Anda di halaman 1dari 11

GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA

KEJADIAN DIARE DI SD YPPGI 2 SENTANI


KABUPATEN JAYAPURA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat diterima


guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Program Studi S1 Keperawatan

ESTER C. M. KIWAK
A015715005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA
2021
GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA
KEJADIAN DIARE DI SD YPPGI 2 SENTANI
KABUPATEN JAYAPURA

Ester CM. Kiwak1, Viertianingsih Patungo2, Arvia3


ABSTRAK

Pendahuluan: Cuci tangan yang benar menggunakan sabun merupakan salah satu perilaku
sederhana yang penting untuk diterapkan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari terutama
pada anak yang memiliki kebiasan bermain dan jajan sembarangan yang dapat menyebabkan
penyakit diarea akibat terkontaminasi dari tangan yang tidak dicuci bersih dengan benar. Tujuan
penelitian: Diketahui gambaran perilaku mencuci tangan Pada Kejadian Diare di SD YPPGI 2
Sentani Kabupaten Jayapura. Metode penelitian: Jenis penelitian desriptif kuantitatif yang
berlokasi di SD YPPGI 2 Sentani pada siswa sebanyak 45 orang dengan cara total sampling. Data
diperoleh menggunakan kuesiner dan berdasarkan tindakan observasi dan dianalisis secara
univariat. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku mencuci tangan pada
siswa Kelas di SD YPPGI 2 Sentani kategori benar sebanyak 10 orang (22,2%) dan kategori salah
sebanyak 35 orang (77,8%). Kesimpulan: Tingginya kesalahan dalam mencuci tangan sejalan
dengan meningkatnya kejadian diare di tersebut. Saran: Meningkatkan sarana cuci tangan, duta
mencuci tangan, promosi kesehatan ke sekolah dengan bekerjasama dengan unit usaha kesehatan
sekolah dengan tenaga kesehatan Puskesmas setempat dalam meningkatkan pengetahuan serta
tindakan mencuci tangan yang benar.

Kata kunci : Perilaku Mencuci Tangan, Kejadian Diare, Siswa SD


Pustaka : 30 (2012 – 2019)

DESCRIPTION OF HANDWASHING BEHAVIOR IN DIARRHEA


IN SD YPPGI 2 SENTANI JAYAPURA DISTRICT

Ester CM. Kiwak1, Viertianingsih Patungo2, Arvia3


ABSTRACT

Introduction: Proper hand washing using soap is one of the simple behaviors that is important to
be applied into a habit in everyday life, especially for children who have a habit of playing and
snacking carelessly which can cause disease in the area due to contamination from hands that are
not washed clearly with properly. The research objective: to knowing handwashing behavior in
the incidence of diarrhea in SD YPPGI 2 Sentani, Jayapura Regency. Research method: This type
of quantitative descriptive research located at SD YPPGI 2 Sentani students as many as 45 people
bay total sampling. Data obtained using a questionnaire and based on observational action and
analyzed by univariate. Results: Based on the results about handwashing claearly with properly
behavior of students at SD YPPGI 2 Sentani was in the true category as many as 10 people
(22.2%) and the false category was 35 people (77.8%). Conclusion: The high error in washing
hands is in line with the incidence of diarrhea in this area. Suggestion: Increase health promotion
to schools by cooperating with unit school health efforts with health workers in Phelath care center
increasing knowledge and proper hand washing actions.

