Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA

DI RW 07 KELURAHAN BERGAS LOR – KECMATAN BERGAS


KABUPATEN SEMARANG

Disusun Oleh : klompok V


1. I Made Bayu Sudarsana (071182017)

2. Idia Indar Anggraeni (071182010)

3. Mieke Oktavia Purnama (071182004)

4. Rani Eka Suryani (071182037)

5. Anita Puji Rahayu (071182046)

6. Yance Ratu (071182030)

7. Dewi Ernawati (071182051)

8. Sri Ulan Fatmaningsih (071182027)

9. Baiq Lia Suhayati (071182045)

10. Ahmad Yudha Tama (071182049)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019

1 KEPERAWATAN KOMUNITAS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh
kedalam perilaku beresiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan
jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku
beresiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja
yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan kesehatan
reproduksi (WHO, 2014).
Remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-19 tahun. Menurut peraturan
menteri kesehatan RI no 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-18
tahun dan menurut bada kependudukan dan keluarga berencana (BKKBN) rentan usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di
Indonesia menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah
penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 miliar atau 18% dari
jumlah penduduk (WHO, 2014).
Perilaku hidup sehat sejak usia dini merupakan salah satu upaya yang cukup
penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas di masa
yang akan datang. Beberapa perilaku berisiko pada usia remaja diantaranya adalah
kebiasaan merokok, gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, hygiene dan sanitasi
individu, depresi/stress, konsumsi obat-obatan terlarang dan konsumsi minuman
beralkohol (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth
Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar
yang pernah merokok sebesar 33%. Data dari Susenas 2011 menunjukkan bahwa
persentase merokok pada usia 10 tahun ke atas di Jawa Barat adalah sebesar 31%, dimana
angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%). Penelitian ini
2 KEPERAWATAN KOMUNITAS
menggambarkan bahwa sebagian dari pelajar SMP dan SMA mempunyai orang tua yang
merokok (51.3%) pada laki-laki dan (56.1%) pada perempuan. Hal ini tidak berbeda jauh
dari hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi merokok pada usia 15 tahun ke
atas adalah sebesar 56.7% pada laki-laki, sementara survei kesehatan anak sekolah ini
menunjukkan 48% pelajar laki-laki dan 54.4% remaja perempuan mengakui mempunyai
ayah yang merokok (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia,
2015).
Hasil SDKI (2012) menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol
cukup tinggi dikalangan remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) pernah minum akohol,
dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional RISKESDAS
2007 sebesar 5.5%. Persentase minum minuman beralkohol masih sangat rendah pada
remaja perempuan, yaitu sebesar 1% . RISKESDAS 2009 menunjukkan prevalensi
tertinggi remaja yang pernah minum alkohol dalam 12 bulan terakhir pada usia 10 tahun ke
atas di Nusa Tenggara Timur (17.7%), di Sulawesi Utara (17.4%) dan Gorontalo (12.3%)
(Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Masalah perilaku berisiko lainnya adalah kenakalan remaja yang pada umumnya
banyak dilakukan pada usia 15 – 19 tahun adalah mengendarai kendaraan bermotor dengan
kecepatan tinggi, dengan persentase sebesar 22.4% di daerah urban Jawa Barat. Proporsi
cedera pada anak usia 7 -12 tahun adalah sebesar 9.1% sedangkan pada remaja muda usia
13-15 tahun adalah sebesar 9.2%. Dari cedera yang dialami anak dan remaja tersebut,
sebagian besar adalah karena jatuh (7.1%) diikuti oleh kecelakaan transportasi (19.6%) dan
luka karena benda tajam ataupun benda tumpul (16,9%) (Hasil Survey Nasional Kesehatan
Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Kesehatan reproduksi juga masih merupakan salah satu masalah kesehatan di usia
remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Suwandono, dkk di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Bali, menunjukkan bahwa 65% orang tua remaja, 83.3% guru sekolah, dan 77.3% remaja
mempunyai pengetahuan yang kurang, dalam hal perkembangan reproduksi remaja,
perubahan psikologis dan emosional remaja, penyakit menular seksual dan abortus (Hasil
Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Konsumsi makanan siap saji juga merupakan kebiasaan berisiko kesehatan yang
umumnya dilakukan para pelajar di Indonesia dan proporsinya sedikit lebih tinggi pada

3 KEPERAWATAN KOMUNITAS
perempuan (52.58% vs 56.17%) (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di
Indonesia, 2015).
Konsumsi kurang sayur dan buah cukup tinggi pada perempuan, meskipun masih
lebih rendah dibandingkan hasil RISKESDAS 2013. Angka proporsi kurang konsumsi
sayur dan buah pada populasi yang lebih tinggi usia 13-15 tahun (97.6%) dan pada usia 16-
19 tahun (97.1%). Masyarakat Indonesia pada umumnya dan para pelajar SMP dan SMA
cenderung jarang makan buah. Proporsi makan buah sayur kurang dari 5 porsi pada studi
ini adalah sekitar 76.18% pada laki-laki dan 77.35% pada perempuan. Dibandingkan
dengan negara Asia lainnya, prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah masih tinggi
dibandingkan dengan Thailand (67%) pada tahun 2012. Studi pustaka yang dilakukan oleh
Rasmussen dkk (2011) menunjukkan bahwa beberapa studi di berbagai negara menetapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan buah pada remaja adalah aspek
sosial ekonomi, demografi, preferensi (kesukaan), pola konsumsi orang tua dan
ketersediaan atau akses terhadap sayur dan buah (Hasil Survey Nasional Kesehatan
Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Konsumsi minuman bersoda merupakan salah satu perilaku berisiko yang juga
ternyata banyak dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Studi pada pelajar
perempuan SMA di Los Angeles menunjukkan angka proprosi kebiasaan minum soda yang
cukup tinggi, sekitar 50% biasa mengkonsumsi minuman ringan bersoda sebanyak dua kali
atau lebih dalam sehari 18%, sementara pada laki-laki proporsinya lebih tinggi, yaitu
sebesar 60.2%. Studi yang dilakukan di Minneapolis menunjukkan bahwa kebiasaan
minum minuman bersoda pada remaja pelajar SMA berkaitan dengan kebiasaan konsumsi
fast food dan pengaruh teman. Dari studi tersebut diatas tergambarkan bahwa peran orang
tua dan akses minuman ringan bersoda di sekolah merupakan faktor yang berkaitan dengan
terbentuknya kebiasaan konsumsi minuman bersoda pada remaja (Hasil Survey Nasional
Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).
Kurang aktifitias fisik merupakan perilaku berisiko yang dialami oleh setidaknya
hampir sebagian dari pelajar SMP dan SMA dimana proporsinya lebih tinggi pada pelajar
perempuan. Angka ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013,
yang menunjukkan proporsi kurang aktifitas fisik sebesar 43.5% pada populasi usia 13-15
tahun dan 34.2% pada usia 16-18 tahun. Studi di Arab Saudi tahun 2009-2010 di tiga kota

4 KEPERAWATAN KOMUNITAS
dengan jumlah sampel 2908 pelajar SMP dan SMA usia 14-19 tahun menunjukkan angka
proporsi yang cukup tinggi untuk aktifitas yaitu sebesar 84% laki-laki dan 91.2%
perempuan.
Analisis data GSHS tahun 2007 dan 2008 yang dilakukan oleh Peltzer dkk terhadap
perilaku cuci tangan di empat negara (India, Indonesia, Myanmar, Thailand) menunjukkan
angka proporsi tidak selalu cuci tangan pakai sabun pada pelajar di Indonesia (64%) yang
lebih rendah dibandingkan proporsi pada pelajar di Thailand (67%) tetapi masih lebih
tinggi dibandingkan dengan India (57%) dan Myanmar (38%). Studi terhadap 720 anak
sekolah di Palestina menunjukkan angka proporsi sekitar 6.25% tidak pernah cuci tangan
sebelum makan. Kebiasaan cuci tangan dengan benar diketahui dapat mengurangi risiko
terjadinya penyakit infeksi seperti diare (Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis
Sekolah Di Indonesia, 2015).
Kebiasaan sarapan dengan makanan bergizi merupakan perilaku hidup sehat yang
penting bagi anak dan remaja terutama pada masa sekolah agar dapat secara optimal
mengikuti proses belajar di sekolah. Kebiasan tidak sarapan pagi merupakan salah satu
kebiasaan berisiko kesehatan pada sebagian dari pelajar SMP dan SMA. Beberapa faktor
yang mungkin berkaitan dengan perilaku tidak biasa sarapan adalah kebiasaan keluarga
atau peran orang tua serta ketersediaan makanan sehat pada saat waktu terbatas di pagi hari
(Hasil Survey Nasional Kesehatan Berbasis Sekolah Di Indonesia, 2015).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah yang ada
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas remaja
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada remaja
e. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan komunitas pada remaja
f. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
remaja yang bermasalah.

5 KEPERAWATAN KOMUNITAS
C. Manfaat Penulisan

Sesuai dengan masalah dan tujuan diatas asuhan keperawatan yang ditujukan kepada

komunitas agregat remaja di RW 07 Sikunir kelurahan Bergas Lor diharapkan dapat

memberikan manfaat antara lain :

1. Dapat membantu remaja dalam mencegah terjadinya perilaku menyimpang

2. Memberikan informasi data tentang remaja dan resiko yang mungkin akan terjadi

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terbaik

dengan remaja

4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang empunyai anak remaja dalam

memberikan intervensi

5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan

penanganan masalah kesehatan pada remaja baik dalam hal promotif maupun

preventif

6 KEPERAWATAN KOMUNITAS
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya
berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta
emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak
berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung
setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2012).Remaja adalah suatu masa dimana individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat.
WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir
15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,
2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24
tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja
akhir (18-21 tahun).
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anakdan
sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembanganremaja baik
perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelahmengalami menarche dan
pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)menyebabkan masa remaja relatif bergejolak
dibandingkan dengan masaperkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja
menjadi penting untukdiperhatikan.

