Anda di halaman 1dari 8

Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Pondok


Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung
Asoly Giovano Imartha1, Anggraeni Janar Wulan2, Fitria Saftarina3
1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Penyakit skabies menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit tersering. Skabies diakibatkan oleh investasi dan
sensitasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada kulit. Faktor-faktor yang berperan pada tingginya
prevalensi adalah kepadatan hunian, usia, jenis kelamin, personal hygiene buruk, dan sanitasi lingkungan yang kurang. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren
Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
hingga November 2015 di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara total sampling sebanyak 186 responden. Pada analisis data statistik uji chi-square untuk bivariat dan analisis regresi
logistik untuk multivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan usia (OR=2,500 dan p=0,042), personal hygiene
kebersihan kulit (OR=0,351 dan p=0,013), personal hygiene kebersihan pakaian (OR=0,434 dan p=0,046), personal hygiene
kebersihan tempat tidur dan sprei (OR=0,432 dan p=0,044), dan pengetahuan (OR=0,335 dan p=0,019) dengan kejadian
skabies. Sedangkan, hubungan jenis kelamin (OR=0,788 dan p=0,662), personal hygiene kebersihan handuk (OR=0,789 dan
p=0,667) dan personal hygiene kebersihan tangan dan kuku (OR=0,676 dan p=0,432) tidak memiliki hubungan dengan
kejadian skabies. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian skabies adalah usia dengan p value=0,016 dan OR=2,893
(95% CI: 1,216-6,903) dan pengetahuan dengan p-value=0,037 dan OR=0,410 (95%CI:0,178-0,949).Simpulan dari faktor yang
paling berhubungan pada kejadian skabies adalah pengetahuan. Hasil sanitasi lingkungan menunjukkan bobot nilai 300.
Observasi tersebut menunjukkan bahwa sanitasi di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami tidak sehat.

Kata Kunci: Faktor, Kulit, Skabies

Factors That Association Incidence of Scabies at Pondok Pesantren Jabal An-


Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
Abstract
Scabies has occupied in third position from twelve of the most common skin diseases. Scabies caused by investation and
sensitized of mites Sarcoptes scabiei variant hominis and its product that affect to skin. Factors that role in highly
prevalence are density of housing, age, sex, poor personal hygiene, and bad environment sanitation. In this study aims to
determine the factors associated with the incidence of scabies in Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk
Betung Barat Kota Bandar Lampung This research took place in Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk
Betung Barat Kota Bandar Lampung in Oktober to November 2015 and used observational analytic method with cross
sectional. The data withdrawal sampling technique that used for research were total sampling method with 186
respondent. This research was analyzed by using Chi-Square for bivariate analysis and logistic regression for multivariate
analysis. The result of this research showed that age (OR=2,500 and p=0,042), personal skin hygiene (OR=0,351 and
p=0,013), personal cloth hygiene (OR=0,434 and p=0,046), personal bed and and bedsheet hygiene (OR=0,432 and
p=0,044), and knowledge (OR=0,335 and p=0,019) were association with incidence of scabies. Whereas, sex (OR=0,788 and
p=0,0662), personal towel hygiene (OR=0,789 and p=0,667) and personal hygiene of hand and nail purity (OR=0,676 and
p=0,432) were not association with incidence of scabies. The most influencing factors that association with incidence of
scabies are age with p-value=0,016 and OR=2,893 (95% CI: 1,216-6,903) and knowledge with p-value=0,037 and OR=0,410
(95% CI: 0,178-0,949). The result of this research can be concluded that the most influencing factor which association with
incidence of scabies is knowledge factor. The number result of sanitation showed 300 of total score until we can conclude
that the sanitation in Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami was unhealthy.

Key words: Factor, Scabies, Skin.

Korespondensi: Asoly Giovano Imartha, alamat Jl. Tupai no 87 Kedaton Bandar Lampung, HP082180081390, email
asoly_giovano@yahoo.co.id

Pendahuluan kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus


Kulit merupakan organ yang esensial, elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
vital dan sebagai cermin kesehatan pada lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat
Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 1
Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi
Kulit sangat kompleks, elastik, sensitif, dan ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat
sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, sinar matahari secara langsung.1
seks maupun ras. Selain faktor tersebut, kulit Pada pondok pesantren Jabal An-Nur
juga bergantung pada lokasi tubuh serta Al-Islami Bandar Lampung penyakit skabies
memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan termasuk masalah kesehatan yang sering
tebalnya.1 terjadi dan menjadi masalah utama. Melihat
Skabies atau gudik pada manusia fenomena yang diuraikan di atas, maka
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh peneliti tertarik mengambil judul “Faktor-
ektoparasit Sarcoptes scabiei yang Faktor yang Berhubungan dengan Angka
menginfeksi dan melakukan sensitasi pada Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal
tubuh. Sarcoptes scabiei termasuk ke dalam An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung
famili sarcoptidae, ordo acari, kelas arachnida. Barat Kota Bandar Lampung“ untuk diteliti
Nama Sarcoptes scabiei berasal dari kata sarx lebih lanjut.
yang berarti kulit dan koptein yang berarti
gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas Metode
menggaruk kulit yang gatal tersebut.2 Penelitian ini merupakan penelitian
Prevalensi skabies di puskesmas seluruh analitik observasional dengan pendekatan
Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%- cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk
12,95% dan menduduki urutan ketiga dari 12 mempelajari dinamika korelasi dengan cara
penyakit kulit tersering. Pada tahun 2008 pendekatan observasi atau pegumpulan data
prevalensi penyakit skabies di Jakarta sekaligus pada suatu saat (point, time, and
mencapai 6,20%, sedangkan Kabupaten approach).6 Penelitian ini dilaksanakan di
Boyolali dan di Semarang mencapai 5,80%. Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami
Penyakit tersebut biasanya berasal dari Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
pemukiman kumuh seperti tempat Lampung dan dilaksanakan pada bulan
pembuangan akhir, rumah susun, dan Oktober-November 2015.
pesantren.3 Berdasarkan data dari Dinas Teknik pengambilan sampel dalam
Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, penelitian ini menggunakan total sampling
jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah dan hasil dari total siswa adalah 186 santri.
1135 orang, tahun 2012 mengalami Alat penelitian yang digunakan adalah
peningkatan lebih dari dua kali lipat dari tahun kuisioner.
2011 yaitu 1135 orang menjadi 2941 orang.4
Faktor-faktor yang berperan pada Hasil
tingginya prevalensi skabies di negara
berkembang terkait dengan kemiskinan yang Observasi Sanitasi Lingkungan
berhubungan dengan rendahnya tingkat
kebersihan (personal hygiene), akses air yang Observasi adalah suatu cara pengumpulan
sulit, dan kepadatan hunian.5 Skabies identik data dengan pengamatan langsung dan
dengan penyakit anak pondok pesantren pencatatan secara sistematis terhadap obyek
karena kondisi kebersihan yang kurang yang akan diteliti.

Tabel 1. Hasil Observasi Sanitasi Lingkungan.


No. Komponen yang dinilai Kriteria Hasil
1. Sarana Air Bersih Ada, milik sendiri, tidak berbau, 100
tidak berwarna, tidak berasa
2. Jamban (Sarana Pembuangan Kotoran) Ada, leher angsa, septic tank 100
3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Ada, dialirkan keselokan terbuka 50
4 Sarana Pembuangan Sampah Ada, kedap air, dan tidak bertutup 50
Total 300

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 2


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis d. Personal hygiene Kebersihan Tangan
variabel independen dan variabel dependen. dan kuku
Variabel independen berupa berdasarkan usia, Berdasarkan data yang sudah diperoleh
jenis kelamin, personal hygiene kebersihan personal hygiene kebersihan tangan dan kuku
kulit, personal hygiene kebersihan tangan dan santri di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-
kuku, personal hygiene kebersihan tempat Islami mayoritas buruk dengan frekuensi 112
tidur dan sprei, personal hygiene kebersihan santri (60,2%). Hasil frekuensi dan persentase
pakaian, personal hygiene kebersihan handuk data tersebut didapatkan dari responden yang
dan pengetahuan. Variabel dependen dalam dikelomppokkan menjadi dua yaitu baik 112
penelitian ini adalah kejadian skabies. santri (60,2%) dan buruk 74 santri (39,8%).

a. Usia e. Personal hygiene Kebersihan Pakaian


Usia anak dikelompokkan menjadi dua Pada penelitian ini data yang disajikan
kelompok yaitu remaja awal dan remaja akhir. pada Tabel diatas diketahui bahwa santri yang
Distribusi responden berdasarkan usia anak memiliki personal hygiene kebersihan pakaian
yaitu remaja awal yang berusia kurang dari yang baik sebanyak 123 santri (66,1%) dan
atau sama dengan 14 tahun sebanyak 105 buruk sebanyak 63 santri (33,9%).
orang (56,5%) dan remaja akhir yang berusia Berdasarkan data tersebut dapat diambil
lebih dari 14 tahun sebanyak 81 orang kesimpulan bahwa santri yang personal
(43,5%). Sehingga dapat disimpulkan hygiene kebersihan pakaiannya baik sebanyak
mayoritas anak Pondok Pesantren Jabal An- 123 santri (66,1%) lebih banyak daripada
Nur Al-Islami adalah remaja awal dengan usia santri yang personal hygiene kebersihan
kurang dari atau sama dengan 14 tahun pakaian buruk.
sebanyak 105 orang (56,5%).
f. Personal hygiene Kebersihan Handuk
b. Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian yang sudah
Distribusi frekuensi jenis kelamin dilakukan maka diperoleh data dengan
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu dikelompokkan menjadi dua yaitu baik 91
laki-laki dan perempuan. Data responden santri (48,9%) dan buruk 95 santri (51,1%).
kelompok laki-laki sebanyak 102 santri (54,8%) Data tersebut diambil menggunakan kuisioner
dan perempuan sebanyak 84 santri (45,2%). yang dibagi ke responden sehingga didapatkan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Pondok data diatas. Kesimpulan yang dapat diambil
Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami memiliki pada personal hygiene kebersihan handuk
santriwan lebih banyak dibanding santriwati. adalah santri yang memiliki tingkatpersonal
hygiene kebersihan handuk yang bersih lebih
c. Personal hygiene Kebersihan Kulit banyak dibanding personal hygiene
Hasil penelitian menunjukkan distribusi kebersihan handuk yang buruk.
responden berdasarkan personal hygiene
kebersihan kulit yang meliputi kebersihan g. Personal hygiene Kebersihan Tempat
santri yang baik dengan frekuensi 138 santri Tidur dan Sprei
(74,2%) dan kebersihan santri yang buruk 48 Personal hygiene kebersihan tempat
santri (25,8%). Angka dan persentase tidur dan sprei adalah salah satu variabel yang
frekuensi personal hygiene kebersihan kuku terdapat pada penelitian dan memiliki hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa santri data yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
dengan tingkat kebersihan baik lebih banyak santri dengan personal hygiene yang baik dan
daripada santri yang tingkat kebersihannya santri dengan personal hygiene yang buruk.
buruk dengan 138 santri (74,2%) dari 186 Hasil tersebut diperoleh baik 108 santri
santri. (58,1%) dan buruk 78 santri (41,9%).
Berdasarkan data yang didapat memiliki
kesimpulan bahwa santri dengan personal
hygiene kebersihan tempat tidur dan sprei
baik di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 3


