskesmas Langsa Timur di setiap bidang kerja.
3. Teman sejawat dalam Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Kota
Langsa.

Langsa, Maret 2021

dr. Dilla Ulfa Ristiansyah


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

2.1 Pengertian Hipertensi................................................................. 5

2.2 Penyebab Hipertensi.................................................................... 5

2.3 Patofisiologi Hipertensi............................................................... 7

2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi........................................................ 8

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 15

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 15

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 15

3.3.1 Populasi Penelitian ....................................................... 15

3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................ 15

3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 16


3.8 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 19

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 19

3.9.1 Pengolahan Data .............................................................. 19

3.9.2 Analisa Data .................................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian......................................................... .................... 21

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................... 21

4.1.2 Karakteristik Penelitian ......................................................... 21

4.1.3 Hasil Data Bivariat................................................................. 22

4.2 Pembahasan ............................................................................... 23

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 27

5.2 Saran.............................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,

obesitas,aktivitas yang menurun, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara,

hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering

dijumpai (WHO, 2000).

Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap

hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).

Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi Indonesia

pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali. Dari 3080

subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter,

didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien tanpa

pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi

hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Hipertensi menjadi

urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009. Kasus hipertensi

pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063 kasus (12,85%).

Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi sebanyak 164 kasus

(6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah mengalami komplikasi
seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain. Meskipun prevalensinya rendah hal

ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan

komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan

dini faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.

Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas secara

teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%. Berdasarkan

laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi

terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus (19,56%). Tertinggi kedua

adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10,49%

Hipertensiatautekanandarahtinggiseringkalimuncultanpagejala,

sehinggadisebutsebagaisilent killer. Secara global, tingkatprevalensihipertensi di

seluruh dunia masihtinggi. Lebihdariseperempatjumlahpopulasi dunia

saatinimenderitahipertensi. Namunsebaliknya,

tingkatkontroltekanandarahsecaraumummasihrendah (Bakri, 2008).

Kalausajahipertensitidakmengundangsegudangrisikokomplikasi,

barangkalipermasalahannyamenjadilebihsederhana. Masalahnya, tekanandarah di

atas normal yang tidakditanganidenganbaikakanmerembetkepadakomplikasi yang

lebihberat. Hipertensibisamenyebabkanberbagaimacampenyakit,

diantaranyaialahpenyakitgagalginjal (Bakri, 2008).

Penyuluhan hipertesi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih

kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke

pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien

hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol

karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini yang perlu
digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan

penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan kesehatan.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana profil tekanan darah

penduduk di wilayah kerja Langsa Timur ?

1.3 TujuanPenelitian

1. TujuanUmum

Mengidentifikasi gambaran tekanan darah penduduk di wilayah kerja


puskesmas Langsa Timur

2. TujuanKhusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah mengidentifikasi gambaran tekanan

darah penduduk lansia di wilayah kerja puskesmas Langsa Timur

berdasarkan jenis kelamin, indeks massa tubuh.

1.4 ManfaatPenelitian

1. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman, dan dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama bertugas pada

puskesmas Langsa Timur.

2. Manfaat bagi institusi : Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi

data dasar untuk mengetahui lebih lanjut factor resiko dan menjadi dasar

acuan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan hipertensi di wilayah

kerja puskesmas Langsa Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

( Smith Tom, 1995 ).

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih

besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104

mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan

hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini

berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari

peningkatan sistolik.

II. PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1. Hipertensiessensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihidari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minumobat-obatan ( ephedrine,
prednison, epineprin )