B. Batasan Usia Remaja


Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masatua akhir
menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masaremaja awal, masa
remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteriausia masa remaja awal pada
perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja

7 KEPERAWATAN KOMUNITAS
pertengahan pada perempuan yaitu 15-18tahun dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun.
Sedangkan kriteria masa remaja akhirpada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki
19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masatransisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnyadimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahunatau awal dua puluhan tahun.
Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripadaanak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebihsingkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnyaanak perempuan.
Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianyadibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangatberbeda dengan perilaku remaja
yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampaidengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.Rentang usia remaja ini
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahunsampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampaidengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali &
Asrori, 2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telahdewasa apabila
telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti padaketentuan sebelumnya. Pada
usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangkusekolah menengah (Hurlock dalam Ali &
Asrori, 2006).Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atauawal
usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar salingbertautan dalam
semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).Batasan usia remaja menurut WHO adalah
12 sampai 24 tahun. MenurutDepkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum
kawin.Menurut BKKBNadalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja padaperempuan relatif
lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki.Hal ini menjadikan perempuan
memiliki masa remaja yang lebih panjangdibandingkan dengan laki-laki.

8 KEPERAWATAN KOMUNITAS
C. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2011) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian
diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya
saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para
remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.
Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak
tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis
atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan
diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat
umum (the public).

9 KEPERAWATAN KOMUNITAS
D. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya
identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya
stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU.
Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan
diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas
pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan
dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri
mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin
kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting
karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi
mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan,
gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok
teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi
kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri
mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari
kelompok.
2. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu,
seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang
akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang

10 KEPERAWATAN KOMUNITAS
memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap
demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang
positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi,
peran dan identifikasi.
3. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan
beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan
kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku
peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa.
Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan
diantara kelompok sosioekonomis.
4. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun
masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai
menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja
awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat
untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap
mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka
menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak
lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret;
mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini
mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka
dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti

11 KEPERAWATAN KOMUNITAS
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat
berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan
mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi
lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana
perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam
sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam
perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep
peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau
penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat
dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa
tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam
hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini.
Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan
eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan
orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri
tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

12 KEPERAWATAN KOMUNITAS
e. Perkembangan Emosi Masa Remaja
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali &
Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet,
terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapijuga belum
dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosiberkobar-kobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Remaja jugasering mengalami perasaan
tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosiseseorang pada
umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya.Perkembangan emosi remaja
juga demikian halnya.Kualitas atau fluktuasi gejalayang tampak dalam tingkah laku itu
sangat tergantung pada tingkat fluktuasiemosi yang ada pada individu tersebut.Dalam
kehidupan sehari-hari sering kitalihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif,
rasa takut yangberlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai
dirisendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori
(2006) yang dapat mempengaruhiperkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:
a. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya
terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi
tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak
terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima
perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut
perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu
mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan
masalah dalam perkembangan emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua terhadap anak,
termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang
dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter,
memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

13 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan
perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak
dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan
ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja seringkali membangun
interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk
melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi
antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki
kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk
geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena
biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar. Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat
menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadangkadang mereka
dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran
yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil
sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam
dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja
laki-laki dan perempuan. Kalau remaja lakilaki memiliki banyak teman perempuan,
mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya,
apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering sianggap 25 tidak
baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda
semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung
jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan
yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa
remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para
guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain

14 KEPERAWATAN KOMUNITAS
tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya.
Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut
kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis
apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-
materi yang positif dan konstruktif.
f. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka
dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang
orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang
tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut
ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
1. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan
ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran
yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang
penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka
untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan
ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat
muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar kehidupan,
bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting ketika
masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan
remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok. Dengan
demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk
memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri

15 KEPERAWATAN KOMUNITAS
secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik,
dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala
sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya
terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil
daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting
untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat
remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling
memberikan dukungan satu sama lain.
E. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2011) antara
lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan
yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama awal masa
remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan
ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar
bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh
perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri.
Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang
relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas
tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri
pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan

16 KEPERAWATAN KOMUNITAS
untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai
dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa
kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak,
mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga
usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan
menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan
jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber,
makan mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol
dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan
mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua
atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab
dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan
dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang
memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh
kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya.
Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai
pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.

17 KEPERAWATAN KOMUNITAS
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur
dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek
perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh
remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus
memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan
kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi
hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak
bertanggung jawab.
Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja
adalah sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai,
psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

18 KEPERAWATAN KOMUNITAS
F. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi merupakan suatu bentuk tindakan keperawatan untuk mencapai
tujuan dalam praktek keperawatan komunitas. Strategi intervensi yang efektif meliputi
proses kelompok, kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan kesehatan. Strategi
intervensi komunitas ini sangat mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat
(Stanhope & Lancaster, 2004)Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1)
kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan
(4) proses kelompok Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan,
kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi
PKP. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model
keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as
partner model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan
utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak
model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan
masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat
sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program
kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat
dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan
dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat
(Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat
diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan,
meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat
spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).

19 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui upaya
membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson,
2005) dalam upaya penanganan pada baik di level keluarga, kelompok, maupun
komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes holder
(Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial,
Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK,
Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung
Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.

b. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat,
antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999).
Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar.
Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka
dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin
memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk”
masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al,
2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan,
2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses pemberdayaan.
Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli
sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara mandiri. Dalam
tahap ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif
bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .

20 KEPERAWATAN KOMUNITAS
2) Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan dalam
pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif dalam lingkungannya.
Pada tahap ini agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
3) Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap
ini dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.

c. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 2011).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan
pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan
mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan
kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat
mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun
komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan
beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga,
intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap
program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi
dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risik dan
komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2)
pencegahan sekunder, dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap
pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan.
Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk memotivasi
kelompok berisiko melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul,
sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan

21 KEPERAWATAN KOMUNITAS
kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi
terulang dan memelihara stabilitas kesehatan .

d. Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau
kelompok swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan
komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan
perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja
bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan
sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina
Keluarga , atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI, 2009).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial dan
menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik
dan mental yang lebih baik daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok
(Krause, 2011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko
morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Meskipun
penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan,
beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat meningkatkan
pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan
mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan
perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat komunitas
seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat sebagai suatu proses merupakan sebuah perangkat
perubahan komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat)
dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian masyarakat yaitu:

22 KEPERAWATAN KOMUNITAS
1) Model Pengembangan Masyarakat (Locality Development),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan
perubahan yang terjadi di komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan
berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari
model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok
di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan,
dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian
masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan
status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter,
1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan
komunitas pada adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional
agregat melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada dayaguna aktifitas
kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap
permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif.

2) Model Perencanaan Sosial (Social Planning)


Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih menekankan pada teknik
menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi,
misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down
planning. Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan,
menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan kepada
masyarakat. Perencana program harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk
mengorganisasikan lintas sektor terkait.

3) Model Aksi Sosial (Social Action)


Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian masyarakat untuk
memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi
agregat , misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes.
Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan komunitas.

23 KEPERAWATAN KOMUNITAS
PENGKAJIAN

1. Melakukan Kajian Data Core Komunitas


Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 16-18 Juli 2019 yang dilakukan oleh 10
Mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 7 kelurahan Bergas Lor,
didapatkan datajumlah remaja sebanya 235 darijumlah tersebut dilakukan pengkajian kepada
remaja, dan mendapatkan data sebanyak 62 orang.
a. Jumlah remaja

Remaja RW 7

RT 1
3%8% RT 2
22% 2%
RT 3
21% RT 4
19% RT 5

25% RT6
RT7

Berdasarkan hasil pengkajian di Kelurahan Bergas Lor RW 7, didapatkan dataRT 1


terdiri dari 7 remaja, RT 2 terdiri dari 19 remaja, RT3 terdiri dari 4 remaja, RT 4 terdiri
dari 50 remaja, RT 5 terdiri dari 60 remaja, RT 6 terdiri dari 44 remaja dan RT 7 terdiri
dari 51 remaja.
b. Jenis kelamin
Tabel 1.1 Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin remaja di RW 07 Sikunir, Kelurahan
Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Jenis kelamin frekuensi Prosentase
1 Laki-laki 40 65 %
2 Perempuan 22 35 %
Total 62 100 %

24 KEPERAWATAN KOMUNITAS
jenis kelamin

35%
Laki-laki
Perempuan
65%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa remaja di RW 07terbanyak yaitu berjenis
kelamin laki-laki sebesar 40 orang (65%) dan perempuan sebesar 22 orang (35%).
c. Pendidikan
Tabel 1.2 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pendidikan di
RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 SD 3 5%
2 SMP 18 29 %
3 SMA 20 32 %
4 Perguruan Tinggi 6 10 %
5 Tidak Sekolah 15 24 %
Total 62 100 %

25 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tingkat Pendidikan

SD
5%
24% SMP
29%
SMA
10%
Perguruan
32% Tinggi
Tidak Sekolah

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa remaja di RW 07paling banyak yaitu
berpendidikan SMA sebesar 20 orang (32%) dan paling sedikit berpendidikan SD sebesar
3 orang (5%).
d. Kelompok umur
Tabel 1.3 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan kelompok umur di RW
07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Umur Frekuensi Prosentasi
1 Remaja awal (12-16 th) 29 53%
2 Remaja akhir (17-24 th) 33 47%
Total 62 100%

26 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kelompok Umur

Remaja
Awal
47%
53%
Remaja
Akhir

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa remaja di RW 07terbagi menjadi dua
kelompok umur remaja yaitu remaja awal sebesar 29 orang (47%) dan remaja akhir
sebesar 33 orang (53%).
e. Agama
Islam : 61 (98%) remaja
Katolik: 1 (2%) remaja

Agama

2%
Islam

Katolik
98%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas remaja di RW 07beragama


islam yaitu sebesar 61 orang (98%).

27 KEPERAWATAN KOMUNITAS
f. Gangguan kesehatan yang pernah dialami remaja di Kelurahan Bergas Lor RW 7
Tabel 1.4 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan gangguan kesehatan di
RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Penyakit Frekuensi Prosentasi
1 Diare 19 31%
2 Batuk & Pilek 17 27%
3 Gastritis 3 5%
4 Tb Paru 1 2%
5 Tidak bermasalah 22 35%
Total 62 100%

masalah kesehatan

Diare
35% 31%
Batuk & Pilek

Gastritis
2%
27% TB Paru
5%
Tidak
bermasalah

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data masalah kesehatan pada remaja terbanyak
yaitudiare sebesar 19 orang (35%) dan paling sedikit TB Paru 1 orang (2%).

