Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ners Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018 Halaman 60 – 68

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PIODERMA PADA


BALITA(1-5 TAHUN) DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KUOK TAHUN 2018

ErmaKasumayanti1, Nurpa Naima2


Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstrak
Usia Balita memiliki faktor predisposisi yang memudahkan terkena penyakit pioderma karena
pada usia tersebut anak mulai bereksplorasi dengan lingkungan sekitar seperti : bermain
ditanah, air yang kotor, dimana Balita tersebut belum memahami pentingnya menjaga
kebersihan diri atau personal hygiene untuk itu perhatian orang tua sangat dibutuhkan untuk
mengontrol kebersihan diri anak. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor personal
hygiene, sanitasi lingkungan, dan riwayat penyakit kulit dengan kejadian pioderma pada Balita
(1-5 tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2018. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel pada
penelitian ini adalah balita (1-5 tahun) sebanyak 58 orang. pengumpulan data melalui
kuesioner. Pengolahan data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubunganantara personal hygiene dengan kejadian pioderma
pada balita (1-5 tahun) dengan p value=0,003, ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan
kejadian pioderma pada balita (1-5 tahun) dengan p value =0,010 sedangkan hasil analisis di
faktor riwayat penyakit kulit menunjukkan tidak ada hubungan dengan kejadian pioderma pada
balita (1-5 tahun). Dengan diadakan penelitian ini peneliti mengharapkan kepada petugas-
petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan pioderma sebagai bentuk pencegahannya.
Kata Kunci : Pioderma, Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene, Riwayat Penyakit Kulit

Abstract
Toddler age has a predisposing factor that makes it easy to get affected by pyoderma because
at that age children begin to explore the surrounding environment such as: playing in the
ground, dirty water, where the toddler does not understand the importance of maintaining
personal hygiene or personal hygiene for that parents' attention is needed to control children's
personal hygiene. The purpose of this study was to analyze personal hygiene, environmental
sanitation, and history of skin diseases with pyoderma in toddlers (1-5 years) in Pulau Jambu
Village, Kuok Puskesmas Work Area in 2018. This study used analytic research design with
cross sectional design. The sample in this study were toddlers (1-5 years) as many as 58
people. data collection through questionnaires. Data processing using univariate and bivariate
analysis with Chi-Square test. The results showed there was a relationship between personal
hygiene with the incidence of pyoderma in infants (1-5 years) with p value = 0.003, there was a
relationship between environmental sanitation and the incidence of pyoderma in infants (1-5
years) with p value = 0.010 while the results of the analysis in factors a history of skin disease
showed no association with the incidence of pyoderma in toddlers (1-5 years). With this
research the researcher expects health workers to educate about factors related to pyoderma
as a form of prevention.
Keywords: Pioderma, Environmental Sanitation, Personal Hygiene, History of Skin Disease

Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : erma.nabihan@gmail.com
Phone : 08117670308

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


62 | F A K T O R - F A K T O R Y A N G M E N Y E B A B K A N T E R J A D I N Y A
PIODERMA PADA BALITA(1-5 TAHUN) DI DESA PULAU
JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2018