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Islami lebih banyak dibandingkan dengan Pada penelitian ini data pengetahuan
personal hygiene kebersihan tempat tidur dan diambil dari jawaban responden terhadap
sprei yang buruk. kuisioner yang dibagikan sebanyak 20
pertanyaan. Hasil yang didapat kemudian akan
h. Pengetahuan
analisis dan dikelompokkan menjadi baik dan menggunakan analisis chi-square dapat
kurang baik. Data yang diperoleh yaitu diambil kesimpulan bahwa diantara delapan
pengetahuan baik 154 santri (82,8%) dan variabel yang dihubungkan dengan kejadian
buruk 32 santri (17,2%). Berdasarkan data skabies hanya lima yang memiliki hubungan
yang sudah ada didapat bahwa pengetahuan yang bermakna dan tiga variabel sisanya tidak
yang dimiliki santri di Pondok Pesantren Jabal memiliki hubungan yang bermakna. Variabel
An-Nur Al-Islami mayoritas baik 154 santri bebas yang memiliki hubungan dengan
(82,8%). kejadian skabies adalah usia, personal hygiene
kebersihan kulit, personal hygiene kebersihan
i. Kejadian Skabies pakaian, personal hygiene kebersihan tempat
Frekuensi kejadian skabies didapatkan tidur dan sprei dan pengetahuan. Sedangkan
santri yang positif adalah 34 santri (18,3%) variabel bebas yang tidak berhubungan
dan santri yang negatif 152 santri (81,7%). dengan skabies adalah jenis kelamin, personal
Penelitian untuk mencari hasil kejadian hygiene kebersihan tangan dan kuku dan
skabies ini dilakukan dengan melakukan personal hygiene kebersihan handuk.
wawancara dan pemeriksaan fisik dengan
melihat 4 tanda kardinal. Pada data yang Analisis Multivariat
sudah didapat di Pondok Pesantren Jabal An-
Nur Al-Islami, santri yang memiliki diagnosis a. Seleksi Bivariat
skabies negatif lebih banyak daripada yang Langkah pertama dalam melakukan
memiliki diagnosis skabies yang positif. analisis regresi logistik adalah melakukan
pemilihan variabel yang dapat diikutkan dalam
Analisis Bivariat regresi logistik selanjutnya. Menggambarkan
Berdasarkan kerangka konsep, analisis variabel yang akan diuji dalam analisis
bivariat dilakukan untuk menguji hubungan multivariat karena memiliki p value<0,25. Lima
antara variable independen dan variable variabel tersebut akan masuk ke uji
dependen. Variabel independen berupa pemodelan awal multivariat.
berdasarkan usia, jenis kelamin, personal
hygiene kebersihan kulit, personal hygiene b. Pemodelan Awal Multivariat
kebersihan tangan dan kuku, personal hygiene Hasil analisis multivariat dengan regresi
kebersihan tempat tidur dan sprei, personal logistik akan menghasilkan p value masing-
hygiene kebersihan pakaian, personal hygiene masing variabel. Nilai p value>0,05 akan
kebersihan handuk dan pengetahuan. Variabel dikeluarkan secara bertahap, mulai dari p
dependen dalam penelitian ini adalah kejadian value paling besar hingga terkecil. Langkah
skabies. Uji analisis yang digunakan dalam pemodelan adalah tahap awal dari uji regresi
penelitian ini adalah uji chi-square. logistik model prediksi.
Berdasarkan pengolahan data bivariat

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 4


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Tabel 2. Tabel Pemodelan Awal Analisis Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies
Variabel B SE Wald OR P value
(95% CI)
Usia 0,961 0,443 4,713 ,382 0,030
(,161-0,911)
Kebersihan kulit 2,196 0,091
0,786 0,466 0,849
(,881-5,472)
Kebersihan pakaian 0,457 0,461 0,986 1,580 0,321
(,641-3,896)
Kebersihan tempat tidur dan sprei 0,561 0,471 4,440 1,753 0,181
(,771-3,986)
Pengetahuan 0,230 0,594 0,150 2,695 0,035
(1,072-6,778)
Constant 0,230 0,594 0,150 1,259 0,698
* bermakna pada α = 0,05

Dari hasil analisis pada Tabel 6 dapat Variabel yang p value>0,05 ditandai dan
terlihat variabel yang mempunyai p dikeluarkan dari model sehingga didapatkan
value<0,05 adalah usia dan pengetahuan. hasil pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3. Model Awal Regresi Logistik yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies
Variabel B SE Wald OR P value
(95% CI)
Usia -,890 ,427 4,341 ,410 ,037
(,178-0,949)
Pengetahuan 1,064 ,443 5,771 2,695 ,016
(1,216-6,903)
Constant 1,235 ,483 32,80 3,437 ,011
* bermakna pada α = 0,05

c. Uji Interaksi model tanpa ada interaksi antar variabel. Hasil


Uji interaksi dilakukan sebelum masuk uji menunjukkan p value 0,860 dan >0,05.
ke model akhir pengujian. Kesimpulan dari uji Kesimpulan yang didapat dari hasil uji
interaksi ini dapat dilihat langsung dari p interaksi adalah tidak ada interaksi antara
value. Jika p value>0,05 berarti tidak ada variabel sehingga kedua variabel dapat masuk
interaksi antar variabel sehingga dapat masuk kedalam model.
kedalam model. Model yang valid adalah

d. Pemodelan Akhir Multivariat

Tabel 5. Pemodelan Akhir Multivariat


Variabel B SE Wald OR P value
(95% CI)
Usia -,890 ,427 4,341 ,410 ,037
(,178-,949)
Pengetahuan 1,064 ,443 5,771 2,898 ,016
(1,216-
6,903)
Constant 1,235 ,483 6,542 3,437 ,103
* bermakna pada α = 0,05

Tabel ini memberikan hasil akhir dari diduga berhubungan dengan kejadian
proses pemodelan multivariat regresi skabies pada santri di Pondok Pesantren
logistik model prediksi yang dapat ditemukan dua variabel yang berhubungan
disimpulkan bahwa dari lima variabel yang