Keyword : Handwashing Behavior,Diarrhea Incidence, Junior School


References : 30 (2012 – 2019)
PENDAHULUAN tahun 2013 sebesar 7,6% meningkat menjadi
Diare adalah buang air besar (defekasi) 9% di hasil Riskesdas 2018. Adapun prevalensi
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair cuci tangan yang benar pakai sabun di Provinsi
(setengah padat) dimana kandungan air tinja Papua dari hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar
lebih banyak dari biasanya dengan frekuensi 23% dan meningkat sebesar 25% di tahun 2018
lebih dari 3 kali per hari. Diare merupakan (Kemenkes RI, 2019).
penyakit infeksi menular yang mengakibatkan Kebiasaan cuci tangan di Indonesia
tingginya angka kesakitan hingga angka belum menjadi budaya yang dilakukan oleh
kematian (Afany, 2017). masyarakat luas terutama pada umur anak
World Health Organization (WHO), sekolah dasar. Kebiasaan anak Indonesia dalam
melaporkan bahwa diare merupakan penyebab mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih
kematian utama pada anak – anak dan sekitar 8 tergolong rendah kuman yang ada dimanapun,
persen dari semua kematian di antara anak-anak mencuci tangan merupakan salah satu cara
dan 1.300 anak meninggal setiap hari, atau untuk menghilangkan kuman dan untuk
sekitar 480.000 anak per tahun (WHO, 2019). menghindari penularan penyakit. Di sekolah
Laporan Kemenkes RI (2019) dari hasil anak tidak hanya belajar, tetapi banyak kegiatan
Riset Kesehatan Dasar Nasional dengan lain yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah
kejadian diare pada tahun 2013 sebanyak 4,5% seperti bermain, bersentuhan ataupun bertukar
meningkat di tahun 2018 sebanyak 6,8%. barang-barang dengan teman-teman. Kuman
Upaya Pemerintah dalam mencegah penyakit yang ada di alat-alat tulis, kalkulator, buku-
tersebut melalui upaya menggalakkan cuci buku dan benda - benda lain akan dengan
tangan dengan benar menggunakan sabun. mudah berpindah dari tangan satu anak ke anak
Adapun prevalensi cuci tangan dari hasil lainnya, sehingga jika ada anak yang
riskesdas tahun 2013 sebesar 47% dan mempunyai penyakit tertentu akan mudah
meningkat sedikit di tahun 2018 sebesar 49,8%. menular pada anak lainnya. Sehingga, mencuci
Indonesia memperingati Hari Cuci Tangan tangan harus dilatih sejak dini pada anak agar
Pakai Sabun (HCTPS) setiap tanggal 15 anak memiliki kebiasaan mencuci tangan,
Oktober 2008. sehingga anak terhindar dari penyakit
Cuci tangan merupakan salah satu (Kemenkes RI, 2019).
perilaku sederhana yang penting untuk Berdasarkan dari laporan kementerian
diterapkan menjadi kebiasaan dalam kehidupan kesehatan bahwa prevalensi peningkatan cuci
sehari-hari. Tujuan dari cuci tangan dengan tangan yang benar khususnya pada anak
benar menggunakan sabun sebagai upaya untuk menggunakan sabun mengalami peningkatan
mencegah penyakit terutama penyakit diare yang rendah walaupun sudah ada upaya
karena penularan transmisinya yang cepat promosi kesehatan dan penggalakkan cuci
melalui tangan yang kotor. Tangan merupakan tangan yang benar. Hal ini menyebabkan
salah satu agen utama masuknya penyakit terutama penyakit yang menular
kuman/mikroba penyebab penyakit, ke mulut, melalui transmisi dari tangan masih cukup
hidung dan anggota tubuh lainnya. tinggi. Salah satu kelompok anak yang rentan
Penyebarannya bisa melalui makanan dan dengan penyakit akibat perilaku mencuci
minuman atau benda-benda yang menempel di tangan yang kurang maupun tidak benar pada
tangan baik secara sengaja atau tidak sengaja. kelompok anak usia sekolah dasar yang rentan
Selain untuk diri sendiri tangan juga sebagai dengan penyakit dan menyebabkan turunnya
sumber penyaluran kuman dari satu orang ke sumber daya manusia (Risnawaty, 2016).
orang lainnya. Banyak masalah kesehatan yang Penelitian yang dilakukan oleh Waruwu
dapat ditimbulkan dari kebiasaan cuci tangan (2018) pada anak SD Swasta Al Ulum
salah satunya adalah penyakit diare (Suhendar, Kecamatan Medan Area bahwa tindakan
2019). mencuci tangan pakai sabun dengan benar
Kejadian diare pada di Provinsi Papua sebanyak 33,3 %, tindakan sedang sebanyak
dari hasil Riset Kesehatan Dasar nasional pada 57,7% dan tindakan rendah sebanyak 9%.
Sedangkan pada penelitian Effendi (2019) pada METODE PENELITIAN
anak sekolah dasar di SD Negeri 08 Lubuk Jenis penelitian yang dilakukan
Linggau sebanyak 14% anak tidak mencuci menggunakan metode penelitian deskriptif
tangan dengan benar. Penelitian Afany (2017) kuantitatif yaitu penelitian hanya akan
mengungkapkan bahwa ada hubungan mendeskripsikan variabel tertentu dan disajikan
pengetahuan mencuci tangan dengan kejadian dalam tabel distribusi frekuensi (Ariani, 2014).
diare. Hal ini disebabkan karena pengetahuan Pada peneitian deskriptif ini untuk mengukur
anak yang rendah berpengaruh terhadap perilaku mencuci tangan dengan benar dan
perilaku cuci tangan pakai sabun dengan benar. kejadian diare pada siswa. Penelitian
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan dilaksanakan di SD YPPGI 2 Sentani
Kabupaten Jayapura tahun 2019, jumlah Kabupaten Jayapura tahun 2020. Waktu
penderita diare sebanyak 4,479 kasus (2,89 %) penelitian dilaksanakan pada bulan Desember
dan Penyakit ISPA dengan jumlah kasus 64.944 2020 sampai dengan Februari 2021. Populasi
kasus (41.9 %). Dua pertiganya diderita oleh dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD
anak – anak (Dinkes Kabupaten Jayapura kelas V dan VI YPPGI 2 Sentani sebanyak 45
2019). orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh siswa kelas V sebanyak 20 orang dan siswa
peneliti pada tanggal 16 Februari 2020, jumlah kelas VI sebanyak 25 orang dengan total
siswa 121 siswa. Hasil wawancara bahwa sebanyak 45. Besar sampel menggunakan
promosi kesehatan oleh petugas kesehatan teknik sampling jenuh atau total sampling.
mengenai pentingnya cuci tangan tidak pernah Dengan demikian jumlah sampel sebanyak 45
ada, namun perilaku mencuci tangan diberikan orang. Analisis data yang digunakan dalam
sebatas pesan oleh guru pendidikan jasmani dan penelitian ini adalah analisis univariat. Dalam
kesehatan saja. Hasil wawancara terhadap 10 penelitian ini adalah karakteristik anak meliputi
orang siswa didapatkan bahwa 6 siswa tidak umur, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap
tahu tentang pentingnya cuci tangan bersih tentang mencuci tangan dengan benar.
pakai sabun, 2 diantaranya mengatakan tahu
tentang pentingnya cuci tangan dari iklan HASIL PENELITIAN
televisi, 2 diantaranya dari orang tua dan anak
lainnya mengakui selain tidak tahu dan dalam 6 Karakteristik Responden
bulan terakhir dirinya mengalami diare.
Berdasarkan hasil observasi yang Distribusi data karakteristik
dilakukan oleh peneliti didapatkan, kebiasaan responden siswa SD kelas V dan VI YPPGI 2
cuci tangan siswa sekolah dasar tersebut belum Sentani sebanyak 45 orang dapat dilihat pada
sesuai dengan cara mencuci tangan yang baik, tabel 4.1 sebagai berikut.
diantaranya tidak menggunakan air mengalir
namun menggunakan suatu wadah yang diisi air Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden
dan tidak menggunakan sabun untuk cuci
tangan, 6 dari 10 siswa tersebut tidak Karakteristik
Frekuensi Persentase
