Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK

SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANGKUL TENGAH DESA MULANG MAYANG


KECAMATAN KOTABUMI SELATAN, KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Dina Dwi Nuryani1, Ima Yustitia2

ABSTRAK

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia, terutama


di negara tropis dan sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Di antara penyakit
infeksi, ternyata hingga saat ini penyakit kecacingan terkesan kurang mendapat
perhatian dari masyarakat. Angka prevalensi cacingan di Indonesia mencapai 28,12%
sedangan target kecacingan di Indonesia < 20% Tujuan penelitian diketahui Diketahui
hubungan personal hygine (mencuci tangan, kuku tangan dan penggunaan alas kaki)
dengan kecacingan pada anak sekolah dasar. Jenis penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
SD kelas 4-6 di Dusun Pangkul Tengah Desa Mulang Jaya. Populasi berjumlah 78 orang
dengan jumlah sampel total sampling (78). Analisa data menggunakan chi-square,
dengan derajat kepercayaan 95%.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa hanya 8 (10,3%) menderita kecacingan.
Sebagian besar responden mencuci tangan baik (64,1%), kebersihan kuku tangan dalam
kategori bersih sebesar 73,1%, dan yang menggunakan alas kaki sebesar 67,9%. Ada
hubungan mencuci tangan (p=0,022; OR 6,5), kebersihan kuku tangan (p=0,029; OR
5,6), dan penggunaan alas kaki (p=0,012; OR 8,0) dengan penyakit kecacingan pada
anak sekolah dasar di Dusun Pangkul Tengah Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi
Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Disarankan pada petugas kesehatan peningkatan
pengetahuan masyarakat khusus nya pada anak sekolah dasar tentang kebersihan diri,
melalui promosi kesehatan atau penyuluhan yang dapat diberikan pada saat kegiatan
pramuka, PMR, dan lain-lain atau dapat juga membina anak sekolah dasar dari
masyarakat yang dapat mentransfer pengetahuan kesehatan kepada anak yang lain.

Kata kunci : Penyakit kecacingan, personal hygiene

PENDAHULUAN infeksi cacingan, dan pada umumnya


Sampai saat ini penyakit infeksi menyerang anak-anak usia sekolah.
masih merupakan masalah kesehatan Sementara di Indonesia, kasus cacingan
utama di dunia, terutama di negara menyebar di seluruh wilayah. Rata-rata
tropis dan sedang berkembang, prevalensi cacingan di Indonesia
termasuk di Indonesia. Di antara mencapai lebih dari 28% dengan tingkat
penyakit infeksi, ternyata hingga saat ini yang berbeda-beda di tiap daerahnya.
penyakit parasitik terkesan kurang Tingginya prevalensi cacingan di
mendapat perhatian dari masyarakat. Indonesia tidak terlepas dari iklim tropis
Hal itu mungkin karena umumnya yang memungkinkan beberapa jenis
penyakit parasitik bersifat kronis dan cacing tumbuh dan berkembang
tidak mengancam jiwa, sehingga (Sitohang, 2015). Penyakit cacingan
masyarakat umum bahkan tenaga masih banyak menyerang masyarakat
kesehatan, termasuk dokter juga Indonesia, terutama anak-anak. Angka
cenderung mengabaikannya (Sardjono, prevalensi cacingan di Indonesia
2009). mencapai 28,12% (Oktama, 2015)
Berdasarkan data terbaru dari sedangan target Kementrian Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 2015 angka kecacingan < 20%
sekitar 1,5 miliar orang atau sekitar 24% (Prastiono, 2015).
dari total populasi dunia menderita

1)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
2)
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 97


Berdasarkan hasil survei pada anak sekolah dan berdasarkan data
pemeriksaan tinja pada anak SD di 10 rekam medis di Puskesmas Kotabumi II,
kabupaten/kota di Indonesia, 2011 ditemui data pada bulan Januari–Maret
diketahui dari sekitar 3.666 siswa di 64 2016 sebanyak 5 orang anak menderita
SD, sekitar 829 anak mengidap cacingan penyakit kecacingan, dimana anak yang
atau prevalensinya sekitar 22,6 persen. menderita kecacingan sebanyak 3 orang
(Kemenkes, 2012). Hasil survailen dari Dusun Panggul Tengah Desa Mulang
kecacingan yang dilakukan oleh bidang Maya, 1 orang dari Desa Bandar Putih
PPM-PL Dinas Kesehatan Provinsi dan 1 orang dari Alam Jaya. Berdasarkan
Lampung 2010-2013, prevalensi hasil prasurvei yang dilakukan, dari 10
kecacingan tertinggi terjadi di Kabupaten orang anak sekolah dasar yang tidak
Tanggamus (87%), Kabupaten Lampung mencuci tangan sebanyak 8 orang dan 2
Selatan (86,90%), Kabupaten Lampung orang yang benar. Dari 10 orang,
Utara (60,80%) dan Bandar Lampung sebanyak 6 anak terlihat kuku tangan
(36,70%) (Dinkes Lampung, 2014). Data yang panjang dan 4 yang tidak.
Kecacingan di Kabupaten Lampung Utara Kemudian dari 10 orang anak yang tidak
tahun 2013 sebesar 41,2% dan di menggunakan alas kaki 4 orang dan 6
Kecamatan Kotabumi II sebesar 38,5% yang memakai alas kaki.
(Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tujuan penelitian diketahui
Utara, 2013). hubungan personal hygine (mencuci
Kecacingan sangat sulit di tangan, kuku tangan dan penggunaan
diagnosis, karena tidak menimbulkan alas kaki) dengan kecacingan pada anak
gejala. Kecuali jika jumlahnya banyak, sekolah dasar di Dusun Pangkul Tengah
maka timbul mual, kembung dan diare Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi
pada anak-anak sampai masalah Selatan Kabupaten Lampung Utara
anemia. Dampak kecacingan ternyata 2016.
tidak dapat diabaikan karena dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan METODOLOGI PENELITIAN
fisik yang terhambat, hingga IQ loss. Jenis penelitian kuantitatif,
Dampak yang paling banyak adalah Penelitian dilakukan di Dusun Pangkul
anemia atau kadar haemoglobin (Hb) Tengah Desa Mulang Maya Kecamatan
rendah. Faktor-faktor yang Kotabumi Selatan, Kabupaten Lampung
mempengaruhi kecacingan adalah Utara, Bulan 25 April- 7 Mei 2016.
kebersihan lingkungan, kebersihan Rancangan penelitian dengan
pribadi, penyediaan air bersih, pendekatan Cross Sectional. Populasi
kebersihan lantai rumah, penggunaan dalam penelitian ini adalah seluruh anak
jamban sehat, serta kebersihan sekolah dasar yang memenuhi syarat
makanan (Widoyono, 2011). Kebersihan sebanyak 78 orang, dengan sampel total
perorangan penting untuk pencegahan, sampling (78 anak). Variabel dependen :
seperti kuku hendaknya selalu di potong kecacingan, dan variabel independen
pendek, tangan di cuci bersih sebelum mencuci tangan, kuku tangan, dan alas
makan, penggunaan alas kaki untuk kaki. Pengumpulan data dilakukan
melindungi kulit dari tanah yang secara primer dengan melakukan
terkontaminasi (Sutanto, 2013) pemeriksaan labolatorium (pemeriksaan
Berdasarkan hasil prasurvei feses) untuk kecacingan dan
Dusun Pangkul Tengah merupakan menggunakan kuesioner untuk variabel
dusun sanitasi total berbasis masyarakat mencuci tangan, kuku tangan dan
(STBM) yang termasuk dusun binaan penggunaan alas kaki yang diisi
Puskesmas dan akan menjadi dusun langsung dari responden melalui
percontohan bebas kecacingan, masalah wawancara. Analisis data secara
yang ada di wilayah tersebut karena univariat dan bivariat uji Chi Square,
personal hygiene yang kurang dimana dengan derajat kepercayaan 95%.
tidak terbiasa untuk mencuci tangan

98 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1.
Distribusi Per Variabel, Anak Sekolah Dasar, Kab. Lampung Utara, 2016

Variabel Jumlah (n=78) %


Ya 8 10,3
Penyakit kecacingan
Tidak 70 89,7
Tidak baik 28 35,9
Mencuci tangan
Baik 50 64,1
Kebersihan kuku Tidak bersih 21 26,9
tangan Bersih 57 73,1
Penggunaan alas Tidak menggunakan 25 32,1
kaki Menggunakan 53 67,9