PENDAHULUAN Berdasarkan profil Dinas Kesehatan


Usia balita memang memiliki faktor Provinsi Riau tahun 2012, kota
predisposisi yang memudahkan terkena Pekanbaru jumlah penderita penyakit
penyakit kulit, karena pada usia tersebut pioderma yaitu 4.129 kasus (Dinkes
anak mulai bereksplorasi dengan Provinsi Riau, 2012). Sedangkan di
lingkungan dan memiliki keingintahuan Kabupaten Kampar jumlah kasus
yang tinggi. Proses belajar yang pioderma sebanyak 7.508 kasus dan
melibatkan alam sekitar seperti bermain berada pada posisi ke 6 dari 10 penyakit
dengan tanah dan air yang kotor akan tertinggi di Kabupaten Kampar.
memberikan ruang bagi bakteri patogen Berdasarkan data dinas kesehatan
untuk masuk. Apalagi anak-anak usia kabupaten Kampar tahun 2017 diketahui
tersebut belum memahami pentingnya bahwa dari sepuluh puskesmas di
kebersihan diri.. Infeksi kulit yang Kabupaten Kampar Puskesmas Kuok
paling sering ditemukan pada bayi dan berada pada posisi ke 1 dengan angka
anak adalah pioderma. Pioderma kejadian pioderma sebanyak 844 kasus.
merupakan infeksi kulit yang Puskesmas Kuok terdiri dari 9 Desa
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, yang mana tiap Desa terdapat penderita
Streptococcus atau oleh keduanya. pioderma. Dari 9 Desa tersebut
Penyebab yang paling utama adalah diketahui Desa Pulau Jambu merupakan
Staphylococcus aureus dan desa dengan jumlah penderita pioderma
Streptococcus β-hemolyticus (Oentari & terbanyak terlihat dari jumlah
Menaldi, 2015). kunjungannya yaitu 246 orang
Menurut Djuanda (2016),faktor (29,15%). Berdasarkan usia penderita
pencetus pioderma pada balita antara pioderma terbanyak pada usia balita (1-5
lain : kurangnya personal hygiene, tahun) yaitu 58 orang(20,57%) dari 282
menurunnya daya tahan tubuh akibat orang jumlah balita yang ada di Desa
kekurangan gizi, anemia, penyakit Pulau Jambu. Penelitian yang dilakukan
kronik, neoplasma ganas dan diabetes pada tahun 2012 oleh Pangow di
mellitus, serta terdapatnya penyakit lain Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
di kulit. Sedangkan menurut Widya Prof. Dr. R. D. Kandou Manado juga
(2016)faktor lain yang dapat menunjukkan bahwa pioderma paling
menyebabkanpioderma adalah gigitan banyak ditemukan pada rentang umur 1-
serangga, trauma, sanitasi lingkungan 4 tahun dimana ditemukan 23 kasus
yang buruk, gangguan sistem imun, (43,4%) dari total 53 kasus.
terdapatnya inflamasi dari jaringan Dari survey awal yang dilakukan
(seperti :luka bedah, luka bakar, oleh peneliti di Desa Pulau Jambu,
dermatitis, benda asing) serta akibat peneliti menemukan masih banyakbalita
kerusakan jaringan kulit sebelumnya yang tidak memakai alas kaki keluar
yang menyebabkan fungsi kulit sebagai rumah, bermain tanah di perkarangan
pelindung akan terganggu sehingga rumah, bermain di genangan air yang
memudahkan terjadi infeksi bakteri. kotor, memakai pakaian yang kurang
Menurut badan kesehatan dunia bersih dan basah atau berkeringat, dan
World Health Organization (WHO) kuku yang panjang dan kotor. Dari hasil
tahun 2009. Prevalensi penyakit wawancara peneliti dengan 10orang tua
pioderma dinegara berkembang yaitu balita di Desa Pulau Jambu 7 dari 10
sekitar 1.892 kasus (62,5%). orang balita mandi tidak menggunakan
Di Indonesia pada tahun 2012 sabun, 6 dari 10 orang balita tidak
kejadian pioderma sebanyak 1.076 kasus memotong kuku secara teratur, 9 dari
(50,1%). Pada tahun 2013 dan 2014
terjadi peningkatan penyakit pioderma 10 orang balita tidak menggunakan
sebanyak 1.232 kasus (58,5%) menjadi handuk sendiri. Peneliti juga
1.356 kasus (61,3%) (Depkes RI, 2012). mengobservasi keadaan sanitasi

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


63|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN
2018
lingkungan terhadap 10 rumah balita Besar sampel pada penelitian ini
tersebut dimana terdapat 3 dari 10 sebanyak 54 orang.
rumah menggunakan air sungai dan
bendungan yang kurang bersih untuk Alat Pengumpulan Data
mandi dan aktivitas lainnya, seperti Pengumpulan data pada penelitian ini
mencuci pakaian, 8 dari 10 rumah terdiri dari :
memiliki jarak septic tank dengan 1) Personal Hygiene.
sumber air ≤ 10 meter, 8 dari 10 rumah Instrumen berupa kuesioner yang terdiri
memiliki saluran pembuangan air dari 25 pertanyaan yang terdiri atas 5
limbah (SPAL) yang buruk dan pertanyaan mengenai kebersihan kulit, 5
tercemar. Peneliti juga melakukan pertanyaan mengenai kebersihan tangan,
observasi pada balita diketahui bahwa 6 kuku dan kaki, 5 pertanyaan mengenai
dari 10 balita mempunyai riwayat kebersihan pakaian 5 pertanyaan
penyakit kulit, seperti skabies, riwayat mengenai kebersihan handuk, dan 5
alergi terhadap makanan. Berdasarkan pertanyaan mengenai kebersihan tempat
latar masalah dan fenomena yang terjadi tidur dan sprei.Responden yang
di atas, peneliti tertarik melakukan menjawab pertanyaan dengan jawaban
penelitian tentang “faktor-faktor yang positif ”baik” diberi nilai 3 dan jawaban
berhubungan dengan kejadian “buruk” diberi nilai 0. Maka didapat
pioderma pada balita (1-5 tahun) di nilai tertinggi 15 dan terendah 0,
Desa Pulau Jambu wilayah kerja kemudian dikategorikan berdasarkan
Puskesmas Kuok tahun 2018”. jumlah nilai yang diperoleh dengan
kategori : a). Buruk: Jika nilai yang
METODE diperoleh responden ≤75% (nilai 0-11),
Desain Penelitian b). Baik: Jika nilai yang diperoleh
Desain penelitian ini menggunakan responden >75% (nilai 12-15).
desain penelitian analitik dengan 2). Sanitasi Lingkungan.
rancangan Cross Sectional (potong Penilaian sanitasi lingkungan
lintang), yaitu setiap variabel menggunakan Kepmenkes RI Nomor
diobservasi hanya satu kali saja dan 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
pengukuran masing-masing variabel persyaratan kesehatan perumahan, yang
dilakukan pada waktu yang sama terdiri dari 2 (dua) kriteria: a). Tidak
(Notoatmodjo, 2015). Sehat : Apabila skor <
334.b).Sehat : Apabila skor ≥ 334.
Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun komponen yang dinilai dihitung
Penelitian inidilakukan di Desa Pulau berdasarkan nilai x bobot dengan
Jambu wilayah kerja Puskesmas ketentuan sebagai berikut :a) Sarana air
Kuokpada bulan Juli 2018. bersih yaitu ada, milik sendiri, tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa
Populasi dengan skor 100. b)Sarana Pembuangan
Populasi pada penelitian ini Kotoran (Jamban) yaitu : ada, leher
adalahpenderita pioderma di Desa angsa, septic tank dengan skor 100. c)
Pulau Jambu sebanyak 58 orang Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
yaitu: ada, dialirkan keselokan tertutup
Sampel (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut
Sampel pada penelitian ini adalah orang dengan skor 100.(d) Sarana Pembuangan
tua penderita pioderma yangberumur 1- Sampah yaitu: ada, kedap air, dan
5 tahun di Desa Pulau Jambu. bertutup dengan skor 75
Teknik pengambilan sampel 3. Riwayat Penyakit kulit, Ya : Apabila
yang digunakan dengan metode total pernah mengalami riwayat penyakit
sampling yaitu mengambil semua kulit dengan kriteria pernah
anggota populasi menjadi sampel. menderita 3 dari 4 kriteria mayor dan
3 dari 10 kriteria minor.Kriteria