melakukan cuci tangan sebelum makan jajanan. Responden
Tujuan penelitian untuk mengetahui Umur
Gambaran Perilaku Mencuci Tangan yang 11 tahun 14 31,1%
Benar Pada Siswa di SD YPPGI 2 Sentani 12 tahun 19 42,2%
Kabupaten Jayapura. 13 tahun 9 20%
14 tahun 2 4,5%
15 tahun 1 2,2%
Total 45 100%
Jenis Kelamin
Laki-Laki 23 51,1%
Perempuan 22 48,9%
Total 45 100%
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian anak yang berumur 12 tahun dibandingkan anak
besar anak terbanyak berumur 11 tahun yang berumru 11 tahun dan keseluruhan pada
sebanyak 14 orang (31,1%), umur 12 tahun anak yag berumur 15 tahun. Penelitian ini
sebanyak 19 orang (42,2%) dan sedikit yang sejalan dengan penelitian Azam (2016), bahwa
berumur 14 tahun sebanyak 2 orang (4,5%) dan sebagain besar siswa yang diteliti adalah umur
umur 15 tahun sebanyak 1 orang (2,2%). 11 – 12 tahun dimana anak yang berumur lebih
Distribusi responden menurut jenis kelamin tua 1 tahun dari temannya memiliki
dari 45 responden sebanyak 23 orang (51,1%) pengetahuan yang baik dalam mencuci tangan.
laki –laki dan sebanyak 22 (48,9%) perempuan. Pada usia sekolah ini anak telah mampu
untuk menghadapi peraturan atau dapat
Perilaku Mencuci Tangan membedakan mana yang baik dan tidak
terutama dalam hal mencuci tangan dan anak
Tabel 4.2 Distribusi Perilaku Mencuci Tangan harus dapat membuat keputusan dan menerima
tanggung jawab. Anak yang memliki usia 9-12
Perilaku tahun telah mampu untuk membuat keputusan
Mencuci Frekuensi Persentase dan sudah mulai bertanggung jawab terhadap
Tangan perilakunya sendiri (Livana, 2020).
Benar 10 22,2% Anak-anak selalu menjadi pihak yang
Salah 35 77,8% paling rentan terhadap penyakit sebagai akibat
Total 45 100 perilaku yang tidak sehat dan sanitasi yang
buruk, padahal anak-anak merupakan aset
Tabel 4.2 menunjukkan dari 45 bangsa yang paling berperan untuk generasi
responden, perilaku mencuci tangan dalam 10 yang akan datang. Anak-anak juga merupakan
item pertanyaan dalam kategori benar bila penyampai pesan yang penting pada keluarga
dilakukan semuanya dengan baik sebanyak 10 dan lingkungan tempat tinggalnya. Untuk
orang (22,2%) dan kategori salah sebanyak 35 memutuskan mata rantai penyebaran penyakit,
orang (77,8%). pemberian edukasi tentang pola hidup sehat
kepada anak-anak penting untuk dilakukan
karena anak-anak banyak menghabiskan
Kejadian Diare banyak waktunya di sekolah (Ma’rifah, 2015).
Umur anak berhubungan dengan daya
Tabel 4.3 terima materi dan anak mudah menerima dalam
Distribusi Kejadian Diare 3 Bulan Terakhir pendidikan kesehatan seperti menuci tangan
Kejadian dengan benar sehingga dapat membentuk
Frekuensi Persentase
Dalam perilaku kesehatan anak kelak. Upaya yang
Ya 10 22,2% perlu dilakukan sekolah adalah dengan
Tidak 35 77,8% memberikan media informasi tentang mencuci
Total 45 100
tangan dengan benar di sekolah disertai dengan
Tabel 4.3 menunjukkan dari 45 aadnya sarana dan prasarana yang memadai.
responden bahwa kejadian diare yang pernah
dialami siswa dalam 3 bulan terakhir sebanyak Jenis Kelamin
29 orang (64,4%). Hasil penelitian diperoleh bahwa jenis
kelamin sebagian besar anak di SD YPPGI 2
PEMBAHASAN Sentani terbanyak adalah laki – laki
dibandingkan perempuan. Penelitian ini sejalan
Karakteristik Responden dengan penelitian Suhendar (2019)
Umur yangmenemukan bahwa responden yang dieliti
Hasil penelitian diperoleh bahwa pada anak SD sebagain besar adalah laki – laki.
sebagian besar anak di SD YPPGI 2 Sentani Hasil tabulasi silang pad aanak di SD
terbanyak pada umur berumur 11 tahun dan 12 YPPGI 2 Sentani diperoleh bahwa perlaku
tahun. Cuci tangan yang baik lebih tinggi pada mencuci tangan dalam kategori baik ditemukan
lebik baik pada anak laki – laki dibandingkan penularan berbagai penyakit yang ditularkan
perempuan. Menurut Penelitian Livana (2020) melalui air, makanan dan kurangnya perilaku
menemukan bahwa tidak ada hubungan antara hidup bersih dan sehat, salah satu contohnya
jenis kelamin dengan perilaku cuci tangan. Hal diare (Bantara, 2019).
ini dipengaruhi oleh adanya fasilitas cuci Kejadian diare siswa SD YPPGI 2
tangan terutama cuci tangan yang berada di Sentani terdapat 64,4% yang mengatakan
sekolah. mengalami diare karena tidak terbiasa mencuci
Selain itu dari penelitian Kartika (2016) tangan menggunakan sabun karena sebanyak 35
bahwa perilaku mencuci tangan anak yang baik orang (77,8%) sebagian dari anak sekolah dasar
juga didiukung dari teman sebayanya. Pengaruh tersebut belum memiliki perilaku yang baik
teman sebaya tidak hanya berdampak positif dalam mencuci tangan atau kurang terbiasa
akan tetapi juga berdampak negatif, dimana mencuci tangan menggunakan sabun. Penelitian
juga ditemukan anak dengandukungan teman ini sejalan dengan penelitian Afany (2017)
sebaya baik, namun anak kurang baik dalam Kelas IV-VI SDN Lubuk Buaya Padang
mencuci tangan. mengungkapkan bahwa ada hubungan
Peneliti berpendapat bahwa perilaku cuci pengetahuan perilaku mencuci tangan dengan
tangan pada anak berdasarkan jenis kelamin benar dengan kejadian diare pada siswa SD.
tidak memiliki perbedaan tergantung dari Ada beberapa faktor yang dapat
kepribadian anak yang mudah dipengaruhi oleh membantu penyebaran penyakit melalui tangan
dukungan informasi dari orang tua, guru dan antara lain karena kurangnya kebiasaan
terutama teman sebayanya Karena pada masa mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun
anak merupakan masa bermain sehingga dikenal juga sebagai salah satu upaya untuk
pengaruh teman berpengaruh terhadap pencegahan berbagai penyakit. Mencuci tangan
perilakunya. dengan baik dan benar sebaiknya harus
menggunakan sabun, cuci tangan dengan air
Perilaku Mencuci Tangan saja tidak cukup melindungi seseorang dari
Hasil penelitian diperoleh dari 45 kuman penyakit yang menempel di tangan
responden siswa SD YPPGI 2 Sentani diperoleh (Effendi, 2019). Zat-zat yang ada dalam sabun
perilaku mencuci tangan dalam 10 item seperti TCC dan triclosan lebih efektif dalam
pertanyaan dalam kategori benar sebanyak 10 membunuh kuman dibandingkan hanya
orang (22,2%) dan kategori salah sebanyak 35 mengandalkan aliran air dan gesekan saat
orang (77,8%). mencuci tangan dalam membasmi kuman
Penelitian ini tidak sejalan dengan Kemenkes RI, 2015).
penelitian Rosyidah (2016) di Sekolah Dasar Aktifitas seorang anak sekolah dasar di
Negeri Ciputat 02 ditemukan perilaku cuci sekolah berhubungan erat dengan kebersihan
tangan pakai sabun ada 90,3% anak sekolah personal dan sanitasi lingkungan. Ketika jam
dasar yang memiliki perilaku baik mencuci istirahat bermain kebanyakan anak bermain dan
tangan pakai sabun dan 9,7% anak sekolah membeli jajanan yang kemungkinan kuman
dasar yang kurang memiliki perilaku baik yang ada ditangan dapat masuk melalui
dalam mencuci tangan. makanan yang dimakan atau melalui tangan
Perilaku mencuci tangan adalah kegiatan yang kotor ketika bermain (Kemenkes RI,
yang dilakukan seseorang dalam membersihkan 2015). Bila anak tidak membiasakan diri untuk
bagian telapak, punggung tangan dan jari agar menjaga kebersihan personalnya melalui cuci
bersih dari kotoran dan membunuh kuman tangan pakai sabun dengan benar, semua
penyebab penyakit yang merugikan kesehatan kemungkinan penyebaran kuman bakteri dan
manusia serta membuat tangan menjadi harum virus tersebut dapat mengarahkan anak pada
baunya (Rifai, 2016). Perilaku cuci tangan keadaan sakit (Mukminah, 2016).
pakai sabun merupakan tindakan kesehatan Perilaku siswa dalam mencuci dengan
yang paling murah dan efektif yang dapat benar menggunakan sabun melakukan dengan
diprogramkan untuk mengurangi resiko benar yang mencuci tangan menggunakan air
yang mengalir sebanyak 14 orang (31,1%), Perhatian anak untuk tertarik pada suatu
mencuci tangan menggunakan sabun cair atau kegiatan dapat dipengaruhi oleh guru dan
antiseptik sebanyak 13 orang (28,9%), mencuci lingkungannya yaitu orang tua atau saudara dan
tangan kurang lebih 15-20 detik sebanyak 12 teman bermainnya.
orang (26,7%), membersihkan bagian Green dalam Notoatmodjo (2014)
punggung tangan sebanyak 11 orang (24,4%), berpendapat bahwa fasilitas penting untuk
membersihkan bagian sela-sela jari sebanyak 9 siswa atau anak dalam melakukan cuci tangan.
orang (20%), membersihkan bagian ujung jari Fasilitas yang memadai untuk siswa mencuci
dengan mengaitkan kedua tangan sebanyak 7 tangan seperti; sabun cuci tangan, adanya keran
orang (15,6%), membersihkan bagian kuku air di tempat strategis (tempat yang sering di
sebanyak 7 orang (15,6%), membersihkan kunjungi anak-anak) dan adanya poster tentang
bagian pergelangan tangan sebanyak 16 orang cara mencuci tangan dan pentingnya mencuci
(35,6%), mengeringkan tangan menggunakan tangan.
handuk bersih atau tisu sebanyak 17 orang Promosi perilaku cuci tangan,
(38,9%) dan mematikan kran air menggunakan peningkatan kualitas air bersih dan sanitasi
tisu atau penghalang supaya tangan yang sudah lingkungan telah terbukti mengurangi kejadian
bersih tidak menyentuh kran air sebanyak 29 penyakit gastrointestinal, penyakit pernafasan
orang (64,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa dan menurunkan absensi murid pada negara
beberapa siswa tidak dapat melakukan cuci berkembang. Tindakan pemeliharaan kebiasaan
tangan dengan menggunakan 5 langkah yang cuci tangan perlu dipertahankan dengan
benar. dilakukan evaluasi apakah cuci tangan masih
Beberapa hambatan yang peneliti amati dilakukan. Kendala struktural (penyediaan
di sekolah bahwa tidak terdapat sarana cuci sarana air bersih) dapat mempengaruhi perilaku
tangan. Semua siswa mencuci tangan di kamar cuci tangan. Media masa mempunyai peran
mandi. Kurang ketersediaan sarana cuci tangan yang penting dalam promosi kebersihan diri
yang mudah bagi siswa menyebabkan siswa termasuk cuci tangan, sehingga perlu
malas untuk menerapkan cuci tangan dengan dimanfaatkan dengan baik di era teknologi yang
benar. serba canggih ini (Purnomo, 2016).
Sekolah sebagai tempat belajar siswa Bagi anak SD YPPGI 2 Sentani,
perlu menyediakan sarana dan prasarana cuci kebiasaan cuci tangan bukanlah sebuah
tangan, sebab di rumah anak belum tentu kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan cuci tangan
diajarkan oleh orang tuanya dalam mencuci tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan
tangan dengan benar. Peran sekolah melalui sejak kecil. Setelah dilakukan penelitian tentang
guru dalam upaya promosi kesehatan sekolah perilaku cuci tangan pakai sabun dengan
sangat penting. Sehingga sarana dan prasarana terjadinya diare, hasil dari penelitian ini
cuci tangan seperti ketersediaan air bersih yang menunjukkan bahwa anak anak di SD YPPGI 2
mengalir dengan lancara, wastafel, dan sabun Sentani belum memiliki kebiasan cuci tangan
perlu disediakan. Selain itu, terdapat penjualan dengan baik hanya sebagian kecil dari mereka