28 KEPERAWATAN KOMUNITAS
g. Pengetahuan remaja di Kelurahan Bergas Lor RW 7 terkait masalah kesehatan reproduksi
Tabel 1.6 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
reproduksi remaja di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Frekuensi Prosentase

1 Mengetahui 17 27%
2 Tidak mengetahui 45 73%
Total 62 100%

Pengetahuan Tentang kesehatan


reproduksi

Mengetahui
27%
Tidak
73% mengetahui

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data mengenai kurangnya pengetahuan remaja


terkait masalah kesehatan reproduksi sebesar 45 orang (73%).
Tabel 1.7 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
usia reproduksi remaja di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Pengetahuan mengenai batas usia Frekuensi Prosentase
reproduksi
1 Ya 35 56,5%
2 Tidak 32 43,5%
Total 62 100%

29 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tabel 1.8 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan sosialisasi mengenai
fungsi reproduksi remaja di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Sosialisasi mengenai fungsi reproduksi Frekuensi Prosentase

1 Pernah 30 48,4%
2 Tidak pernah 32 51,6%
Total 62 100%
Tabel 1.9 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai PMS di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Pengetahuan mengenai PMS Frekuensi Prosentase

1 Ya 37 59,6%
2 Tidak 25 40,4%
Total 62 100%
Tabel 1.10 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai pencegahan PMS di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor,
Kabupaten Semarang.
No Pengetahuan mengenai pencegahan PMS Frekuensi Prosentase

1 Ya 18 29,1%
2 Tidak 44 70,9%
Total 62 100%
Tabel 1.11 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan keluhan saat
menstruasi di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Keluhan saat menstruasi Frekuensi Prosentase

1 Ya 13 59%
2 Tidak 9 41%
Total 62 100%

30 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tabel 1.12 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan Penanganan saat ada
keluahan menstruasti di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Penanganan saat ada keluahan menstruasti Frekuensi Prosentase

1 Obat 1 4,5%
2 Jamu 7 31,8%
3 Dibiarkan 14 63,6%
Total 22 100%
Tabel 1.13 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat persetujuan
mengenai pernikahan dini di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor,
Kabupaten Semarang.
No Persetujuan mengenai pernikahan dini Frekuensi Prosentase

1 Ya 18 29,1%
2 Tidak 44 70,9%
Total 62 100%

h. Perilaku menyimpang yang pernah dilakukan remaja di Kelurahan Bergas Lor RW 7


Tabel 1.12 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan perilaku menyimpang
yang pernah dilakukan di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Prilaku Frekuensi Total Prosentasi
menyimpang
Ya Tidak
1 Merokok 29 33 62 56%
2 Miras 17 45 62 33%
3 NAPZA 6 56 62 11%
Total 100%

31 KEPERAWATAN KOMUNITAS
perilaku menyimpang

11%
Merokok

Miras
33% 56%

NAPZA

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data mengenai perilaku menyimpang paling


banyak yang dilakukan oleh remaja yaitu merokok sebesar 29 orang (56%), miras sebesar
17 orang (33%) dan NAPZA sebesar 6 orang (11%).
Tabel 1.12 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan sosialisasi mengenai
rokok di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Sosialisasi mengenai rokok Frekuensi Prosentase

1 Pernah 35 56,4%
2 Tidak pernah 27 44,6%
Total 62 100%
Tabel 1.13 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan perilaku menyimpang
(jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya) di RW 07 Sikunir, Kelurahan
Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Konsumsi rokok Frekuensi Prosentase

1 5 batang 18 62%
2 >5 batang 11 38%
Total 29 100%

32 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tabel 1.14 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
bahaya merokok di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Pengetahuan mengenai bahaya merokok Frekuensi Prosentase

1 Tahu 52 83,8%
2 Tidak tahu 10 11,2%
Total 62 100%
Tabel 1.15 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan sosialisasi mengenai
miras di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten Semarang.
No Sosialisasi mengenai fungsi reproduksi Frekuensi Prosentase

1 Pernah 32 51,6%
2 Tidak pernah 30 48,4%
Total 62 100%
Tabel 1.16 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat pengetahuan
mengenai bahaya miras di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor, Kabupaten
Semarang.
No Pengetahuan mengenai bahaya miras Frekuensi Prosentase

1 Tahu 48 77,4%
2 Tidak tahu 14 25,6%
Total 62 100%
i. Bahasa
Bahasa yang sering digunakan remaja dalam kehidupan sehari-hari di Kelurahan Bergas
Lor RW 7 adalah Bahasa jawa dan Indonesia.
j. Penghasilan
Berdasarkan data yang telah didaptkan, mayoritas remaja di RW 07 belum
berpenghasilan dan masih bersekolah ataupun menjadi seorang mahasiswa. Serta untuk
remaja yang sudah bekerja penghasilannya sesuai UMR kabupaten Semarang.
k. Budaya remaja sekitar (Bahasa, keyakinan-keyakinan berkaitan dengan penyakit atau
kesehatan)

33 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh remaja di Kelurahan Bergas Lor RW 7
adalah bahasa jawa. Sedangkan keyakinan remaja di Kelurahan Bergas Lor RW 7 yang
berkaitan dengan penyakit atau kesehatan, biasanya remaja sekitar tidak langsung berobat
ke dokter atau kerumah sakit terdekat, melainkan ke Apotek terlebih dahulu untuk
membeli obat sesuai dengan keluhan yang dirasakan, jika setelah minum obat rasa sakit
tidak kunjung membaik maka remaja sekitar langsung periksa ke rumah sakit terdekat
atau puskesmas.
2. Melakukan kajian wishield survey
a. Batas wilayah
Barat : Alfamart
Timur : Pertigaan RT 07
Utara : Jalan Raya
Selatan : Sawah
b. Pembagian wilayah
Wilayah di kelurahan Sikunir khususnya di RW 07 dibagi atas 7 RT dengan pembagian
wilayah RT 01 dari arah utara rumah gedongan . Ke barat dari alfamart sampai ke sungai
dan timur dari rumah warna biru sampai ke pertigaa RT 07. RT 02 dari arah selatan
Alfamart sampai ke toko. RT 03 dari arah utara dari tanah kosong/rumah biru gang melati
ke timur sampai jalan raya, ke utara dari toko ke selatan sampai tanah kosong. RT 04 dari
arah barat jalan raya sampai ke timur rumah usaha frozen food perbatasan dengan RT 05.
RT 05 dari barat di perumahan usaha frozen food sampai ke timur pertigaan RT 07 dari
utara tanah kosong sampai selatan sawah. RT 06 dari utara perempatan jalan sampai ke
selatan rumah biru, dari barat pos kampling sampai pak RT 07. Dari RT 07 arah utara
rumah biru ke selatan sawah, dari barat pertigaan Rt 07.
c. Kondisi perumahan (padat atau kumuh)
1. Bangunan
Mayoritas bangunan di kelurahan Sikunir tidak padat tetapi jarak antar rumah dekat.
Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Rata-rata bangunan rumah terbuat
dari tembok permanen, lantai rumah terbuat dari keramik, dan atap dengan
menggunakan atap genting.
2. Arsitektur

34 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Lantai yang terbuat dari keramik.
Rata-rata di setiap rumah terdapat jendela dengan pencahayaan.
3. Keunikan lingkungan
Lingkungan di RW 7 bersih, sampah di angkut setiap dua hari sekali dan kerja bakti
setiap satu minggu sekali
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan di kelurahan Sikunir RW 07 rata-rata sudah bersih. Tetapi masih
terdapat beberapa rumah yang membiarkan tempat ember, kaleng dan lain-lain tergelatak
dan digenangi air.
e. Observasi terhadap keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat
Masyarakat di kelurahan Sikunir RW 07 kebanyakan bekerja sebagai pegawai negri sipil
(PNS) dan karyawan swasta yang mayoritas warga berangkat pada pagi hari dan pulang
pada sore hari atau malam hari. Oleh karena itu, perilaku masyarakat di daerah ini
cenderung tertutup atau kurang bersosialisasi dengan warga lain.
f. Tanda kerusakan
Sarana untuk lingkungan di sekitar RW 07 sudah tersedia tetapi pemanfaatannya masih
belum maksimal dan kesadaran untuk merawat sarana tersebut juga masih kurang. Seperti
halnya pos ronda yang berada di RT 05 dibiarkan kotor dan tidak terpakai.

g. Area rekreasi
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir tidak terdapat area rekereasi.
h. Tempat umum (sarana ibadah)
Sarana ibadah yang tersedia di RW 07 di kelurahan Sikunir hanya 4 masjid.
i. Pertokoan/pasar
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir tidak terdapat pasar. Hanya saja disana warga
memanfaatkan halaman rumah sebagai lahan usaha seperti pertokoan kecil atau toko
sembako.
j. Transportasi
Masyarakat di kelurahan Sikunir RW 07 kebanyakan sudah memiliki kendaraan pribadi
seperti sepeda motor dan mobil. Sehingga untuk transportasi warga menggunakan
kendaraan pribadi.

35 KEPERAWATAN KOMUNITAS
k. Pusat pelayanan sosial dan kesehatan
Pusat pelayanan sosial di wilayah kelurahan Sikunir RW 07 terdapat kegiatan posyandu
balita yang diadakan setiap satu bulan sekali. Pelayanan kesehatan yang ada di dekat
daerah ini antara lain banyak terdapat apotik, puskesmas, klinik atau praktek dokter dan
rumah sakit.
l. Pos bencana/perlindungan
Belum terdapat pos bencana/perlindungan di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir.