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


64|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN
2018
Mayor : a) Pruritus (gatal), b)
Morfologi dan distribusi lesi khas : Analisa Data
mengenai wajah dan ekstensor pada Data yang diperoleh dari hasil
bayi dan anak. c) Dermatitis bersifat penelitian diolah dengan menggunakan
kronik atau residif.d)Penderita atau komputerisasi, disajikan dalam bentuk
keluarga memiliki riwayat atopi. distribusi frekuensi. Analisa data
Sedangkan criteria minor terdiri dari dilakukan dengan analisa univariat dan
: a)Kulit kering, b) Terjadi pada usia analisa bivariat :
dini, c) Gatal jika berkeringat, d)
Eritem atau pucat di pipi, e) Bibir HASIL DAN PEMBAHASAN
kering dan pecah-pecah (keilitis), f) Analisa Univariat
Konjungtivitis berulang, g) Bercak Berdasarkan hasil penelitian,
putih dengan sisik (pitiariasis alba), diketahui dari 54 responden terdapat
h) Infeksi kulit (khususnya 33( 61,1%) memiliki kebersihan kulit
Staphylococcus aureus dan virus yang buruk, 39(72,2%) dengan
herpes simpleks), i) Garis lipatan di kebersihan tangan, kuku dan kaki yag
bawah mata (Dennie-Morgan), j) buruk. 32 (59,3%) memiliki
Intoleransi makanan. kebesihan pakaian yang baik, 37
Tidak : Apabila tidak pernah (68,5%) dengan kebersihan handuk
mengalami riwayat yang buruk dan 34 (63%) memiliki
penyakit kulit kebersihan tempat tidur yang
4. Kejadian Pioderma buruk.Dari 54 responden terdapat 37
Data kejadian pioderma didapat responden (68,5%) memiliki
dengan menggunakan lembar personal hygiene buruk. Dari 54
checklist observasi yaitu peneliti rumah responden, 41 responden
mengamati secara langsung penderita (75,9%) memiliki sanitasi lingkungan
pioderma, apakah penderita sedang rumah tidak sehat. dari 54responden,
mengalami penyakit pioderma atau 39 responden (72,2%) tidak memiliki
sudah tidak mengalami penyakit riwayat penyakit kulit.dari 54
pioderma. Jika penderita sedang responden, terdapat 28 responden
mengalami penyakit pioderma maka (51,9 %) sudah tidak mengalami
akan diberi checklist “Ya” jika pioderma tetapi pernah mengalami
penderita sudah tidak menderita pioderma.
pioderma atau pernah menderita
pioderma maka akan diberi checklist Analisa Bivariat
“Tidak”. Analisa Bivariat adalah analisis untuk
Kriteria penilaian pioderma : melihat hubungan antara variabel
a.Ya : Jika sedang mengalami independen dengan variabel dependen.
pioderma seperti terdapatnya ruam Analisa Bivariat ini digunakan untuk
kemerahan, eritema,ulkus, bulla, mengetahui hubungan personal hygiene,
pustul ataupun pus sanitasi lingkungan, dan riwayat penyakit
b.Tidak : Sudah tidak mengalami kulit dengan kejadian pioderma di Desa
penyakit pioderma tetapi Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas
pernah mengalami Kuok Tahun 2018.
pioderma.
1. Hubungan personal hygiene dengan
kejadian pioderma

Alat Ukur: Lembar checklist observasi

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


65|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN
2018

Tabel 1 Hubungan Personal Hygiene nilai p value = 0,010< 0,05 yang artinya
dengan Kejadian Pioderma Pada ada hubungan antara sanitasi lingkungan
Balita (1-5 Tahun) di Desa Pulau dengan kejadian pioderma pada Balita (1-
Jambu Wilayah Kerja Puskesmas 5 Tahun). Kemudian dari hasil analisis
Kuok diperoleh POR = 7.765 artinya responden
dengan sanitasi lingkungan tidak sehat
Person Pioderma akan berpeluang 7.765 kali beresiko
al
Hygien
Ya Tidak Total P POR mengalami pioderma dibandingkan
F % F % F % value (95%
e CI) dengan responden dengan sanitasi
Buruk 23 62,2 14 37,8% 37 100% 0,003 7.667 lingkungan sehat.
% (1.86
6–
31.49 3. Hubungan Riwayat Penyakit Kulit
4) dengan kejadian pioderma
Baik 3 17,6 14 82,4% 17 100%
%
Total 26 48,1 28 51,9% 54 100% Tabel 3 Hubungan Riwayat Penyakit
%
Kulit dengan Kejadian Pioderma Pada
Keterangan : Hasil Penelitian
Balita (1-5 Tahun) di Desa Pulau
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari 37 Jambu Wilayah Kerja Puskesmas
responden dengan personal hygiene Kuok
buruk terdapat 14 responden (37,8%) Riway Pioderma
tidak mengalami pioderma. Sedangkan 17 at
Penya Ya Tidak Total P POR
responden dengan personal hygiene baik kit val
terdapat 3 responden (17,6%) mengalami Kulit ue
F % F % F % (95% CI)
pioderma. Berdasarkan hasil uji statistik
Ya 8 53, 7 46,7 15 100 0,8 1.333
diperoleh nilai p value = 0,003 < 0,05 3% % % 66
yang artinya ada hubungan antara (0,404 –
4.400)
personal hygiene dengan kejadian
pioderma pada Balita (1-5 Tahun). Tidak 18 46, 2 53,8 39 100
2% 1 % %
Kemudian dari hasil analisis diperoleh
POR = 7.667 artinya responden dengan Total 26 48, 2 51,9 54 100
personal hygiene buruk akan berpeluang 1% 8 % %

7.667 kali beresiko mengalami pioderma


Keterangan : Hasil Penelitian
dibandingkan dengan responden dengan
personal hygiene baik.