Berdasarkan tabel diatas dapat (73,1%) dan sebagian lagi tidak bersih
diketahui bahwa dari 78 responden yaitu sebanyak 21 orang (26,9%).
dimana yang menderita kecacingan Menggunakan alas kaki yaitu sebesar 53
sebesar 18 (10,3%) dan yang tidak orang (67,9%) dan sebagian lagi tidak
menderita kecacingan sebesar 70 orang menggunakan alas kaki sebesar 25
(89,7%). Mencuci tangan dengan baik orang (32,1%).
sebanyak 50 orang (64,1%) sedangkan
28 orang (35,9%) tidak baik. kebersihan Analisis Bivariat
kuku tangan bersih sebanyak 57 orang

Tabel 2.
Hubungan Mencuci tangan, Kebersihan Kuku Tangan dan Penggunaan Alas Kaki dengan
Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar, Kab. Lampung Utara, 2016

Penyakit kecacingan
p-
Variabel Ya Tidak n % OR 95% CI
value
n % n %
Mencuci tangan
Tidak baik 6 21,4 22 78,6 28 100 6,5(1,2-32,0)
0,022
Baik 2 4,0 48 96,0 50 100
Kebersihan kuku
tangan
Tidak bersih 5 23,8 16 76,2 21 100 5,6 (1,2-26,1)
0,029
Bersih 3 5,3 24 94,7 57 100
Menggunakan
alas kaki
Tdk menggunakan 6 24,0 19 76,0 25 100 8,0 (1,3-43,4)
0,012
Menggunakan 2 3,8 51 96,2 23 100

PEMBAHASAN beresiko terinfeksi cacing 93 kali


Hubungan mencuci tangan dengan dibandingkan siswa yang memiliki
kecacingan kebiasaan mencuci tangan yang baik.
Ada hubungan yang bermakna Sejalan dengan teori yang menyatakan
antara mencuci tangan dengan penyakit bahwa cuci tangan merupakan salah
kecacingan (p-value = 0,022). Sejalan satu perilaku sehat yang pasti sudah
dengan penelitian Ratag (2012) dari dikenal. Perilaku ini pada umumnya
hasil pengolahan data didapati kebiasaan sudah diperkenalkan kepada anak-anak
mencuci tangan mempunyai hubungan sejak kecil tidak hanya oleh orang tua di
yang signifikan dengan infeksi cacingan rumah, bahkan ini menjadi salah satu
pada siswa dengan nilai OR 93,0 berarti kegiatan rutin yang diajarkan para guru
siswa yang tidak memiliki kebiasaan di Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah
mencuci tangan yang baik dapat Dasar. Tangan merupakan pembawa

