Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

PENGETAHUAN ANAK USIA SEKOLAH TENTANG CUCI


TANGAN YANG BENAR DI KECAMATAN MARTAPURA
Filia Sofiani Ikasari1, Renditya Anggana2
1
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,Universitas Indonesia
2
Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan
E-mail: *filiasofianikasari@gmail.com

Abstrak
Anak usia sekolah merupakan anak dalam rentang usia enam hingga dua belas tahun. Pada rentang usia
ini anak telah menghabiskan banyak waktu di sekolah dan berisiko tertular berbagai penyakit yang
berasal dari lingkungan dan teman-teman di sekolah. Salah satu upaya pencegahan penularan penyakit
adalah dengan melakukan cuci tangan. Kesadaran akan pentingnya cuci tangan dimulai dari pengetahuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan anak usia sekolah tentang cuci tangan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi sederhana pada anak kelas II, III, IV dan V di Sekolah
Dasar Negeri Jawa 5 Martapura dengan jumlah sampel 393 responden. Responden didapat menggunakan
teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden
yang baik sebanyak 55,7%, pengetahuan cukup 36,1% dan pengetahuan yang kurang sebanyak 8,2%
tentang cuci tangan yang benar. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pendidikan kesehatan yang
disesuaikan dengan karakteristik anak usia sekolah dan diberikan secara berkelanjutan.

Kata Kunci: Pengetahuan; cuci tangan; anak usia sekolah

Abstract
Children's knowledge of schools about true washes in Martapura district. School-age children are
children in the age range of six to twelve years. In this age range the child has spent a lot of time at
school and at risk of contracting various diseases that come from the environment and friends at school.
One effort to prevent transmission of disease is by washing hands. Awareness of the importance of hand
washing starts with knowledge. This study aims to determine the description of the knowledge of school-
age children about hand washing. This research is a simple description research in class II, III, IV and V
students at the State Elementary School 5 Jawa Martapura with a sample of 393 respondents.
Respondents obtained using simple random sampling technique. The results showed that respondents'
good knowledge level was 55.7%, sufficient knowledge 36.1% and insufficient knowledge as much as
8.2% about proper hand washing. This study recommends the need for health education that suitable to
the characteristics of school-age children and provided on an ongoing basis.

Keywords: knowledge; hand washin; school age children

75
provided by Persatuan Perawat Nasional Indonesia: PPNI Jawa Tengah Journal

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Pendahuluan yang berpotensi menjadi kejadian luar


Anak usia sekolah adalah aset biasa dan dapat menyebabkan kematian.
bangsa yang memiliki potensi dalam Prevalensi diare di Indonesia menurut
memajukan pembangunan di masa Riskesdas Indonesia pada tahun 2018
mendatang. Masa sekolah merupakan pada penduduk Indonesia dengan
masa pembentukkan kualitas sumber kelompok usia 5-14 tahun tidak kunjung
daya manusia yang akan berpengaruh mengalami penurunan dari prevalensi
terhadap kualitas hidup manusia diare lima tahun yang lalu yakni masih
selanjutnya. Anak usia sekolah sangat mencapai 6,2%. Berbeda dengan ISPA
peka terhadap stimulus yang diberikan yang prevalensinya mengalami
sehingga pada usia ini anak mudah penurunan, prevalensi ISPA mencapai
untuk diberikan bimbingan dan 4,9% dari prevalensi sebelumnya yaitu
ditanamkan kebiasaan untuk berperilaku 15,4%.
hidup bersih dan sehat (Lina, 2016). Organisasi kesehatan dunia yaitu
Anak usia sekolah merupakan World Health Organization (WHO)
kelompok usia terbanyak (26%) dari menyebutkan bahwa sebanyak seratus
total kelompok usia yang lain di dunia ribu anak di Indonesia meninggal dunia
(Population Reference Bureau, 2018). yang disebabkan oleh diare setiap
berdasarkan data dari organisasi tahunnya (Lina, 2016). Salah satu
pendidikan, ilmu pengetahuan dan pencegahan yang efektif terhadap
kebudayaan dunia, mendapatkan data penyakit diare dan ISPA adalah dengan
bahwa terdapat sekitar 64 juta anak usia mencuci tangan (Mamta et al, 2018).
sekolah dasar di seluruh dunia Mencuci tangan yang benar menurut
(UNESCO, 2019). Anak usia sekolah Riset Kesehatan Dasar Indonesia
juga merupakan kelompok usia (Riskesdas) pada tahun 2018 adalah
terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak dengan menggunakan sabun dan air
25 juta jiwa (9,75%) dari total 261,8 mengalir yang dilakukan sebelum
juta penduduk Indonesia (BPS, 2018). makan, sebelum menyiapkan makanan,
Anak usia sekolah adalah anak dalam setelah memegang uang, memegang
rentang usia 6 hingga 12 tahun. Pada binatang, setelah berkebun, setelah
rentang usia ini anak masih perlu dibina buang air besar setelah menceboki bayi
untuk dapat mencapai perkembangan atau anak, setelah menggunakan
intelektual sehingga dapat memprediksi pestisida atau insektisida dan sebelum
tingkat bahaya yang membuatnya menyusui bayi.
berisiko terhadap berbagai masalah Mencuci tangan dapat
kesehatan. Penyakit yang diderita anak- menurunkan kejadian diare sebesar 44%
anak pada awal pertumbuhannya dapat (Departemen Kesehatan Republik
muncul kembali pada masa usia sekolah Indonesia, 2016) dan menurunkan
(Rosso & Arlianti, 2009). Apabila kejadian ISPA hingga 50% (World
penyakit yang dulu pernah diderita anak Health Organization, 2007). Sehingga
muncul kembali maka anak akan mencucui tangan dapat menyebabkan
kesulitan melaksanakan tugas penurunan angka kesakitan dan
perkembangannya yang disebabkan kematian, serta ketidakhadiran di
oleh rendahnya tingkat kesehatan anak. sekolah di antara anak-anak (Cairncross
Masalah kesehatan yang rentan et al, 2010). Penurunan ketidakhadiran
dialami oleh anak usia sekolah di sekolah dapat mengarah pada
diantaranya adalah penyakit menular peningkatan prestasi anak, yang pada
seperti diare dan Infeksi Saluran akhirnya dapat memiliki implikasi
Pernapasan Akut (ISPA) (Mamta et al, positif untuk pembangunan bangsa
2018). Diare adalah penyakit endemis (Malawi Demographic & Health Survey,

76
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

2002). Penelitian telah mengungkapkan memperoleh capaian terendah untuk


bahwa siswa yang sering absen atau perilaku mencuci tangan yaitu sebesar
absen untuk waktu yang lama 43%.
cenderung mengalami kesulitan Perilaku mencuci tangan di
menguasai materi yang disajikan di Kalimantan Selatan masih kurang yakni
kelas, membuat absensi menjadi hanya mencapai 51,7% (Riskesdas,
masalah pendidikan yang penting 2018). Salah satu kecamatan dengan
(Malawi Demographic & Health Survey, jumlah penduduk terbanyak di
2002). Oleh karena itu, mencuci tangan Kalimantan Selatan adalah Kecamatan
memiliki manfaat simultan untuk Martapura yang berada di Kabupaten
meningkatkan pendidikan dan Banjar yakni sebanyak 113 ribu
kesehatan (WHO, 2009). penduduk. Kasus diare masih banyak
Tangan harus dicuci secara ditemukan di Kecamatan Martapura
teratur terutama sebelum menyiapkan yakni mencapai 103 ribu kasus (Dinas
atau makan makanan, setelah berada di Kesehatan Kabupaten Banjar, 2017).
sekitar orang sakit, sebelum dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
sesudah merawat luka, setelah oleh peneliti sebelumnya yaitu Joni
membersihkan anak yang menggunakan (2012) dalam Rosyidah (2014)
toilet, setelah menggunakan toilet, mengenai hubungan tingkat
setelah menyentuh hewan, pakan ternak, pengetahuan, sikap dan perilaku
atau kotoran hewan, dan setelah kebersihan siswa sekolah dasar dengan
membersihkan atau menyentuh sampah kejadian diare didapatkan ada hubungan
(Centers for Disease Control and antara tingkat pengetahuan, sikap dan
Prevention, 2012). Menurut WHO dan perilaku siswa tentang kebersihan diri,
Pusat Pengendalian dan Pencegahan yang menyebabkan kejadian diare
Penyakit atau Centers for Disease semakin tinggi.
Control and Prevention (CDC), cara Tingginya angka kejadian diare
yang tepat untuk membersihkan tangan dan masih kurangnya perilaku cuci
adalah dengan menggunakan sabun dan tangan menunjukkan perlu ada
air mengalir, kemudian gosok tangan perhatian yang serius terhadap
secara bersamaan dan pastikan untuk fenomena ini. Pengetahuan tentang cuci
membersihkan punggung tangan, di tangan yang merupakan salah satu
antara jari-jari, dan di bawah kuku. determinan dari perilaku cuci tangan
Tujuan mencuci tangan adalah untuk pada anak usia sekolah perlu ditelaah
menghilangkan mikroorganisme sebagai data dasar dalam memberikan
sementara yang mungkin ditularkan intervensi keperawatan komunitas.
(Behrman et al, 2000). Mencuci tangan Pengetahuan dapat berasal dari
dengan sabun dan air adalah cara pengalaman yang dimiliki individu
terbaik untuk menghilangkan kuman ataupun informasi dari sumber lain yang
(Al-Khatib et al, 2015). Mencuci tangan lebih tahu seperti orang tua, guru, teman,
merupakan suatu praktik membersihkan berbagai literatur dan lainnya (Banun,
tangan dari kuman penyebab penyakit 2016). Perawat komunitas memiliki
yang merupakan bagian dari perilaku peran sebagai edukator (Allender et al,
mencuci tangan. Perilaku mencuci 2014) dalam hal ini perlu mengkaji
tangan terdiri dari 3 determinan salah pengetahuan anak usia sekolah agar
satunya adalah pengetahuan tentang dapat memberikan intervensi
cuci tangan. Data Riskesdas Indonesia keperawatan yang sesuai dengan anak
pada tahun 2018 tentang perilaku usia sekolah yang merupakan generasi
mencuci tangan diperoleh bahwa penerus bangsa. Berdasarkan fenomena
kelompok anak usia sekolah tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