3. Melakukan Kajian 8 Elemen Sub Sistem Keperawatan Komunitas


a. Fisik dan lingkungan perumahan
1) Bunyi bising, bau, debu, dan lain-lain berkaitan dengan masalah pencemaran
Wilayah di sekitar RW 07 kelurahan Sikunir tidak terlalu bising walaupun dekat
dengan jalan raya. Tidak terdapat pabrik dan tidak ada sampah yang menumpuk
sehingga tidak menimbulkan bau dan debu yang mengganggu masyarakat.
2) Kondisi pemukiman
Mayoritas bangunan di kelurahanSikunir tidak padat tetapi jarak antar rumah dekat.
Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Rata-rata bangunan rumah terbuat
dari tembok permanen, lantai rumah terbuat dari keramik, dan atap dengan
menggunakan atap genting. Dan rata-rata di setiap rumah terdapat jendela dengan
pencahayaan yang baik. Banyak tanah kosong yang dimanfaatkan untuk dijadikan
lahan usaha warga.
3) Sanitasi
a) Penyediaan air bersih
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir masyarakat menggunakan sumber air sumur
dan PAM.
b) Penyediaan air minum
Di wilayah RW 04 kelurahan Karangwetan air minum yang di konsumsi berasal
dari sumur dan PAM yang dimasak terlebih dahulu. Ada juga yang membeli air
minum dalam kemasan galon.
c) Penggunaan jamban

36 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir untuk penggunaan jamban dengan jamban
jongkok (leher angsa).
d) Sarana pembuangan air limbah
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir untuk sistem pembuangan limbah dengan
menggunakan got yang terbuka dan alirannya lancar.
e) Pengelolaan sampah
Di RW 07 kelurahan Sikunir sudah terdapat tempat pembuangan sampah akhir.
Sehingga warga membuang sampah di tempat pembuangan sampah perrumah
yang disediakan sendiri sebelum diambil oleh petugas kebersihan.
f) Polusi udara, air, tanah atau suara kebisingan
Di RW 07 kelurahan Sikunir untuk polusi udara terdapat di rumah-rumah yang
berada di pinggir jalan. Kualitas air di daerah ini bersih, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4) Kondisi geografis
Posisi geografis Kelurahan Sikunir terletak di dataran tinggi daerah pegunungan.
b. Pendidikan
1) Tingkat pendidikan
Tabel 1.6 Tabel distribusi frekuensi penduduk remaja berdasarkan tingkat
pengetahuan remaja di RW 07 Sikunir, Kelurahan Bergas Lor,
Kabupaten Semarang.

No Pendidikan Frekuensi Prosentase


1 Tidak Sekolah/Bekerja 15 24 %
2 SD 3 5%
3 SMP 18 29 %
4 SMA 20 32 %
5 PerguruanTinggi 6 10 %
Jumlah 62 100 %

37 KEPERAWATAN KOMUNITAS
2) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan informal)
a) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
Di kelurahan Sikunir RW 07 terdapat fasilitas pendidikan formal seperti PAUD,
SD Negeri serta pendidikan informal yang ada di daerah ini adalah TPQ.
b) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
Rata-rata sumber daya manusia yang ada di kelurahan Sikunir RW 07 sudah
memiliki pekerjaan tetap dan sebagian besar pekerja pabrik.
3) Jenis bahasa yang digunakan
Masyarakat di kelurahan Sikunir RW 07 umumnya menggunakan bahasa jawa
sebagai bahasa sehari-hari.
4) Apakah tersedia sumber pendidikan khusus
Di kelurahan Sikunir RW 07 tidak terdapat fasilitas pendidikan khusus.
c. Keamanan dan transportasi
1) Jenis kriminalitas yang ada
Berdasarkan wawancara di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir kurang lebih 6
bulan yang lalu terdapat korban tindakan kriminalitas yaitu dengan motif penipuan
mengatasnamakan institusi kesehatan dengan cara membius korban kemudian
mengambil barang-barang di rumahnya.
2) Jenis pelayanan keamanan yang ada
Berdasarkan observasi di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir di setiap RT
sudah memiliki pos kamling.
3) Sistem keamanan lingkungan
Kondisi keamanan lingkungan daerah Sikunir RW 07 selama setahun terakhir
cukup aman, setelah terjadi tindakan kriminalitas beberapa bulan yang lalu
pengamanan di wilayah semakin ketat.
4) Kondisi jalan
Situasi jalan di Kelurahan Sikunir khususnya di RW 07 beraspal di jalan
utama dan jalan setiap gang juga sudah menggunakan aspal.
5) Jenis transportasi yang dimiliki/digunakan masyarakat
Masyarakat di kelurahan Sikunir RW 07 kebanyakan sudah memiliki
kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil. Sehingga untuk transportasi warga

38 KEPERAWATAN KOMUNITAS
menggunakan kendaraan pribadi tetapi juga ada sebagian masyarakat yang
menggunakan transportasi umum.
6) Sarana transportasi yang ada
Di wilayah Sikunir RW 07 terdapat sarana transportasi umum berupa
angkutan kota dan sebagian masyarakat menggunakan kendaraan pribadi sebagai
sarana transportasi seperti sepeda, motor maupun mobil.
d. Politik dan kebijakan pemerintah
1) Sistem penanggulangan
Sistem penanggulangan masalah dengan diadakannya pertemuan rutin tingkat RT dan
RW.
2) Adakah struktur organisasi dalam komunitas
Di kelurahan Sikunir RW 07 terdapat struktur organisasi yang terdiri dari ketua RW
beserta pengurusnya, ketua RT beserta pengurusnya, Pengurus PKK beserta kader,
dan Pengurus Posyandu beserta kadernya.
3) Kelompok organisasi dalam komunitas
Kelompok organisasi yang ada di kelurahan Sikunir RW 07 meliputi karang taruna,
PKK, kegiatan lansia dan posyandu.
4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
Kelompok organisasi yang ada di RW 07 kelurahan Sikunir berjalan dengan baik dan
semua terorganisasi dengan baik, untuk organisasi karang taruna masih berjalan
sampai saat ini.
5) Kebijakan masyarakat tentang politik
Pemegang pemerintahan tertinggi di Kelurahan Sikunir adalah Lurah beserta
jajarannya, kemudian ketua RW, dan dilanjutkan ketua RT.
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Jenis pelayanan kesehatan yang ada
Pelayanan kesehatan yang ada di dekat daerah ini antara lain terdapat puskesmas,
rumah sakit, praktik bidan kelurahan, klinik atau praktek dokter.
2) Jumlah pelayanan kesehatan
Terdapat 1 puskesmas, 3 rumah sakit, 1 praktik bidan kelurahan, dan praktik
dokter/klinik.

39 KEPERAWATAN KOMUNITAS
3) Lokasi pelayanan kesehatan
Jarak tempuh antara kelurahan Sikunir RW 07 dengan pelayanan kesehatan kurang
dari 30 menit.
4) Karakteristik pemakai pelayanan kesehatan
Masyarakat kelurahan Sikunir RW 07 ketika mereka merasa dirinya sakit, mereka
akan pergi ke apotik terlebih dahulu untuk membeli obat. Jika merasa belum sembuh,
masyarakat baru pergi ke pelayanan kesehatan yang terdekat.
5) Sistem rujukan
Sistem rujukan yang tersedia yaitu puskesmas dan rumah sakit
6) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan) meliputi lokasi, kepemilikan, dan kecukupan
Di wilayah RW 07 kelurahan Sikunir tidak terdapat pasar. Hanya saja disana warga
memanfaatkan halaman rumah sebagai lahan usaha seperti pertokoan kecil atau toko
sembako, usaha loundry, bengkel motor, bengkel las dan lain-lain.
f. Sistem komunikasi
1) Sarana umum komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan sudah semua menggunakan telpon pribadi atau
handphone.
2) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
Jenis komunikasi yang digunakan dalam komunitas adalah grup yang terdapat dalam
telpon pribadi.
3) Apakah tersedia papan pengumuman
Tersedia papan pengumuman tetapi tidak dimanfaatkan oleh warga.
4) Apakah jenis area pertemuan kelompok
Area pertemuan kelompok biasanya diadakan di rumah warga secara bergilir. Tetapi
apabila rumah warga kondisinya tidak memungkinkan, maka tempat pertemuan di
lakukan di mushola.
g. Ekonomi
1) Komposisi pekerjaan
Rata-rata remaja yang ada di kelurahan Sikunir RW 07 ada yang sudah mempunyai
pekerjaan tetap dan sebagi pekerja pabrik.
2) Jumlah pengangguran

40 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Rata rata remaja dikelurahan sikunir RW 07 sekolah dan bekerja.
3) Sejauh mana ekonomi mempengaruhi kesehatan kelompok
Rata-rata warga yang memiliki perekonomian menengah kebawah cara mengatasi
masalah kesehatannya dengan membeli obat di warung.
4) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
Berdasarkan data yang telah didapatkan, mayoritas remaja di RW 07 belum
berpenghasilan dan masih bersekolah atau menjadi seorang mahasiswa. Serta untuk
remaja yang sudah bekerja penghasilannya seusai UMR kabupaten Semarang.
5) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
Berdasarkan data yang telah di dapatkan rata rata pengeluaran setiap bulan untuk
remaja yang sudah bekerja kurang lebih Rp. 1.000.000
h. Rekreasi
1) Adakah tempat rekreasi untuk masyarakat
Berdasarkan observasi di RW 07 terdapat peninggalan sejarah yaitu arca ganesha
yang bisa dijadikan salah satu objek wisata.
2) Adakah fasilitas untuk kegiatan olahraga
Tidak terdapat fasilitas untuk kegiatan olahraga, tetapi ada lapangan umum yang
biasa digunakan untuk bermain sepakbola ataupun volli oleh remaja RW 07.
3) Bagaimana nilai/keyakinan masyarakat tentang rekreasi
Kegiatan rekreasi yang dilakukan warga Kelurahan Sikunir yaitu nonton TV,
mendengarkan radio, berkunjung ke rumah keluarga, dan kegiatan rekreasi ke arca
ganesha, umbul sido mukti atau di candi gedong songo.
4. Mengidentifikasi POKJAKES
1) Adakah POKJAKES
Belum ada program kerja kesehatan pada remaja
2) Sejak kapan: -
3) Bagaimana tugas POKJAKES
a) Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda
b) Penyuluhan napza (narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya)
c) Pergaulan remaja dan pemuda
d) Produktivitas remaja dan pemuda