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 5


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

secara signifikan yaitu dukungan usia dan aspek fisik dan psikologis (mental).
pengetahuan. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar
Pengetahuan sebagai penyebab ada 4 kategori yaitu perubahan ukuran,
dominan terjadinya skabies pada santri perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
dengan p value=0,016 dan lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada
OR=2,893(95%CI:1,216-6,903). Artinya, aspek psikologis atau mental taraf berfikir
santri dengan pengetahuan yang kurang seseorang semakin matang dan dewasa.
baik berpeluang menderita skabies 2 kali Jenis kelamin merupakan salah satu
dibandingkan dengan santri yang memiliki variabel deskriptif yang dapat memberikan
pengetahuan baik. perbedaan kejadian pria dan wanita. Dalam
Usia memiliki hubungan yang hal perbedaan kejadian penyakit pada
bermakna dengan terjadinya skabies perbedaan jenis kelamin harus
dengan p value=0,037 dan OR=0,410 dipertimbangkan pula berbagai variabel
(95%CI:0,178-0,949). yang mempunyai perbedaan penyebaran
menurut jenis kelamin.6 Selain itu, tidak
Pembahasan adanya hubungan jenis kelamin dengan
kejadian skabies pada penelitian ini karena
Observasi Sanitasi Lingkungan dari segi pertahanan tubuh pada seseorang
Sanitasi lingkungan sangat penting itu berbeda. kurangnya personal hygiene
dalam terjadinya penularan penyakit yang sulit dijaga karena dengan lingkungan
skabies. Kejadian tersebut diakibatkan pesantren yang padat.
karena tungau sarcoptes scabiei senang Kulit berfungsi untuk melindungi
denga keadaan lingkungan yang lembab permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh
dan tidak sehat. Pada siklus kehidupan, dan mengeluarkan kotoran-kotoran
tungau dapat hidup 2-3 hari di luar tubuh.7 tertentu sehingga perlu dijaga
Kriteria dikatakan tidak sehat dapat kebersihannya. Penyakit kulit dapat
dilihat dari bobot nilai yang diperoleh. disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
Bobot nilai yang lebih atau sama dengan parasit hewani dan lain-lain. Salah satu
334 dapat dikatakan sehat tapi nilai yang penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
kurang dari 334 dikatakan tidak sehat. adalah Skabies. Oleh karena itu, pada kasus
Penilaian ini menilai keadaan sarana air kebersihan kulit pada seseorang
bersih, jamban, sarana pembuangan air memburuk dapat meningkatkan transmisi
limbah dan sarana pembuangan sampah.8 pada tungau sarcoptes scabiei ini.1
Penyediaan tempat sampah bisa Personal hygiene kebersihan tangan
ditemukan di lingkungan pesantren tapi dan kuku tidak terdapat hubungan dengan
keadaan tempat sampah tersebut yang kejadian skabies karena pada keseharian
belum bisa dikatakan baik karena sarana perilaku santri tidak hanya tangan dan
pembuangan sampah tersebut tidak kuku saja yang dilakukan tetapi kita
ditutup. Saluran pembuangan air limbah melihat juga keadaan sprei dan kasur,
termasuk kurang sehat karena pada kebersihan kulit dan keadaan sanitasinya.
pondok tersebut sarana pembuangan Pemeliharaan kebersihan diri berarti
diarahkan ke sungai dekat pondok dan tindakan memelihara kebersihan dan
dekat dengan sarana air bersih yang kesehatan diri sesorang untuk
berjarak 3 meter. kesejahteraan fisik dan psikisnya.
Seseorang dikatakan memiliki kebersihan
Analisis Univariat dan Bivariat diri baik apabila, orang tersebut dapat
Variabel usia pada santri menjaga kebersihan tubuhnya yang
berhubungan dengan kejadian skabies meliputi kebersihan kulit, tangan dan
karena dengan bertambahnya umur kuku,dan kebersihan genitalia.9
seseorang akan terjadi perubahan pada

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 6


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Berdasarkan penelitian diperoleh skabies karena mereka tidak tahu cara


