OLEH :
Annisa Surya Mustika
120.GZK.002
PEMBIMBING :
Muhammad Rifky, S.Gz
NIM : 120.GZK.002
Mengetahui,
I
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, Laporan Praktik Lapangan dengan judul “Proses Asuhan
Gizi Terstandar Pada Pasien Anak Dengan Gizi Buruk dan Riwayat Penyakit
Pneumonia Billateral di Desa Kesambi, Mejobo.” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Laporan Praktik Lapangan ini disusun berdasarkan hasil Praktek
Lapangan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Mejobo Kudus pada tanggal 21
November – 16 Desember 2022.
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak terlepas dari
bimbingan dan arahan berbagai pihak khususnya pihak pembimbing. Oleh karena
itu dengan seluruh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Kartika Yuliantin, SKM selaku Kepala Unit Gizi Puskesmas Mejobo
Kudus.
2. Ibu Cyntia Ratna Sari, S.Gz., M.Gizi, Bapak Yoga Adi Dana, SKM. MPH,
dan Kak Muhammad Rifky, S.Gz. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam melaksanakan
kasus komprehensif ini.
3. Ibu Ade Suryani, Amd. Keb dan Ibu Khadliroh, Amd. Keb yang telah
banyak memberikan bimbingan dan ruangan selama Praktik Lapangan
berlangsung.
4. Ibu Noor Riyantika Nanda Sari, Amd. Keb selaku Bidan Desa Kesambi
yang telah membukakan jalan dalam melaksanakan kasus komprehensif
ini
5. Suami, kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan.
III
penulis jadikan koreksi dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun khalayak umum.
DAFTAR ISI
PENGESAHAN........................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
DAFTAR TABEL..................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V
BAB I LATAR BELAKANG..................................................................................1
BAB II SKRINING GIZI.........................................................................................5
BAB III DATA UMUM PASIEN...........................................................................6
BAB IV ASSESMENT (PENGKAJIAN) GIZI .....................................................8
A. Riwayat Personal Pasien (CH)......................................................................8
B. Antropometri (AD).......................................................................................8
C. Biokimia (BD).............................................................................................10
D. Data Fisik-Klinis (PD)................................................................................11
E. Dietary (FH)................................................................................................12
BAB V DIAGNOSIS GIZI ...................................................................................15
BAB VI INTERVENSI GIZI.................................................................................16
A. Tujuan Intervensi Gizi.............................................................................16
B. Perencanaan (Planning)..........................................................................16
BAB VII MONITORING – EVALUASI GIZI.....................................................20
BAB VIII PENUTUP.............................................................................................28
BAB IX DAFTAR PUSTAKA .............................................................................30
BAB X LAMPIRAN .............................................................................................33
IV
DAFTAR TABEL
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Leaflet...................................................................................................34
VI
BAB I
LATAR BELAKANG
Pada kasus gizi kurang, individu akan lebih rentan terhadap infeksi akibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap invasi patogen (Calder, 2000).
Pertumbuhan yang baik dan status imunologi yang memadai akan menghasilkan
tingkat kesehatan yang baik pula. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang terhambat
biasanya disertai dengan status imunologi yang rendah sehingga balita mudah
terkena penyakit (Aritonang, 2007).Gizi Buruk adalah penyebab kematian
tertinggi anak di negara berkembang. Data WHO tahun 2013, lebih dari 50%
kematian anak dinegara berkembang disebabkan kondisi gizi buruk. Di Indonesia
kejadian anak gizi buruk Indonesia kejadian anak gizi buruk mencapai 9,4% pada
tahun 2010 dan meningkat sebanyak 5,7% pada tahun 2013.
1
2
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari.
Klasifikasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sendiri dibagi menjadi dua
bagian yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas yang terdiri dari rhinitis,
faringitis, tonsillitis, rinosinositis, dan otitis media. Sedangkan untuk infeksi
saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas epiglotitis, group
(laringotrakeobronkitis), bronkhitis, bronkiolitis, dan pneumonia (Rahajoe dkk,
2012).
