Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tren Isu Penanganan Gangguan Sistem Integumen


“ Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pioderma Pada Balita
(1-5 Tahun) Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas
Kuok Tahun 2018 ”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Ns Lalu M. Panji Azali M.Kep

Oleh
Wulan Ramadiah
S19053 / S19A

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisann............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Pioderma ........................................................................................ 3
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
C. Faktor Utama Di Duga Penyebab Terjadinya Pioderma.................................. 4
D. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Pioderma..................................4
E. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Pioderma.......................... 5
F. Penanganan Untuk Balita Yang Terkena Pioderma ........................................ 6

BAB III PENUTUP............................................................................................. 8


A. Kesimpula ..................................................................................................... 8
B. Saran ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

i
ii

KATA PENGANTAR

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat, dan hidayahnya makalah yang berjudul “Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Pioderma Pada Balita (1-5 Tahun) Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok
Tahun 2018 ” dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keprawatan Medikal Bedah
III .
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Saya harap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
“Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Surakarta, 6 juni 2021


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia balita memang memiliki faktor predisposisi yang memudahkan terkena penyakit
kulit, karena pada usia tersebut anak mulai bereksplorasi dengan lingkungan dan memiliki
keingintahuan yang tinggi. Proses belajar yang melibatkan alam sekitar seperti bermain
dengan tanah dan air yang kotor akan memberikan ruang bagi bakteri patogen untuk
masuk. Apalagi anak-anak usia tersebut belum memahami pentingnya kebersihan diri..
Infeksi kulit yang paling sering ditemukan pada bayi dan anak adalah pioderma. Pioderma
merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, Streptococcus atau
oleh keduanya. Penyebab yang paling utama adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus β-hemolyticus (Oentari & Menaldi, 2015) .

Menurut Djuanda (2016),faktor pencetus pioderma pada balita antara lain : kurangnya
personal hygiene, menurunnya daya tahan tubuh akibat kekurangan gizi, anemia, penyakit
kronik, neoplasma ganas dan diabetes mellitus, serta terdapatnya penyakit lain di kulit.
Sedangkan menurut Widya (2016)faktor lain yang dapat menyebabkanpioderma adalah
gigitan serangga, trauma, sanitasi lingkungan yang buruk, gangguan sistem imun,
terdapatnya inflamasi dari jaringan (seperti :luka bedah, luka bakar, dermatitis, benda
asing) serta akibat kerusakan jaringan kulit sebelumnya yang menyebabkan fungsi kulit
sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadi infeksi bakteri.

Dengan diadakan penelitian ini peneliti mengharapkan kepada petugas petugas


kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
pioderma sebagai bentuk pencegahannya .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pioderma ?
2. Apa Tujuan Penulis jurnal Meneliti Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pioderma Pada
Balita (1-5 Tahun) Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018 ?
3. Apa saja Faktor Utama Di Duga Penyebab Terjadinya Pioderma ?
4. Apa Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Pioderma ?
5. Apa Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Pioderma ?

1
2

6. Bagaimana Penanganan Untuk Balita Yang Terkena Pioderma ?


C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Penyakit Pioderma
2. Untuk Mengetahui Tujuan Penulis jurnal Meneliti Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Pioderma Pada Balita (1-5 Tahun) Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok
Tahun 2018
3. Untuk Mengetahui Faktor Utama Di Duga Penyebab Terjadinya Pioderma
4. Untuk Mengetahui Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Pioderma
5. Untuk Mengetahui Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Pioderma
6. Untuk Mengetahui Penanganan Untuk Balita Yang Terkena Pioderma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pioderma
Pioderma adalah kelainan kulit akibat infeksi yang umum dijumpai. Pioderma
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus dan/atau Streptococcus. Pioderma merupakan
salah satu bagian dari kelompok penyakit lebih luas yang disebut skin and soft tissue
infections (SSTI) . SSTI sebenarnya mencakup banyak penyakit lain, seperti infeksi jamur
dan bakteri lain selain Staphylococcus dan/atau Streptococcus . Pioderma diklasifikasikan
menjadi dua yaitu ,
1. Pioderma primer, yaitu pioderma pada kulit yang sebelumnya sehat
2. pioderma sekunder, yaitu pioderma yang menyertai penyakit kulit lainnya, misalnya
pioderma pada pasien dermatitis. Tampilan klinis pada pioderma golongan ini umumnya
tidak lagi khas .

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Pioderma, di antaranya:


- Seseorang dengan kebersihan yang buruk, kulit yang kotor banyak mengandung bakteri
yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat berkumpul
bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja masuk dan
menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.

- Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan dengan
sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan merajalela, itu
mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang HIV AIDS, malagizi,
terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan lebih mudah terserang infeksi kulit.

- Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu fungsi
proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy rentan untuk
terserang penyakit kulit lainnya.

- Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan masuk
kuman.

3
4

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor personal hygiene, sanitasi lingkungan,
dan riwayat penyakit kulit dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5 tahun) di Desa Pulau
Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
balita (1-5 tahun) sebanyak 58 orang. pengumpulan data melalui kuesioner. Pengolahan
data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubunganantara personal hygiene dengan kejadian pioderma pada balita
(1-5 tahun) dengan p value=0,003, ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan
kejadian pioderma pada balita (1-5 tahun) dengan p value =0,010 sedangkan hasil analisis
di faktor riwayat penyakit kulit menunjukkan tidak ada hubungan dengan kejadian
pioderma pada balita (1-5 tahun). Dengan diadakan penelitian ini peneliti mengharapkan
kepada petugaspetugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan pioderma sebagai bentuk pencegahannya .

C . Faktor Utama Di Duga Penyebab Terjadinya Pioderma


Infeksi bakteri primer penyebab utama penyakit pioderma adalah Staphylococcus
koagulase- positip yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemoliticus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bola yang bergerombol kecil kecil,
bakteri ini penyebab patogen utama di kulit. Bakteri yang termasuk ke dalam golongan
streptococcus B hemoliticus A yaitu Streptocuccus pyogenes yang termasukkedalam gram
positif .

Faktor yang mempengaruhi penyakit pioderma antara lain, kurangnya higeinitas atau
kebersihan seperti tempat tinggal penderita yang kotor dan banyak debu. Turunnya daya
tahan tubuh seperti , malnutrisi, anemia, diabetes melitikus, penyakit kronik ( TBC,
Cerebral palsy, epilepsi ) dan neoplasma ganas. Terdapat penyakit lain di kulit .

D. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Pioderma


Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Pioderma Pada Balita (1-5 Tahun) Di
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018. Hasil Analisa Bivariat
dari variabel hubungan personal hygiene dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5
Tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018 diperoleh nilai
5

p value = 0,003 (p value = < 0,05) dimana, dari 37 responden yang memiliki personal
hygiene buruk 14 responden (37,8%) tidak mengalami pioderma. Menurut asumsi peneliti
bahwa hal ini disebabkan karena sistem imun atau kekebalan tubuh balita yang baik.

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh mempunyai fungsi sebagai sistem
pertahanan diri dari berbagai macam penyakit dan sebagai benteng pertahanan tubuh.
Artinya, semakin bagus sistem imun seseorang maka akan meminimalisir seseorang untuk
terkena suatu penyakit. Salah satu cara untuk meningkatkan sistem imun tubuh adalah
dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah dan sayur.

Personal hygiene yang baik sangat penting dalam menentukan seseorang menderita
pioderma atau tidak. Seseorang yang memperhatikan personal hygiene akan
meminimalkan dirinya terkena penyakit pioderma. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Saryono & Widianti (2010), personal hygiene menjadi penting karena
personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry)
mikroorganisme yang ada dan mencegah seseorang terkena suatu penyakit seperti penyakit
kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat
menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu seperti halnya kulit.

E. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Pioderma


Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Pioderma pada Balita (1-5 Tahun) di
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018, Hasil Analisa Bivariat
dari variabel hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian pioderma pada Balita (1-5
Tahun) di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018 diperoleh nilai
p value = 0,010 (p value = < 0,05) dimana, dari 41 responden yang memiliki sanitasi
lingkungan rumah tidak sehat terdapat 17 responden (41,5%) tidak mengalami pioderma.
Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena sistem pertahanan tubuh yang Balita
kuat. Selain itu, orang tua responden menjaga kebersihan diri anaknya sehingga Balita
tidak mengalami pioderma, seperti penggunaan alas kaki saat bermain dan tidak bermain di
tempat yang kotor.

Sedangkan dari 13 responden yang memiliki sanitasi lingkungan sehat terdapat 2


responden (15,4%) mengalami pioderma. Hal ini disebabkan karena personal hygiene yang
kurang baik. Menurut Putri (2017) yang mengemukakan bahwa kesehatan lingkungan bisa
6

berakibat positif terhadap kondisi elemenelemen hayati dan non hayati dalam ekosistem.
Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan
sehat maka sehat pula ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia bisa
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.

Sanitasi lingkungan merupakan usahausaha yang dilakukan individu untuk


memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor-faktor lingkungan (Chandra, 2008). Sanitasi lingkungan mencakup penyediaan
sumber air bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban), sarana saluran pembuangan air
limbah (SPAL), serta sarana pembuangan sampah. Banyak sekali permasalahan
lingkungan yang harus dicapai dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan
lingkungan.

F. Penanganan Untuk Balita Yang Terkena Pioderma


Penatalaksanaan Umum Secara umum, prinsip tata laksana pada pioderma sama.
Pertimbangan yang diambil dalam memutuskan terapi adalah luas lesi, berat infeksi, ada
tidaknya supurasi, riwayat alergi obat, dan penyulit.

Pasien pioderma superfisialis umumnya memiliki keadaan umum yang baik dan dapat
berobat jalan. Terapi yang diberikan umumnya adalah terapi topikal, kecuali pada lesi yang
luas. Infeksi seperti erisipelas dan selulitis umumnya lebih berat sehingga dapat
dipertimbangkan untuk rawat inap. Pemberian terapi kombinasi antara antibiotik sistemik
dengan topikal

Pengobatan sistemik adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang


berefek Sistemik, yaitu obat beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, Obat dari
golongan beta-laktam, yaitu kelompok penisilin dan sefalosporin, merupakan pilihan
utama pada terapi sistemik pioderma, baik untuk pemberian obat oral maupun secara
injeksi. Karena sering disebabkan S.aureus yang umumnya membentuk penisilinase, maka
disarankan menggunakan penisilin yang tahan penisilinase sebagai pilihan utama,
misalnya:
- Kloksasilin 4 x 250 mg, atau 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
- Amoxicillin klavulanat 3 x 500 mg, atau 25 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
7

Penggunaan antibiotik topikal pada luka ringan yang dapat didefinisikan sebagai cedera pada
kontinuitas kulit dengan kedalaman yang terbatas pada lapisan lemak subkutan yang tidak
mempengaruhi struktur di bawahnya (otot, tulang, arteri utama, saraf, tendon), dan juga
tanpa kehilangan jaringan yang signifikan. Tujuan utama dari manajemen luka pada luka
ringan adalah untuk memfasilitasi penyembuhan tanpa komplikasi ataupun sekuele.

Antibiotik topikal yang dapat diberikan adalah salep/krim mupirocin 2%, asam fusidat
2%, neomisin, dan basitrasin. Antibiotik diberikan 2-3 kali sehari selama satu minggu.

Pada luka basah dengan banyak pus atau krusta, lakukan kompres terbuka yang diganti
tiga kali sehari selama masing-masing satu jam, dapat menggunakan:
 Kalium permanagat 1/5000
 Rivanol 1‰
 Povidon iodine, larutkan 10 kali
8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada penelitian jurnal ilmiah berupa Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pioderma Pada
Balita (1-5 Tahun) Di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2018.
Didapatkan bahwa personal hygeine dan sanitasi lingkungan masyarakat berpengaruh
besar dalam penyebab terjadinya pioderma pada balitan, sistem imun dan kekebalan setiap
masing masing balita lah yang dapat mencegah agar bakteri Staphylococcus aureus dan
Streptococcus β-hemolyticus tidak dapat menginfeksi tubuh . Untu penangan segera pada
penderita penyakit pieoderma dapat mengunakan terapi yang paling sering diberikan
adalah pemberian terapi kombinasi antara antibiotik sistemik dengan topikal.

B. SARAN
Perlu ditingkatkan tindakan kuratif dan preventif untuk pasien pioderma dan keluarga agar
mencegah faktor predisposisi, membatasi sumber infeksi dan mencegah penularan. Dan
juga perlu adanya penelitian lebih lanjut dan lebih rinci agar dapat memberikan informasi
mengenai perkembangan penyakit pioderma pada anak. Diharapkan orang tua dapat
menjaga personal hygiene balita dengan baik, dan memodifikasi lingkungan rumah yang
layak bagi kesehatan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan referensi
yang berhubungan dengan pioderma.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ners Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018 Halaman 60 – 68 JURNAL NERS Research &
Learning in Nursing Science http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners “FAKTOR-
FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PIODERMA PADA BALITA(1-5
TAHUN) DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN
2018” ErmaKasumayanti1 , Nurpa Naima2 Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai

Kurniawan, dkk. (2012). Karakteristik pioderma superfisialis pada bayi dan anak di SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan Periode Januari 2010-Desember 2012
diakses tanggal 06 Juni 2021

WHO. Epidemiology and Management of Common Skin Diseases in Children in Developing


Countries. Jenewa: WHO.2005.p.v-vii. [cited on 201 june 6] available
from:http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/ WHO_FCH_CAH_05.12_eng.pdf.

11

Anda mungkin juga menyukai