Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau sarcoptes

scabiei varian hominis. Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di

dunia tersebut ditemukan hampir pada semua negara diseluruh dunia

dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang

prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan insidens tertinggi

pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga

dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat hygiene

yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta

penatalaksanaan. 1

Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian

skabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta orang didunia. 20 Data pada

tahun 2013 di Negara Asia seperti India prevalensi skabies sebesar 20,4%,

di Malaysia prevalensi skabies pada anak berusia 10-12 tahun sebesar 31%

dan Prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60%-12,95% dan penyakit

skabies ini menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011,

jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun 2012

mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dari tahun 2011 yaitu dari

1135 orang menjadi 2941 orang.21

1
2

Transmisi atau perpindahan antar penderita dapat berlangsung

melalui kontak kulit langsung yang erat dari orang ke orang. Hal tersebut

dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama, misalnya anak-anak yang

mendapat infestasi perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui kontak

tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan

bersama.2

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit skabies dan salah

satunya ialah personal hygiene, kemudian dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti pengetahuan, perilaku dan sikap terhadap kebersihan diri.

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemeliharaan

kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri

seseorang untuk kesejahteraan dan psikisnya. Seseorang dikatakan

kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan

tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit (dilihat berdasarkan frekuensi

mandi dalam sehari, menggunakan sabun atau tidak ketika mandi), tangan

dan kuku, pakaian, handuk dan tempat tidur.3

Asrama atau panti asuhan termasuk komunitas yang berisiko terjadi

skabies, karena merupakan salah satu contoh tempat penghuni padat.

Pondok pesantren merupakan institusi yang menyediakan beberapa fasilitas

asrama yang digunakan secara bersama, oleh karena itu santri tertular

rentan tertular penyakit skabies. Perilaku hidup bersih dan sehat terutama

kebersihan perseorangan umumnya kurang mendapatkan perhatian dari


3

para santri. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren

berisiko mudah tertular berbagai penyakit, khususnya penyakit skabies.

Penularan dapat terjadi bila kebersihan pribadi tidak dijaga dengan baik.

Skabies tidak membahayakan manusia, tetapi ada rasa gatal pada malam

hari yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Pruritus pada malam

hari merupakan salah satu gejala skabies, aktivitas tungau meningkat pada

suhu kulit yang lembab dan hangat. Pengetahuan sangat berpengaruh

terhadap terjadinya skabies. Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,

pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.20

Hasil penelitian Lestari menunjukan bahwa prevalensi kejadian

skabies di Pondok Pesantren Perguruan Diniyah Putri Lampung tahun 2013

adalah 6,8%. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi-square

menunjukan bahwa variabel yang diteliti yang mempunyai hubungan

dengan kejadian skabies yaitu variabel pengetahuan (p=0,000) dan hygiene

(p=0,000) artinya ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

dan hygiene dengan kejadian skabies.21

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Susanti menunjukkan

bahwa prevalensi kejadian skabies di Pondok Pesantren Ulul Albab

Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati Agung lampung Selatan tahun

2013 adalah 81,5%.


4

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,028

artinya ada hubungan antara hygiene perorangan dengan kejadian skabies

di Pondok Pesantren Ulul Albab Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Jati

Agung lampung Selatan.22

Berdasarkan survei awal di puskesmas desa Pisang Baru

Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way Kanan Lampung bahwa dari

hasil data di puskesmas tersebut didapatkan penderita skabies paling tinggi

di Pondok Pesantren Nurul Hudha yang tinggal menetap di asrama.

Maka dengan demikian berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik

untuk meneliti “Hubungan Personal Hygiene, Sikap, Pengetahuan dan

Perilaku Santri Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren

Nurul Hudha Kabupaten Way Kanan Lampung Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka masalah dalam peneliti

ini adalah “apakah ada hubungan personal hygiene, sikap pengetahuan

dan perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Nurul

Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan personal hygiene, sikap, pengetahuan

dan perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Nurul

Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.


5

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian skabies di Pondok Pesantren

Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

b. Diketahui distribusi frekuensi personal hygiene di Pondok Pesantren

Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

c. Diketahui distribusi frekuensi sikap santri di Pondok Pesantren Nurul

Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

d. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan santri di Pondok Pesantren

Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

e. Diketahui distribusi frekuensi perilaku santri di Pondok Pesantren Nurul

Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

f. Diketahui hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies di Pondok

Pesantren Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

g. Diketahui hubungan sikap santri dengan kejadian skabies di Pondok

Pesantren Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

h. Diketahui hubungan pengetahuan santri dengan kejadian skabies di

Pondok Pesantren Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun

2016.

i. Diketahui hubungan perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok

Pesantren Nurul Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.


6

1.4 Manfaat Peneliti

1. Manfaat sebagai upaya teoritis

a. Pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam menambahkan

penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai faktor – faktor

yang berhubungan dengan kejadian skabies.

b. Dapat dijadikan bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kesadaran akan

pentingnya memelihara personal hygiene, sikap, pengetahuan dan

perilaku santri sebagai upaya mencegah kejadian skabies.

1.5 Ruang Lingkup

Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti

membatasi ruang lingkup penelitian pada jenis penelitian kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional, subjek penelitian yaitu hubungan

personal hygiene, sikap pengetahuan dan perilaku santri dengan kejadian

skabies. Objek penelitian adalah santriwati di Pondok Pesantren Nurul

Hudha Kabupaten Way kanan Lampung Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai