Anda di halaman 1dari 17

CKD

Infeksi saluran kemih Penyakit peradangan Penyakit vaskuler hipertensif : Gangguan jaringan penyambung : Penyakit congenital dan hereditar : Penyakit metabolik Nefropati obstruktif
(Pielonefritis cronis) (Glumerulonefritis) nefrosklerosis, sterosis arteri renalis skelerosis sistemik -ginjal polikistik -diabetes mellitus -batu saluran kemih
-asidosis tubulus ginjal -hiperparatiroidisme

CKD adalah kondisi dimana ginjal mengalami Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan Manifestasi Klinik Komplikasi
penurunan fungsi secara lambat, progresif, 1. Laboratorium CKD 1. Terapi konservatif 1. Hipertensi 1. Hieperkalemia
irreversibel, dan samar (insidius)dimana 2. Radiologi 2. Terapi hemodialisis 2. Pitting edema 2. Hipertensi
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan 3. Foto polos abdomen 3. Transplantasi ginjal 3. Anoreksia 3. Anemia
metabolisme, cairan dan elektrolit, sehingga 4. Pemeriksaan foto dada 4. Mual muntah 4. Uremia
terjadi uremia 5. Pielografia intravena 5. Sesak nafas 5. Gagal jantung
6. Pielografia retrograde 6. Kelelahan 6. Malnutrisi
7. Berat badan berkurang 7. Perikarditis
8. pruritis 8. Hiperparatiroid

Sekresi eriprotein Kerusakan Glomerulus Creatinin


Resiko Infeksi
Produksi hemoglobin Filtrasi Glomerulus Proteinuria Produksi sampah di aliran darah

Suplai O2 ke jaringan GFR Oliguria, anuria Hipoalbuminemia Sel kekurangan protein sistem imun Pruritus

Fatigue/malaise Resiko Retensi Na, H2O Katabolisme protein dalam sel Lesi pada kulit mual, muntah
Resiko prefusi ketidakseimbangan
Edema Ureum Produksi asam Kerusakan Kesiapan
perifer tidak Intoleransi cairan
efektif integritas kulit meningktakan nutrisi
aktivitas Preload masuk kulit Asidosis metabolik asam lambung

 Pertahankan catatan Hipertrofi ventrikel kiri pruritus Kompensasi respiratorik nausea/ vomitus
 Observasi adanya pembatasan klien
intake dan output yang
dalam melakukan aktivitas COP Kerusakan hiperventilasi
akurat Kesiapan
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan integritas kulit
kelelahan  Pasang urin kateter jika Penurunan curah meningkatkan nutrisi Nahas, Meguid, EL & Adeera Levin.
Pola nafas tidak
 Monitor nutrisi dan sumber energi diperlukan 2010. Chronic Kidney Disease :
jantung efektif
yang adekuat  Monitor hasillab yang A Partical Guide to
 Monitor pasien akan adanya kelelahan sesuaidenganretensicairan Understanding and Management.
fisik dan emosi secara berlebihan (BUN ,Hmt ,  Posisikan pasien untuk memaksimalkan  Kaji adanya alergi makanan USA : Oxford University Press.
 Monitor respon kardivaskuler osmolalitasurin ) ventilasi  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Price, S & Wilson, L. 2006.
terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,  Monitor vi tal sign  Lakukanfisioterapi dada dan batuk efektif  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam Patofisiologi Konsep Klinis
sesak nafas, diaporesis, pucat,  Monitor atau suction,jikaperlu makan Proses – Proses Penyakit. Edisi 6.
perubahan hemodinamik) indikasiretensi /  Auskultasisuaranafas,  Monitor turgor kulit Jakarta : EGC.
 Bantu kelebihancairan (cracles, catatadanyasuaratambahan  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2009. Buku
klienuntukmengidentifikasiaktivitas CVP ,edema, kadar Ht Ajar Keperawatan Medikal
 Berikanbronkodilator : nebulizer
yang mampudilakukan distensivenaleher, asites)  Monitor mual dan muntah Bedah. Edisi 8 Vol 1. Jakarta :
 Monitor respirasi dan status O2
 Bantu untuk  Kaji lokasi dan luas  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan EGC.
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea konjungtiva
mendapatkanalatbantuanaktivitasseper edema . 2014. Buku Ajar Keperawatan
 Pertahankan jalan nafas yang paten  Monitor intake nuntrisi
tikursiroda, krek  Monitor masukan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2.
 Observasi adanya tanda tanda  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat Jakarta : EGC.
 Bantu untuk mengidentifikasi makanan / cairan
hipoventilasi nutrisi Sudoyono. 2006. Buku Ajar Ilmu
aktivitas yang disukai  Monitor berat badan
 Monitor adanya kecemasan pasien  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
 Bantu klien untuk membuat jadwal dan status nutrisi
terhadap oksigenasi  Pertahankan terapi IV line Penerbit FKUI.
latihan diwaktu luang  Berikan diuretik sesuai
 Monitor vital sign  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
 Bantu pasien/keluarga untuk interuksi
 Monitor pola nafas dan cavitas oval
mengidentifikasi kekurangan dalam  Monitor elektrolit
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA MEDIS CKD (Chronic Kidney Diseas)