III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimanadengandilepaskannyanoreepineprinmengakibatkankonstriksipembulu
hdarah. Berbagai factor sepertikecemasan dan
ketakutandapatmempengaruhiresponpembuluhdarahterhadaprangsangvasoko
nstriksi. Individudenganhipertensisangat sensitive terhadapnorepinefrin,
meskipuntidakdiketahuidenganjelasmengapahaltersebutbisaterjadi.
Pada saatbersamaandimana system
sarafsimpatismerangsangpembuluhdarahsebagairesponsrangsangemosi,
kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkantambahanaktivitasvasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresiepinefrin, yang menyebabkanvasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresikortisol dan steroid lainnya, yang
dapatmemperkuatresponsvasokonstriktorpembuluhdarah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkanpenurunanalirankeginjal, menyebabkanpelepasan
rennin. Rennin merangsangpembentukan angiotensin I yang
kemudiandiubahmenjadi angiotensin II, suatuvasokonstriktorkuat, yang pada
gilirannyamerangsangsekresialdosteron oleh korteks adrenal.
Hormoninimenyebabkanretensi natrium dan air oleh tubulusginjal,
menyebabkanpeningkatan volume intra vaskuler. Semua factor
inicenderungmencetuskankeadaanhipertensi.
Untukpertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluhperiferbertanggungjawab pada
perubahantekanandarah yang terjadi pada usialanjut.
Perubahantersebutmeliputiaterosklerosis, hilangnyaelastisitasjaringan ikat
dan penurunandalamrelaksasiotot polos pembuluhdarah, yang pada
gilirannyamenurunkankemampuandistensi dan dayaregangpembuluhdarah.
Konsekuensinya, aorta dan
arteribesarberkurangkemampuannyadalammengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkanpenurunancurangjantung dan peningkatantahananperifer.

IV. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensidibedakanmenjadi :

1. Tidakadagejala
Tidakadagejala yang spesifik yang
dapatdihubungkandenganpeningkatantekanandarah,
selainpenentuantekananarteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
iniberartihipertensi arterial
tidakakanpernahterdiagnosajikatekananarteritidakterukur.
2. Gejala yang lazim
Seringdikatakanbahwagejalaterlazim yang
menyertaihipertensimeliputinyerikepala dan kelelahan.
Dalamkenyataannyainimerupakangejalaterlazim yang
mengenaikebanyakanpasien yang mencaripertolonganmedis.

V. Faktor-faktor Risiko Hipertensi


V.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin
meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu
seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang
melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding
pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria
dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli
lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang
menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif
terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan
peningkatan tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar
empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah
satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan
sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut.
Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan
mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.1

V.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol


1). Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis
hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang
peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi
cairan dan peningkatan tekanan darah.9 Garam memiliki sifat menahan cairan,
sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.21
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap
masakan atau monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya
hipertensi.14
2). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan
risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia
pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu
terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.8,24
3). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
darah yang lebih tinggi.20
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam
tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.21,25
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam
darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh lainnya.20
Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa
peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan
kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL)
dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi dan penyakit jantung koroner.25
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau
sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini
mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan
meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.21
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan
natrium dan air.17 Kincaid-Smith mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom
resistensi insulin berperan utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien
hipertensi atau disebut juga nephrosclerosis hypertension.27
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui
mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan
aktivitas simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel.
Selain hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis
penyakit jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28
6). Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapatmenurunkan
tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25

VI. Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation,
dan lain-lain.6
1). Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak
mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
tersebutakan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.20
2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus
memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel
kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang yang akhirnya
dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut
terutama terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan
lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi
arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30

VII. Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target
tekanan darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi
dengan diabetes atau gagal ginjal.6

VII.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis dalampenanganan hipertensi adalah
dengan memodifikasi gaya hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara
non farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat
antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi
gaya hidup yang dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara lain :
1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI ≥ 27)
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB
sekitar 10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg berat badan.4,20

2). Olahraga dan aktifitas fisik


Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan
dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat
jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha
minimal, sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal
tersebut berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat
dalam menurunkan tekanan darah.20

3). Mengurangi asupan garam


Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain
konsumsi garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh
garam per hari. Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan mentega bebas
garam dan menghindari makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet
merekomendasikan orang dengan hipertensi harus membatasi asupan garam
kurang dari 1.500 miligram sodium sehari.31,32

4). Diet rendah lemak jenuh


Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol
dianjurkan dalam penanganan hipertensi.

5). Diet tinggi serat


Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong
dan kacang hijau, serta sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi
mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat
kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.

6). Tidak merokok


Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu
merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara
optimal.20

9). Istirahat yang cukup


Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh.
Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan
istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dalam tubuh.