77
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

tingkat pengetahuan anak usia sekolah merepresentasikan hasil yang


tentang cuci tangan yang benar di diinginkan oleh peneliti. Peneliti juga
sekolah dasar negeri Kecamatan telah menginformasikan mengenai
Martapura. penelitian seperti tujuan, manfaat dan
proses penelitian kepada para responden
Metode Penelitian sebelum meminta persetujuan
Desain penelitian ini adalah responden untuk berpartisipasi dalam
desain deskriptif sederhana dengan penelitian ini. Selanjutnya peneliti
pendekatan kuantitatif. Populasi dalam meminta responden yang bersedia
penelitian ini sebanyak 3039 siswa berpartisipasi untuk mengisi kuesioner
sekolah dasar negeri di Kecamatan yang telah disediakan peneliti.
Martapura, dan setelah digunakan Hasil dan pembahasan
rumus sampel Slovin diperoleh sampel Karakteristik Responden Berdasarkan
sebanyak 393 siswa. Lokasi penelitian Usia dan Jenis Kelamin Distribusi
adalah di SD Negeri Jawa 5 martapura, Responden Menurut Usia. Hasil
terdapat sebanyak 700 siswa di lokasi penelitian mengenai distribusi
tersebut, namun siswa yang memenuhi responden berdasarkan usia dapat
kriteria inklusi hanya sebanyak 500 dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
siswa. Kriteria inklusi yang dimaksud
adalah siswa dengan usia 8 hingga 13 Tabel 1. Rerata Usia Anak Sekolah di
tahun, dapat membaca dan menulis. Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
Adapun teknik pengambilan sampel Martapura Tahun 2019
menggunakan teknik simple random
sampling, dengan cara arisan, peneliti Variabel Mean SD n 95%
menuliskan nama anak pada kertas CI
kemudian memberi penomoran pada Usia 10,36 1,443 393 1,000-
setiap nama anak. Nomor pada nama 1,034
anak kemudian dituliskan di lembaran
kertas kecil dan digulung, selanjutnya Responden yang berpartisipasi pada
gulungan kertas dimasukkan ke dalam penelitian ini berusia 8 hingga 13 tahun
sebuah kotak, kemudian peneliti yang tersebar pada lima kelas yaitu
mengambil sebanyak 393 gulungan dari kelas II hingga kelas VI sekolah dasar.
500 gulungan yang tersedia. Alat Peneliti melibatkan responden dengan
pengumpul data pada penelitian ini rentang usia tersebut dengan
adalah kuesioner yang terdiri dari dua mempertimbangkan kemampuan
bagian kuesioner yaitu kuesioner data membaca dan menulis responden agar
demografi dan pengetahuan mengenai dapat mengisi kuesioner penelitian.
konsep cuci tangan yang diadopsi Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan
peneliti dari penelitian sebelumnya dan bahwa responden yang berpartisipasi
terdiri dari 10 pertanyaan mengenai pada penelitian ini memiliki rerata usia
konsep cuci tangan. Adapun 10 tahun.
pengkategorian tingkat pengetahuan Responden pada rentang usia 8
mengacu pada Arikunto (2010) yang hingga 10 tahun lebih kompetitif dalam
mengkategorikan tingkat pengetahuan kegiatan sekolah walau masih
menjadi tingkat pengetahuan baik, membutuhkan perhatian guru.
cukup dan kurang berdasarkan skor Responden pada rentang usia ini akan
yang didapat. Peneliti telah melakukan membuat penilaian tentang perilaku
uji validitas dan uji reabilitas terhadap mereka sendiri dan menetapkan standar
kuesioner untuk memastikan kuesioner untuk diri sendiri. Responden pada usia
yang digunakan layak dan dapat ini akan maniri dan mulai

78
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

mengembangkan nilai-nilai moral. Hasil penelitian pada tabel 2


Selain itu pada rentang usia ini menunjukkan bahwa responden yang
responden akan mampu berpartisipasi pada penelitian ini
mempertahankan minat, berpikir logis didominasi oleh responden dengan jenis
tentang masalah dan mulai memahami kelamin perempuan yakni sebanyak 213
sebab akibat serta memahami konsep (54,2%) responden. Adapun responden
abstrak (Click dan Parker, 2009). dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
Berbeda dengan responden pada 180 (45,8%) responden. Hasil observasi
rentang usia 8 hingga 10 tahun, peneliti selama pengambilan data,
responden pada rentang usia 11 hingga didapatkan bahwa responden dengan
13 tahun dapat menerapkan logika dan jenis kelamin perempuan sangat berhati-
memecahkan masalah. Selain itu, hati dalam mengisi kuesioner yang
responden pada rentang usia ini dapat diberikan oleh peneliti. Hal tersebut
mempertimbangkan lebih dari satu ditunjukkan dengan ketelitian
solusi untuk memecahkan masalah. responden perempuan dalam mengisi
Responden pada rentang usia ini kuesioner sehingga waktu yang
memiliki penguasaan bahasa lisan dan digunakan responden perempuan dalam
tulisan yang baik serta dapat mengisi kuesioner lebih lama
menggunakan bahasa sehingga dibandingkan dengan responden laki-
membawa pemahaman diri (Click dan laki. Namun, tidak semua responden
Parker, 2009). laki-laki tampak cepat dalam mengisi
Hasil observasi peneliti selama kuesioner, beberapa responden laki-laki
pengambilan data, responden dengan juga menunjukkan ketelitiannya dalam
usia yang lebih tua yakni rentang usia mengisi kuesioner yang diberikan
11 hingga 13 tahun dapat mengisi peneliti.
kuesioner dengan waktu yang singkat Click dan Parker (2009)
dan lebih cepat dibandingkan dengan menyebutkan bahwa anak usia sekolah
responden dengan usia yang lebih muda mengembangkan minat khusus untuk
yakni rentang usia 8 hingga 10 tahun. gender mereka dan membentuk
Responden dengan usia yang lebih kelompok dengan gender yang sama
muda tampak selalu mengajukan serta menghabiskan banyak energi
pertanyaan kepada peneliti mengenai dalam bermain permainan yang
item-item pertanyaan dalam kuesioner melibatkan fisik. Anak perempuan lebih
sehingga mereka membutuhkan waktu cepat berkembang secara fisik daripada
cukup lama untuk mengisi kuesioner. anak laki-laki. Anak memiliki tingkat
Distribusi Responden Menurut energi yang tinggi dan memiliki
Jenis Kelamin. Hasil penelitian koordinasi otot tubuh yang baik. Anak
mengenai distribusi responden dengan usia yang lebih muda memilih
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat teman yang berjenis kelamin sama,
pada tabel 2 di bawah ini. memiliki minat yang sama, dan berbagi
Tabel 2. Distribusi Jenis nilai yang sama. Sangat sedikit
Kelamin pada Anak Usia Sekolah di pertemanan lintas gender dan bahkan
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan beberapa anak antagonis terhadap
Martapura Tahun 2019 anggota lawan jenis. Anak-anak
Variabel Frekuensi Persentase perempuan berinteraksi dengan teman
(%) perempuan, saling menceritakan rahasia,
Jenis menonton film, dan berbicara di telepon.
Kelamin Anak laki-laki berkumpul untuk
Laki-laki 180 45,8 bermain kejar-kejaran, bermain video
Perempuan 213 54,2
Total 393 100

79
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

game, berbagi hobi, atau berkompetisi sabun. Kartika, Widagdo dan


dalam olahraga terorganisir. Sugihantono (2016) menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan antara usia
Karakteristik Pengetahuan Anak dengan perilaku cuci tangan.
Usia Sekolah tentang Cuci Tangan Anak pada masa usia sekolah
yang Benar Berdasarkan Usia membentuk diri menjadi geng dengan
Hasil penelitian mengenai tujuan utama memperoleh kemerdekaan
karakteristik pengetahuan responden dari orang dewasa. Setiap kelompok
tentang cuci tangan yang benar memiliki kosakata, kode berpakaian,
berdasarkan usia dapat dilihat pada aturan, dan kegiatan sendiri. Kelompok
tabel 3 di bawah ini. ini menyediakan sistem dukungan
Tabel 3. Gambaran Faktor Usia timbal balik dan rasa solidaritas ketika
dengan Tingkat Pengetahuan tentang anak-anak belajar mengasah
Cuci Tangan yang Benar pada Anak keterampilan sosial mereka. Adler dan
Usia Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Adler (1998) meneliti 200 anak usia
Kecamatan Martapuran Tahun 2019 sekolah dasar di komunitas. Adler dan
Adler (1998) menemukan bahwa anak-
Usia Tingkat Pengetahuan Total anak sangat sadar akan pentingnya geng
Kurang Cukup Baik dan kekuatan yang mereka berikan
8 th 6 24 16 46 kepada anggota geng. Beberapa
9 th 10 46 40 96 pengaruh positif, membantu anak-anak
10 th 7 22 19 48 belajar perilaku sosial yang sesuai dan
11 th 2 22 58 82 konsekuensi dari perilaku buruk.
12 th 7 27 83 117 Anggota geng cenderung memiliki
13 th 0 1 3 4 karakteristik yang serupa.
Semakin meningkatnya usia
Hasil penelitian pada tabel 3 anak maka anak akan semakin
menunjukkan bahwa responden dengan memikirkan pandangan geng atau
usia yang lebih tua yaitu usia 11 hingga kelompoknya terhadap dirinya sehingga
13 tahun sebagian besar memiliki anggota kelompok anak usia sekolah
tingkat pengetahuan yang baik tentang yang memiliki tingkat pengetahuan baik
cuci tangan benar dibandingkan dengan akan ditiru oleh teman sebaya dalam
responden dengan usia yang lebih muda kelompok pertemanannya dan menjadi
yaitu usia 8 hingga 10 tahun. standar dalam berkegiatan sehari-hari,
Responden dengan usia yang lebih sehingga wajar apabila hasil penelitian
muda sebagian besar memiliki tingkat menunjukkan bahwa responden dengan
pengetahuan yang cukup tentang cuci usia yang lebih tua yaitu usia 11 hingga
tangan benar. Hasil penelitian ini 13 tahun sebagian besar memiliki
sejalan dengan penelitian Lisafatur tingkat pengetahuan yang baik tentang
(2012) yang meneliti tentang hubungan cuci tangan benar dibandingkan dengan
karakteristik dan pengetahuan tentang responden dengan usia yang lebih muda
kebersihan perorangan dengan Perilaku yaitu usia 8 hingga 10 tahun.
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
menyebutkan ada hubungan antara usia Karakteristik Pengetahuan Anak
dengan PHBS, salah satunya cuci Usia Sekolah tentang Cuci Tangan
tangan yang benar. Namun hasil yang Benar Berdasarkan Jenis
penelitian ini tidak sejalan dengan Kelamin
penelitian Kartika, Widagdo dan Hasil penelitian mengenai
Sugihantono (2016) yang meneliti karakteristik pengetahuan responden
tentang faktor-faktor yang berhubungan tentang cuci tangan yang benar
dengan perilaku cuci tangan pakai