makanan dan minuman di sekitar lingkungan yang belum terbiasa untuk mencuci tangan
sekolah yang tidak higienis dan penggunaan air dengan sabun.
minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya diare Kejadian Diare
terutama pada anak-anak sekolah dasar. Hasil penelitian diperoleh bahwa
Hal ini sejalan dengan teori Lindawati kejadian diare yang pernah dialami siswa dalam
dalam Purnomo (2016) yang mengatakan 3 bulan terakhir sebanyak 29 orang (64,4%).
bahwa guru dapat memberikan kesempatan dan Hasil tabulias silang diperoleh bahwa siswa
mengarahkan perilaku anak pra sekolah melalui yang perilaku mencuci tangan denganbenar
pemberian kegiatan yang menarik perhatian dengan kejadian diare sebanyak 15,6% lebih
anak, dan guru dapat menyalurkan perilaku rendah dibandingkan dengan siswa yang
tersebut ke arah yang bermanfaat untuk anak. mencuci tangan dengan salah sebanyak 48,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusria Diharapkan institusi atau pengajar
(2018) menemukan bahwa ada hubungan Sekolah memberikan pengertian
perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare tentang manfaat mencuci tangan baik
pada anak sekolah dasar. Hal ini disebabkan kepada anak maupun orang tua
karena kebiasaan anak-anak mengkonsumsi atau wali sehingga diharapkan dapat
jajanan secara bebas, ditambah anak-anak tidak mencegah terjadinya diare. Selain itu
melakukan cuci tangan sebelum makan sekolah dapat menyediakan sarana dan
menyebabkan berbagai kuman penyebab prasarana cuci tangan yang lengkap.
penyakit mudah masuk ke tubuh, karena tangan 3. Bagi Peneliti
merupakan bagian dari tubuh yang mudah Meningkatkan diri dengan tambahan
tercemar kotoran dan bibit penyakit. pengetahuan dan keterampilan, sehingga
Menurut peneliti bahwa kejadian diare kedepannya dapat memberikan pelayanan
pada anak disebabkan karena kurangnya anak sebagai promosi kesehatan di sekolah dalam
mencuci tangan dengan benar dan meningkatkan pengetahuan siswa tentang
mengkonsumai makanan yang dipegang PHBS diantaranya adalah cuci tangan.
langsung terutama dengan makanan jajanan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perilaku anak yang tidak mencuci tangan Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dengan menggunakan sabun menyebabkan menambah variabel hubungan perilaku
kuman atau bakteri masih berada di tangan. mencuci tangan dengan kejadian diare serta
Mencuci tangan saja dengan air belum dapat sarana dan prasaran sesuai standar PHBS di
menghilangan kuman atau bakteri dalam tangan sekolah dalam penyediaan sarana cuci
sehingga dibutuhkan sabun yang mengandung tangan pakai sabun.
zat anti atau pembunuh kuman. Selain itu
peneliti menemukan beberapa anak yang
berperilaku cuci tangan dengan benar namun DAFTAR PUSTAKA
mengalami kejadian diare, karena kurangnya
sarana cuci tangan yang baik di sekolah serta Ana. (2015). Cara mencuci tangan yang benar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, makanan, dan steril. Diakses pada 2 Mei
anak beresiko dengan kejadian diare. 2016 dari http://halosehat.com/gaya-
hidup/cara-hidup-sehat/caramencuci-
SIMPULAN tangan-yang-benar-dan-steril.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan disimpulkan bahwa perilaku Afany N (2017). Hubungan Pengetahuan
mencuci tangan pada siswa Kelas V dan VI di Mencuci Tangan dengan Kejadian
SD YPPGI 2 Sentani dalam kategori benar Diare pada Siswa Kelas IV. Airtikel
sebanyak 10 orang (22,2%) dan kategori salah Penelitian. Jurnal Kesehatan Andalas
sebanyak 35 orang (77,8%). (6) 2. http://jurnal.fk.unand.ac.id

