Skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
Abstrak
Penyakit skabies menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit tersering. Skabies diakibatkan oleh investasi dan
sensitasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada kulit. Faktor-faktor yang berperan pada tingginya
prevalensi adalah kepadatan hunian, usia, jenis kelamin, personal hygiene buruk, dan sanitasi lingkungan yang kurang. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren
Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
hingga November 2015 di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara total sampling sebanyak 186 responden. Pada analisis data statistik uji chi-square untuk bivariat dan analisis regresi
logistik untuk multivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan usia (OR=2,500 dan p=0,042), personal hygiene
kebersihan kulit (OR=0,351 dan p=0,013), personal hygiene kebersihan pakaian (OR=0,434 dan p=0,046), personal hygiene
kebersihan tempat tidur dan sprei (OR=0,432 dan p=0,044), dan pengetahuan (OR=0,335 dan p=0,019) dengan kejadian
skabies. Sedangkan, hubungan jenis kelamin (OR=0,788 dan p=0,662), personal hygiene kebersihan handuk (OR=0,789 dan
p=0,667) dan personal hygiene kebersihan tangan dan kuku (OR=0,676 dan p=0,432) tidak memiliki hubungan dengan
kejadian skabies. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian skabies adalah usia dengan p value=0,016 dan OR=2,893
(95% CI: 1,216-6,903) dan pengetahuan dengan p-value=0,037 dan OR=0,410 (95%CI:0,178-0,949).Simpulan dari faktor yang
paling berhubungan pada kejadian skabies adalah pengetahuan. Hasil sanitasi lingkungan menunjukkan bobot nilai 300.
Observasi tersebut menunjukkan bahwa sanitasi di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami tidak sehat.
Korespondensi: Asoly Giovano Imartha, alamat Jl. Tupai no 87 Kedaton Bandar Lampung, HP082180081390, email
asoly_giovano@yahoo.co.id
tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi
Kulit sangat kompleks, elastik, sensitif, dan ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat
sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, sinar matahari secara langsung.1
seks maupun ras. Selain faktor tersebut, kulit Pada pondok pesantren Jabal An-Nur
juga bergantung pada lokasi tubuh serta Al-Islami Bandar Lampung penyakit skabies
memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan termasuk masalah kesehatan yang sering
tebalnya.1 terjadi dan menjadi masalah utama. Melihat
Skabies atau gudik pada manusia fenomena yang diuraikan di atas, maka
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh peneliti tertarik mengambil judul “Faktor-
ektoparasit Sarcoptes scabiei yang Faktor yang Berhubungan dengan Angka
menginfeksi dan melakukan sensitasi pada Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Jabal
tubuh. Sarcoptes scabiei termasuk ke dalam An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung
famili sarcoptidae, ordo acari, kelas arachnida. Barat Kota Bandar Lampung“ untuk diteliti
Nama Sarcoptes scabiei berasal dari kata sarx lebih lanjut.
yang berarti kulit dan koptein yang berarti
gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas Metode
menggaruk kulit yang gatal tersebut.2 Penelitian ini merupakan penelitian
Prevalensi skabies di puskesmas seluruh analitik observasional dengan pendekatan
Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%- cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk
12,95% dan menduduki urutan ketiga dari 12 mempelajari dinamika korelasi dengan cara
penyakit kulit tersering. Pada tahun 2008 pendekatan observasi atau pegumpulan data
prevalensi penyakit skabies di Jakarta sekaligus pada suatu saat (point, time, and
mencapai 6,20%, sedangkan Kabupaten approach).6 Penelitian ini dilaksanakan di
Boyolali dan di Semarang mencapai 5,80%. Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami
Penyakit tersebut biasanya berasal dari Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
pemukiman kumuh seperti tempat Lampung dan dilaksanakan pada bulan
pembuangan akhir, rumah susun, dan Oktober-November 2015.
pesantren.3 Berdasarkan data dari Dinas Teknik pengambilan sampel dalam
Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, penelitian ini menggunakan total sampling
jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah dan hasil dari total siswa adalah 186 santri.
1135 orang, tahun 2012 mengalami Alat penelitian yang digunakan adalah
peningkatan lebih dari dua kali lipat dari tahun kuisioner.
2011 yaitu 1135 orang menjadi 2941 orang.4
Faktor-faktor yang berperan pada Hasil
tingginya prevalensi skabies di negara
berkembang terkait dengan kemiskinan yang Observasi Sanitasi Lingkungan
berhubungan dengan rendahnya tingkat
kebersihan (personal hygiene), akses air yang Observasi adalah suatu cara pengumpulan
sulit, dan kepadatan hunian.5 Skabies identik data dengan pengamatan langsung dan
dengan penyakit anak pondok pesantren pencatatan secara sistematis terhadap obyek
karena kondisi kebersihan yang kurang yang akan diteliti.
Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis d. Personal hygiene Kebersihan Tangan
variabel independen dan variabel dependen. dan kuku
Variabel independen berupa berdasarkan usia, Berdasarkan data yang sudah diperoleh
jenis kelamin, personal hygiene kebersihan personal hygiene kebersihan tangan dan kuku
kulit, personal hygiene kebersihan tangan dan santri di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-
kuku, personal hygiene kebersihan tempat Islami mayoritas buruk dengan frekuensi 112
tidur dan sprei, personal hygiene kebersihan santri (60,2%). Hasil frekuensi dan persentase
pakaian, personal hygiene kebersihan handuk data tersebut didapatkan dari responden yang
dan pengetahuan. Variabel dependen dalam dikelomppokkan menjadi dua yaitu baik 112
penelitian ini adalah kejadian skabies. santri (60,2%) dan buruk 74 santri (39,8%).
Islami lebih banyak dibandingkan dengan Pada penelitian ini data pengetahuan
personal hygiene kebersihan tempat tidur dan diambil dari jawaban responden terhadap
sprei yang buruk. kuisioner yang dibagikan sebanyak 20
pertanyaan. Hasil yang didapat kemudian akan
h. Pengetahuan
analisis dan dikelompokkan menjadi baik dan menggunakan analisis chi-square dapat
kurang baik. Data yang diperoleh yaitu diambil kesimpulan bahwa diantara delapan
pengetahuan baik 154 santri (82,8%) dan variabel yang dihubungkan dengan kejadian
buruk 32 santri (17,2%). Berdasarkan data skabies hanya lima yang memiliki hubungan
yang sudah ada didapat bahwa pengetahuan yang bermakna dan tiga variabel sisanya tidak
yang dimiliki santri di Pondok Pesantren Jabal memiliki hubungan yang bermakna. Variabel
An-Nur Al-Islami mayoritas baik 154 santri bebas yang memiliki hubungan dengan
(82,8%). kejadian skabies adalah usia, personal hygiene
kebersihan kulit, personal hygiene kebersihan
i. Kejadian Skabies pakaian, personal hygiene kebersihan tempat
Frekuensi kejadian skabies didapatkan tidur dan sprei dan pengetahuan. Sedangkan
santri yang positif adalah 34 santri (18,3%) variabel bebas yang tidak berhubungan
dan santri yang negatif 152 santri (81,7%). dengan skabies adalah jenis kelamin, personal
Penelitian untuk mencari hasil kejadian hygiene kebersihan tangan dan kuku dan
skabies ini dilakukan dengan melakukan personal hygiene kebersihan handuk.
wawancara dan pemeriksaan fisik dengan
melihat 4 tanda kardinal. Pada data yang Analisis Multivariat
sudah didapat di Pondok Pesantren Jabal An-
Nur Al-Islami, santri yang memiliki diagnosis a. Seleksi Bivariat
skabies negatif lebih banyak daripada yang Langkah pertama dalam melakukan
memiliki diagnosis skabies yang positif. analisis regresi logistik adalah melakukan
pemilihan variabel yang dapat diikutkan dalam
Analisis Bivariat regresi logistik selanjutnya. Menggambarkan
Berdasarkan kerangka konsep, analisis variabel yang akan diuji dalam analisis
bivariat dilakukan untuk menguji hubungan multivariat karena memiliki p value<0,25. Lima
antara variable independen dan variable variabel tersebut akan masuk ke uji
dependen. Variabel independen berupa pemodelan awal multivariat.
berdasarkan usia, jenis kelamin, personal
hygiene kebersihan kulit, personal hygiene b. Pemodelan Awal Multivariat
kebersihan tangan dan kuku, personal hygiene Hasil analisis multivariat dengan regresi
kebersihan tempat tidur dan sprei, personal logistik akan menghasilkan p value masing-
hygiene kebersihan pakaian, personal hygiene masing variabel. Nilai p value>0,05 akan
kebersihan handuk dan pengetahuan. Variabel dikeluarkan secara bertahap, mulai dari p
dependen dalam penelitian ini adalah kejadian value paling besar hingga terkecil. Langkah
skabies. Uji analisis yang digunakan dalam pemodelan adalah tahap awal dari uji regresi
penelitian ini adalah uji chi-square. logistik model prediksi.