80
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat sebesar 71% melaporkan mencuci


pada tabel 4 di bawah ini. tangan sebelum menyentuh makanan
Tabel 4. Gambaran Faktor Jenis dan makan.
Kelamin Anak dengan Tingkat Hasil penelitian tersebut dapat
Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang dimaknai bahwa responden dengan jenis
Benar pada Anak Usia Sekolah di kelamin perempuan lebih memahami
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan pentingnya cuci tangan dibandingkan
Martapuran Tahun 2019 dengan responden dengan jenis kelamin
laki-laki. Hal tersebut dapat terlihat
Jenis Tingkat Pengetahuan Tota dalam bentuk praktik cuci tangan yang
Kelamin Kuran Cuku Bai l lebih banyak dilakukan responden
g p k perempuan dibandingkan dengan
Laki-laki 19 69 92 180 responden laki-laki. Namun hasil
Perempua 13 73 127 213 penelitian ini tidak sejalan dengan
n penelitian Kartika, Widagdo dan
Sugihantono (2016) yang menyebutkan
Hasil penelitian pada tabel 4 bahwa tidak ada hubungan antara jenis
menunjukkan bahwa responden dengan kelamin dengan perilaku cuci tangan.
jenis kelamin perempuan sebagian besar
memiliki tingkat pengetahuan yang baik Tingkat Pengetahuan Anak Usia
tentang cuci tangan benar dibandingkan Sekolah tentang Cuci Tangan yang
dengan responden dengan jenis kelamin Benar
laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian mengenai
dengan penelitian yang dilakukan oleh tingkat pengetahuan responden tentang
Al-Khatib, Abusara, dan Massoud cuci tangan yang benar dapat dilihat
(2015) yang meneliti tentang cuci pada tabel 5 di bawah ini.
tangan di antara warga Palestina. Al- Tabel 5. Distribusi Pengetahuan
Khatib, Abusara, dan Massoud (2015) tentang Cuci Tangan yang Benar pada
mendapatkan hasil bahwa sebanyak Anak Usia Sekolah Sekolah Dasar
89,6% responden perempuan Negeri Kecamatan Martapura Tahun
melaporkan mencuci tangan sebelum 2019
makan, dibandingkan dengan responden Variabel Frekuensi Persentase
laki-laki yang hanya sebesar 80,4% (%)
melaporkan mencuci tangan sebelum Tingkat
makan. Berdasarkan temuan tersebut Pengetahuan
Al-Khatib, Abusara, dan Massoud Baik 219 55,7
(2015) menyimpulkan bahwa responden Cukup 142 36,1
laki-laki cenderung lebih sedikit Kurang 32 8,2
melakukan cuci tangan dibandingkan Total 393 100
dengan responden perempuan. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Hasil penelitian pada tabel 5
sebelumnya yang dilakukan oleh Harris menunjukkan bahwa lebih dari separuh
Interactive (2010) yang meneliti tentang responden yaitu sebesar 55,7%
kebiasaan mencuci tangan orang responden memiliki tingkat
Amerika. Harris Interactive (2010) pengetahuan yang baik tentang cuci
menemukan bahwa sebesar 83% tangan benar, sebesar 36,1% responden
responden perempuan yang disurvei memiliki tingkat pengetahuan yang
mengatakan bahwa mereka selalu cukup tentang cuci tangan benar dan
mencuci tangan sebelum menyentuh sebesar 8,2% responden memiliki
makanan dan makan dibandingkan tingkat pengetahuan yang kurang
dengan responden laki-laki yang hanya tentang cuci tangan yang benar.