Kasus ISPA merupakan 50% dari seluruh penyakit pada anak berusia
dibawah lima tahun, dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun. Penelitian oleh The
board on science and technology for internasional Develeopment (BOSTID)
menunjukkan bahwa insidensi ISPA pada anak berusia dibawah 5 tahun mencapai
12,7-16,8 episode per 100 anak perminggu (child-weeks) (Rahajoe dkk, 2012) dan
hampir dua juta anak meninggal setiap tahun, dan sebagian besar anak-anak ini
tinggal di negara berkembang. Di negara maju, angka kejadian infeksi saluran
pernapasan akut tinggi dan menyebabkan 19% menjadi 27% rawat inap pada anak
di bawah usia 5 tahun di Amerika Serikat (Peng dkk, 2009). Di Indonesa infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi
yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Pada tahun 2010 cakupan penemuan
pneumonia sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259
kasus dan untuk provinsi Jawa Tengah didapatkan prevalensi sebesar 10,96%
(Depkes, 2010). Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya, dan kunjungan pasien penderita antara 40 % sampai 60 % rawat jalan
serta 15-30 % rawat inap dari kunjungan di Puskesmas (Depkes, 2008). Di
Indonesia kasus ISPA juga masih menempati urutan pertama dalam jumlah pasien
rawat jalan terbanyak. Hal ini menunjukkan angka kesakitan akibat ISPA masih
tinggi. Angka kematian pneumonia juga masih tinggi, yaitu kurang 5 per 1000
balita (Rahajoe dkk, 2012).
3
Infeksi pneumonia merupakan salah satu masalah serius bagi dunia. Hal
ini dapat dilihat dari angka kematian yang diakibatkan oleh pneumonia di
berbagai negara masih tinggi. World Health Organization (WHO) melaporkan,
hampir 6 juta anak balita meninggal dunia pada tahun 2015, 16% dari jumlah
tersebut disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2016). Berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2016, populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang
memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Angka kematian
akibat pneumonia pada balita di seluruh provinsi di Indonesia tahun 2016 sebesar
0,16%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,11%. Kematian yang
diakibatkan oleh pneumonia lebih sering terjadi pada anak kelompok usia 1-4
tahun yaitu 0,13% dibandingkan pada bayi yang presentasenya 0,06%. Usia anak
merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi
pengobatan. Sehingga ini akan berhubungan secara langsung terhadap diagnosa
yang akan ditegakkan. Berdasarkan penelitian Shampa (2017), anak yang
mengalami pneumonia dapat dibedakan berdasarkan lokasi peradangannya yaitu
bronkiolitis dan pneumonia. Lebih lanjut ditegaskan bahwa anak dengan berat
badan rendah lebih beresiko terinfeksi pneumonia daripada bronkiolitis.
terdapat dalam sistem imun berada pada jaringan dan organ yang spesifik yaitu
jaringan limfoid sebagai jaringan imun. Timus merupakan salah satu organ
limfoid primer. Sel T yang diproduksi oleh timus pada balita, sangat berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh dari benda asing. Sehingga balita dengan gizi
kurang/buruk akan mengalami penurunan pertahanan tubuh yang dampaknya
mudah terkena infeksi (Almatsier, 2010). Dan pneumonia termasuk kedalam salah
satu penyakit infeksi.
Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat untuk
reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Kondisi kurang energi
protein (KEP) dapat menyebabkan ketahanan tubuh menurun dan virulensi
patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan
akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam
mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi (Rodriguez, 2011).
Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi pembentukan enzim yang
berperan dalan metabolisme tubuh, termasuk sitem imun. Antibodi globulin
gamma yang biasanya disebut dengan imunoglobilin merupakan 20 % dari
seluruh energi plasma. Semua immunoglobulin terdiri dari rantai polipeptida yang
mengandung bermacam-macam asam amino-asam amino yang spesifik. Salah
satu asam amino yang berperan dalam sistem imun adalah asam amino treonin
yang memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya virus dan bakteri terutama
pada saluran nafas dan paru-paru. Yakni berupa sekresi lendir yang disebut
glikoprotein dan immunoglobulin A. Pada penderita yang mengalami kekurangan
asam amino treonin akan mengalami kemunduran sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan protein yang terjadi dapat menurunkan sistem imun yang pada
akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi. Selain
itu, kekurangan protein umumnya dapat juga berpengaruh terhadap metabolisme
vitamin dan mineral yang berperan sebagai anti oksidan tidak dapat berperan
secara maksimal, akibatnya baik flora normal maupun bakteri dari luar dapat
dengan mudah berkembang dan virulensi nya meningkat, sehingga menyebabkan
timbulnya gejala penyakit, termasuk infeksi pneumonia (Andarini dkk, 2005).
BAB II
SKRINING GIZI
5
BAB III
DATA UMUM PASIEN
Identitas Pasien
Nama : An. J
No. RM : 255622
Ruangan Pasien : Peristi 5
Tanggal Masuk : 9 Agustus 2022
TTL/Umur : 16 Juli 2022 / 24 Bln
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Kesambi 5/7 Mejobo
DPJP : dr. Arif Faiza, Sp.PK
Gmbaran Kasus
Pasien An. J berjenis kelamin laki-laki berusia 1 bulan berasal dari Kudus,
beragama Islam masuk ke rumah sakit pada tanggal 9 Agustus 2022 dirawat
selama 6 hari. Pada saat masuk di Rumah Sakit pasien di diagnosis medis
Pnumonia bilateral. Menurut ibu pasien SMRS pasien tersedak hingga
mengakibatkan sesak nafas, kejang, kulit sudah membiru dan saturasi oksigen
hanya 9%.. Pasien mengalami batuk dan penurunan berat badan yang tidak
diinginkan. Dalam satu rumah pasien tinggal bersama 5 orang anggota keluarga.