41 KEPERAWATAN KOMUNITAS
e) Penggerak dan motor kesehatan lingkungan
f) Penanggulangan sampah-sampah dan kelurahanin tempat sampah
4) Adakah kader kesehatan
Berapa orang: Belum terdapat kader kesehatan remaja
a. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja di wilayahnya.
Kesehatan remaja di RW 7 kurang baik karena belum adanya kegiatan rutin mengenai
kesehatan remaja. Remaja di RW 7 hanya melakukan kegiatan yasinan seminggu
sekali yaitu setiap hari kamis. Aktivitas sehari-hari setelah pulang sekolah ataupun
kuliah yang dihabiskan di rumah yaitu dengan bermain game, bermain di media sosial
serta menonton TV.
b. Mengidentifikasi dan memfasilitasi kesehatan remaja dan pemuda.
Di RW 7 belum sudah pernah di berikan penyuluhan tentang NAPZA terhadap remaja
dan di RW terdapat organisasi karang taruna.
c. Penggerak dan motor kesehatan lingkungan.
Di RW 7 terdapat sanitasi lingkungan yang tertutup, air disini jernih, tidak berbau,
tidak berasa dan mayoritas warga disini menggunakan sumur dan PDAM.
Penampungan air menggunakan bak penampungan dengan tertutup yang dikuras
setiap minggu. Sistem pembuangan sampah disini disetiap rumah sampahnya akan
diambil setiap 2 hari sekali yang akan dikumpulkan di penampungan sampah lalu akan
diangkut oleh petugas kebersihan. Jika terdapat sampah yang dapat didaur ulang (
botol aqua, bungkus plastik dll ) akan dikumpulkan di bank sampah yang nantinya
akan dimanfaatkan dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Beberapa dari rumah
warga terdapat sedikit perkarangan rumah yang ditanami tanaman hias. Pembuangan
limbah langsung mengalir keselokan.
d. Adakah kader kesehatan
Di RW 7 belum terdapat kader kesehatan ataupun konseling remaja.

42 KEPERAWATAN KOMUNITAS
5. Melakukan Kajian Masalah Kesehatan Yang Ada di Komunitas
Jumlah remaja di RW 7 yaitu 235 jiwa, dengan jumlah laki-laki 119 jiwa dan perempuan 116
jiwa.
6. Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat
7. UKS
a. Pendidikan kesehatan
1) Kesehatan reproduksi
2) Bahaya rokok dan minuman keras
3) Bahaya NAPZA
b. Pelayanan kesehatan
1) Promotif : Penyuluhan kesehatan
2) Preventif : Kegiatan penjaringan kesehatan, melakukan perawatan organ reproduksi.
3) Kuratif dan rehabilitatif : pengobatan ringan untuk mengurangi derita sakit
pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medik ke puskesmas.
c. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
1) Aspek fisik
a) Penyediaan dan penampungan air bersih
b) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
c) Pemeliharaan WC atau kamar mandi
2) Aspek mental (tercipta suasana hubungan dan kekeluargaan yang erat antar sesama)
a) Bakti social masyarakat sekolah terhadap lingkungan
b) Pekemahan
c) Darmawisata
d) Music, olahraga
e) Kepramukaan, PMR, Kader Kesehatan
f) Lomba kesenian dan olahraga.

43 KEPERAWATAN KOMUNITAS
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN

1. Data angket/kuesioner (dari 62 remaja) di RW 07: Ketidakefektifan Kontrol Impuls Berhubungan


29 remaja putra (56%) perokok aktif, 17 Dengan Merokok Dan Penyalahgunaan Zat
remaja(33%)pengkonsumsi miras, dan 6 remaja(11%) pengguna (00222)
napza.
Usia mulai mengkonsumsi rokok= usia 8 s/d 24 tahun.
Jumlah konsumsi rokok perhari= 5 batang/hari 18 orang(62%),
>10 batang/hari 11 orang (38%).
Tahu bahaya merokok 52 orang (83,8%), tidak tahu bahaya
merokok 10 orang (11,2%)
Pernah dilakukan penkesh merokok 32 orang (51,6%), belum
pernah dilakukan penkesh 30 orang (47,4%).
Tidak berhasil dalam mengatasi masalah kesehatan 23 orang
(37,1%)
Tidak tahu bahaya miras 14 orang (25,6%),
Penkesh miras= pernah mendapat penkesh 32 orang (51,6%),
belum pernah 30 orang (47,4%).

Data wawancara (pada remaja) pada tanggal 16-21 juli 2019:


Tingkat perokok pada remaja pria di RW 07 lumayan tinggi,
rata-rata mulai merokok usia SMP-SMA/sederajat, sebagaian
dari remaja sudah mengetahui akibat dari dampak buruk
merokok tetapi mereka masih tetap mengkonsumsi rokok dalam
jumlah antara 8-10 batang per hari.
Sebagian remaja mengatakan ingin berhenti merokok.
Belum pernah mendapatkan edukasi tentang strategi untuk
berhenti merokok dari tenaga kesehatan /pihak lain.

44 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Mayoritas remaja mendapat informasi bahaya merokok dari
media massa (televisi, baleho, MMT,sosmed, poster, kemasan
rokok).
Data Observasi:
Terlihat sebagian besar remaja putra saat perkumpulan
remaja(yasinan dan karang taruna) melakukan aktifitas
merokosebanyak 4-5 batang selama kegiatan tersebut.
2. Data angket/kuesioner dari 62 remaja RW 07: Defisiensi pengetahuan(tentang kesehatan
sebagian besar remaja belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi) berhubungan dengan kurang
reproduksi 73% dan dampak buruk buruknya. informasi,kurang minat untuk belajar (00126)
Ada keluhan saat mens 13 orang (59%), upaya yang dilakukan
saat ada keluhan mens dibiarkan saja 9 orang (41%), ada yang
setuju pernikahan dini 18 orang (29,1%), tidak setuju pernikahan
dini 44 orang (70,9%),
tidak mengetahui penyakit menular seksual(PMS) 25
orang(40,4%), remaja tidak mengetahui usia reproduksi 27 orang
(43,5%), remaja yang tidak mengetahui fungsi reproduksi 32
orang(51,6%), remaja tidak mengetahui cara pencegahan PMS
44 orang(70,9%).
Data wawancara( dari beberapa remaja putri dan putra):
belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi seperti : PMS,
IMS, fungsi reproduksi.
Sebagian remaja mengatakan belum pernah mendapat
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.
Data observasi : -

45 KEPERAWATAN KOMUNITAS
3. Data angket/kuesioner dari 62 remaja : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
Riwayat masalah kesehatan seperti batuk dan pilek 17 Berhubungan Dengan Kurang Pemahaman
orang(27%), diare 19 orang (31%) dan gastritis 3 orang (5%), TB Tentang Penyebab Dan Pencegahan Diare.
paru 1 orang(2%), tidak ada masalah 22 orang(35%). (00188)
Data wawancara (pada 62 remaja) :
 Tingkat masalah kesehatan di Rw 07 lumayan tinggi untuk
penyakit diare dan batuk & pilek.
 Sebagian besar remaja mempunyai riwayat diare dan batuk
pilek tetapi gagal untuk mencapai kesembuhan yang optimal
 Remaja yang mempunyai riwayat diare dan batuk pilek
mengatakan gagal dalam mencegah masalah kesehatan yang
dialami.
 Tingkat perokok di kalangan remaja sangat tinggi dan
berdampak buruk terhadap kesehatan remaja.
Data observasi :
Ada penderita remaja dengan penyakit paru tetapi masih
merokok.

PRIORITAS DIAGNOSA:

1. Ketidakefektifan Kontrol Impuls Berhubungan Dengan Merokok Dan Penyalahgunaan Zat (00222)
2. Defisiensi pengetahuan(tentang kesehatan reproduksi) berhubungan dengan kurang informasi,kurang minat untuk belajar (00126)
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Berhubungan Dengan Kurang Pemahaman Tentang Penyebab Dan Pencegahan Diare.
(00188)

46 KEPERAWATAN KOMUNITAS
PRIORITAS MASALAH

a. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, kelompok menggunakan problem solving cycle (PSC) dengan metode:

1. Magnitude (Mg)

Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi

2. Severity (Sv)

Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah

3. Manageability (Mn)

Berfokus pada keperawatan sehingga diatur untuk perubahannya

4. Nursing Consesnt (Ne)

Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat

5. Afforadability (Af)

Ketersediaan sumber daya

47 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Rentang nilai yang digunakan 1-5, yaitu:

5 = sangat penting

4 = penting

3 = cukup penting

2 = kurang penting

1 = sangat kurang penting

Tabel 3.2 Prioritas masalah di RT 05 / RW 07 Sikunir, Bergas Lor, Kab. Semarang


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Merokok, 5 5 5 5 5 25 1
Miras dan
NAPZA
2. Kesehatan 5 5 4 5 5 24 2
Reproduksi
Remaja (KRR)
3. Perilaku Hidup 5 3 4 4 5 21 3
Bersih dan
Sehat (PHBS)

Prioritas Masalah Yang Ditetapkan Yaitu:

1. Merokok, Miras dan NAPZA

2. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

48 KEPERAWATAN KOMUNITAS
INTERVENSI

TUJUAN TUJUAN
DX KEP JANGKA JANGKA KRITERIA STANDAR RENCANA INTERVENSI
PANJANG PENDEK

Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan Pemeliharaan 1. Mengenali “GEMA PANMIRO”


kontrol impuls dilakukan kegiatan 1x kesehatan kebutuhan (Gerakan Remaja Tanpa
berhubungan kegiatan 4x pertemuan, tercapai secara untuk Napza, Miras Dan Rokok)
dengan merokok pertemuan diharapkan remaja optimal pada menyeimbang 1. (Penkes)
dan penyalahgunaan diharapkan memahami bahaya remaja kan aktivitas Berikan pendidikan
zat remaja-remaja merokok dan hidup kesehatan tentang bahaya
2. Mencari merokok, napza dan miras
dapat penyalahgunaan
informasi 2. (Proses Kelompok)
melakukan zat
tentang Forum Group Discussion
pemeliharaan strategi untuk khusus remaja
kesehatan aktivitas perokok,miras, dan
secara optimal hidup yang penyalahgunaan zat
seimbang 3. (Empowerment/
3. Menggunakan Pemberdayaan)
manajemen Melatih remajauntuk
waktu dalam skrinning test fungsi paru
rutinitas pada perokok maupun
harian bukan perokok (perokok
4. Ikut dalam aktif dan pasif)
aktivitas yang
meningkatkan
pengetahuan
tentang
kesehatan

49 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Defisiensi Setelah Setelah dilakukan Mengetahui 1. Status “KOBDAR”
pengetahuan(tentang dilakukan 1x pertemuan, informasi kesehatan (Konsling Sebaya Pada
kesehatan kegiatan 4x diharapkan remaja tentang reproduksi Remaja)
reproduksi) pertemuan : kesehatan remaja 1. (Penkes)
berhubungan diharapkan 1. Mengetahui apa reproduksi pada 2. Tingkat Berikan pendidikan
dengan kurang pengetahuan itu disminore remaja partisipasi kesehatan tentang
(perempuan) dalam kesehatan reproduksi dan
informasi,kurang remaja tentang
2. Memahami pelayanan gangguan menstruasi
minat untuk belajar kesehatan
tentang perawatan 2. (Proses Kelompok)
(00126) reproduksi kesehatan Forum Group Discussion
lebih Penyakit
menular seksual preventif pada tentang kesehatan
meningkat remaja reproduksi(PMS,IMS,
(PMS), infeksi
menular seksual 3. Prevalensi dan cara pencegahannya)
(IMS), dan program 3. (Empowerment/
cara peningkatan Pemberdayaan)
pencegahannya kesehatan Melatih remaja untuk
3. Mengetahui reproduksi melakukan SADARI pada
tentang remaja perempuan
kesehatan dan 4. (Kemitraan/ Partnership)
usia reproduksi Bekerjasama dengan
kader kesehatan serta
anggota di rw 07 terkait
konsultasi
kesehatanreproduksi pada
remaja.
Perilaku kesehatan Setelah Setelah dilakukan Mengetahui 1. Masalah “MEJA KERDILS”
cenderung beresiko dilakukan kegiatan 1x informasi kesehatan (Meningkatkan Derajat
berhubungan kegiatan 4x pertemuan, tentang remaja Kesehatan Remaja Dengan
dengan kurangnya pertemuan diharapkan remaja penyebab dan 2. Mencari Hidup yang Lebih Sehat)
pemahaman tentang diharapkan memahami pencegahan diare informasi 1. (Penkes)
penyebab dan remaja-remaja penyebab dan tentang Berikan pendidikan
strategi untuk kesehatan tentang PHBS
pencegahan diare dapat pencegahan diare
aktivitas dan etika batuk
melakukan

50 KEPERAWATAN KOMUNITAS
pemeliharaan hidup yang 2. (Proses Kelompok)
kesehatan lebih sehat Forum Group Discussion
tentang 3. Ikut dalam tentang PHBS dan
penyebab dan aktivitas yang makanan minuman yang
pencegahan meningkatkan dimasak
diare secara pengetahuan 3. (Empowerment/
tentang Pemberdayaan)
optimal
kesehatan Melatih remaja untuk
berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dengan
cara 6 langkah cuci
tangan dan etika batuk
4. (Kemitraan/Partnership)
Kolaborasi dengan kader
kesehatan terkait dengan
PHBS seperti (cuci
tangan) dan etika batuk.

51 KEPERAWATAN KOMUNITAS
PLAN OF ACTION
NO MASALAH KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT DANA PENANGGUNG
JAWAB
1 Ketidakefektifan 1. (Penkes) Semua Juli 2019 RW VII Mandiri Yance Ratu
kontrol impuls Memberikan remaja laki-
berhubungan pendidikan laki di RW
dengan merokok kesehatan tentang VII
dan bahaya miras (tidak
penyalahgunaan tahu mengenai
bahaya miras
zat
sebanyak 14 orang
(25%) dan belum
pernah mengikuti
penkes sebanyak
30 orang (47%)
2. (Proses Kelompok)
Diskusi kelompok I Made Bayu
khusus Sudarsana
merokok,miras,
dan
penyalahgunaan
zat
3. (Empowerment/ Idia Indar
Pemberdayaan) Anggraeni
Melatih remaja
untuk skrinning
test fungsi paru
pada perokok
maupun bukan
perokok (perokok
aktif dan pasif)

52 KEPERAWATAN KOMUNITAS
2 Defisiensi 1. Penkes) Semua Juli 2019 RW VII Mandiri Rani Eka S
pengetahuan(ten Berikan pendidikan remaja RW
tang kesehatan kesehatan tentang VII
reproduksi) kesehatan reproduksi
berhubungan dan gangguan
dengan kurang menstruasi
2. (Proses Kelompok)
informasi,kuran Anita Puji
Forum Group
g minat untuk Rahayu
Discussion tentang
belajar (00126) kesehatan
reproduksi(PMS,IMS,
dan cara
pencegahannya)
3. (Empowerment/
Pemberdayaan) Mieke Oktavia P
Melatih remaja untuk
melakukan SADARI
pada remaja
perempuan
4. (Kemitraan/ Dewi Ernawati
Partnership)
Bekerjasama dengan
kader kesehatan serta
anggota di rw 07
terkait konsultasi
kesehatanreproduksi
pada remaja.

53 KEPERAWATAN KOMUNITAS
3 Perilaku 1. ((Penkes) Semua Juli 2019 RW VII Mandiri Baiq Lia Suhayati
kesehatan Berikan pendidikan remaja RW
cenderung kesehatan tentang VII
beresiko PHBS dan etika batuk
berhubungan 2. (Proses Kelompok)
dengan Forum Group Sri Ulan
Discussion tentang Fatmaningsih
kurangnya
PHBS dan makanan
pemahaman
minuman yang
tentang dimasak
penyebab dan 3. (Empowerment/ Ahmad Yudha
pencegahan Tama
Pemberdayaan)
diare Melatih remaja untuk
berperilaku hidup
bersih dan sehat
(PHBS) dengan cara 6
langkah cuci tangan
dan etika batuk

54 KEPERAWATAN KOMUNITAS
EVALUASI HASIL KEPERAWATAN KOMUNITAS

DIRW 07BERGAS LOR – KEC. BERGAS, KAB. SEMARANG

HASIL
WAKTU DAN
NO KEGIATAN RESPON FAKTOR
TEMPAT
MASYARAKAT PENDUKUNG PENGHAMBAT
1. a. Memberikan pendidikan Jumat, 16Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya waktu dan 1. Waktu pelaksanaan
kesehatan tentangbahaya 2019, jam 1.Dari 10 undangan tempat yang sudah kegiatan tidak sesuai
merokok 15:30Bertempat di RT yang disebarkan ditentukan sebelum dengan perkiraan
b. Memberikan pendidikan 05/RW 07Sikunir, kepada remaja pendidikan kesehatan karena peserta
kesehatan tentangbahaya kelurahan Bergas lor, terdapat 6 remaja 2. Tersedianya alat dan sedikit molor
dari minuman keras kecamatan Bergas, yang hadir di media yang digunakan datangnya
c. Memberikan pendidikan kabupaten Semarang kegiatan yang dalam penyuluhan 2. Selama kegiatan ada
kesehatan diselenggarakan 3. Leaflet yangdapat beberapa peserta
tentangpenyalahgunaan oleh panitia. dibawah pulang yang sedikit
NAPZA 2.Remaja bercanda dan kurang
mendengarkan fokus dengan materi
materi yang yang diberikan
disampaikan
3.Remaja mengikuti
kegiatan dari awal
sampai akhir

55 KEPERAWATAN KOMUNITAS
4.Remaja tidak
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan dimulai
5.Peserta bertanya
aktif saat
penyuluhan
6.Peserta tampak
antusias dengan
materi yang
diberikan
2. a. Melakukan diskusi Jumat, 16Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya waktu dan 1. Waktu pelaksanaan
terarah/ Forum Group 2019, jam 15:40 1. Dari 15 undangan tempat sebelum Forum sedikit molor kurang
Discusion (FGD) tentang Bertempat di RT yang disebarkan Group Discusion (FGD) lebih 15-20 menit
Danpak Merokok Bagi 05/RW 07Sikunir, kepada remaja di mulai dari jam yang sudah
Kesehatan Pada Remaja kelurahan Bergas lor, terdapat 7 remaja 2. Tersediannya topik di cantumkan pada
di Rt 07 Sikunir Bergas kecamatan Bergas, yang hadir di yang sudah di tentukan undangan yaitu
Lor kabupaten Semarang kegiatan yang sebelumnya yang akan 15:00.
b. Melakukan diskusi diselenggarakan di sampaikan pada saat 2. Selama kegiatan ada
terarah/ Forum Group mahasiswa. Forum Group Discusion beberapa remaja
Discusion (FGD) tentang 2. Remaja mampu (FGD) tentang Dapak yang kurang fokus
pengertian rokok, berpendapat terkait Rokok Bagi Kesehatan dalam mengikuti

56 KEPERAWATAN KOMUNITAS
kandungan dalam rokok, apa yang di Remaja Forum Group
bahanya bagi perokok tanyakan oleh 3. Tersedianya daptar Discusion (FGD)..
pemula, akibat dari mahasiswa ke pertanyaan sebelum
perokok jangka lama, remaja terkit Forum Group Discusion
dampak rokok bagi materi yang akan (FGD) di mulai
kesehtan paru-paru. di sampaikan 4. Tersedianya daftar
c. Melakukan diskusi (apa itu rokok, hadir sebagai
terarah/ Forum Group kandungan yang dokumentasi kegiatan
Discusion (FGD) tentang terdapat dalam sebelum Forum Group
cara menghindari untuk rokok, bahaya Discusion (FGD)
tidak merokok, cara rokok bagi dimulai.
mengatasi apabila sudah kesehatan paru-
terlanjur merokok dan paru, akibat dari
ingin berhenti merokok. merokok jangka
panjang)
3. Remaja mampu
mengikuti kegiatan
FGD dari awal
sampai acara
selesai
4. Remaja sangat
antusias saat

57 KEPERAWATAN KOMUNITAS
mengikuti kegiatan
dengan
mengeluarkan
pendapat sesuai
pengetahuannya
5. Tidak ada remaja
yang
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan FGD
dimulai
3. a. Memberikan materi Sabtu, 17 agustus Jangka pendek 1. Tersedianya alat dan 1. Waktu pelaksanaan
mengenai skrining tes 2019, jam 16:30 1. Dari 15 undangan media yang digunakan kegiatan diundur
fungsi paru bertempat di lapangan yang disebarkan dalam karena kendala
b. Memperkenalkan alat tegal sari Rw kepada remaja 2. Poster yang dapat waktu yang sudah
yang digunakan untuk VIISikunir, kelurahan terdapat 24 remaja dibawa pulang dan tidak mecukupi
pengukuran Bergas lor, kecamatan yang hadir di sebagai panduan secara 2. Tempat pelaksanaan
c. Melakukan demonstrasi Bergas, kabupaten kegiatan yang mandiri di rumah. yang terbuka yaitu
pengukuran fungsi paru Semarang diselenggarakanole 3. Para remaja antusias dilapangan membuat
menggunakan alat h panitia. melakukan pemeriksaan situasi kondisi tidak
spirometri kondusif.
d. Melatih dan membantu 3. Banyak orang yang