VII.2 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaandenganobatantihipertensibagisebagianbesarpasiendimulaide
ngandosisrendahkemudianditingkatkansecaratitrasisesuaidenganumur, kebutuhan,
dan usia. Dosistunggallebihdiprioritaskankarenakepatuhanlebihbaik dan
lebihmurah. Sekarangterdapatobat yang
berisikombinasidosisrendahduaobatdarigolonganberbeda yang
terbuktimemberikanefektivitastambahan dan mengurangiefeksamping. Jenis-
jenisobatantihipertensiuntukterapifarmakologishipertensi yang dianjurkan oleh
JNC VII yaitudiuretika (terutamajenisThiazide atauAldosteronAntagonist), beta
blocker, calsium channel blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, dan
angiotensin II receptor blocker.
Diuretikabiasanyamenjaditambahankarenameningkatkanefekobat yang lain. Jika
tambahanobatkeduadapatmengontroltekanandarahdenganbaik minimal
setelahsatutahun, makadicobauntukmenghentikanobatpertamamelaluipenurunan
dosis.4,6
BAB 3

METODE
3.1 MetodePenelitian
3.1. 1 RancanganPenelitian
Jenispenelitian yang
digunakanadalahdeskriptifobservasionalyaitujenispenelitian yang
digunakanuntukmengetahuigambaransuatuvariabeldenganmengidentifikasikanvari
abel yang ada pada responden yang sama dan
dilihatbagaimanagambaranvariabeltersebut.
Rancanganpenelitianinibertujuanuntuk mengetahui gambaran tekanan darah pada
penduduk di wilayah kerjaLangsa Timur

3.1.2 Waktu dan TempatPenelitian


Tanggal : 11 Januari 2021
Waktu : 08.00 WIB – 12.00 WIB
Tempat : Ruang poli Lansia Langsa Timur

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data


a. InstrumenPenelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Anamnesis, Pemeriksaan
fisik pada pasien yang datang ke Poli Lansia.
b. Sampel
Seluruh Pasien Poli Lansia
c. Teknik PengambilanSampel
Teknik Sampel yang digunakandalampenelitianiniadalahdengan
Accidental Samplingyang merupakan salah satutekniknonprobability
sampling

3.1.4 DefinisiOperasionalVariabel
a. Tekanan Darah JNC 7
Definisioperasional :
Hipertensidapatdidefinisikansebagaitekanan
darahpersistendimanatekanansistoliknyadiat
as 140 mmHg dan tekanandiastoliknyadiatas
90 mmHg
Cara ukur : Menggunakantensimeter
Standar : Normal < 120/80mmHg
Prehipertensi 130-139/80-89mmHg
Hipertensi stage 1 : ≥120/80mmHg
Hipertensi stage 2: ≥160/100mmHg
Skala ukur : Nominal
b. Jeniskelamin
Definisioperasional : Atributfisiologis dan anatomis yang
membedakanantaralaki-laki
dan perempuansaatdilahirkan
Cara ukur : Menggunakankuesioner
Standar : Dibedakanmenjadilaki-laki (L) dan
perempuan (P)
Skala ukur : Nominal
c. IMT
Definisioperasional : Berat badan seseorangdalam kg
dibagikuadrattinggi badan dalam meter
Cara ukur : kg/m2
Standar : 1. Normal 18.5-22.9

2. overweight/ Obesitas≥23

Skala ukur : Nominal

3.1.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
a) Pengolahan Data (editing)
Menelitikembaliapakahlembarkuesionersudahcukupbaikseh
inggadapat di proses lebihlanjut. Editing dapatdilakukan di
tempatpengumpulan data
sehinggajikaterjadikesalahanmakaupayaperbaikandapatsegeradila
ksanakan.

b) Pengkodean (Coding) : Usaha mengklarifikasijawaban-jawaban


yang adamenurutmacamnya, menjadibentuk yang
lebihringkasdenganmenggunakankode.
c) Pemasukan Data (Entry) : Memasukan data
kedalamperangkatkomputersesuaidengankriteria.
d) Pembersihan Data (Cleaning data) : Data yang telah di
masukankedalamkomputerdiperiksakembaliuntukmengkoreksike
mungkinankesalahan.
BAB IV
PROFIL PUSKESMAS LANGSA TIMUR

4.1 ProfilKomunitasUmum
PuskesmasLangsa Timur merupakanpuskesmas yang berdomisi di
kecamatanLangsa Timur Kota Langsadenganjumlahpenduduk 14.512 jiwa,
denganjumlahpenduduklaki-laki 7.451 jiwa dan perempuan 7,061 jiwa.
Jumlahpendudukinitersebardalam 16 desa.