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 99


utama kuman penyakit, oleh karena itu memerlukan perhatian khusus untuk
sangat penting untuk diketahui dan mencegah infeksi, bau, dan cedera pada
diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai jaringan. Tetapi seringkali orang tidak
sabun merupakan perilaku sehat yang sadar akan masalah kaki dan kuku
sangat efektif untuk mencegah sampai terjadi nyeri atau
penyebaran berbagai penyakit menular ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan
seperti diare, ISPA, kecacingan dan Flu kuku penting dalam mempertahankan
Burung (Depkes RI, 2010). Berdasarkan personal hygiene karena berbagai
hasil penelitian dari 28 responden yang kuman dapat masuk kedalam tubuh
mencuci tangan tidak baik sebanyak 6 melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku
(21,4%) responden menderita penyakit seharusnya tetap dalam keadaan sehat
kecacingan hal ini dimungkinkan dan bersih. Perawatan dapat
kurangnya pengetahuan anak sekolah digabungkan selama mandi atau pada
dasar bagaimana mencuci tangan waktu yang terpisah. Tujuan perawatan
dengan baik dan benar sehingga dapat kaki dan kuku adalah pasien akan
menghindari penyakit kecacingan. Dan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit
dari 50 responden yang mencuci tangan yang lembut, pasien merasa nyaman
dengan baik sebanyak 2 (4,0%) dan bersih, pasien akan memahami dan
responden menderita penyakit melakukan metode perawatan kaki dan
kecacingan hal ini dimungkinkan kuku dengan benar. Menurut pendapat
walaupun responden sudah mencuci peneliti berdasarkan hasil penelitian
tangan dengan benar namun adanya diketahui dari 21 responden dengan
faktor lain yang menyebabkan kuku tangan tidak bersih sebanyak 5
kecacingan sehingga menyebabkan anak (23,8%) responden menderita penyakit
tetap menderita penyakit kecacingan. kecacingan kebersihan kuku anak
peran serta petugas kesehatan dalam memiliki pengaruh terhadap kesehatan
hal ini meningkatkan pengetahuan anak anak itu sendiri. Maka hal yang penting
sekolah dasar utnuk mencuci tangan bagi anak agar terhindar dari infeksi
dengan baik dan benar, seperti cacingan sebaiknya mengusahakan agar
dilakukan sebelum dan setelah makan, kebersihan kuku anak tetap terjaga dan
setelah bermain, sebelum menyentuh selalu pendek dan bersih. Dan dari 57
makanan serta membuat suatu poster responden dengan kuku tangan bersih
atau leaflet tentang mencuci tangan sebanyak 3 (5,3%) responden menderita
serta faktor – faktor yang penyakit kecacingan hal ini
mempengaruhi kecacingan yang dapat di dimungkinkan saat penelitian kuku
baca anak. tangan baru saja di potong sehingga
terlihat bersih dan pendek, adanya
Hubungan kuku tangan dengan faktor lain selain dari kuku yang dapat
kecacingan menyebabkan penyakit kecacingan
Ada hubungan yang bermakna sehingga walaupun kuku tangan pendek
antara kuku tangan dengan penyakit namun anak tetap menderita
kecacingan (p-value = 0,029). Sejalan kecacingan. peran petugas kesehatan
dengan penelitian Zukhriadi (2008) yang untuk mengajarkan kepada anak sekolah
juga mendapat hubungan yang dasar tentang kebersihan diri salah
signifikan antara kebersihan kuku satunya adalah kebersihan kuku
dengan kejadian infeksi cacing tambang, sehingga anak dapat lebih memerhatikan
dan Jalaluddin (2009) dengan hasil yang kebersihan dirinya seperti melakukan
sama yaitu terdapat hubungan yang pemotongan kuku secara rutin 1x
bermagna secara statistik antara seminggu.
kebersihan kuku dengan infeksi
kecacingan, sedangkan hasil yang Hubungan menggunakan alas kaki
berbeda diperoleh Dareda (2011) yang Ada hubungan yang bermakna
tidak menemukan adanya hubungan antara penggunaan alas kaki dengan
yang bermakna antara kebersihan kuku penyakit kecacingan (p-value = 0,12).
dengan infeksi cacingan p-value. Sejalan Sejalan dengan penelitian Listra (2013)
dengan teori yang mengungkapkan Berdasarkan hasil penelitian pada 66
bahwa kaki dan kuku seringkali orang siswa Sekolah Dasar YPK Imanuel

100 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


Akas dengan kebiasaan menggunakan seperti anak yang bermain
alas kaki setiap kali bermain diluar menggunakan media dan mainan tanah
rumah dan bermain saat istirahat sementara mainan atau pola bermainnya
sekolah lebih banyak yang terinfeksi selalu membuat tangan anak kontak
cacing di bandingkan dengan yang tidak dengan tanah, maka anak akan
menggunakan alas kaki saat bermain berpeluang terinfeksi cacing tambang
diluar rumah dan bermain saat istirahat atau karena tidak mencuci tangan
sekolah. Sejalan dengan teori yang dengan baik, sehingga telur-telur cacing
mengungkapkan bahwa Kontaknya masih menempel pada tangan. peran
tangan anak dengan tanah sangat petugas kesehatan sangat besar untuk
memungkinkan anak terinfeksi cacing memberikan informasi terkait penyakit
tambang melalui tangan. Untuk kecacingan sehingga anak paham untuk
menghindari infeksi dari cacing Necator mencegah penyakit kecacingan antara
Americanus dan Ancylostomaduodenale lain selalu menggunakan alas kaki saat
antara lain dengan memakai sandal atau bermain di luar rumah, selalu mencuci
sepatu (Sutanto dkk, 2008). Sandal dan kaki setelah bermain.
sepatu memang layaknya kita gunakan
jika hendak keluar rumah apalagi disaat KESIMPULAN
menyentuh tanah atau kaki kita Berdasarkan hasil penelitian, dapat
menyentuh sesuatu yang kotor. ditarik kesimpulan bahwa:
Terutama anak-anak ini yang harus 1. Sebanyak 8 (10,3%) responden
diperhatikan. Apalagi disaat hendak menderita kecacingan dan 70
membersihkan saluran air (selokan), (82,4%) responden tidak menderita
kubangan, lumpur sebaiknya kecacingan.
menggunakan sepatu boot untuk 2. Sebagian besar responden mencuci
menghindari larva cacing masuk melalui tangan baik yaitu sebesar 64,1%,
pori-pori kaki (Widoyono, 2011). kuku tangan yang bersih yaitu
Kegiatan pencegahan kecacingan dapat sebesar 73,1% dan yang
di mulai dari prevalensi kegiatan yang di menggunakan alas kaki yaitu
adakan dengan melakukan, penemuan sebesar 67,9%
penderita kecacingan, pengobatan, 3. Ada hubungan mencuci tangan
penyuluhan, kampanye untuk dengan kecacingan pada anak
pencegahan kecacingan, perbaikan sekolah dasar di Dusun Pangkul
sanitasi dan hygien perorang, perbaikan Tengah Desa Mulang Maya
fasilitas jamban, untuk menghindari Kecamatan Kotabumi Selatan
kontak langsung dengan larva dilakukan Kabupaten Lampung Utara tahun
upaya mencuci tangan dan mengunakan 2016 (p-value: 0,022; OR 6,5)
alas kaki (Widoyono, 2011). Menurut 4. Ada hubungan kuku tangan dengan
pendapat peneliti berdasarkan hasil kecacingan pada anak sekolah dasar
penelitian diketahui dari 25 responden di Dusun Pangkul Tengah Desa
yang tidak menggunakan alas kaki Mulang Maya Kecamatan Kotabumi
sebanyak 6 (24,0%) responden Selatan Kabupaten Lampung Utara
menderita penyakit kecacingan hal ini tahun 2016 (p-value: 0,029; OR
dimungkinkan karena kebiasaan siswa 5,6)
yang tidak selalu menggunakan alas kaki 5. Ada hubungan penggunaan alas kaki
saat keluar rumah dan bermain di tanah dengan kecacingan pada anak
sangat mempengaruhi terjadinya infeksi sekolah dasar di Dusun Pangkul
kecacingan. Untuk mencegah infeksi Tengah Desa Mulang Maya
cacingan pada anak, sebaiknya menjaga Kecamatan Kotabumi Selatan
kebersihan diri anak terutama pada saat Kabupaten Lampung Utara tahun
bermain di luar rumah. Berdasarkan 2016 (p-value: 0,012; OR 8,0).
hasil penelitian dari 53 responden yang
menggunakan alas kaki sebanyak 2 SARAN
(3,8%) responden menderita penyakit 1. Bagi Petugas Kesehatan
kecacingan hal ini dimungkinkan a. Memberikan penyuluhan dan
walaupun anak selalu menggunakan alas peningkatan pengetahuan
kaki namun adanya faktor penyebab lain masyarakat khususnya pada

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 101


anak sekolah dasar tentang Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian.
kebersihan diri. Rineka Cipta. Jakarta.
b. Membuat media penyuluhan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
seperti poster atau leaflet yang Profil kesehatan Lampung tahun
dapat di baca oleh anak tentang 2014. Lampung
penyakit kecacingan Dinas Kesehatan kabupaten Lampung
c. Mendemonstrasikan cara mencuci Utara. Profil Kesehatan
tangan yang baik dan benar Kabupaten Lampung Utara 2014.
2. Bagi Anak Sekolah Dasar Lampung
a. Lebih menjaga kebersihan Depkes. 2010. Perilaku mencuci tangan
terutama dalam penggunaan pakai sabun di Indonesia.
alas kaki saat bermain di luar http://www.depkes.go.id/resourc
rumah dan selalu mencuci kaki es/download/pusdatin/infodatin/in
setelah bermain fodatin-ctps.pdf
b. Mencuci tangan sebelum dan Kemenkes , RI. 2012. Penyakit
setelah makan, mencuci tangan kecacingan masih dianggap
setelah bermain dan sebelum sepele
menyentuh makanan. http://www.depkes.go.id/index.p
c. Menjaga kebersihan kuku hp /berita/press - release /1909-
dengan rajin memotong kuku 1x penyakit-kecacingan-masih-di-
dalam seminggu atau bila anggap-sepele.html diakses
terlihat kotor. tanggal 5 Maret 2016
3. Bagi Orang Tua Siswa Hastono. 2013. Metodologi Penelitian
Memberikan informasi kepada Kesehatan. P.T Rineka Cipta.
orang tua untuk mencegah penyakit Jakarta.
kecacingan dengan cara Listra. 2013. hubungan antara higiene
memperhatikan anak yang akan perorangan dengan infestasi
bermain harus menggunakan alas cacing usus pada siswa SD YPK
kaki, kuku anak harus selalu bersih, Imanuel Akas Kecamatan Damau
dan mengajarkan untuk selalu Kabupaten Kepulauan Talaud .
mencuci tangan sebelum dan setelah skripsi diakses tanggal 20
makan Februari 2016
4. Bagi Profesi Notoatmodjo. 2012. Metodologi
Bagi profesi kesehatan Penelitian Kesehatan. P.T Rineka
masyarakat agar dapat Cipta. Jakarta.
mengembangkan penelitian- ___________. 2012. Ilmu Perilaku
penelitian kesehatan dan juga dapat Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta
menambah variabel lain yang ___________. 2011. Ilmu dan seni,
langsung berpengaruh terhadap Rineka Cipta , Jakarta
perilaku kesehatan khususnya Prastiono. 2015. hubungan kejadian
penyakit kecacingan, sehingga kecacingan dengan prestasi
hasilnya dapat digunakan sebagai belajar siswa kelas 1 SDN 1
referensi untuk mahasiswa ataupun Purworejo Kecamatan Negeri
praktisi kesehatan. Katon Kabupaten Pesawaran.
5. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya skripsi diakses tanggal 20
Bagi peneliti diharapkan Februari 2016
dapat melakukan penelitian lebih Riskesdas. 2013. Profil kesehatan 2013.
lanjut mengenai kejadian penyakit Jakarta
kecacingan dengan mencantumkan Ratag. 2013. hubungan antara higiene
variabel lainnya yang berkaitan perorangan dengan infestasi
dengan personal hygiene sampai nematoda usus pada siswa. di SD
pada analisis multivariat sehingga GMIST Nazareth Lesa yang
dapat ditentukan faktor apa yang terletak di Kecamatan Tahuna
paling berpengaruh terhadap Timur. skripsi diakses tanggal 20
penyakit kecacingan. Februari 2016
Sitohang. 2015. 'Cacingan' Bukan Lagi
DAFTAR PUSTAKA Penyakit Orang Kampung.

102 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


http://www.cnnindonesia.com/ga memakai air dan sabun dengan
ya-hidup/20151105194633-255- kejadian kecacingan pada murid
89764/cacingan-bukan-lagi- kelas 3 s/d 5 SD 28 & 34 Kec.
penyakit-orang-kampung/ Bayang dan SD 19 & 22 Kec.IV
Sarjono. 2009. Strategi Penanggulangan Jurai Kab. Pesisir Selatan
dan Pencegahan Penyakit Prop.Sumatera Barat. Skripsi .
Parasitik di diakses tanggal 20 Februari 2016
Masyarakat.https://www.google.c Oktama. 2015. Angka Prevalensi
om/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&s Cacingan di Indonesia Mencapai
ource=web&cd=1&cad=rja&uact= 28,12 Persen
8&ved=0ahUKEwjm2L6moPbLAhV http://www.beritasatu.com/keseh
SHY4KHbi2AFsQFggbMAA&url=htt atan/319918-angka-prevalensi-
p%3A%2F%2Findonesia.digitaljo cacingan-di-indonesia-mencapai-
urnals.org. diakses tanggal 20 2812-persen.html
Februari 2016 Widoyono. 2011. Penyakit tropis di
Sutanto. 2013. Parasitologi Kedokteran. Indonesia. Nuhamedika:
Fakultas Kedokteran Universitas Yogyakarta
Indonesia: Jakarta Winita. 2012. Upaya pemberantasan
Sugiyono, Dr., 2012. Metode penelitian kecacingan di solah dasar. Skripsi
Kuantitatif Kualitatif dan R&D, . diakses tanggal 20 Februari
Penerbit ALFABETA. Bandung. 2016.
Umar. Zaidina. 2014. Hubungan perilaku
cuci tangan sebelum makan

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 103

Anda mungkin juga menyukai