SARAN Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi


1. Bagi Sekolah Penelitian Kebidanan dan Kesehatan.
Menerapkan cuci tangan dengan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
benar dan berusaha untuk cuci tangan di
sekolah dengan menggunakan media Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu
informasi seprti poster, duta cuci tangan. Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Selain itu, siswa dapat meminta fasilitas dari Cipta.
orang tua seperti antiseptik sebagai
pengganti sabun setelah cuci tangan bila Azam, A.M (2016). Hubungan Tingkat
tidak terdapat sabun. Pengetahuan, Sikap Terhadap Perilaku
2. Bagi Institusi Pendidikan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada
SMPN 1 Surakarta dan SMPN 6
Surakarta. Nexus Kedokteran
Komunitas Vol.5/NO.2/ Kemenkes RI (2019). Hasil utama
Desember/2016. RISKESDAS. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Bantara, A. (2019). Hubungan Pengetahuan Kesehatan.
dan Sikap Siswa Sekolah Kelas 4-6
Dengan Cuci Tangan Menggunakan Kusumawardhani, A. (2017). Pengetahuan,
Sabun Sebelum Makan di SDN 201 Sikap, dan Tindakan Mencuci Tangan
Palembang. Skripsi Fakultas Yang Benar Pada Siswa Kelas 1 dan 2
Kedokteran Program Studi Kedokteran DI SDN 2 Karanglo, Klaten Selatan.
Universitas Muhammadiyah Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Palembang. Tradisional, Volume 2, No 1, Mei 2017,
hlm 1-59.
Budiman, C. (2014). Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: EGC. Livana. (2020). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Cuci
Dinkes Kabupaten Jayapura. (2019). Profil Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SDN
Kesehatan Kabupaten Jayapura. di Kecamatan Simpang Pematang
Dinkes Kabupaten jayapura. Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia
Donsu J. D (2017). Psikologi Keperawatan. (JIKMI) Vol. 1, No. 1, Februari 2020.
Aspek – Aspek Psikologi. Konspe dasar
Psikologi. Teori Perilaku Manusia. Ma’rifah, A., Krisdian, A. (2015). Hubungan
Jakarta: Pustaka Baru Press. Penyuluhan Cuci Tangan Dengan
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Effendi, S. U. (2019). Faktor-Faktor Yang Pada Siswa Kelas 1 di SD Negeri
Berhubungan Dengan Perilaku Centong Desa Centong Kecamatan
Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Gondang Kabupaten Mojokerto. Jurnal
Pada Siswa di SD Negeri 08 Lubuk keperawatan sehat, 12(02).
Linggau. Journal of Nursing and
Public Health. Marissa, O. J. (2015) Hubungan Sanitasi
Lingkungan, Sosial Ekonomi Dan
Kartika, M. (2016). Faktor-Faktor yang Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare
Berhubungan dengan Perilaku Cuci Dengan Dehidrasi Sedang Pada Balita
Tangan Pakai Sabun pada Siswa di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Mangkang Kota Semarang. diakses 10
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Juli 2019 di http://www.unnes.co.id.
Masyarakat (e-Journal) Volume 4,
Nomor 5, Oktober 2016. Maryam, S. (2014). Promosi kesehatan.
Jakarta: EGC.
Kemenkes RI (2013). Pedoman pelaksanaan
promosi kesehatan di puskesmas. Mukminah, N. (2016). Faktor-faktor yang
Jakarta: Kemenks RI. Berhubungan dengan Praktik Cuci
Tangan pakai Sabun Pada Siswa SD di
Kemenkes RI (2014). Infodatin Cuci Tangan
pakai Sabun. Jakarta: Kemenkes RI. Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip
Purwerojo. Jurnal Kesehatan
Kemenkes RI. (2015). Buku Panduan Masyarakat, Vol. 4 No. 5 : 354-360.
Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan
Pakai Sabun (HCTPS) Seduia Keenam. Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian
Jakarta: Kemenkes RI. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pebrianti, S. (2019). Promosi Kesehatan Cuci Suhendar, I. (2019). Edukasi Kebiasaan Cuci
Tangan Pakai Sabun DI SDN 01 Tangan Pada Anak Sekolah sebagai
Gonilan. Seminar Nasional Kesehatan Upaya Menurunkan Resiko Diare.
Masyarakat UMS. MKK: Volume 2 No 2 November 2019.

Priyoto. (2014). Teori Sikap & Perilaku dalam Suryaningtyas, N. M. (2019). Kajian Kebiasaan
Kesehatan. Dilengkapi Contoh Cuci Tangan Pakai Sabun Pada
Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika. Penjamah Makanan di Warung Makan
Komplek Wisata Candi Prambanan
Rifai, R. (2016). Kebiasaan cuci tangan ibu dan Pada Tahun 2019. Politeknik
kejadian diare anak: studi di Kutai Kesehatan Yogyakarta.
Kartanegara. Berita Kedokteran
Masyarakat, Volume 32 No. 11 Tahun Swarjana. (2013). Metodologi Penelitian
2016. Kesehatan. Yogyakarta: Andi.

Rusnoto (2019). Hubungan Paparan Media Waruwu, A. S (2018) Faktor-Faktor yang


Leaflet Dengan Tingkat Kepatuhan berhubungan dengan perilaku
Penunggu Pasien Dalam Cuci Tangan mencuci
Menggunakan Antiseptik Handrub Di tangan pakai sabun pada siswa SD
Ruang Edelways RSUD Raa Soewondo kecamatan Medan Area Tahun
Pati. The 9th University Research 2018. Diakses tanggal 15 Februari
Colloqium 2019 Universitas 2020. Repositori Institusi USU
Muhammadiyah Purworejo. http://repositori.usu.ac.id

Siwi K. N. (2015). Perilaku Anak Sekolah WHO. (2019). Health Promotion Public
Dasar Tentang Kebiasaan Mencuci Private Partnership of handwashing.
Tangan di Sekolah Dasar Negeri 113 diakses tanggal 15 Februari 2020 dari
Kota Pekanbaru. Vol. 6 No.1, Oktober http://www.who.int.com.
2015 Jurnal Photong. FMIPA-UMRI
129. Yusria. (2018). Hubungan Perilaku Mencuci
Tangan Dengan Kejadian Diare Pada
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Anak Sekolah Dasar Kelas IV dan V di
Manajemen. Bandung: Alfabeta. SD Negeri 13 Kota Langsa. Jurnal
Pendidikan dan Praktik Kesehatan.
JP2K, Vol.3, No.2 Tahun 2020 189.

Anda mungkin juga menyukai