81
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Persentase yang tinggi pada tingkat pentingnya mencuci tangan (Pratiwi,


pengetahuan yang baik tentang cuci 2017). Sejak dini anak telah berikan
tangan ini dapat disebabkan oleh atau diajari oleh orang tua di rumah
karakteristik responden yang senang mengenai cara mencuci tangan dan
berinteraksi dengan teman sebayanya, manfaat dari mencuci tangan. Hal
seperti yang diungkapkan oleh Kartika, tersebut didukung oleh pernyataan Ray
Widagdo dan Sugihantono (2016) yang et al (2011) yang mengatakan bahwa
menyebutkan bahwa ada hubungan tahu diartikan sebagai mengingat suatu
antara dukungan teman sebaya dengan materi yang telah didapat sebelumnya.
perilaku cuci tangan. Hal tersebut Tahu adlah tingkat pengetahuan yang
didukung oleh Click dan Parker (2009) paling rendah, termasuk dalam
yang menyebutkan bahwa anak usia pengetahuan tingkat ini yaitu mengingat
sekolah sangat patuh terhadap aturan kembali secara spesifik seluruh materi
pertemanan, di mana jika anak melihat yang telah dipelajari, sehingga pada saat
cuci tangan yang benar sebagai sebuah anak usia sekolah diberikan pertanyaan
standar yang sering dilakukan teman mengenai konsep cuci tangan, mereka
sebayanya, anak akan berusaha untuk akan mampu mengingat kembali apa
memahami cara cuci tangan yang benar yang pernah mereka pelajari
untuk kemudian mengadopsinya sebelumnya baik dari guru di sekolah
menjadi sebuah perilaku agar dapat maupun dari orang tua di rumah.
memenuhi standar dalam pertemanan, Selain data tingkat pengetahuan
sehingga dapat dipahami mengapa yang baik, pada tabel 5 juga
dukungan teman sebaya berpengaruh menunjukkan data bahwa masih ada
pada pengetahuan anak usia sekolah responden yang memiliki tingkat
tentang cuci tangan. pengetahuan kurang mengenai cuci
Pernyataan Click dan Parker tangan yang benar yaitu sebanyak 8,2%.
(2009) juga didukung oleh Adler dan Terdapatnya responden dengan tingkat
Adler (1998) yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang kurang ini dapat
teman sebaya dalam suatu geng dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
sangat membatasi cara yang sangat diantaranya guru maupun petugas
spesifik untuk berperilaku, berpakaian, kesehatan yang belum efektif dalam
atau bergaul dengan orang lain di luar menyampaikan informasi mengenai
kelompok. Mereka yang berada di luar cuci tangan yang benar sehingga
kelompok dapat diejek karena responden kurang terpapar dan belum
mengenakan pakaian yang salah, memahami informasi mengenai cuci
berasal dari ras atau agama yang tangan yang benar. Sehingga, untuk
berbeda, atau terlalu rajin belajar. meningkatkan pengetahuan responden
Konsekuensinya adalah bahwa diperlukan bimbingan dan arahan oleh
kefanatikan dan rasisme menjadi bagian guru dan petugas kesehatan dalam hal
dari sistem nilai anak-anak serta ini perawat komunitas untuk
meningkatkan kebutuhan mereka untuk memberikan pendidikan kesehatan yang
menyesuaikan diri dengan standar yang rutin dan terus-menerus agar terjadi
mungkin bertentangan dengan nilai- peningkatan pengetahuan pada
nilai yang telah mereka dapatkan di responden.
rumah. Memberikan pengetahuan
Persentase tingkat pengetahuan kepada anak usia sekolah agar anak
yang baik selain karena dukungan menjadi tahu adalah dengan cara
teman sebaya juga dapat disebabkan membuat anak memahami hal yang
adanya peran dari guru dan orang tua dapat menjadi masalah bagi dirinya dan
yang telah mengajarkan anak mengenai orang-orang di sekitarnya. Guru dan