58 KEPERAWATAN KOMUNITAS
remaja mempraktikkan 2. Remaja berlalulalang di area
secara mandiri mendengarkan pelatihan.
e. Mengevaluasi hasil materi yang 4. Selama kegiatan ada
skrining tes fungsi paru disampaikan beberapa peserta
3. Remaja mengikuti yang sedikit
kegiatan dari awal bercanda dan kurang
sampe akhir fokus dengan materi
4. Remaja tidak yang diberikan
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan dimulai
4. a. Memberikan pendidikan Jum’at, 16 Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya alat dan 1. Waktu pelaksanaan
kesehatan mengenai 2019, jam 15:35 1. Dari 10 undangan media yang digunakan kegiatan tidak sesuai
definisi kesehatan di RT 05/ RW 07, yang disebarkan dalam penyuluhan. dengan perkiraan
reproduksi Sikunir Kec.Bergas, kepada remaja Penyuluhan karena peserta
b. Memberikan pendidikan Kab.Semarang terdapat 5 remaja menggunakan layar datang terlambat
kesehatan tentang yang hadir dalam LCD 2. Selama kegiatan ada
perubahan fisik masa kegiatan yang 2. Leaflet yang dapat beberapa peserta
pubertas pada laki-laki diselenggarakan dibawa pulang dan yang sedikit
dan perempuan oleh panitia karena sebagai bahan bercanda dan kurang
5 orang yang lain pembelajaran fokus dengan materi
c. Memberikan pendidikan berhalangan untuk yang diberikan

59 KEPERAWATAN KOMUNITAS
kesehatan tentang hadir 3. Kondisi ruangan
gangguan menstruasi 2. Remaja yang sedikit panas
d. Memberikan pendidikan mendengarkan 4. Saat kegiatan
kesehatan tentangresiko materi yang penyuluhan
hubungan seks sebelum disampaikan berlangsung ada
menikah 3. Remaja mengikuti peserta yang masih
e. Memberikan pendidikan kegiatan dari awal malu-malu saat
kesehatan tentang sampai akhir diajukan pertanyaan
penyakit menular seksual 4. Remaja tidak 5. Penyuluhan
f. Memberikan pendidikan meninggalkan kesehatan diadakan
kesehatan tentang cara ruangan ketika bersamaan dengan
pencegahan HIV/AIDS kegiatan dimulai intervensi kegiatan
yang lain sehingga
pelaksanaan kurang
efektif

5. a. Melakukan diskusi Jum’at, 16 Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya tempat 1. Waktu pelaksanaan
kelompok terarah atau 2019 jam 15:45 1. Dari 15 undangan untuk dilakukannya kegiatan sedikit
Forum Group Discussion di RT 05/ RW 07, yang disebarkan diskusi kelompok terlambat, karena
(FGD) tentang Kesehatan Sikunir Kec.Bergas, kepada remaja terarah (FGD) terdapat bebrapa
Reproduksi Remaja Kab.Semarang terdapat 18 remaja 2. Tersedianya alat dan remaja yang tidak
(KRR) dan Penyakit yang hadir di media yang digunakan tepat waktu

60 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Menular Seksual (PMS) : kegiatan yang dalam diskusi 2. Ada beberapa
1. Melakukan diskusi diselenggarakan remaja yang tidak
kelompok terarah oleh panitia. mengutarakan
(FGD) tentang 2. Remaja cukup pendapatnya dan
pengertian kesehatan aktif saat diskusi sedikit pasif saat
reproduksi remaja 3. Remaja mengikuti diskusi
2. Melakukan diskusi diskusi dari awal 3. Selama kegiatan ada
kelompok terarah hingga selesai beberapa remaja
(FGD) tentang cara 4. Remaja tidak yang sedikit
menjaga kesehatan meninggalkan bercanda dan kurang
reproduksi masing- ruangan ketika fokus dengan
masing kegiatan dimulai diskusi yang sedang
3. Melakukan diskusi samapi selesai dilaksanakan
kelompok terarah 5. Remaja tampak
(FGD) tentang cara antusias dengan
penanganan saat nyeri materi diskusi
menstruasi yang diberikan
4. Melakukan diskusi
kelompok terarah
(FGD) tentang bahaya
jika mengabaikan
kesehatan reproduksi

61 KEPERAWATAN KOMUNITAS
5. Melakukan diskusi
kelompok terarah
(FGD) tentang
penyakit menular
seksual
6. Melakukan diskusi
kelompok terarah
(FGD) tentang
pencegahan penyakit
menular seksual
b. Mempersilahkan kepada
setiap peserta untuk
berpendapat
c. Menyimpulkan pendapat
dari setiap hasil diskusi
6. a. Memberikan materi Jum’at 16 Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya alat (lcd, 1. Waktu pelaksanaan
tentang SADARI 2019 1. Dari 15 undangan phantom payudara, kegiatan tidak sesuai
b. Mendemonstrasikan Jam : 15.00 yang disebarkan poster) dan media yang dengan perkiraan
kepada remaja putri cara Dusun Sikunir RT 05 kepada remaja digunakan dalam karena peserta yang
melakukan SADARI RW VII, Kel. Bergas terdapat 18 remaja pelatihan datang sedikit molor
c. Melatih dan membantu Lor, Kec. Bergas, yang hadir di 2. Leaflet yangdapat datangnya
remaja untuk Kab. Semarang kegiatan yang dibawa pulang dan 2. Selama kegiatan ada

62 KEPERAWATAN KOMUNITAS
mempraktekkan secara diselenggarakan sebagai panduan saat beberapa peserta
mandiri oleh panitia. melakukan SADARI yang sedikit
d. Mengevaluasi remaja 2. Remaja secara mandiri di bercanda dan kurang
untuk memperagakan mendengarkan dan rumah. fokus dengan
kembali SADARI bertanya sesuai pelatihan yang
materi yang diberikan
disampaikan
3. Remaja mengikuti
kegiatan dari awal
sampe akhir
4. Remaja tidak
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan dimulai
5. Peserta bisa
memperagakan
kembali apa yang
sudah diajarkan
6. Peserta
mengatakan sudah
paham tentang
SADARI dan

63 KEPERAWATAN KOMUNITAS
bersedia untuk
melakukannya
7. a. pemberian informasi dan Jum’at 16 Agustus Jangka pendek a) Tersedianya alat dan 1. Waktu pelaksanaan
edukasi terkait pengguna 2019 1. Remaja media yang digunakan kegiatan tidak
rokok, miras, dan napza Jam : 16.00 mendengarkan dalam penyuluhan sesuai dengan
serta pada kesehatan Dusun Sikunir RT 05 materi yang b) Booklet yang dapat perkiraan karena
reproduksi dan pemilihan RW VII, Kel. Bergas disampaikan. dibawa pulang dan peserta ada yang
kader remaja pada setiap Lor, Kec. Bergas, 2. Remaja mengikuti sebagai bahan datangnya sedikit
RT Kab. Semarang kegiatan dari awal informasi. molor dan tepat
sampe akhir. waktu
3. Remaja tidak 2. Selama kegiatan ada
meninggalkan beberapa peserta
ruangan ketika yang sedikit
kegiatan dimulai bercanda dan
kurang fokus
dengan materi yang
diberikan
b. Memberikan konseling Jum’at 16 Agustus 1. Remaja Rt 05 Rw Faktor pendukung acara ini Faktor penghambat
pada remaja 2019 07 Kelurahan beberapa remaja yang acara ini salah satu
Jam : 16.30 Sekunir merespon meluangkan waktunya diantaranya ada
Dusun Sikunir RT 05 positif dengan untuk mengikuti kegitan beberapa remaja yang
RW VII, Kel. Bergas kegiatan yang ini, karena saat tidak bisa hadir karena

64 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Lor, Kec. Bergas, diselenggarakan pengumpulan remaja ada kegiatan di sekolah
Kab. Semarang yang dibuktikan membutuhkan tenaga dan
dengan sebanyak waktu yang sangat banyak.
3 peserta
mengikuti
kegiatan tersebut
2. Peserta tidak
meninggalkan
ruangan saat
kegiatan
berlangsung
3. Peserta bertanya
aktif saat kegiatan
8. a. Memberikan pendidikan Jum’at 16 Agustus Sebanyak 15 remaja 1. Tersedianya alat dan 1. Waktu pelaksanaan
kesehatan tentang 2019 berasal dari remaja media yang digunakan kegiatan tidak sesuai
perilaku hidup bersih dan Jam : 15.30 RW 07 Kelurahan dalam penyuluhan dengan perkiraan,
sehat (PHBS) meliputi : Dusun Sikunir RT 05 Bergas Lor dan semua 2. Leaflet yang dapat karena sebagian
- Pengertian dari RW VII, Kel. Bergas remaja berespon dibawa pulang dan bisa besar peserta
perilaku hidup bersih Lor, Kec. Bergas, positif dengan adanya dijadikan sebagai penyuluhan yang
dan sehat (PHBS) itu Kab. Semarang kegiatan tersebut, hal panduan pada saat diundang adalah
sendiri ini dibuktikan dengan melakukan 6 langkah remaja usia sekolah
- 10 indikator perilaku kehadiran mereka cuci tangan dan etika sehingga ada