Ayah pasien berpenghasilan cukup.
6
7
kalsium rendah 94 mmol/L. Tingkat kesadaran Apatis dengan kesann gizi buruk,
Suhu 38ºC, Nadi/HR 88 x/menit, Pernafasan/RR 60 x/menit.
2. Antropometri (AD)
Tabel 4. 2 Antropometri
Kategori
Data Standart Pembanding Keterangan
Data
AD.1.1.1 52 cm PB/U anak laki-laki umur Normal
Panjang 0-24 bulan.
Badan Sangat Pendek (Severely
stunted)
<-3SD (<48,9 cm)
Pendek (Stuntes) -3SD sd <-
8
9
Kesimpulan :
10
3. Biokimia (BD)
Tabel 4. 3 Biokimia
Standar
Kategori Data Data Satuan Keterangan
Pembanding
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,8 g/dl 11 – 16 Normal
Leukosit 13.970 /uL 5.000 – Tinggi
10.000
Hematokrit 40,9 % 30 -50 Normal
Trombosit 288.000 /uL 150.000 – Normal
450.000
MCV 98,5 Fl 80 – 99 Normal
MCH 30,8 Pg 27 – 34 Normal
MCHC 31,3 g/dL 32 – 36 Rendah
Eritrosit 4.150.00 /uL 3.500.000 - Normal
0 5.500.000
Eosinofil 0,6 % 1–3 Rendah
Basofil 0,2 % 0–1 Normal
Neutrofil 80,2 % 40 – 60 Tinggi
Lymfosit 15,9 % 45 – 65 Rendah
Monosit 3,1 % 2–8 Normal
KIMIA-GULA DARAH
Glukosa Darah 143 mg/dL <130 Tinggi
Sewaktu
ELEKTTROLIT
Natrium 133 mmol/L 135 – 148 Rendah
Kalium 4,5 mmol/L 3,5 – 5,2 Normal
11
Tabel 4. 4 Fisik-Klinis
Standar
Kategori Data Kode Data Keterangan
Pembanding
Keadaan PD- Sadar
Umum 1.1.1
Kardiovaskular PD- Sesak nafas
-paru 1.1.3
Tanda Vital PD- Suhu 38ºC, Suhu 36C – Tinggi
1.1.9 37,5 C
Nadi/HR Nadi/HR 100 - Lambat
88 x/menit, 150 x/menit,
Pernafasan / Pernafasan/RR Cepat
RR 30 – 55
60x/menit. x/menit.
Kesimpulan :
An J mengalami demam dan sesak nafas dengan nadi lemah.
12
5. Dietary (FH)
Tabel 4. 5 Dietery
Kategori
Kode Data Standar Pembanding Keterangan
Data
Total FH- 62 kkal Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.1.1.1 Energi CS-1.1.1 Berat
Energi Estimasi kebutuhan
Energi total berdasarkan
rumus Malnutrisi
Kebutuhan Energi
= 100 kal/kgBBI/hari
= 100 kal x 4,5 kg
= 450 kkal/hari
% Asupan = 13,7%
Total FH- 3,3 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.1.1 lemak CS-2.1.1 Berat
Lemak Estimasi kebutuhan
13
lemak total.
Lemak yang digunakan
sebesar 35% dari energi
total.
Kebutuhan Lemak
= 35% x 450 kkal
= 157,5/9
= 17,5 gram
% Asupan = 18,9%
Total FH- 1,5 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.2.1 Protein CS-2.2.1 Berat
Protein Estimasi kebutuhan
protein total. Protein
yang digunakan sebesar
1,5 gram/kg BB/hari.
Kebutuhan Protein
= 1,5 gr x BBI
= 1,5 gr x 4,5
= 6,75 gram
= 27 kkal
% Asupan = 22 %
Total FH- 7 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.3.1 Karbohidrat CS-2.3.1 Berat
Karbohidra Estimasi kebutuhan
t karbohidrat total.
Kebutuhan karbohidrat
pasien dihitung
berdasarkan hasil jumlah
kebutuhan energi-
protein-lemak yaitu
14
Kebutuhan Karbohidrat
= 450 – 27 – 157,5
= 265,5 kkal/4
= 66,4 gram
% Asupan = 10,5%
Frekuensi FH- 12 kali
Makan 1.2.2.1
Jenis FH- ASI
Makanan 1.2.2.2
Kesimpulan : Asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat An. J sangat kurang
dari kebutuhan asupan tubuh (Defisit Berat)
Sumber : Depkes,2003
BAB V
DIAGNOSIS GIZI
15
BAB VI
INTERVENSI GIZI
Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi secara bertahap pada pasien.
7. Perencanaan (Planning)
16
17
Jika 6x Pemberian :
a) Energi = 100 kkal x 6 kali pemberian
= 600 kkal
Memenuhi kebutuhan sebanyak 133% dari kebutuhan
asupan energi tubuh.
b) Protein = 2,6 gram x 6 kali pemberian
= 15,6 gram
Memenuhi kebutuhan sebanyak 231% dari kebutuhan
asupan protein tubuh.
c) Lemak = 5,8 gram x 6 kali pemberian
= 34,8 gram
Memenuhi sebanyak 198% dari kebutuhan asupan
lemak tubuh
d) KH = 10 gram x 6 kali pemberian
= 60 kkal
Memenuhi sebanyak 90,3% dari kebutuhan asupan
karbohidrat energi
e) Cairan = 90 ml x 6 kali pemberian
= 540 ml
Memenuhi sebanyak 92,3% cairan yang diperlukan
tubuh
b. Syarat Diet
1) Energi sesuai kebutuhan 100 kkal/kg BB/hari yaitu 450 kkal.
2) Protein Tinggi yaitu 1,5 gram/kg BB/hari sekitar 6,75 gram
3) Lemak 35% dari kebutuhan energi yang digunakan yaitu 17,5
Di dalam Lemak pada SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan juga
mengandung AA sebanyak 17 mg/100 ml, DHA sebanyak 9,9
mg/100 ml, Asam linoleate (Omega 6) sebanyak 1.019
mg/100 ml dan Asam α-linoleat (Omega 3) sebanyak 118
mg/100 ml.
19
21
22
= 3,8 gram x 7
= 26,6 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 7
= 70 gr
Serat
= 0,56 gram x 7
= 3,9 gr
= 0,56 gram x 8
= 4,5 gr/ Intake
pemberian dalam
sehari)
Energi
= 100 kkal x 10
= 1000 kkal.
Protein
= 2,6 gram x 10
= 26 gr
Lemak Total
= 3,8 gram x 10
= 38 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 10
= 100 gr
Serat
= 0,56 gram x 10
= 5,6 gr
BAB VIII
PENUTUP
8. Pembahasan Kasus
29
30
9. Saran
J.
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Andarini, S., Asmika., dan Noviana A., Hubungan antara status gizi dan tingkat
konsumsi energi, protein, dengan frekuensi kejadian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) pada balita diwilayah kerja puskesmas
gondanglegi, kecematan gondang legi kabupaten malang.
http://elibrary.ub.ac.id/. Tesis.
Dan Peng., Dongchi Zhao., Jingtao Liu., Xia Wang., Kun Yang., Hong
Xicheng.,Yang Li., dan Fubing Wang., 2009. Multipathogen infections in
hospitalized children with acute respiratory infections.
http://www.virologyj.com/content/6/1/155.
Depkes RI., 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta.
31
32
Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi, D. (2016). Faktor Resiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 365-370.
Kinanti, A. A. (2016). Anak Batuk Pilek Plus Napas Cepat? Waspadai Pneumonia
dalam
https://health.detik.com/read/2016/11/17/163901/3347898/1301/anakbatuk
-pilek-plus-napas-cepat-waspadai-pneumonia. Diakses tanggal 26
November 2017
Marimbi, H., 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Nuha medika, Yogyakarta.
Nurnajiah, M., Rusdi, & Desmawati. (2016). Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 250-255.
Rahajoe N., Supriyatno B., dan Setyanto Budi D., 2012. Buku Ajar Respirologi
Anak, cetakan ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rodríguez.,
L.Cervantes., dan E. Ortiz, R., 2011. Malnutrition and Gastrointestinal and
33
Shampa, N., & al, e. (2017). Comparative Study Of Nutritional Status of Children
(02-24 Months) with Acute Bronchiolitis and Pneumonia. Journal of
Bangladesh College of Physicians and Surgeons. 10-14.
Utomo M., dan Hastuti F. Tri., 2005. Hubungan Antara Ventilasi Ruangan,
Kelembaban, Pencahayaan, Kepadatan Hunian dan Status Gizi dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak-Anak 1-5 tahun Di
Desa Mojosongo, Kota Surakarta. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang. http://Jurnal.unimus.ac.id.
WHO. (2016). World Health Statistic 2016 : Monitoring Health for SDGs.
Prancis: WHO.
BAB X
LAMPIRAN
12. Leaflet
Gambar 1 Leaflet
36
37