4.2 DATA GEOGRAFIS


PuskesmasLangsa Timur merupakan salah

satupuskesmasdenganrawatinapdijajarandinaskesehatankotaLangsa. Adapun

Luas wilayah kerjaPuskesmasLangsa Timur adalah 89 km2, yang terdiridari 16

desa, yaitu :

1. Alur Pinang
2. Alur Merbau
3. Bukit Meutuah
4. Bukit Medang Ara
5. Bukit Pulo
6. Bukit Rata
7. Cinta Raja
8. Matangcengai
9. MatangSetui
10. MatangPanyang
11. Senebok Antara
12. Sungai Lueng
13. Sukarejo
14. Simpang Wie
15. Alur Pinang Timur
16. Kappa

4.3 DATA DEMOGRAFI

PuskesmasLangsa Timur terletak di kecamatanLangsa Timur kotaLangsa.


Wilayah kerjapuskesmasmeliputi 16 desa yang tersebardalamkecamatanLangsa
Timur.
Adapun batas-bataswilayahnyaadalah:
a. SebelahautaraberbatasandenganDesaSukarejo
b. Sebelahselatanberbatasandengan Alur Pinang barat
c. Sebelahtimurberbatasandenganalur pinang barat
d. Sebelah barat berbatasandenganalur pinang barat

PuskesmasLangsa Timur memilikiluas wilayah 89km dan luasbangunan


768m sertatelahmengalamirenovasisebanyaksatu kali pada tahun 2010.

Sarana yang dimiliki oleh puskesmasadalah :

a. Bangunanpuskesmas 1 ( satu ) unit , meliputiruangankepalapuskesmas,


ruanganadministrasi, ruang program, ruangperawatan dan
ruanglaboratorium.
b. Puskesmaspembantu (pustu) 2 unit
c. Polindes 13 unit
d. Rumahdinas paramedic 3 unit
Jumlahpenduduk di wilayah kerjapuskesmaskembangtanjung, yaitu 14.512
jiwa
4.4 SumberDaya Kesehatan yang ada
4.4.1 Tenaga Kesehatan
PuskesmasLangsa Timur memilikitenagakesehatansebanyak 159 orang, yang
terdiridari:

24
TabeljenispegawaikesehatanPuskesmasLangsa Timur tahun 2011

No JenisPegawai Jumlah
1 PNS 73 orang
2 PTT 15 orang
3 Honor 8 orang
4 Bakti 6 orang
Total 159 orang

4.4.2 FasilitasPenunjang

PuskesmasKembangTanjungmemilikifasilitaspenunjangdalammendukungtugas-
tugasoperasional dan agar jangkauanpelayananPuskesmaslebihluas dan
meratahinggadapatmencakupkeseluruh wilayah kerjanya. Adapun
fasilitaspenunjangtersebutadalahsebagaiberikut:

1. Satu unit pustu, yaitu :


a. Pustu Alur Merbau
b. Pustu Alur Pinang
2. Dua unit pusling ( PuskesmasKeliling ) dengankendaraanrodaempat
(Ambulance) yang kegiatannya:
a. Memberikapelayanankesehatankepadamasyarakatmelaluiposyandu.
b. Melakukanpenyuluhankesehatan
c. Melakukanrujukan medic bagikasusgawatdarurat
d. Melakukanpenyelidikanterhadap KLB ( KejadianLuarBiasa )
e. Melakukankonsultasidan koordinasikeDinas Kesehatan Kota Banda Aceh
3. Enambelas unit kendaraanrodadua,

25
Visi
- Gambaran masyarakat Wilayah Kerja UTPD PuskesmasAmbarawa masa
depan yang ingindicapai oleh
segenapkomponenmasyarakatmelaluipembangunankesehatan UPTD
PuskesmasAmbarawaadalah : “MENYEHATKAN MASYARAKAT”.

Misi
- Misimencerminkanperan, fungsi dan
kewenanganseluruhjajaranorganisasikesehatanperludilaksanakan oleh
penanggungjawab dan pelaksana program
secarateknisterhadappencapaiantujuan dan sasaranpembangunankesehatan di
wilayah kerja UPTD PuskesmasAmbarawa.
JumlahKaryawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
WiyataBakti : 3

5 DATA DEMOGRAFIK
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatanAmbarawadimana total
pendudukyaitu 58.767 jiwa, jumlahrumahtangga 17.070 jiwa, rata-rata jiwa per
rumahtangga 3,44 dan kepadatanpenduduk per km2 2082,46.
JumlahpendudukkelurahanKranggan 2.834 jiwa, kelurahanLodoyong 6.573
jiwa, kelurahanKupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa,
kelurahanNgampin 5.123 jiwa, kelurahanPojok Sari 2.621 jiwa, desaBejalen
1.449 jiwa, kelurahanTambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran 5.917 jiwa dan
desaPasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling

26
banyakpenduduknyaadalahdi kelurahanKupang, kemudiankelurahan Panjang
dan yang ketigaadalahkelurahanLodoyong.
6 SUMBERDAYA KESEHATAN
Di PuskesmasAmbarawasendiriterdapat 2 orang dokterumum, 1 orang
doktergigi, 12 orang bidandesa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah
kerjapuskesmasAmbarawaserta 5 orang perawat dan 1 laboran.
JumlahKaryawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
WiyataBakti :3

7 SARANA PELAYANAN KESEHATAN


Di kecamatanAmbarawatersebarbeberapasaranapelayanankesehatanmeliputi 1
rumahsakitumum, 1 rumahsakitbersalin, 1 puskesmas non perawatan, 1
puskesmaskeliling, 2 puskesmaspembantu, 2 rumahbersalin, 9
klinik/balaipengobatan, 27 pratikdokterperorangan, 14
praktikpengobatantradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 tokoobat dan 3
industrikecilobattradisional.
Bb/tb;100

27
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN


Penelitiandilakukan di Polilansia pada seluruhpasien yang
datangkepuskesmasLangsa Timur, bulanJanuari 2021.

Tabel 5.1 DistribusiTekanan Darah


Tekanan Darah Frekuensi Persentase
Normal 20 39%
Pre Hipertensi 12 24%
Hipertensi Stadium 1 10 20%
Hipertensi Stadium 2 9 18%
Total 51 100%

Berdasarkantable 5.1didapatkantekanandarah normal


sebanyak20jiwadenganpersentase39%. Prehipertensisebanyak
12jiwadenganpersentase 24%, Hipertensi Stadium 1 sebanyak
10jiwadenganpersentase20%, dan Hipertensi Stadium 2 sebanyak9
jiwadenganpersentase 18%.

Tabel 5.2DistribusipasienhipertensiberdasarkanJenisKelamin
Tekanan Darah Jeniskelamin Frekuensi Presentasi (%)
Hipertensi stage 1 Laki-laki 4 40%
perempuan 6 60%

28
Hipertensi stage 2 Laki-laki 1 11%
perempuan 7 78%

Berdasarkantable 5.2didapatkanpasienHipertensi Stadium 1 dan hipertensi


stadium 2 terbanyakberjeniskelaminperempuandenganpersentase masing-masing 60%
dan 78%.

Tabel5.3 DistribusiIndeks Masa Tubuh pada pasienhipertensi


Tekanan Darah Indeks Massa Frekuensi Persentasi
Tubuhpasienhipertensi
HT stadium 1 Normal 3 30%
Obesitas 7 70%
HT stadium 2 Normal 4 44%
Obesitas 5 56%

Berdasarkan table 5.4 didapatkanpasienHipertensi Stadium 1 dan hipertensi


stadium 2 terbanyakmemilikiindeks masa tubuhobesitasdenganpersentase masing-
masing 70% dan 56%.

5.2 Pembahasan
Berdasarkantabel 5.1 didapatkanpasienhipertensi stadium 1 sebanyak 20%
dan stadium 2 sebanyak 10%. Salah satufaktorrisiko yang
tidakdapatdimodifikasiuntukkejadianhipertensiadalahpeningkatanusia,
sehinggalansiadenganhipertensimemilikirisikolebihtinggiuntukkejadianpenyakitjantu
ng, stroke, dan gagalginjal. Penelitian Lei Wu, dkk yang berlangsungselama 10 tahun,
sejaktahun 2001 hinggatahun 2010,
mendapatkanhasiladanyapeningkatanprevalensihipertensi di China dari 60.1%
menjadi 65.2% .
33
Tekanandarahsecaraalamiakanmeningkatseiringdenganbertambahnyausiaseseorang.
Penelitian yang dilakukanSugiharto, mendapatkanhasilproporsihipertensi pada

29
kelompokusia 36-45 tahunsebesar 84%, usia 45-55 tahunsebesar 93,1%, dan usia 56-
65 tahunsebesar 95%.Menurutteoridikatakanbahwausiadiatas 45
tahundindingpembuluhdarahakanmengalamipenebalankarenaadanyapenumpukanzatk
alogen pada lapisanotot. Sehinggapembuluhdarahakanmenyempit dan menjadi kaku.34
Berdasarkan table 5.2didapatkanpasienHipertensi Stadium 1 danhipertensi
stadium 2 terbanyakberjeniskelaminperempuandenganpersentase masing-masing 60%
dan 78%. Berbedadenganpenelitiansebelumnyadidapatkanprporsihipertensitertinggi
pada laki-lakiadalah 81,81% dan pada kelompokperempuanadalah 61,90%. Namun
pada Analisa statistikdenganmenggunakan uji chi-square, tidakterdapathubungan
yang bermaknaantarajeniskelamindengankejadianhipertensi.
Artinyajeniskelaminbukansebagaifaktorrisikountukkejadian hipertensi.35
MenurutCortas, prevalensikejadian pada priasamadenganwanita.
Untukwanitadiatasusia 45
tahuncenderungakanmengalamipeningkatanrisikotekanandarahtinggi (hipertensi) di
akibatkankarenaterjadinya menopause.36 Hal ini di karenakanberkurangnyahormon
estrogen pada masa menopause yang mengakibatkanberkurang pula kadar High
Density Lipoprotein (HDL), haltersebutakanmempengaruhiterjadinya proses
aterosklerosis dan mengakibatkantekanandarahtinggiakibattingginyakadar High
Density Lipoprotein (LDL). 37
Berdasarkan table 5.3didapatkanpasienHipertensi Stadium 1 dan hipertensi
stadium 2 terbanyakmemilikiindeks masa tubuhobesitasdenganpersentase masing-
masing 70% dan 56%. SejalandenganpenelitianPenelitian yang dilakukan oleh
Hendrik, tahun 2012 menunjukanbahwakenaikannilai IMT
diikutidengankenaikantekanandarah. Artinyasemakintingginilai IMT
seseorangmakapeluanguntukterkenahipertensisemakintinggi pula. Ketika
seseorangmengalamiobesitasataudalam kata lain memilikiberat badan yang
berlebihmaka orang
tersebutakanmembutuhkanlebihbanyakdarahuntukmenyuplaioksigen dan
makanankejaringantubuhnya, sehingga volume darah yang

30
beredarmelaluipembuluhdarahmeningkat, curahjantungikutmeningkat, dan
akhirnyatekanandarahikutmeningkat. 38

BAB 6

31
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Pada penelitianinididpatkanproporsipasienHipertensi Stadium 1
sebanyak 10 jiwadenganpersentase 20%, dan Hipertensi Stadium 2
sebanyak 9 jiwadenganpersentase 18%.
b. Pada penelitianinididpatkanproporsipasienHipertensi Stadium 1
danhipertensi stadium 2
terbanyakberjeniskelaminperempuandenganpersentase masing-masing
60% dan 78%.
c. Pada penelitianinididpatkanproporsipasienHipertensi Stadium 1
danhipertensi stadium 2 terbanyakmemilikiindeks masa
tubuhobesitasdenganpersentase masing-masing 70% dan 56%.