82
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

perawat komunitas harus menyadarkan responden memiliki tingkat pendidikan


anak bahwa tidak mencuci tangan dapat yang rendah, jika responden sering
menyebabkan masuknya kuman ke terpapar informasi maka responden
dalam pencernaan yang kemudian akan akan memiliki tingkat pengetahuan
menyebabkan berbagai penyakit akibat yang baik (Rosyidah, 2015).
tidak mencuci tangan. Apabila anak Meningkatkan pengetahuan
belum mengetahui dan menyadari kelompok anak usia sekolah merupakan
bahwa cuci tangan itu penting maka salah satu tugas dari perawat komunitas.
anak tidak akan bersedia untuk Sama seperti sistem perawatan
menerima informasi apapun. Perubahan kesehatan yang terus berkembang,
dari tahu ke mau harus dengan praktik keperawatan komunitas
menyajikan dan menampilkan fakta- berkembang untuk tetap efektif dengan
fakta tentang masalah tersebut klien yang dilayaninya. Seiring waktu,
(Pedoman Pembinaan PHBS peran perawat komunitas telah meluas.
Kementrian Kesehatan Republik Luasnya ini tercermin dalam deskripsi
Indonesia, 2011). keperawatan komunitas dari American
Pengetahuan merupakan sesuatu Public Health Association, Public
yang diketahui oleh seorang individu Health Nursing Section (2012) yang
yang didapatkan baik secara formal menyatakan bahwa perawat komunitas
serta informal (Notoatmodjo, 2007). mengintegrasikan keterlibatan
Berdasarkan hal tersebut, tingkat masyarakat dan pengetahuan tentang
pengetahuan responden yang baik dapat seluruh populasi dengan pemahaman
disebabkan oleh adanya pendidikan klinis dan pribadi tentang pengalaman
formal yang didapat responden di kesehatan dan penyakit individu dan
sekolah mengenai pentingnya menjaga keluarga dalam populasi.
kebersihan diri salah satunya cuci Perawat komunitas
tangan. Selain itu tingkat pengetahuan menerjemahkan dan mengartikulasikan
yang baik ini dapat disebabkan adanya pengalaman kesehatan dan penyakit dari
pendidikan informal yang diperoleh beragam individu dan keluarga yang
responden dari petugas puskesmas yang rentan dalam populasi kepada perencana
secara rutin memberikan pendidikan kesehatan dan pembuat kebijakan, dan
kesehatan dengan topik yang berbeda- membantu anggota masyarakat untuk
beda kepada responden di sekolah, salah menyuarakan masalah dan aspirasi
satu topiknya adalah mengenai PHBS mereka. Perawat komunitas memiliki
yang di dalamnya dibahas pentingnya pengetahuan tentang berbagai strategi
untuk melakukan cuci tangan yang untuk intervensi, dari yang berlaku
benar. untuk seluruh populasi, untuk keluarga,
Tingkat pengetahuan responden dan individu. Perawat komunitas
dapat dipengaruhi oleh berbagai macam menerjemahkan pengetahuan dari ilmu
faktor yaitu faktor pengalaman hidup, kesehatan dan sosial ke individu dan
pengaruh keluarga, guru dan orang lain kelompok populasi melalui intervensi,
yang dianggap penting. Tingkat program, dan advokasi yang ditargetkan
pengetahuan yang baik dapat (Allender et al, 2014).
menambah pengetahuan responden Perawat komunitas melakukan
mengenai cuci tangan yang benar. banyak praktik sehari-hari. Namun,
Selain itu faktor lain yang dapat pada waktu tertentu, satu peran adalah
menambah pengetahuan responden yang utama. Adapun tujuh peran utama
adalah informasi. Informasi perawat komunitas adalah penyedia
memberikan pengaruh pada layanan perawatan, pendidik, advokat,
pengetahuan responden, walaupun manajer, kolaborator, pemimpin, dan

83
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

peneliti (Allender et al, 2014). untuk implementasi peran edukator di


Penelitian ini dapat menjadi data dasar tingkat populasi dan menunjukkan
bagi ilmu keperawatan khususnya efektivitasnya dalam menjangkau
keperawatan komunitas untuk khalayak luas (Redman, 2007).
mengembangkan intervensi yang sesuai
dengan karakteristik anak usia sekolah Simpulan
untuk meningkatkan perilaku yang Kesimpulan dari penelitian ini
diawali dengan meningkatkan yaitu rerata usia anak yang
pengetahuan anak terlebih dahulu. Hasil berpartisipasi pada penelitian ini adalah
penelitian ini akan menunjang peran anak dengan usia 10 tahun yang terdiri
perawat komunitas sebagai edukator dari 180 (45,8%) anak dengan jenis
bagi kelompok anak usia sekolah. kelamin laki-laki dan 213 (54,2%) anak
Peran pendidik atau edukator bagi dengan jenis kelamin perempuan. Selain
perawat komunitas sangat berguna itu temuan penelitian ini menunjukkan
dalam mempromosikan kesehatan bahwa anak dengan usia yang lebih tua
masyarakat untuk setidaknya dua alasan. yaitu usia 11 hingga 13 tahun sebagian
Pertama, klien komunitas biasanya tidak besar memiliki pengetahuan yang baik
sakit akut dan dapat bertindak sedangkan anak yang lebih muda yaitu
berdasarkan informasi kesehatan. usia 8 hingga 10 tahun sebagian besar
Dengan demikian, peran edukator memiliki pengetahuan yang cukup
memiliki potensi untuk menemukan tentang cuci tangan yang benar,
penerimaan yang lebih besar dan kemudian anak dengan jenis kelamin
memberikan hasil yang lebih tinggi. perempuan sebagian besar memiliki
Kedua, peran edukator dalam pengetahuan yang baik mengenai cuci
keperawatan kesehatan komunitas tangan yang benar dibandingkan dengan
adalah penting karena audiens yang anak dengan jenis kelamin laki-laki,
lebih luas dapat dijangkau. Dengan terakhir, anak di sekolah dasar negeri
penekanan pada populasi dan kelompok Kecamatan Martapura memiliki tingkat
agregasi, upaya pendidikan keperawatan pengetahuan yang baik sebanyak 55,7%,
kesehatan masyarakat ditargetkan tepat pengetahuan cukup 36,1% dan
untuk menjangkau banyak orang. Alih- pengetahuan yang kurang sebanyak
alih membatasi pengajaran pada 8,2% tentang cuci tangan yang benar.
kelompok kecil, perawat memiliki Hasil temuan penelitian ini
kesempatan dan mandat untuk merekomendasikan perlu adanya
mengembangkan program pendidikan pendidikan kesehatan yang disesuaikan
berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan karakteristik anak usia sekolah
yang akan berdampak bagi seluruh agar terjadi peningkatan pengetahuan
masyarakat. Kampanye mencuci tangan terutama pada anak dengan usia yang
yang lebih baik di antara anak-anak lebih muda dan anak dengan jenis
menyediakan model yang berguna kelamin laki-laki.

84
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Referensi Cairncross, S., Hunt, C., Boisson, S.,


Adler, P. A., Adler, P. (1998). Peer Bostoen, K., Curtis, V., Fung, I.C.,
power: Preadolescent culture and Schmidt, W.P. (2010). Water
identity. Piscataway, NJ: Rutgers sanitation and hygiene for the
University Press. prevention of diarrhea.
Al-Khatib, I.A., Abusara, L.W., International Journal
Massoud, M.A. (2015). Hand Epidemiology, 39, 193-205.
washing among Palestinians in the Centers for Disease Control and
west bank and Gaza strip: Prevention. (2012). Hand washing:
Attitudes and practices. Journal of Clean hands save lives. (2019,
Environmental Health, 77(6), 50- November 22).
56. Click, P.M., Parker, J. (2009). Caring
Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. for school age children. 5th Ed.
(2014). Community and public Canada: Nelson Education, Ltd.
health nursing: Promoting the Harris Interactive. (2010). A survey of
public’s health. 8th Ed. United hand washing behaviour (prepared
States: Lippincott William & for the American Society for
Wilkins. Microbiology). (2019, November
American Nurses Association. (2007). 22).
Public health nursing: Scope and Kartika, M., Widagdo, L., &
standards of practice. Silver Sugihananto, A. (2016). Faktor-
Spring, MD: Nursesbooks.org. faktor yang berhubungan dengan
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: perilaku cuci tangan pakai sabun
Suatu pendekatan praktik. Edisi pada siswa Sekolah Dasar Negeri
ke-14. Jakarta: Rineka Cipta Sambiroto 01 Kota Semarang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Kementrian RI. (2019). 4(5), 339-346.
Laporan nasional riskesdas. Kementrian Kesehatan Republik
(2018). (2019, November 21). Indonesia. (2011). Pedoman
Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik pembinaan perilaku hidup bersih
Indonesia 2018. Jakarta: CV. dan sehat (phbs). Jakarta:
Dharmaputra. Peraturan Menteri Kesehatan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. Lina, H.P. (2016). Perilaku hidup bersih
(2017). Kabupaten Banjar dalam dan sehat (phbs) siswa di SDN 42
angka : Banjar regency in figures Korong Gadang Kecamatan
2017. BPS Kabupaten Banjar. Kuranji Padang. Jurnal Promkes,
Banun, T.S. (2016). Hubungan antara 4(1), 92-103.
pengetahuan phbs (perilaku hidup Lisafatur, R. (2013). Hubungan
bersih dan sehat) dengan pola karakteristik dan pengetahuan
hidup sehat siswa di SD Negeri tentang kebersihan perorangan
Tamanan Bantul. (Skripsi Sarjana dengan perilaku hidup bersih dan
Pendidikan). Program Studi sehat (PHBS) pada MI Matholiul
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Ulum Mencu Wedung Demak,
Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Semarang. Jurnal Ilmu
Fakultas Ilmu Pendidikan, Keperawatan. (2019, November
Universitas Negeri Yogyakarta. 22).
Behrman, R.E., Robert, M.K., Ann, Malawi Demographic & Health Survey.
M.A. (2000). Ilmu kesehatan anak (2002). Education data for
Nelson. Volume 1. Jakarta: EGC. decision making. (2019,
November 22).

85
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 75-86, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Mamta, Mamta, Manisha, Kumari, M., Universitas Muhammadiyah


Thakur, M., Kaur, M., Sharma, M., Surakarta. (2019, November 22).
et al. (2018). A study to evaluate UNESCO. (2019). Out of school
the effectiveness of structured children and youth. (2019,
teaching program in terms of November 22).
practice regarding hand washing World Health Organization (WHO).
techniques among school going (2009). A guide to
children in selected school of implementation of the WHO
Barara Ambala. The Pharm multimodal hand hygiene
Innovation Journal, 7(5), 168-170. improvement strategy. (2019,
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi November 22).
kesehatan dan ilmu perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Population Reference Bureau. (2018,
October 15). 2018 world
population data sheet.
Pratiwi, I.D. (2017). Pengetahuan dan
perilaku cuci tangan pada anak
sekolah dasar di Kota Malang.
Prosiding Rapat Kerja Fakultas
Ilmu Kesehatan, 67-71.
Ray, S.K., Amarchand, R., Srikanth, J.,
Majumdar, K.K. (2011). A study
on prevalence of bacteria in the
hands of children and their
perception on hand washing in
two schools of Bangalore and
Kolkata. Indian Journal of Public
Health, 55(4), 293-297.
Rosso, J.M.D., Arlianti, R. (2009).
Investasi kesehatan dan gizi
sekolah di Indonesia. (2019,
November 22).
Rosyidah, A., N. (2014). Hubungan
perilaku cuci tangan terhadap
kejadian diare pada siswa di
Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02.
(Skripsi Sarjana Keperawatan).
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Rosyidah, C. (2015). Hubungan antara
tingkat pengetahuan dan perilaku
anak sekolah dasar mengenai
pemilihan makanan jajanan
dengan status gizi di SD Negeri
Kudu 02 Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo. (Skripsi
Sarjana Gizi). Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan,

86

Anda mungkin juga menyukai