data personal hygiene kebersihan handuk mengatasi dan menjaga diri mereka.
yang bersih lebih banyak dibanding
personal hygiene kebersihan handuk yang Analisis Multivariat
buruk. Perbedaan pada hasil penelitian ini Berdasarkan analisis multivariat
dapat disebabkan karena beberapa faktor. regresi logistik dapat diambil kesimpulan
Pertama karena perilaku santri yang ada 2 variabel yang dominan berhubungan
menggunakan sarung dan pakaian mereka terhadap kejadian skabies pada santri
untuk dijadikan pengganti handuk. yakni usia dan pengetahuan.
Sedangkan, pada teori handuk merupakan Pengetahuan pada seseorang dalam
peranan penting dalam penularan skabies kejadian skabies merupakan salah satu
melalui kontak tidak langsung tetapi disini faktor yang dominan pada santri di Pondok
teori tersebut tidak berlaku Karena santri Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami.
tersebut menggunakan bahan lain. Kurangnya pengetahuan dapat
Personal hygiene kebersihan tempat memberikan dampak pada pola pikir dan
tidur dan sprei adalah salah satu variabel perilaku dalam menangani penyakit
yang terdapat pada penelitian dan memiliki skabies. Kejadian tersebut dapat berupa
hasil data santri dengan personal hygiene tidak mengertinya santri dalam mencegah
kebersihan tempat tidur dan sprei baik dan mengatasi penularan skabies.
lebih banyak dibandingkan dengan Usia yang lebih muda pada santri
juga dapat berpengaruh pada kejadian
personal hygiene kebersihan tempat tidur
skabies. Pengaruh yang diberikan adalah
dan sprei yang buruk.
santri terdiagnosis skabies. Pada usia yang
Hal ini sesuai dengan teori yang lebih muda biasanya seseorang tidak
menyebutkan bahwa transmisi tungau memiliki pengalaman dan perkembangan
biasanya terjadi melalui kontak langsung pola pikirnya masih terbatas. Sedangkan
misalnya tidur bersama dengan penderita usia yang lebih tua lebih matang dalam hal
skabies, atau juga bisa melalui kontak tak pola pikirnya dan memiliki pengalaman
langsung melalui sprei dan sarung bantal. terutama dalam pencegahan kejadian
Oleh karena itu, jika ingin terhindar dari skabies.
serangan penyakit gatal-gatal, maka harus Hasilnya santri dengan usia remaja
menjaga kebersihan tubuh, ruangan tidur awal akan bepeluang menderita skabies
dan perlengkapan tidur. 10 sebanyak 0,4 kali dibandingkan santri
Kurangnya pengetahuan masyarakat dengan usia remaja akhir.
tentang penyakit skabies menjadi faktor
terjadinya penularan tungau sarcoptes Keterbatasan Penelitian
scabiei. Skabies merupakan penyakit yang Penelitian mengenai faktor-faktor
berkaitan dengan kebersihan diri yang yang berhubungan dengan kejadian
diaplikasikan dari pengetahuan seseorang. skabies di pondok pesantren jabbal an-nur
Menurut hasil penelitian yang sudah al-islami kecamatan teluk betung barat
didapat menjelaskan bahwa pada kota Bandar lampung memiliki
pesantren Jabal An-Nur Al-Islami memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian
santri yang pengetahuannya baik. Hal ini meliputi :
didukung dengan kejadian skabies yang a. Faktor-faktor yang berhubungan
kurang dari rat-rata santri yang ada. dengan kejadian skabies adalah usia,
Sehingga bisa disimpulkan semakin baik personal hygiene kebersihan kulit,
pengetahuan yang didapat maka kejadian personal hygiene kebersihan pakaian,
skabies dapat berkurang. Sedangkan, personal hygiene kebersihan tempat
pengetahuan yang kurang baik dapat tidur dan sprei, dan pengetahuan.
menimbulkan peningkatan kejadian

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 7


Asoly Giovano Imartha, Anggraeni Janar Wulan, dan Fitria Saftarina | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

Sedangkan masih banyak faktor lain 5. Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ.


yang berhubungan dengan kejadian 2008;8.
skabies. 6. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
b. Terdapat keterbatasan penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
dalam pengisian kuisioner yaitu 2010.
jawaban yang diberikan oleh sampel 7. Gentiara S. Hubungan Pengetahuan
tidak menunujukkan keadaan Dengan Sikap Keluarga Dalam
sesungguhnya. Mencegah Kejadian Skabies di Desa
Laksana Mekar [skripsi]. STIKES Santo
DAFTAR PUSTAKA Borromeus: Bandung; 2013.
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan 8. Departemen Kesehatan RI. Cegah dan
Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Hilangkan Penyakit ‘Khas’ Pesantren.
Universitas Indonesia; 2010:123. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2. Cordoro K.M., Iston D.M. Scabies. In: 2007.
Hogan D et. al., eds. eMedicine World 9. Badri M. Hygiene Perseorangan Santri
Medical Library. 2012. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
3. Siswono. Pedoman umum Program Ponorogo. Media Penelitian dan
Pemberantasan Penyakit Lingkungan. Pengembangan Kesehatan. 2008;
Jakarta: Dep. Kes. RI; 2008. 17(2).
4. Desmawati. Hubungan Personal 10. Handoko R. Ilmu Penyakit Kulit dan
Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Dengan Kejadian Scabies Di Pondok Kedokteran Universitas Indonesia;
Pesantren Al-Kautsar Pekanbaru. JOM. 2007:122-5.
2015;2[1]:628-37

Medula | Volume 7 | Nomor 5 | Desember 2017 | 8

Anda mungkin juga menyukai