2. Saran
1) Didapatkan masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan terdekat.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi. Hal
ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah
secara rutin ketenaga kesehatan masih kurang. Oleh sebab itu diharapkan
kepada tenagakesehatan dan
kaderproaktifuntukmengajakmasyarakatberkunjungkeposyandulansiasehingga
secararutindapatmendeteksisecaradinipenyakit-penyakittidakmenular pada
lansiakarenaHipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.
Perlu dilakukan edukasi tentang hipertensi kepada pasien melalui
penyuluhan secara terus menerus.
TujuandaripemberianEdukasiadalahpengetahuanbagimasyarakat.
Pengetahuanmerupakanhasil “tahu”, dan initerjadisetelah orang
melakukanpengindraanterhadapobjektertentu. Pengetahuan (kognitif)
merupakan domain yang sangatpentinguntukterbentuknyatindakanseseorang

32
(overt behavior). Karena daripengalaman dan penelitianternyataperilaku yang
didasari oleh pengetahuanakanlebihlanggengdaripadaperilaku yang
tidakdidasaripengetahuan.
Ada beberapalangkah/ proses sebelum orang mengadopsiperilakubaru.
Pertamaadalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebutmenyadari
stimulus tersebut. Kemudiandiamulaitertarik (interest). Selanjutnya, orang
tersebutakanmenimbang-nimbangbaikatautidaknya stimulus tersebut
(evaluation). Setelah itu, diaakanmencobamelakukanapa yang dikehendaki
oleh stimulus (trial). Pada tahapakhiradalah adoption,
berperilakubarusesuaidenganpengetahuan, kesadaran, dan sikapnya.
Denganmendapatkaninformasi yang benar,
diharapkanlansiamendapatbekalpengetahuan yang
cukupuntukdapatmelaksanakanpolahidupsehatsehinggadapatmencegahterjadin
yapenyakit-penyakittidakmenularsedangkanbagi yang
sudahmenderitadapatmenurunkanrisikoterjadinyaprogresivitaspenyakit dan
terjadinyakomplikasi.
2) Perludilakukan monitoring dan evaluasitekanandarahpasiensecaraberkala.
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring/
buku kontrol minum obat. Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan,
semuanya di catat dalam kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan
bisa mengkontrol dari kartu monitoring ini.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui Anamnesa dan
Pemeriksaan Vital Sign. Setelahdilakukanedukasi, peserta tampak lebih
paham mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin
memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak
terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
3) Lansia yang
menderitakomplikasidarihipertensidirujukkepuskesmasuntukdilakukanpenang
ananlebihlanjut

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari


Mediatama; 2005. p: 26, 158.

2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &


Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada


Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari
sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from:
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/

4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html

6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FKUI; 2006. p: 599-601.

7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan


Kanisus; 2001.

8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi


Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-50,
90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/

9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable


Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease :
Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from:
http://www.searo.who.int/

10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18].
Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/

11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara

34
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011
Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/

12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/

13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from:
http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.

14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/

15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien


Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan
[internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

16. Chris O’Callaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2010. p: 78-80.

17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes
Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.

18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010
[cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:


Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland
USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.

20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga
Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011
[cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/

22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi


[internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/

35
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited
2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/

24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.

25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan


Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011 Nov
26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/

26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu


Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 [internet].
c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from: http://repository.usu.ac.id/

27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.

28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends
and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region
of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008 [cited


2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/

30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010


[cited 2011 Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/

31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/

32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012
[cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/

33. Wu L, He Y, Jiang B, Sun D, Wang J, Liu M, et al. Trends in prevalence,


awareness, treatment and control of hypertension during 2001-2010 in an Urban
elderly population of China. PLoS One. 2015;10(8):1–13.

34. Sugiharto A(. FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II.


Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang; 2007

35. Swandito Wicaksono. 2015. Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Lansia Dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi) Di Dusun 1 Desa Kembangseri
Kecamatan Talang Empat Bengkulu Tengah Tahun 2015. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu

36
36. Cortas K, et al. 2008. Hypertension. Emedicine.

37. Anggraeni, A.D, Waren A, Situmorang E, Asputra H, Siahaan S. 2009.


FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang
Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari – Juni
2008. Laporan Penelitian: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

38. Hendrik. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara

37
Lampiran 1.

DATA KESEHATAN MASYARAKAT (PRIMER)


Jeniskelamin IMT Interpretasi Tekanan
No Nama Umur BB TB
Darah
1 Ny. J 65 P 55 156 22,6 Normal 110/70
2 Tn. L 74 L 53 157 21,5 Normal 100/60
3 Ny. K 70 P 60 157 24,3 Obesitas 130/70
4 Ny. L 61 P 55 155 22,9 Normal 110/70
5 Tn. H 65 L 60 157 24,3 Obesitas 140/80
6 Ny. A 61 P 62 160 24,2 Obesitas 140/70
7 Ny. O 67 P 67 157 27,2 Obesitas 160/100
8 Ny. W 65 P 54 155 22,5 Normal 110/70
9 Ny. D 68 P 61 159 24,1 Obesitas 130/80
10 Ny. S 72 P 67 158 26,8 Obesitas 150/100
11 Tn. I 84 L 50 160 19,5 Normal 130/80
12 Ny. F 65 P 57 155 23,7 Obesitas 100/60
13 Ny. A 61 P 52 155 21,6 Normal 110/70
14 Tn. S 77 L 56 154 23,6 Obesitas 140/80
15 Ny. M 61 P 57 158 22,8 Normal 100/60
16 Ny. M 67 P 59 155 24,6 Obesitas 150/100
17 Ny. B 65 P 52 155 21,6 Normal 180/120
18 Ny.S 63 P 59 157 23,9 Obesitas 110/70
19 Ny. S 74 P 56 160 21,9 Normal 130/70
20 Tn. J 80 L 56 160 21,9 Normal 130/80
21 Tn. L 79 L 55 155 22,9 Normal 160/80
22 Ny. S 83 P 54 159 21,4 Normal 100/60
23 Ny. K 67 P 47 155 19,6 Normal 110/70
24 Ny. S 65 P 61 157 24,7 Obesitas 170/90
25 Ny. R 70 P 54 155 22,5 Normal 100/60
26 Ny. T 73 P 68 158 27,2 Obesitas 100/60
27 Ny. E 60 P 63 160 24,6 Obesitas 110/70
28 Ny. T 66 P 55 158 22,0 Normal 120/90
29 Ny. U 72 P 51 155 21,2 Normal 130/80
30 Ny. M 67 P 62 160 24,2 Obesitas 140/100

38
31 Ny. P 66 P 59 166 21,4 Normal 130/80
32 Ny. L 71 P 57 153 24,3 Obesitas 150/90
33 Ny. W 67 P 62 160 24,2 Obesitas 100/60
34 Tn. P 77 L 65 162 24,8 Obesitas 140/70
35 Tn. K 69 L 57 172 19,3 Normal 130/80
36 Tn. A 75 L 68 162 25,9 Obesitas 110/60
37 Tn. K 71 L 59 167 21,2 Normal 110/60
38 Ny. S 64 P 67 162 25,5 Obesitas 130/80
39 Ny.PD 67 P 59 155 24,6 Obesitas 160/100
40 Ny. S 62 P 55 154 23,2 Obesitas 110/70
41 Ny. F 63 P 47 155 19,6 Normal 170/100
42 Ny. G 61 P 49 154 20,7 Normal 200/110
43 Ny. H 69 P 57 162 21,7 Normal 130/70
44 Ny.RJ 61 P 58 155 24,1 Obesitas 100/60
45 Ny. K 80 P 62 168 22,0 Normal 110/70
46 Ny. L 75 P 62 158 24,8 Obesitas 110/60
47 Tn. M 72 L 54 155 22,5 Normal 90/60
48 Ny. B 71 P 67 159 26,5 Obesitas 130/80
49 Ny. C 84 P 62 160 24,2 Obesitas 150/90
50 Tn. P 67 L 64 172 21,6 Normal 140/90
51 Ny. S 64 P 59 169 20,7 Normal 140/60

Lampiran 2

Dokumentasi kegiatan

39

Anda mungkin juga menyukai