Disusun Oleh :

YULI AMBAR NIRMALA DEWY


NIM. 071191013

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITS NGUDI WALUYO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu
penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi secara perlahan dalam waktu yang
lama (menahun) yang di sebabkan oleh berbagai penyakit ginjal, bersifat progesif dan
umumnya tidak dapat pulih, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Muttaqin, 2011).

Penyebab gagal ginjal kronik yang dari tahun ke tahun semakin meningkat dapat
disebabkan oleh kondisi klinis dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal. Penyakit dari ginjal
seperti penyakit pada saringan ( glomerulus), infeksi kuman, batu ginjal. Sedangkan
penyakit dari luar ginjal seperti penyakit diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi,
infeksi di badan : Tuberculosis, sifilis, malaria, hepatitis, obat-obatan, dan kehilangan
banyak cairan yang mendadak seperti pada luka bakar. ( Muttaqin, 2011)

Penyakit gagal ginjal kronik juga memiliki tanda dan gejala yang bermacam-macam
yang terdapat pada sistem pernapasan adanya pernapasan kussmaul sebagai respon
asidosis metabolik, efusi pleura, edema paru. Sistem kardiovaskular seperti hipertensi
gagal jantung. Sistem neurologi adanya sakit kepela, kesulitan tidur, tremor ditangan.
Sistem hematologi adanya anemia dengan hemoglobin rendah, kerusakan sel darah putih
menyebabkan infeksi. Sistem gastrointestinal seperti mual dan muntah, diare, konstipasi,
sariawan. Sistem skeletal adanya nyeri sendi dan bengkak. Sistem integumen seperti
kulit gatal dan kering(pruritus), pucat karena anemia, dan sistem reproduksi adanya
penurunan libido, pada laki-laki terjadi impotensi dan penurunan jumlah sperma dan
pada perempuan terjadi penurunan gairah seksual. Pada gagal ginjal kronik terjadi
penurunan fungsi renal. Produksi akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah dan
terjadilah uremia yang mempengaruhi setiap sistem tubuh. Retensi natrium dan cairan
mengakibatkan ginjal tidak mampu dalam mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine
secara normal pada penyakit gagal ginjal kronik. Pasien biasanya menahan natrium dan
cairan yang dapat meningkatkan resiko edema, gagal jantung kongesif dan hipertensi.
Untuk menghindari hal-hal tersebut maka dapat dilakukan pencegahan untuk kelebihan
volume cairan dengan berbagai terapi yang dapat diberikan. (Smetzer & Bare, 2013)
Asupan cairan pada gagal ginjal kronik juga membutuhkan regulasi yang sangat hati-
hati dalam gagal ginjal lanjut. Pentingnya pencegahan kelebihan cairan karena jika
asupan terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan
intoksikasi cairan. Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan
memburuknya fungsi ginjal. Aturan untuk asupan cairan adalah keluaran urin dalam 24
jam ditambah 500 ml mencerminkan keluaran cairan yang tidak disadari. (Haryanti,
Nisa, 2015).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
CKD adalah kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius)dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan dan elektrolit, sehingga terjadi uremia
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversible
dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia atau azotemia (Brunner &
Suddarth, 2000)

B. Etiologi
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain
(Robinson, 2013):
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

C. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft
– Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

D. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal
ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan
mencakup :
1. Penurunan cadangan ginjal
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak
ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang
sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan
nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi
penurunan fungsi
2. Insufisiensi ginjal
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga
perlu pengobatan medis Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon
terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi
ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis
3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4. Penyakit gagal ginjal stadium akhir
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron
fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi
tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin
dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan
pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal (Brunner & Suddarth, 2001).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

F. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus Keperawatan


Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi
pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai
pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk/berdiri yang terlalu
lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum/mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air
naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan
suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien
dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan
pada jantung.
g. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan b/d penurunan haluran urin dan retensi cairan dan
natrium.
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi paru.
3. Kesiapan peningkatan nutrisi b/d anoreksia mual muntah.
4. Resiko perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
5. Intoleransi aktivitas b/d keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis.
6. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Rencana Keperawatan (NIC)
1 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Manajemen cairan (L.03098)
cairan 3x24 jam diharakan mampu  Monitor status hidrasi (mis frekuensi nada,
Kriteria Hasil : kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
1. Keseimbangan cairan (L.05020) kelembaban mukosa, turgor kuli, tekanan
 Asupan cairan darah)
 Kelembaban membran mukosa  Monitor berat badan harian
 Asupan makanan  Monitor berat badan sebelum dan sesudah
 edema dialisis
 Dehidrasi  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Asites  Monitor status hemodinamik
 Konfusi  Catat intake-output dan hitung balance
 Turgor kulit cairan 24 jam
 berat badan  Berikan asupan caira, sesuai kebutuhan
 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2. Pemantauan respiratory (I.01014)
3x24 jam diharakan mampu  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Kriteria Hasil : upaya nafas
1. Pola nafas (L.01004)  Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
 Kapasitas vital takipne, dkk)
 Tekanan ekspirasi  Monitor kemampuan batuk efektif
 Tekanan inspirasi
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Dispnea
 Penggunaan otot bantu nafas  Palpitasi kesimetrisan ekspansi paru
 Pemanjangan fase ekspirasi  Auskultasi bunyi nafas
 Frekuensi nafas  Monitor saturasi oksigen
 Kedalaman nafas  Dokumentasi hasil pemantauan
 Eksursi dada  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
3 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3. Manajemen nutrisi (I.03119)
nutrisi 3x24 jam diharakan mampu  Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil :  Idntifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Status nutrisi (L.03030)  Monitor asupan makanan
 Kekuatan otot mengunyah  Monitor berat badan
 Kekuatan otot menelan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Pengetahuan tentang pilihan makanan
yang sehat  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
 Pengetahuan tentang standar asupan Piramida makanan)
nutrisi yang tepat  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Nyeri abdomen  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Diare  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
 IMT makan (mis pereda nyeri, antiemetik)
 Frekuensi makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Bising usus
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
 Nafsu makan
yang dibutuhkan
4 Resiko perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4. Perawatan sirkulasi (I.02079)
efektif 3x24 jam diharakan mampu  periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
Kriteria Hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
1. Perfusi perifer (L.02011)  identifikasi faktor resiko gangguan
 Denyut nadi perifer sirkulasi
 Warna kulit pucat  monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
 Edema perifer
bengkak pada ekstermitas
 Nyeri ekstermitas
 lakukan pencegahan infeksi
 Kelemahan otot
 Kram otot  lakukan hidrasi
 Pengisian kapiler  anjurkan berhenti merokok
 Turgor kulit  anjurkan berolahraga rutin
 Tekanan darah sistolik  anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Tekanan darah diastolik  ajarkan program diet untuk memperbaiki
 Tekanan arteri rata-rata sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak
 Indeks ankie-brachial
ikan, omega 3)
 informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat luka tidak sembuh)
5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5. Manajemen energi (I.05178)
3x24 jam diharakan mampu  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kriteria Hasil :  Monitor kelelahan fisik
1. Toleransi aktifitas (L.05047)  Monitor pola dan jam tidur
 Frekuensi nadi  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/
 Saturasi oksigen
aktif
 Keluhan lelah
 Anjurkan tirah baring
 Dispnea saat aktifitas
 Dispnea setelah aktifitas  Anjurkan melakukan aktifitas secara
 Aritmia saat aktifitas bertahap
 Aritmia setelah aktifitas  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
 Sianosis meningkatkan asupan makanan
6 Resiko penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6. Perawatan jantung (I.02075)
jantung 3x24 jam diharakan mampu  Identifikasi tanda /gejala primer penurunan
Kriteria Hasil : curah jantung (meliputi dispnea, kelelhan,
1. Curah jantung (L.02008) edema, peningkatan CVP
 Kekuatan nadi perifer  Identifikasi tanda dan gejala sekunder
 Palpitasi penurunan urah jantung (meliputi
 Bradikardi peningkatan BB, hepatomegali, palpitasi,
 Takikardi
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit, pucat)
 Gambaran ekg aritmia
 Lelah  Monitor intake dan output cairan
 Edema  Monitor ekg 12 sadapan
 Dispneu\a  Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
 Tekanan darah dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
 CRT
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis,
batasi asupan kafein, nutium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak
 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
 Kolaborasi oemberian atiaritmia, jika pelu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Anda mungkin juga menyukai