Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS KOMPREHENSIF

GIZI BURUK DENGAN RIWAYAT PENYAKIT


PNEUMONIA BILLATERAL

OLEH :
Annisa Surya Mustika
120.GZK.002

PEMBIMBING :
Muhammad Rifky, S.Gz

DALAM RANGKA MENGIKUTI PRAKTEK LAPANGAN


ASUHAN GIZI KLINIS II DI PUSKESMAS MEJOBO KUDUS
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI KLINIS
POLITEKNIK KUDUS
TAHUN 2022
PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus Komprehensif Praktik Lapangan Proses Asuhan Gizi


Terstandar Pada Pasien Anak Dengan Gizi Buruk dan Riwayat Penyakit
Pneumonia Bilateral di Desa Kesambi, Mejobo Kudus Tahun 2022 yang disusun
oleh :

Nama : Annisa Surya Mustika

NIM : 120.GZK.002

Program Studi : DIV Gizi Klinis

Telah diterima dan mendapatkan persetujuan pada tanggal ……, …………..


2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Cyntia Ratna Sari, S. Gz., M. Gizi Muhammad Rifky, S.Gz


NIP. NIP.

I
II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, Laporan Praktik Lapangan dengan judul “Proses Asuhan
Gizi Terstandar Pada Pasien Anak Dengan Gizi Buruk dan Riwayat Penyakit
Pneumonia Billateral di Desa Kesambi, Mejobo.” dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Laporan Praktik Lapangan ini disusun berdasarkan hasil Praktek
Lapangan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Mejobo Kudus pada tanggal 21
November – 16 Desember 2022.

Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak terlepas dari
bimbingan dan arahan berbagai pihak khususnya pihak pembimbing. Oleh karena
itu dengan seluruh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Kartika Yuliantin, SKM selaku Kepala Unit Gizi Puskesmas Mejobo
Kudus.
2. Ibu Cyntia Ratna Sari, S.Gz., M.Gizi, Bapak Yoga Adi Dana, SKM. MPH,
dan Kak Muhammad Rifky, S.Gz. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam melaksanakan
kasus komprehensif ini.
3. Ibu Ade Suryani, Amd. Keb dan Ibu Khadliroh, Amd. Keb yang telah
banyak memberikan bimbingan dan ruangan selama Praktik Lapangan
berlangsung.
4. Ibu Noor Riyantika Nanda Sari, Amd. Keb selaku Bidan Desa Kesambi
yang telah membukakan jalan dalam melaksanakan kasus komprehensif
ini
5. Suami, kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


laporan ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat

III
penulis jadikan koreksi dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun khalayak umum.

DAFTAR ISI

PENGESAHAN........................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
DAFTAR TABEL..................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V
BAB I LATAR BELAKANG..................................................................................1
BAB II SKRINING GIZI.........................................................................................5
BAB III DATA UMUM PASIEN...........................................................................6
BAB IV ASSESMENT (PENGKAJIAN) GIZI .....................................................8
A. Riwayat Personal Pasien (CH)......................................................................8
B. Antropometri (AD).......................................................................................8
C. Biokimia (BD).............................................................................................10
D. Data Fisik-Klinis (PD)................................................................................11
E. Dietary (FH)................................................................................................12
BAB V DIAGNOSIS GIZI ...................................................................................15
BAB VI INTERVENSI GIZI.................................................................................16
A. Tujuan Intervensi Gizi.............................................................................16
B. Perencanaan (Planning)..........................................................................16
BAB VII MONITORING – EVALUASI GIZI.....................................................20
BAB VIII PENUTUP.............................................................................................28
BAB IX DAFTAR PUSTAKA .............................................................................30
BAB X LAMPIRAN .............................................................................................33

IV
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Riwayat Personal Pasien.........................................................................8


Tabel 4. 2 Antropometri...........................................................................................8
Tabel 4. 3 Biokimia................................................................................................10
Tabel 4. 4 Fisik-Klinis...........................................................................................11
Tabel 4. 5 Dietery...................................................................................................12
Tabel 4. 6 Standart Asupan Makan........................................................................14
Table 7. 1 Rencana Monitoring dan Evaluasi........................................................20
Table 7. 2 Monev Bulan Pertama (September 2022)............................................20
Table 7. 3 Monev Bulan Kedua (28 Oktober 2022)..............................................22
Table 7. 4 Monev Bulan Ketiga (5 November 2022)............................................24
Table 7. 5 Monev Bulan Kedua (8 Desember 2022).............................................25

V
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Leaflet...................................................................................................34

VI
BAB I
LATAR BELAKANG

Gizi merupakan unsur yang penting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi,


mengingat zat gizi berfungsi menghasilkan energi, membangun dan memilihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Selain itu gizi
berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas
kerja. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita
didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini akan
berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak (Marimbi, 2010).