Berdasarkan pengolahan data bivariat
Tabel 2. Tabel Pemodelan Awal Analisis Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies
Variabel B SE Wald OR P value
(95% CI)
Usia 0,961 0,443 4,713 ,382 0,030
(,161-0,911)
Kebersihan kulit 2,196 0,091
0,786 0,466 0,849
(,881-5,472)
Kebersihan pakaian 0,457 0,461 0,986 1,580 0,321
(,641-3,896)
Kebersihan tempat tidur dan sprei 0,561 0,471 4,440 1,753 0,181
(,771-3,986)
Pengetahuan 0,230 0,594 0,150 2,695 0,035
(1,072-6,778)
Constant 0,230 0,594 0,150 1,259 0,698
* bermakna pada α = 0,05
Dari hasil analisis pada Tabel 6 dapat Variabel yang p value>0,05 ditandai dan
terlihat variabel yang mempunyai p dikeluarkan dari model sehingga didapatkan
value<0,05 adalah usia dan pengetahuan. hasil pada Tabel di bawah ini:
Tabel 3. Model Awal Regresi Logistik yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies
Variabel B SE Wald OR P value
(95% CI)
Usia -,890 ,427 4,341 ,410 ,037
(,178-0,949)
Pengetahuan 1,064 ,443 5,771 2,695 ,016
(1,216-6,903)
Constant 1,235 ,483 32,80 3,437 ,011
* bermakna pada α = 0,05
Tabel ini memberikan hasil akhir dari diduga berhubungan dengan kejadian
proses pemodelan multivariat regresi skabies pada santri di Pondok Pesantren
logistik model prediksi yang dapat ditemukan dua variabel yang berhubungan
disimpulkan bahwa dari lima variabel yang
secara signifikan yaitu dukungan usia dan aspek fisik dan psikologis (mental).
pengetahuan. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar
Pengetahuan sebagai penyebab ada 4 kategori yaitu perubahan ukuran,
dominan terjadinya skabies pada santri perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri
dengan p value=0,016 dan lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada
OR=2,893(95%CI:1,216-6,903). Artinya, aspek psikologis atau mental taraf berfikir
santri dengan pengetahuan yang kurang seseorang semakin matang dan dewasa.
baik berpeluang menderita skabies 2 kali Jenis kelamin merupakan salah satu
dibandingkan dengan santri yang memiliki variabel deskriptif yang dapat memberikan
pengetahuan baik. perbedaan kejadian pria dan wanita. Dalam
Usia memiliki hubungan yang hal perbedaan kejadian penyakit pada
bermakna dengan terjadinya skabies perbedaan jenis kelamin harus
dengan p value=0,037 dan OR=0,410 dipertimbangkan pula berbagai variabel
(95%CI:0,178-0,949). yang mempunyai perbedaan penyebaran
menurut jenis kelamin.6 Selain itu, tidak
Pembahasan adanya hubungan jenis kelamin dengan
kejadian skabies pada penelitian ini karena
Observasi Sanitasi Lingkungan dari segi pertahanan tubuh pada seseorang
Sanitasi lingkungan sangat penting itu berbeda. kurangnya personal hygiene
dalam terjadinya penularan penyakit yang sulit dijaga karena dengan lingkungan
skabies. Kejadian tersebut diakibatkan pesantren yang padat.
karena tungau sarcoptes scabiei senang Kulit berfungsi untuk melindungi
denga keadaan lingkungan yang lembab permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh
dan tidak sehat. Pada siklus kehidupan, dan mengeluarkan kotoran-kotoran
tungau dapat hidup 2-3 hari di luar tubuh.7 tertentu sehingga perlu dijaga
Kriteria dikatakan tidak sehat dapat kebersihannya. Penyakit kulit dapat
dilihat dari bobot nilai yang diperoleh. disebabkan oleh jamur, virus, kuman,
Bobot nilai yang lebih atau sama dengan parasit hewani dan lain-lain. Salah satu
334 dapat dikatakan sehat tapi nilai yang penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
kurang dari 334 dikatakan tidak sehat. adalah Skabies. Oleh karena itu, pada kasus
Penilaian ini menilai keadaan sarana air kebersihan kulit pada seseorang
bersih, jamban, sarana pembuangan air memburuk dapat meningkatkan transmisi
limbah dan sarana pembuangan sampah.8 pada tungau sarcoptes scabiei ini.1
Penyediaan tempat sampah bisa Personal hygiene kebersihan tangan
ditemukan di lingkungan pesantren tapi dan kuku tidak terdapat hubungan dengan
keadaan tempat sampah tersebut yang kejadian skabies karena pada keseharian
belum bisa dikatakan baik karena sarana perilaku santri tidak hanya tangan dan
pembuangan sampah tersebut tidak kuku saja yang dilakukan tetapi kita
ditutup. Saluran pembuangan air limbah melihat juga keadaan sprei dan kasur,
termasuk kurang sehat karena pada kebersihan kulit dan keadaan sanitasinya.
pondok tersebut sarana pembuangan Pemeliharaan kebersihan diri berarti
diarahkan ke sungai dekat pondok dan tindakan memelihara kebersihan dan
dekat dengan sarana air bersih yang kesehatan diri sesorang untuk
berjarak 3 meter. kesejahteraan fisik dan psikisnya.
Seseorang dikatakan memiliki kebersihan
Analisis Univariat dan Bivariat diri baik apabila, orang tersebut dapat
Variabel usia pada santri menjaga kebersihan tubuhnya yang
berhubungan dengan kejadian skabies meliputi kebersihan kulit, tangan dan
karena dengan bertambahnya umur kuku,dan kebersihan genitalia.9
seseorang akan terjadi perubahan pada