65 KEPERAWATAN KOMUNITAS
hidup bersih dan sebagai peserta serta batuk yang baik dan sebagian peserta
sehat (PHBS) selama kegiatan benar secara mandiri di yang tidak datang
- Manfaat dari perilaku peserta tidak rumah. tepat waktu
hidup bersih dan meninggalkan dikarenakan
sehat (PHBS) ruangan mengikuti kegiatan
b. Melakukan demonstrasi ekstra kurikuler di
tentang 6 langkah sekolah seperti,
mencuci tangan dan etika pramuka.
batuk yang baik dan 2. Selama kegiatan ada
benar beberapa peserta
c. Mengajarkan 6 langkah yang sedikit
mencuci tangan dan etika bercanda dan kurang
batuk yang baik dan fokus dengan materi
benar dengan peserta yang disampaikan
atau remaja
9. a. Melakukan diskusi Jum’at 16 Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya waktu dan 1. Waktu pelaksanaan
kelompok terarah /forum 2019 1. Dari 12 undangan tempat yang sudah kegiatan tidak sesuai
group discussion (FGD) Jam : 16:10 yang disebarkan ditentukan sebelum dengan perkiraan
tentang pengertian Dusun Sikunir RT 05 kepada remaja diskusi terarah dimulai karena peserta ada
perilaku hidup bersih dan RW VII, Kel. Bergas terdapat 7 remaja 2. Tersedianya topik yang yang datang
sehat (PHBS) Lor, Kec. Bergas, yang hadir di sudah ditentukan terlambat
b. Melakukan diskusi Kab. Semarang kegiatan yang sebelum diskusi terarah 2. Selama

66 KEPERAWATAN KOMUNITAS
kelompok terarah /forum diselenggarakan dimulai yaitu tentang kegiatandiskusi
group discussion (FGD) oleh mahasiswa perilaku hidup bersih berlangsung ada
tentang jumlah indikator kelompok 5. dan sehat (PHBS) beberapa peserta
dalam perilaku hidup 2. Remaja 3. Tersedianya daftar yang sedikit
bersih dan sehat (PHBS) mengeluarkan pertanyaan yang sudah bercanda dan kurang
c. Melakukan diskusi pendapat disusun sebelum fokus
kelompok terarah /forum sesuaidengan diskusi dimulai 3. Selama diskusi
group discussion (FGD) pertanyaan yang 4. Tersedianya daftar terarah berlangsung
tentang 10 indikator diajukan. hadir untuk ada peserta yang
perilaku hidup bersih dan 3. Remaja mengikuti dokumentasi sebelum sedikit kurang
sehat (PHBS) kegiatan dari awal diskusi dimulai terbuka ketika
d. Melakukan diskusi sampe akhir diberikan pertanyaan
kelompok terarah /forum 4. Remaja tidak atau wawancara
group discussion (FGD) meninggalkan
tentang manfaat dan ruangan ketika
keuntungan dari perilaku kegiatan diskusi
hidup bersih dan sehat dimulai
(PHBS) 5. Remaja tidak ada
yang izin ketika
kegiatan diskusi
berlangsung (30
menit)

67 KEPERAWATAN KOMUNITAS
10 a. Menjelaskan tentang cuci Jum’at 16 Agustus Jangka pendek 1. Tersedianya alat dan 1. Waktu pelaksanaan
tangan dan batuk efektif 2019 1. Dari 10 undangan media yang digunakan kegiatan tidak sesuai
b. Mendemonstrasikan Jam : 17:00 yang disebarkan dalam penyuluhan dengan perkiraan
tentang 6 langkah cuci Dusun Sikunir RT 05 kepada remaja karena peserta
tangan dan batuk efektif RW VII, Kel. Bergas terdapat 6 remaja sedikit molor
Lor, Kec. Bergas, yang hadir di datangnya
Kab. Semarang kegiatan yang 2. Selama kegiatan ada
diselenggarakan beberapa peserta
oleh panitia. yang sedikit
2. Remaja bercanda dan kurang
mendengarkan fokus dengan materi
materi yang yang diberikan
disampaikan
3. Remaja mengikuti
kegiatan dari awal
sampe akhir
4. Remaja tidak
meninggalkan
ruangan ketika
kegiatan dimulai
sampai kegiatan
selesai

68 KEPERAWATAN KOMUNITAS
RENCANA TINDAK LANJUT KEPERAWATAN KOMUNITAS
DIRW 07BERGAS LOR – KEC. BERGAS, KAB. SEMARANG

MASALAH KEGIATAN SASARAN TEMPAT WAKTU PENANGGU


KESEHATAN NG JAWAB
Sebagian remaja masih Membiasakan hidup Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu YANCE
mengkonsumsi rokok, sehat dengan tidak kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan RATU
minuman keras dan ada mengkonsumsi Sikunir, Bergas
yang menggunakan rokok, minuman Lor- Kec, Bergas.
NAPZAdi RW 07, Bergas keras dan NAPZA Kab. Semarang
Lor
Sebagian remaja masih Lakukan FGD setiap Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu MADE BAYU
terlihat merokok di pertemuan remaja kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
sekitaran rumah/tempat tentang bahaya Sikunir, Bergas
umum, ini di sebabkan merokok bagi Lor- Kec, Bergas.
karena saat ada suatu kesehatan remaja Kab. Semarang
acara di salah satu rumah
waga, tuan rumah selalu
menyediakan rokok 10
batang dalam setiap satu
gelas (jadi ada sekitar ± 3
gelas).

69 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Sebagian remaja masih Skrining tes fungsi Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu IDIA INDAR
enggan untuk paru kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
memlakukan skrinning tes Sikunir, Bergas
fungsi paru Lor- Kec, Bergas.
Kab. Semarang
Sebagian remaja masih Membiasakan diri Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu RANI EKA
belum mengetahui terkait untuk menjaga kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
penyakit menular seksual kesehatan reproduksi Sikunir, Bergas
seperti gonorea, sifilis serta menjaga diri Lor- Kec, Bergas.
(raja singa), klamidia, dari tindakan Kab. Semarang
vaginitis / kolpitis, menyimpang seksual
herpes/kutil kelamin, agar terhidar dari
HIV/AIDS beserta cara penyakit menular
pencegahannya seksual
Sebagian remaja masih Memberikan motivasi Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu ANITA PUJI
belum membiasakan diri kepada remaja untuk kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
untuk hidup sehat, seperti: menerapkan pola Sikunir, Bergas
1. Remaja putri masih hidup sehat Lor- Kec, Bergas.
jarang mengganti Memotivasi remaja Kab. Semarang
pembalut saat untuk sering
menstruasi, membersikah serta
kebanyakan remaja menjaga alat

70 KEPERAWATAN KOMUNITAS
masih menunggu reproduksinya
pembalutnya penuh Memotivasi remaja
terlebih dahulu untuk melakukan
sebelum mengganti pemeriksaan alat
pembalut yang baru reproduksinya jika
2. Beberapa remaja putri mengalami
masih bersikap acuh ketidaknormalan
saat nyeri menstruasi Membiasakan remaja
putri untuk sering
mengganti pembalut
saat menstruasi
Menyampaikan
kepada remaja akan
pentingnya menjaga
alat reproduksinya
Sebagian remaja putri SADARI Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu MIEKE
masih enggan untuk (Pemeriksaan kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan OKTAVIA
melakukan SADARI Payudara Sendiri) Sikunir, Bergas
Lor- Kec, Bergas.
Kab. Semarang

71 KEPERAWATAN KOMUNITAS
Sebagian remaja masih Membisakan hidup Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu DEWI ERNA
susah untuk membiasakan sehat tanpa rokok, kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
hidup sehat miras dan napza, Sikunir, Bergas
serta dapat menjaga Lor- Kec, Bergas.
kesehatan Kab. Semarang
reproduksinya
Sebagian remaja masih Membisakan Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu BAIQ LIA
enggan berperilaku hidup mengaplikasikan 10 kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
bersih dan sehat indikator hidup bersih Sikunir, Bergas
dan sehatdalam Lor- Kec, Bergas.
kehidupan sehari-hari Kab. Semarang
serta membiasakan
melakukan etika
batuk yang baik dan
benar.
Sebagian remaja masih 1. Diskusikan Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu SRI ULAN
banyak yang tidak perilaku yang kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan
berperilaku hidup bersih paling sulit Sikunir, Bergas
dan sehat (PHBS) di RW dirubah dalam Lor- Kec, Bergas.
07, Bergas Lor indikator perilaku Kab. Semarang
hidup bersih dan
sehat (PHBS)

72 KEPERAWATAN KOMUNITAS
dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Diskusikan
dengan remaja
terkait
peningkatan
PHBS didalam
rumah atau
dimulai dari
anggota keluarga.
Sebagian remaja masih Membisakan hidup Remaja Rw VII Bertempat Di Rt Waktu AHMAD
enggan membiasakan sehat yang diawali kelurahan Bergas lor 05 / Rw VII menyesuaikan YUDHA
hidup sehat dengan cuci tangan Sikunir, Bergas
yang baik dan benar Lor- Kec, Bergas.
serta mengurangi Kab. Semarang
virus yang
diakibatkan dari cara
batuk yang tidak
efektif

73 KEPERAWATAN KOMUNITAS
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Bulechek, Gloria dkk. 2017. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: Elsevier
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial 2Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Moorhead, Sue dkk. 2017. Nursing Outcome Clasification(NOC) Pengukuran Outcome


Kesehatan. Mosby : Elsevier
Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

NANDA Internasional. 2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Aplikasi 20015-2017. Jakarta:
EGC
Pendidikan dan Konseling Vol. 02 , No .1 , Juni 2016.
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siahaan M. S. Jokie 2009. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiolog. Jakarta: PT. INDEKS.

Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedjono Dirdjosisworo. 2011. Hukum Narkotika Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

74 KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Lampiran

Dokumentasi Ujian Setase Komunitas Pada Remaja

Di Rw 07 Kelurahan Bergas Lor – Kec. Bergas, Kab. Semarang

75 KEPERAWATAN KOMUNITAS
76 KEPERAWATAN KOMUNITAS
77 KEPERAWATAN KOMUNITAS
78 KEPERAWATAN KOMUNITAS
79 KEPERAWATAN KOMUNITAS
80 KEPERAWATAN KOMUNITAS
81 KEPERAWATAN KOMUNITAS
2. Lampiran

Dokumentasi Daftar Hadir Remaja Dalam Mengikuti Kegiatan Pendidikan Kesehatan Dan
Forum Group Discusion (FGD) Tentang Bahaya Merokok, Napza, Miras, PHBS,
Kesehatan Reproduksi Serta Skrining Fungsi Paru Pada Remaja Rw VII Kelurahan
Bergas Lur – Kec. Bergas, Kab. Semarang

82 KEPERAWATAN KOMUNITAS

Anda mungkin juga menyukai