Pada kasus gizi kurang, individu akan lebih rentan terhadap infeksi akibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap invasi patogen (Calder, 2000).
Pertumbuhan yang baik dan status imunologi yang memadai akan menghasilkan
tingkat kesehatan yang baik pula. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang terhambat
biasanya disertai dengan status imunologi yang rendah sehingga balita mudah
terkena penyakit (Aritonang, 2007).Gizi Buruk adalah penyebab kematian
tertinggi anak di negara berkembang. Data WHO tahun 2013, lebih dari 50%
kematian anak dinegara berkembang disebabkan kondisi gizi buruk. Di Indonesia
kejadian anak gizi buruk Indonesia kejadian anak gizi buruk mencapai 9,4% pada
tahun 2010 dan meningkat sebanyak 5,7% pada tahun 2013.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting


morbiditas dan mortalitas pada anak (Pore dkk, 2010). Anak dibawah lima tahun
adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang
lain (Mulyati, 2004). Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena
ISPA terutama pada bayi dan balita (Utomo & Hastuti, 2005). Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian
dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (Saluran bawah)

1
2

termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari.
Klasifikasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sendiri dibagi menjadi dua
bagian yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas yang terdiri dari rhinitis,
faringitis, tonsillitis, rinosinositis, dan otitis media. Sedangkan untuk infeksi
saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas epiglotitis, group
(laringotrakeobronkitis), bronkhitis, bronkiolitis, dan pneumonia (Rahajoe dkk,
2012).

Kasus ISPA merupakan 50% dari seluruh penyakit pada anak berusia
dibawah lima tahun, dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun. Penelitian oleh The
board on science and technology for internasional Develeopment (BOSTID)
menunjukkan bahwa insidensi ISPA pada anak berusia dibawah 5 tahun mencapai
12,7-16,8 episode per 100 anak perminggu (child-weeks) (Rahajoe dkk, 2012) dan
hampir dua juta anak meninggal setiap tahun, dan sebagian besar anak-anak ini
tinggal di negara berkembang. Di negara maju, angka kejadian infeksi saluran
pernapasan akut tinggi dan menyebabkan 19% menjadi 27% rawat inap pada anak
di bawah usia 5 tahun di Amerika Serikat (Peng dkk, 2009). Di Indonesa infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi
yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Pada tahun 2010 cakupan penemuan
pneumonia sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259
kasus dan untuk provinsi Jawa Tengah didapatkan prevalensi sebesar 10,96%
(Depkes, 2010). Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya, dan kunjungan pasien penderita antara 40 % sampai 60 % rawat jalan
serta 15-30 % rawat inap dari kunjungan di Puskesmas (Depkes, 2008). Di
Indonesia kasus ISPA juga masih menempati urutan pertama dalam jumlah pasien
rawat jalan terbanyak. Hal ini menunjukkan angka kesakitan akibat ISPA masih
tinggi. Angka kematian pneumonia juga masih tinggi, yaitu kurang 5 per 1000
balita (Rahajoe dkk, 2012).
3

Infeksi pneumonia merupakan salah satu masalah serius bagi dunia. Hal
ini dapat dilihat dari angka kematian yang diakibatkan oleh pneumonia di
berbagai negara masih tinggi. World Health Organization (WHO) melaporkan,
hampir 6 juta anak balita meninggal dunia pada tahun 2015, 16% dari jumlah
tersebut disebabkan oleh pneumonia (WHO, 2016). Berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2016, populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang
memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Angka kematian
akibat pneumonia pada balita di seluruh provinsi di Indonesia tahun 2016 sebesar
0,16%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,11%. Kematian yang
diakibatkan oleh pneumonia lebih sering terjadi pada anak kelompok usia 1-4
tahun yaitu 0,13% dibandingkan pada bayi yang presentasenya 0,06%. Usia anak
merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi
pengobatan. Sehingga ini akan berhubungan secara langsung terhadap diagnosa
yang akan ditegakkan. Berdasarkan penelitian Shampa (2017), anak yang
mengalami pneumonia dapat dibedakan berdasarkan lokasi peradangannya yaitu
bronkiolitis dan pneumonia. Lebih lanjut ditegaskan bahwa anak dengan berat
badan rendah lebih beresiko terinfeksi pneumonia daripada bronkiolitis.

Masyarakat khususnya orang tua sering beranggapan bahwa batuk dan


pilek yang dialami anak merupakan sakit yang biasa, sehingga mereka tidak
menilai lebih jauh tentang adanya tanda-tanda peningkatan frekuensi pernapasan
yang menjadi salah satu gejala awal pneumonia (Anna, 2015). Pada tahap ini tidak
jarang penanganan awal infeksi pneumonia terlambat untuk diberikan kepada
anak (Kinanti, 2016). Beberapa faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian
pneumonia di negara berkembang yaitu kurangnya pemberian asi (air susu ibu)
eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan, BBLR (berat bayi lahir rendah)
dan tidak diberikannya imunisasi campak (Efni, Machmud & Pertiwi, 2016).
Balita dengan gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko terjadinya
pneumonia pada balita (Nurnajiah, Rusdi & Desmawati, 2016). Status gizi yang
kurang dan buruk dapat menyebabkan gangguan sistem imun. Sel-sel yang
4

terdapat dalam sistem imun berada pada jaringan dan organ yang spesifik yaitu
jaringan limfoid sebagai jaringan imun. Timus merupakan salah satu organ
limfoid primer. Sel T yang diproduksi oleh timus pada balita, sangat berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh dari benda asing. Sehingga balita dengan gizi
kurang/buruk akan mengalami penurunan pertahanan tubuh yang dampaknya
mudah terkena infeksi (Almatsier, 2010). Dan pneumonia termasuk kedalam salah
satu penyakit infeksi.

Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat untuk
reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Kondisi kurang energi
protein (KEP) dapat menyebabkan ketahanan tubuh menurun dan virulensi
patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan
akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam
mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi (Rodriguez, 2011).
Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi pembentukan enzim yang
berperan dalan metabolisme tubuh, termasuk sitem imun. Antibodi globulin
gamma yang biasanya disebut dengan imunoglobilin merupakan 20 % dari
seluruh energi plasma. Semua immunoglobulin terdiri dari rantai polipeptida yang
mengandung bermacam-macam asam amino-asam amino yang spesifik. Salah
satu asam amino yang berperan dalam sistem imun adalah asam amino treonin
yang memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya virus dan bakteri terutama
pada saluran nafas dan paru-paru. Yakni berupa sekresi lendir yang disebut
glikoprotein dan immunoglobulin A. Pada penderita yang mengalami kekurangan
asam amino treonin akan mengalami kemunduran sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan protein yang terjadi dapat menurunkan sistem imun yang pada
akhirnya akan menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi. Selain
itu, kekurangan protein umumnya dapat juga berpengaruh terhadap metabolisme
vitamin dan mineral yang berperan sebagai anti oksidan tidak dapat berperan
secara maksimal, akibatnya baik flora normal maupun bakteri dari luar dapat
dengan mudah berkembang dan virulensi nya meningkat, sehingga menyebabkan
timbulnya gejala penyakit, termasuk infeksi pneumonia (Andarini dkk, 2005).
BAB II
SKRINING GIZI

A. Pemilihan metode skrining


Metode skrining gizi yang digunakan adalah skrining gizi STRONG-kids
karena pasien masih balita (1 Bulan)
B. Pengisian kuesioner
*Terdapat dalam lampiran
C. Membuat kesimpulan kuesioner
Total poin skrining gizi STRONG-kids adalah 4 poin, menunjukkan bahwa
An. J berisiko tinggi.

5
BAB III
DATA UMUM PASIEN

Identitas Pasien

Nama : An. J
No. RM : 255622
Ruangan Pasien : Peristi 5
Tanggal Masuk : 9 Agustus 2022
TTL/Umur : 16 Juli 2022 / 24 Bln
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Kesambi 5/7 Mejobo
DPJP : dr. Arif Faiza, Sp.PK

Gmbaran Kasus

Pasien An. J berjenis kelamin laki-laki berusia 1 bulan berasal dari Kudus,
beragama Islam masuk ke rumah sakit pada tanggal 9 Agustus 2022 dirawat
selama 6 hari. Pada saat masuk di Rumah Sakit pasien di diagnosis medis
Pnumonia bilateral. Menurut ibu pasien SMRS pasien tersedak hingga
mengakibatkan sesak nafas, kejang, kulit sudah membiru dan saturasi oksigen
hanya 9%.. Pasien mengalami batuk dan penurunan berat badan yang tidak
diinginkan. Dalam satu rumah pasien tinggal bersama 5 orang anggota keluarga.
Ayah pasien berpenghasilan cukup.

Hasil pemeriksaan antropometri awal pasien yaitu BB 2,8 kg, PB 52 cm.


Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 9 Agustus 2022 yaitu
leukosit tinggi 13.970/uL, MCHC rendah 31,3 g/dL, eosinophil rendah 0,6%,
limfosit rendah 15,9%, GDS tinggi 143 mg/dL, natrium rendah 133 mmol/L dan

6
7

kalsium rendah 94 mmol/L. Tingkat kesadaran Apatis dengan kesann gizi buruk,
Suhu 38ºC, Nadi/HR 88 x/menit, Pernafasan/RR 60 x/menit.

Kebiasaan minum ASI SMRS diberikan minum dengan frekuensi


pemberian 12x/hari dengan durari menyusui 20 menit dengan rerata asupan energi
sebanyak 62 kkal, protein 1,5 gram, lemak 3,3 gram dan karbohidrat 7 gram
termasuk deficit berat. Asupan minum pasien berdasarkan wawancara pada
tanggal 9 Desember 2022, MRS dengan frekuensi pemberian 12 x/hari
menggunakan susu formula (SGM Gain 100), sebesar Energi 600 kkal, Protein
15,6 gram, Lemak 34,8 gram, Karbohidrat 60 gram dan cairan sebanyak 540 ml.
BAB IV
ASSESMENT (PENGKAJIAN) GIZI

1. Riwayat Personal Pasien (CH)

Tabel 4. 1 Riwayat Personal Pasien

Kategori Data Kode Data


Umur CH-1.1.1 1 Bulan
Jenis Kelamin CH-1.1.2 Laki-laki
Ayah pasien
Sosial ekonomi CH-3.1.1
berpenghasilan cukup.
Keluarga yang tinggal 5 orang anggota
CH-3.1.2
bersama keluarga
Agama CH-3.1.7 Islam
Kesimpulan :
Pasien berumur 1 bulan,berjenis kalamin laki-laki, beragama islam, tinggal
bersama 5 anggota keluarga, pasien berasal dari keluarga dengan
penghasilan cukup

2. Antropometri (AD)

Tabel 4. 2 Antropometri

Kategori
Data Standart Pembanding Keterangan
Data
AD.1.1.1 52 cm PB/U anak laki-laki umur Normal
Panjang 0-24 bulan.
Badan Sangat Pendek (Severely
stunted)
<-3SD (<48,9 cm)
Pendek (Stuntes) -3SD sd <-