2. Hubungan Sanitasi Lingkungan


dengan kejadian pioderma

Tabel 2 Hubungan Sanitasi


Lingkungan dengan Kejadian
Pioderma Pada Balita (1-5 Tahun) di
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat


bahwa dari 41 rumah responden yang
memiliki sanitasi lingkungan tidak sehat
terdapat 17 responden (41,5%) tidak
mengalami pioderma. Sedangkan 13
rumah responden yang memiliki sanitasi
lingkungan sehat terdapat 2 responden
(15,4%) mengalami pioderma.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


66|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN 2018

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 15 Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
responden yang memiliki riwayat penyakit kulit dilakukan oleh Sutisna dkk (2011) tentang
terdapat 7 responden (46,7%) tidak mengalami Hubungan antara hygiene perorangan dan
pioderma. Sedangkan 39 responden yang tidak lingkungan dengan kejadian pioderma pada
memiliki riwayat penyakit kulit terdapat 18 pasien pioderma di Rumah Sakit Sultan Agung.
responden (46,2%) mengalami pioderma. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
antara hygiene perorangan dan lingkungan
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh dengan kejadian pioderma.
nilai p value = 0,866>0,05 yang artinya tidak ada Dari hasil penelitian juga didapatkan 17
hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan responden dengan personal hygiene baik terdapat
kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun). 3 responden (17,6%) mengalami pioderma. Hal
Kemudian dari hasil analisis diperoleh POR = ini membuktikan bahwa tidak hanya personal
1.333 artinya responden dengan riwayat penyakit hygiene yang dapat menyebabkan terjadinya
kulit akan berpeluang 1.333 kali beresiko pioderma melainkan ada faktor-faktor lain yang
mengalami pioderma dibandingkan dengan dapat mempengaruhi seperti menurunnya daya
responden yang tidak memiliki riwayat penyakit tahan tubuh akibat kekurangan gizi, anemia,
kulit. penyakit kronik, neoplasma ganas dan diabetes
mellitus, serta terdapatnya penyakit lain di kulit
PEMBAHASAN atau riwayat penyakit (Djuanda, 2016). Menurut
1. Hubungan Personal Hygiene dengan Danarti (2009) faktor-fakor lain yang dapat
Kejadian Pioderma Pada Balita (1-5 Tahun) Di menyebabkan terjadinya pioderma adalah
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas temperatur kulit ambient, kelembaban, hygiene
Kuok Tahun 2018 yang buruk, kepadatan lingkungan, penyakit kulit
yang ada serta, terapi obat antimikroba
Hasil Analisa Bivariat dari variabel hubungan sebelumnya, yang dapat menyebabkan bakteri
personal hygiene dengan kejadian pioderma pada patogenik menempe ldan berkembang pada kulit.
Balita (1-5 Tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah
Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018 diperoleh nilai 2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan
p value = 0,003 (p value = < 0,05) dimana, dari 37 Kejadian Pioderma pada Balita (1-5 Tahun)
responden yang memiliki personal hygiene buruk di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja
14 responden (37,8%) tidak mengalami pioderma. Puskesmas Kuok Tahun 2018
Menurut asumsi peneliti bahwa hal ini disebabkan Hasil Analisa Bivariat dari variabel
karena sistem imun atau kekebalan tubuh balita hubungan sanitasi lingkungan dengan
yang baik. Sistem imun atau sistem kekebalan kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun) di
tubuh mempunyai fungsi sebagai sistem Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas
pertahanan diri dari berbagai macam penyakit dan Kuok Tahun 2018 diperoleh nilai p value =
sebagai benteng pertahanan tubuh. Artinya, 0,010 (p value = < 0,05) dimana, dari 41
semakin bagus sistem imun seseorang maka akan responden yang memiliki sanitasi lingkungan
meminimalisir seseorang untuk terkena suatu rumah tidak sehat terdapat 17 responden
penyakit. Salah satu cara untuk meningkatkan (41,5%) tidak mengalami pioderma. Menurut
sistem imun tubuh adalah dengan cara asumsi peneliti hal ini disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah sistem pertahanan tubuh yang Balita kuat.
dan sayur. Selain itu, orang tua responden menjaga
Personal hygiene yang baik sangat penting kebersihan diri anaknya sehingga Balita tidak
dalam menentukan seseorang menderita pioderma mengalami pioderma, seperti penggunaan alas
atau tidak. Seseorang yang memperhatikan kaki saat bermain dan tidak bermain di tempat
personal hygiene akan meminimalkan dirinya yang kotor.
terkena penyakit pioderma. Hal ini sesuai dengan Sedangkan dari 13 responden yang
teori yang dikemukakan oleh Saryono & Widianti memiliki sanitasi lingkungan sehat terdapat 2
(2010), personal hygiene menjadi penting karena responden (15,4%) mengalami pioderma. Hal
personal hygiene yang baik akan meminimalkan ini disebabkan karena personal hygiene yang
pintu masuk (port de entry) mikroorganisme yang kurang baik. Menurut Putri (2017) yang
ada dan mencegah seseorang terkena suatu mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan
penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-
penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau elemen hayati dan non hayati dalam
bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka
tertentu seperti halnya kulit. sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika
lingkungan sehat maka sehat pula ekosistem
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
67|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN 2018

tersebut. Perilaku yang kurang baik dari 2. Bagi Puskesmas


manusia bisa mengakibatkan perubahan Diharapkan penelitian ini dapat
ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah memberikan informasi tentang piodema
sanitasi.
dengan meningkatkan intervensi
Sanitasi lingkungan merupakan usaha-
usaha yang dilakukan individu untuk kesehatan berupa penyuluhan dan
memperbaiki dan mencegah terjadinya pelayanan kesehatan terutama pada
masalah gangguan kesehatan yang balita.
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan 3. Bagi institusi pendidikan
(Chandra, 2008). Sanitasi lingkungan
mencakup penyediaan sumber air bersih, Hasil penelitian diharapkan dapat
sarana pembuangan kotoran (jamban), sarana memberikan tambahan referensi yang
saluran pembuangan air limbah (SPAL), serta berhubungan dengan pioderma.
sarana pembuangan sampah. Banyak sekali
permasalahan lingkungan yang harus dicapai 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
dan sangat mengganggu terhadap tercapainya Diharapkan dapat menjadi acuan bagi
kesehatan lingkungan. peneliti selanjutnya agar dapat
Penelitian ini sesuai dengan penelitian melanjutkan penelitian dengan variabel
yang dilakukan oleh Sajida (2012) tentang yang berbeda dengan metode penelitian
hubungan personal hygiene dan sanitasi yang lain.
lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di
kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai
DAFTAR PUSTAKA
Kota Medan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Aziz, E. (2011). Metodologi Penelitian
signifikan antara personal hygiene dan Kesehatan. Jakarta : Baduose Media
sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit Budiani & Adiguna. (2014).
kulit. Penatalaksanaan Pioderma Terkini
di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
SIMPULAN Kulit dan Kelamin, FK Universitas
Dari hasil penelitian maka dapat Udayana, RS Sanglah Denpasar-
disimpulkan bahwa : Balidi akses tanggal 26 Juni 2018
1. Ada hubungan Personal Hygiene dengan Candra, dkk. (2015). Hubungan Personal
kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun) Hygiene Dengan Kejadian Penyakit
di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Kulit Pada Tuna Wisma Di
Puskesmas Kuok Tahun 2018. Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember. di akses tanggal 09 April
2. Ada hubungan Sanitasi Lingkungan dengan 2018
kejadian pioderma pada Balita (1-5 Tahun) Danarti, R. (2009). Serba-Serbi Penyakit
di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Kulit Dan Kelamin Sejak Neonatal
Puskesmas Kuok Tahun 2018. Sampai Geriatri. Jakarta : Fakultas
3. Tidak ada hubungan Riwayat Penyakit Kulit Kedokteran Universitas Indonesia
dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5 Djuanda, A. (2016). Ilmu Penyakit Kulit dan
Tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta :
Puskesmas Kuok Tahun 2018. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
SARAN Depkes, RI (2012). Profil Kesehatan
indonesia di akses tanggal 16 April
Dari penelitian yang telah dilakukan, 2018
peneliti memberikan saran-saran sebagai Dinkes Provinsi Riau (2012). diakses
berikut: tanggal 16 April 2018
1. Bagi orang tua Dinkes Kabupaten Kampar (2017)
Fahriah dkk, (2015). Profil Pioderma Pada
Diharapkan orang tua dapat menjaga Orang Dewasa Di Poliklinik Kulit Dan
personal hygiene balita dengan baik, Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
dan memodifikasi lingkungan rumah Manado. Diperoleh dari diakses tanggal 09
yang layak bagi kesehatan. April 2018

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


68|PENGARUH KONSUMSI EKSTRAK BIJI MAHONI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUKESMAS KUOK TAHUN 2018

Gonzaka, Isharmanto. 2010. Sarwiji, B. (2011). Memahami Berbagai Macam


https://biologigonz.blogspot.co.id/2010/0 Penyakit. Jakarta Barat : PT.Indeks Permata
3/kulit-tango-reseptor.html di akses Putri Medika
tanggal 17 Mei 2018 Saryono & Widianti. (2010). Catatan Kuliah
Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta : Nuha Medika
Jakarta : Salemba Medika Saputri, (2016). Hubungan Kejadian Pioderma
Kurniawan, dkk. (2012). Karakteristik dengan Riwayat Dermatitis Atopi di RSUD
pioderma superfisialis pada bayi dan Kota Semarang. Diakses tanggal 03 Juli
anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan 2018
Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan Sutisna, dkk. (2011). Hubungan Antara Hygiene
Periode Januari 2010-Desember 2012 Perorangan Dan Lingkungan Dengan
diakses tanggal 09 April 2018 Kejadian Pioderma Pada Pasien Pioderma
Kusnoputranto. (2010). Kesehatan Lingkungan. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Periode
Jakarta : Departemen Kesehatan Agustus-Desember 2010. Diperoleh dari
Lumataw, dkk. (2016). Profil pioderma pada http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sainsm
anak di Poliklinik Kulit dan Kelamin edika/article/download/405/343 diakses
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. tanggal 09 April 2018
Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Sujarweni, W.V. (2014). Metodelogi Penelitian
di akses tanggal 09 April 2018 Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media
Maharani, A. (2015).Penyakit Kulit. Jakarta : Soejadi, (2009). Upaya Sanitasi Lingkungan di
Pustaka Baru press Pondok Pesantren Ali Maksum Almunawir
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan dan Pandanaran Dalam Penanggulangan
Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan
Salemba Medika Lingkungan. Ponpes, Jawa Timur diakses 03
Nursalam. (2014). Metodelogi Penelitian ilmu Juli 2018
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar
Medika Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Selatan : Salemba Medika
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Widya, J. (2016). Pioderma Pada Bayi dan Anak
diakses tanggal 26 juni 2018
(2008). Ilmu Kesehatan Widoyono, (2011). Penyakit Tropis
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Rineka Cipta Pemberantasannya). Jakarta : Erlangga
(2015). Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Oentari & Menaldi (2015). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : MediaAesculaplus
Putri, D.N. (2017). Personal Hygiene Dan
Kejadian Penyakit Kulit Pada Penghuni
Rumah Susun Sederhana Sewa Cokrodirjan
Yogyakarta. KTI Politeknik Kesehatan
Yogyakarta. Diakses tanggal 15 April 2018
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). (2010).
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
diakses 02 Juli 2018
Sajida, dkk. (2012). Hubungan Personal Hygiene
dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan
Penyakit Kulit di Kelurahan Denai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan.
Diperoleh dari
https://media.neliti.com/media/publications/
14632-ID-hubungan-personal-hygiene-dan-
sanitasi-lingkungan-dengan-keluhan-
penyakit-kulit.pdf di akses tanggal 09 April
2018

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai