Disusun oleh :
G1A120004
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia telah
terinfeksi cacing STH dan lebih dari 880 juta anak membutuhkan pengobatan penyakit
akibat parasit ini. Di Indonesia, Kejadian infeksi cacing pada anak Sekolah Dasar di 398
SD/MI yang tersebar di 33 provinsi menunjukkan bahwa rata- rata prevalensi kecacingan
sebesar 31,8%. Sedangkan menurut Permenkes RI 2017 dalam peraturan tentang
penanggulangan kecacingan diketahui prevalensi kecacingan di Indonesia pada tahun
2015 berkisar antara 2,5% - 62%.
Infeksi STH terjadi melalui kontak dengan telur atau larva parasit pada tanah yang
terkontaminasi. Infeksi parasit ini merupakan salah satu infeksi kronis yang paling
banyak dijumpai pada manusia, khususnya di daerah kanal dan kumuh dengan sanitasi
dan higienitas buruk serta kepadatan penduduk setempat. Sesuai dengan pernyataan
Permenkes RI 2017 kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang
terjadi karena perilaku hidup yang kurang bersih dan sehat seperti cuci tangan, mengelola
makanan yang kurang bersih, kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, tidak adanya
tempat buang air yang sehat, dan lingkungan yang kotor. Kebersihan lingkungan personal
seperti
kebiasaan cuci tangan memiliki peran penting dalam mencegah infeksi cacing, karena
dapat menghindari kotoran dan telur cacing masuk melalui permukaan kulit, kuku, dan
jari jari pada kedua tangan.
2. Apakah kebiasaan cuci tangan yang dilakukan oleh Siswa Sekolah Dasar
Negeri 92 Kota Jambi sesuai dengan standar 6 langkah cuci tangan
menurut WHO?
1.4.1 Bagi Guru dan Orang Tua Siswa SD Negeri 92 Kota Jambi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para guru dan
orang tua siswa/I untuk mengetahui tentang pentingnya cuci tangan pada anak
dalam upaya mencegah terjadinya Kecacingan pada anak.
Sebagai bahan informasi dan acuan untuk penelitian dengan topik dan
judul yang sama di kemudian hari.