8
9

2SD (48,9 – <50,8 cm)


Normal -2SD sd +3SD (50,8
– 60,6 cm)
Tinggi >+3SD (>60,6 cm)
BB/U untuk anak usia 0-24
bulan
BB sangat Kurang
(SeverelyUnderweight) <-
AD.1.1.2 3SD (<2.9 kg) Berat badan
Berat 2,8 kg BB Kurang (Underweight) - sangat
Badan 3SD sd <-2SD (2,9 – 3,4 kg) kurang
BB Normal -2SD sd +1SD
(>3,4 – 5,1 kg)
Resiko BB lebih >+1SD
(>5,1 kg)
BB/PB untuk anak usia 0-60
tahun
Gizi Buruk (Severely wasted)
<-3SD
Gizi Kurang (Wasted) -3SD
Berat PB = 52 cm
sd <-2SD
Badan BB = 2,8 kg
Gizi Baik (Normal)
menurut (Normalnya Gizi Buruk
-2SD sd +1SD
Panjang 3,8 kg)
Berisiko Gizi Lebih (Possible
Tubuh IMT = 10,36
risk of overweight) >+1SD sd
+2SD
Gizi Lebih (Overweight)
>+2SD sd +3SD
Obesitas (Obese) >+3SD

Kesimpulan :
10

Pasien memiliki panjang badan 52 cm dan berat badan 2,8 kg menurut


nilai pengukuran BB/PB pasien mengalami Gizi Kurang

3. Biokimia (BD)

Tabel 4. 3 Biokimia

Standar
Kategori Data Data Satuan Keterangan
Pembanding
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,8 g/dl 11 – 16 Normal
Leukosit 13.970 /uL 5.000 – Tinggi
10.000
Hematokrit 40,9 % 30 -50 Normal
Trombosit 288.000 /uL 150.000 – Normal
450.000
MCV 98,5 Fl 80 – 99 Normal
MCH 30,8 Pg 27 – 34 Normal
MCHC 31,3 g/dL 32 – 36 Rendah
Eritrosit 4.150.00 /uL 3.500.000 - Normal
0 5.500.000
Eosinofil 0,6 % 1–3 Rendah
Basofil 0,2 % 0–1 Normal
Neutrofil 80,2 % 40 – 60 Tinggi
Lymfosit 15,9 % 45 – 65 Rendah
Monosit 3,1 % 2–8 Normal
KIMIA-GULA DARAH
Glukosa Darah 143 mg/dL <130 Tinggi
Sewaktu
ELEKTTROLIT
Natrium 133 mmol/L 135 – 148 Rendah
Kalium 4,5 mmol/L 3,5 – 5,2 Normal
11

Clorida 94 mmol/L 96 – 108 Rendah


Kesimpulan :
An. J mengalami infeksi/inflamasi di dalam tubuh yaitu pneumonia
(Kemenkes, 2011), anemia, hiperglikemik, peningkatan kadar
glukokortikoid (mengurangi peradangan juga untuk menguatkan sistem
kekebalan tubuh) dalam darah, dan adanya kejang.

4. Data Fisik-Klinis (PD)

Tabel 4. 4 Fisik-Klinis

Standar
Kategori Data Kode Data Keterangan
Pembanding
Keadaan PD- Sadar
Umum 1.1.1
Kardiovaskular PD- Sesak nafas
-paru 1.1.3
Tanda Vital PD- Suhu 38ºC, Suhu 36C – Tinggi
1.1.9 37,5 C
Nadi/HR Nadi/HR 100 - Lambat
88 x/menit, 150 x/menit,
Pernafasan / Pernafasan/RR Cepat
RR 30 – 55
60x/menit. x/menit.
Kesimpulan :
An J mengalami demam dan sesak nafas dengan nadi lemah.
12

5. Dietary (FH)

Asupan Yang Diterima SMRS :


Ibu menyusui 12 kali, lama menyusui 20 menit
12 x 20 = 240 menit
24 jam = 1440 menit
Volume ASI untuk menyusui tahun pertama 600ml/24 jam
(240 : 1440) x 600 = 100 ml
Nilai Gizi dari ASI yang dikonsumsi sehari (100 ml ASI)
Diketahui dalam 100 ml ASI mengandung Energi 62 kal, Protein 1,5
gr, Lemak 3,3 gr dan Karbohidrat 7 gr)
Energi = (100 ml : 100) x 62 = 62 kal
Protein = (100 ml : 100) x 1,5 = 1,5 gr
Lemak = (100 ml : 100) x 3,3 = 3,3 gr
KH = (100 ml : 100) x 7 = 7 gr

Tabel 4. 5 Dietery

Kategori
Kode Data Standar Pembanding Keterangan
Data
Total FH- 62 kkal Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.1.1.1 Energi CS-1.1.1 Berat
Energi Estimasi kebutuhan
Energi total berdasarkan
rumus Malnutrisi
Kebutuhan Energi
= 100 kal/kgBBI/hari
= 100 kal x 4,5 kg
= 450 kkal/hari
% Asupan = 13,7%
Total FH- 3,3 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.1.1 lemak CS-2.1.1 Berat
Lemak Estimasi kebutuhan
13

lemak total.
Lemak yang digunakan
sebesar 35% dari energi
total.
Kebutuhan Lemak
= 35% x 450 kkal
= 157,5/9
= 17,5 gram
% Asupan = 18,9%
Total FH- 1,5 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.2.1 Protein CS-2.2.1 Berat
Protein Estimasi kebutuhan
protein total. Protein
yang digunakan sebesar
1,5 gram/kg BB/hari.
Kebutuhan Protein
= 1,5 gr x BBI
= 1,5 gr x 4,5
= 6,75 gram
= 27 kkal
% Asupan = 22 %
Total FH- 7 gr Estimasi Kebutuhan Defisit
Asupan 1.5.3.1 Karbohidrat CS-2.3.1 Berat
Karbohidra Estimasi kebutuhan
t karbohidrat total.
Kebutuhan karbohidrat
pasien dihitung
berdasarkan hasil jumlah
kebutuhan energi-
protein-lemak yaitu
14

Kebutuhan Karbohidrat
= 450 – 27 – 157,5
= 265,5 kkal/4
= 66,4 gram
% Asupan = 10,5%
Frekuensi FH- 12 kali
Makan 1.2.2.1
Jenis FH- ASI
Makanan 1.2.2.2

Kesimpulan : Asupan energi, lemak, protein dan karbohidrat An. J sangat kurang
dari kebutuhan asupan tubuh (Defisit Berat)

Tabel 4. 6 Standart Asupan Makan

Kelebihan Asupan >120%


Normal (Baik) 90 – 119%
Defisit Ringan 80 – 89%
Defisit Sedang 70 – 79%
Defisit Berat <70%

Sumber : Depkes,2003
BAB V
DIAGNOSIS GIZI

Kemungkinan Diagnosis Gizi

NI-2.1 Asupan Oral Inadekuat berkaitan dengan peningkatan katabolisme protein


dan lemak ditandai oleh asupan energi total pasien 62 kkal atau 13,7%, lemak, 3,3
gram atau 18,9%, protein 1,5 gram atau 22 % dan karbohidrat 7 gram atau 10,5%.

NI-5.2 Malnnutrisi berkaitan dengan perubahan fisiologi yang menyebabkan


peningkatan kebutuhan nutrisi yang disebabkan karena adanya penyakit
pneumonia bilateral ditandai oleh penurunan berat badan yang tidak diinginkan
yaitu BB pasien 2,8 kg dengan IMT 10,36.

NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan disfungsi


pulmonary ditandai oleh leukosit tinggi, MCHC rendah, eosinophil rendah,
limfosit rendah, GDS tinggi, natrium rendah dan kalsium rendah.

Prioritas Diagnosis Gizi

NI-5.2 Malnnutrisi berkaitan dengan perubahan fisiologi yang menyebabkan


peningkatan kebutuhan nutrisi yang disebabkan karena adanya penyakit
pneumonia bilateral ditandai oleh penurunan berat badan yang tidak diinginkan
yaitu BB pasien 2,8 kg dengan IMT 10,36.

15
BAB VI
INTERVENSI GIZI

6. Tujuan Intervensi Gizi

Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi secara bertahap pada pasien.

7. Perencanaan (Planning)

1. ND. Domain Pemberian Makanan dan Zat Gizi


a. Preskripsi Diet
1) Perhitungan Kebutuhan Asupan Makanan
Rumus Malnutrisi :
Energi = 100 kkal x BBI
= 100 kkal x 4,5 kg
= 450 kkal
Protein = 1,5 gram x BBI
= 1,5 gram x 4,5
= 6,75 gram
= 27 kkal
Lemak = 35% x 450 kkal
= 157,5/9
= 17,5 gram
KH = 450 – 27 – 157,5
= 265,5 kkal/4
= 66,4 gram
Rumus Kebutuhan Cairan
= 130 x BBI
= 130 x 4,5 kg
= 585 ml

16
17

Tabel 6. 1 Pemberian Diet

Waktu Makanan Jumlah


04.00 Susu Formula 50 ml
06.00 Susu Formula 50 ml
08.00 Susu Formula 50 ml
10.00 Susu Formula 50 ml
12.00 Susu Formula 50 ml
14.00 Susu Formula 50 ml
16.00 Susu Formula 50 ml
18.00 Susu Formula 50 ml
20.00 Susu Formula 50 ml
22.00 Susu Formula 50 ml
24.00 Susu Formula 50 ml
02.00 Susu Formula 50 ml
Waktu Makanan Jumlah
06.00 Susu Formula 100 ml
10.00 Susu Formula 100 ml
14.00 Susu Formula 100 ml
18.00 Susu Formula 100 ml
22.00 Susu Formula 100 ml

2) Rencana Intervensi Gizi


Nama diet : Diet TKTP 450 kkal
Bentuk makanan : Cair (SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan)
Rute pemberian : Oral
Frekuensi : 6x pemberian
Dalam 1 sajian SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan diberikan 5
sendok takar penuh dan 90 ml air putih.
18

Jika 6x Pemberian :
a) Energi = 100 kkal x 6 kali pemberian
= 600 kkal
Memenuhi kebutuhan sebanyak 133% dari kebutuhan
asupan energi tubuh.
b) Protein = 2,6 gram x 6 kali pemberian
= 15,6 gram
Memenuhi kebutuhan sebanyak 231% dari kebutuhan
asupan protein tubuh.
c) Lemak = 5,8 gram x 6 kali pemberian
= 34,8 gram
Memenuhi sebanyak 198% dari kebutuhan asupan
lemak tubuh
d) KH = 10 gram x 6 kali pemberian
= 60 kkal
Memenuhi sebanyak 90,3% dari kebutuhan asupan
karbohidrat energi
e) Cairan = 90 ml x 6 kali pemberian
= 540 ml
Memenuhi sebanyak 92,3% cairan yang diperlukan
tubuh

b. Syarat Diet
1) Energi sesuai kebutuhan 100 kkal/kg BB/hari yaitu 450 kkal.
2) Protein Tinggi yaitu 1,5 gram/kg BB/hari sekitar 6,75 gram
3) Lemak 35% dari kebutuhan energi yang digunakan yaitu 17,5
Di dalam Lemak pada SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan juga
mengandung AA sebanyak 17 mg/100 ml, DHA sebanyak 9,9
mg/100 ml, Asam linoleate (Omega 6) sebanyak 1.019
mg/100 ml dan Asam α-linoleat (Omega 3) sebanyak 118
mg/100 ml.
19

4) Karbohidrat cukup yaitu hasil dari selisih jumlah presentase


kebutuhan energi dengan jumlah protein dan lemak sekitar
66,4 gram 164 gram.
Di dalam karbohidrat pada SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan
juga mengandung serat pangan sebanyak 0,56 gram/100 ml
dan laktosa sebanyak 3,3 gram/100 ml.
5) Memenuhi cairan sebanyak 585 ml
6) Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Di dalam SGM Gain 100 uisa 0 – 12 bulan mengandung
beberapa jenis vitamin yaitu Vitamin A, Vitamin C, Vitamin
D3, Vitamin E, Vitamin B1 (Tiamin), Vitamin B2
(Riboflavin), Vitamin B3 (Niasin), Vitamin B5 (Asam
Pantotenat), Vitamin B6 (Piridoksin), Vitamin B7 (Biotin),
Vitamin B9 (Asam Folat), Vitamin B12 (Kobalamin),
Vitamin K1, Kolin, Inositon, L-Karnitin, Natrium, Kalium,
Klorida, Kalsium, Besi, Fosfor, Magnesium, Zink, Mangan,
dan Selenium.

2. Rencana Edukasi Gizi


Tujuan Edukasi Gizi : Meningkatkan pengetahuan tentang
penatalaksanaan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein serta kedepannya
orang tua mampu memahami dan membuat menu bagi pasien ketika
memasuki masa MP-ASI kedepannya (± 6 bulan keatas).
Materi Edukasi Gizi : Penyebab dari Gizi Buruk dan penyakit
penyertanya, tanda dan gejala serta penatalaksanaan Diet TKTP.
3. Pemberian Konseling Gizi
C 1.2 Konseling Gizi
Memberikan konseling mengenai diet TKTP.
Sasaran : Keluarga Pasien
Media : Leaftlet
20

Tujuan Umum : keluarga mampu memberikan / menyediakan diet


sonde sesuai diet TKTP.
BAB VII
MONITORING – EVALUASI GIZI

Table 7. 1 Rencana Monitoring dan Evaluasi

Parameter Yang diukur Target


Antropometri Memantau berat badan Peningkatan berat badan
rata-rata 5 gram/kg BB/
hari
Fisik Klinis Keadaan Umum, KU dan kesadaran
Kesadaran, Pernafasan, membaik, RR normal
Asupan Makanan / Frekuensi pemberian Menghabiskan asupan
Intake ASI/Susu formula yang diberikan.

Table 7. 2 Monev Bulan Pertama (September 2022)

Indicator Metode Hasil Interpretasi


Antropometri Pengukuran BB = 3,1 kg Adanya
Berat badan TB = 60 cm peningkatan
(Timbangan) berat badan
Panjang Badan sebesar 0,3
(Caliper) kg atau 300
gram
Fisik Klinis Pengamatan Kondisi umum Tidak
lemah Tercapai,
Kesadaran masih lemas
composmentis dan sesak
Pernafasan 60 nafas
x/menit
Asupan Makanan / Wawancara 7 x pemberian Asupan
Intake Rumus Malnutrisi susu formula

21
22

: (100 ml) per hari tercukupi


Energi = 100 kkal x BBI
= 100 kkal x5,6
kg
= 560 kkal
Protein = 1,5 gram x BBI
= 1,5 gram x 5,6
= 8,4 gram
= 33,6 kkal
Lemak = 35% x 560 kkal
= 196/9
= 21,7 gram
KH = 560 – 33,6 –
196
= 330,4 kkal/4
= 82,6 gram
Makanan / IntakeCairan
= 130 x BBI
= 130 x 5,6 kg
= 728 ml
Kebutuhan Asupan
pada usia 2 bulan (7x
pemberian dalam
sehari)
Energi
= 100 kkal x 7
= 700 kkal.
Protein
= 2,6 gram x 7
= 18,2 gr
Lemak Total
23

= 3,8 gram x 7
= 26,6 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 7
= 70 gr
Serat
= 0,56 gram x 7
= 3,9 gr

Table 7. 3 Monev Bulan Kedua (28 Oktober 2022)

Indicator Metode Hasil Interpretasi


Antropometri Pengukuran BB = 4,3 kg Adanya
Berat badan TB = 62 cm peningkatan
(Timbangan) berat badan
Panjang Badan sebesar 1,2
(caliper) kg atau 1200
gram
Fisik Klinis Pengamatan Kondisi umum Tidak
lemah Tercapai,
Kesadaran masih lemas
composmentis dan sesak
Pernafasan 58 nafas
x/menit
Asupan Makanan / Wawancara 8x pemberian Asupan
Intake Rumus susu formula tercukupi
Malnutrisi : (100 ml) per
Energi = 100 kkal x BBI hari
= 100 kkal x
6,4kg
= 640 kkal
24

Protein = 1,5 gram x BBI


= 1,5 gram x 6,4
= 9,6 gram
= 27 kkal
Lemak = 35% x 640 kkal
= 224/9
= 24,8 gram
KH = 450 – 27 –
157,5
= 265,5 kkal/4
= 66,4 gram
Cairan = 130 x BBI
= 130 x 6,4 kg
= 832 ml
Kebutuhan Asupan
pada usia 3 bulan (8x
pemberian dalam
sehari)
Energi
= 100 kkal. x 8
= 800 kkal
Protein
= 2,6 gram x 8
= 20,8 gr
Lemak Total
= 3,8 gram x 8
= 30,4 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 8
= 80 gr
Serat
25

= 0,56 gram x 8
= 4,5 gr/ Intake

Table 7. 4 Monev Bulan Ketiga (5 November 2022)

Indicator Metode Hasil Interpretasi


Antropometri Pengukuran BB = 5,4 kg Adanya
Berat badan TB = 63,5 cm peningkatan
(Timbangan) berat badan
Panjang Badan sebesar 1,1
(Caliper) kg atau 1100
gram
Fisik Klinis Pengamatan Kondisi umum Tidak
lemah Tercapai,
Kesadaran masih lemas
composmentis
Pernafasan 55
x/menit
Asupan Makanan / Wawancara 9x pemberian Asupan
Intake susu formula (50 tercukupi
Rumus Malnutrisi : ml) setiap hari
Energi = 100 kkal x BBI
= 100 kkal x 7 kg
= 700 kkal
Protein = 1,5 gram x BBI
= 1,5 gram x 7
= 10,5 gram
= 42 kkal
Lemak = 35% x 700 kkal
= 245/9
= 27,2 gram
26

KH = 700 – 42– 245


= 413 kkal/4
= 103,25 gram
Cairan = 130 x BBI
= 130 x 7 kg
= 910 ml
Kebutuhan Asupan
pada usia 4 bulan (9x
pemberian dalam
sehari)
Energi
= 100 kkal x 9
= 900 kkal.
Protein
= 2,6 gram x 9
= 23,4 gr
Lemak Total
= 3,8 gram x 9
= 34,2 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 9
= 90 gr
Serat
= 0,56 gram x 9
= 5,04 gr

Table 7. 5 Monev Bulan Keempat (8 Desember 2022)

Indicator Metode Hasil Interpretasi


Antropometri Pengukuran BB = 5,67 kg Adanya
Berat badan TB = 64,3 cm peningkatan
27

(Timbangan) berat badan


Panjang Badan sebesar 0,27
(Caliper) kg atau 270
gram
Fisik Klinis Pengamatan Kondisi umum Tercapai
baik
Kesadaran
composmentis
Pernafasan 54
x/menit
Asupan Makanan / Wawancara 10x pemberian Asupan
Intake susu formula tercukupi
Rumus Malnutrisi : (100 ml) setiap
Energi = 100 kkal x BBI hari
= 100 kkal x 7,5
= 750 kkal
Protein = 1,5 gram x BBI
= 1,5 gram x 7,5
= 11,25 gram
= 45 kkal
Lemak = 35% x 700 kkal
= 245/9
= 27,2 gram
KH = 700 – 45 - 245
= 410 kkal/4
= 102,5 gram
Cairan = 130 x BBI
= 130 x 7,5 kg
= 975 ml
Kebutuhan Asupan
pada usia 5 bulan (10x
28

pemberian dalam
sehari)
Energi
= 100 kkal x 10
= 1000 kkal.
Protein
= 2,6 gram x 10
= 26 gr
Lemak Total
= 3,8 gram x 10
= 38 gr
Karbohidrat total
= 10 gram x 10
= 100 gr
Serat
= 0,56 gram x 10
= 5,6 gr
BAB VIII
PENUTUP

8. Pembahasan Kasus

Pasien An. J berusia 1 bulan dari Kudus. Pasien didiagnosis


Pnumonia bilateral. Berdasarkan pengukuran antropometri pasien
memiliki BB 2,8 kg dengan z-score <-3SD yang termasuk dalam kategori
gizi buruk. Pasien tersedak hingga mengakibatkan sesak nafas, kejang,
kulit sudah membiru saturasi oksigen hanya 9% dan penurunan berat
badan yang tidak diinginkan. Asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat deficit berat. Tingkat kesadaran apatis dengan kesan gizi
buruk.
Pasien mengalami malnutrisi berkaitan dengan perubahan fisiologi
yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi yang disebabkan karena

adanya penyakit pneumonia bilateral ditandai oleh penurunan berat badan


yang tidak diinginkan yaitu BB pasien 2,8 kg dengan IMT 10,36.
Rekomendasi diet yang diberikan adalah energi sesuai kebutuhan
pasien dengan menggunakan rumus malnutrisi yaitu 100 kkal/hari/kg BBI.
Protein tinggi yaitu 1,5 gram/kg BB/hari. Lemak sebesar 35% dari
kebutuhan energi yang digunakan. Karbohidrat cukup yaitu hasil dari
selisih jumlah persentase kebutuhan energi dengan jumlah protein dan
lemak.
Monitoring dan evaluasi terhadap pasien dilakukan perbulan
dengan pemantauan melalui kegiatan posyandu dikarenakan waktu yang
terbatas. Dengan selalu memperhatikan berat badan dan memperhatikan
tanda-tanda vital agar dapat berada dititik normal. Dilakukanpemberian
konseling gizi terhadap keluarga pasien agar dapat melaksanakan dan
memenuhi diet yang telah diberikan.

29
30

9. Saran

Berdasarkan hasil praktek lapangan yang dilakukan, adapun saran yang


diberikan penulis sebagai berikut :

1) Laporan praktek lapangan ini dapat menjadi referensi untuk praktek


lapangan selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan giai pada Gizi
Buruk dengan riwayat penyakit Pneumonia Billateral.
2) Asuhan gizi dapat diberikan secara bertahap menyesuaikan kondisi
pasien dan meningkat secara bertahap sehingga pemberian sesuai
kebutuhan.
3) Diharapkan bagi orang tua dan petugas kesehatan dapat meningkatkan
upaya pencegahan serta penanganan awal terhadap faktor resiko
pneumonia seperti status gizi balita

J.
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anna, L. K. (2015). Gejala Pneumonia pada Anak dalam


http://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/23/120000723/Gejala.Pneumoni
a.p ada.Anak.Sering.Dikira.Batuk.Pilek.Biasa. Diakses tanggal 15
Desember 2017

Andarini, S., Asmika., dan Noviana A., Hubungan antara status gizi dan tingkat
konsumsi energi, protein, dengan frekuensi kejadian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) pada balita diwilayah kerja puskesmas
gondanglegi, kecematan gondang legi kabupaten malang.
http://elibrary.ub.ac.id/. Tesis.

Aritonang, I., 2007. Pemantauan Pertmbuhan Balita. Kanisius. Yogyakart

Dan Peng., Dongchi Zhao., Jingtao Liu., Xia Wang., Kun Yang., Hong
Xicheng.,Yang Li., dan Fubing Wang., 2009. Multipathogen infections in
hospitalized children with acute respiratory infections.
http://www.virologyj.com/content/6/1/155.

Depkes RI., 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan


Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta. http//
Litbang.Depkes.co.id.

Depkes RI., 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta.

Depkes RI,. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. www.depkes.go.id. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Depkes RI., 2010. Anak dengan
Gizi Baik Menjadi Aset dan Investasi Bangsa DiMasa Depan.
www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

31
32

Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi, D. (2016). Faktor Resiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 365-370.

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kinanti, A. A. (2016). Anak Batuk Pilek Plus Napas Cepat? Waspadai Pneumonia
dalam
https://health.detik.com/read/2016/11/17/163901/3347898/1301/anakbatuk
-pilek-plus-napas-cepat-waspadai-pneumonia. Diakses tanggal 26
November 2017

Marimbi, H., 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Nuha medika, Yogyakarta.

Nurnajiah, M., Rusdi, & Desmawati. (2016). Hubungan Status Gizi dengan
Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 250-255.

Philip C. Calder., dan Alan A. Jackson., 2000. Undernutrition, Infection and


Immune Function. Institute of Human Nutrition. University of
Southampton, Bassett Crescent East,Southampton SO16 7PX, UK.
Nutrition Research Reviews, 13,3± 29. http : //www.roberhant.se/
Malnutrition4.

Prasad D Pore., Chandrashekhar H Ghattargi., dan Madhavi V Rayate., 2010.


Study of Risk Factors of Acute Respiratory Infection (ARI) in Underfives
Solapur. National Journal of Community Medicine, Vol. 1, Issue 2.
www.njcmindia.org/home/download/41.

Rahajoe N., Supriyatno B., dan Setyanto Budi D., 2012. Buku Ajar Respirologi
Anak, cetakan ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rodríguez.,
L.Cervantes., dan E. Ortiz, R., 2011. Malnutrition and Gastrointestinal and
33

Respiratory Infections in Children: A Public Health Problem.


http://www.mdpi.com/journal/ijerph.

Shampa, N., & al, e. (2017). Comparative Study Of Nutritional Status of Children
(02-24 Months) with Acute Bronchiolitis and Pneumonia. Journal of
Bangladesh College of Physicians and Surgeons. 10-14.

Utomo M., dan Hastuti F. Tri., 2005. Hubungan Antara Ventilasi Ruangan,
Kelembaban, Pencahayaan, Kepadatan Hunian dan Status Gizi dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak-Anak 1-5 tahun Di
Desa Mojosongo, Kota Surakarta. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang. http://Jurnal.unimus.ac.id.

WHO. (2016). World Health Statistic 2016 : Monitoring Health for SDGs.
Prancis: WHO.
BAB X
LAMPIRAN

11. Skrining Gizi (STRONG-Kids)


35

12. Leaflet

Gambar 1 Leaflet
36
37

Anda mungkin juga menyukai