Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DENGAN

KEJADIAN SKABIES PADA ANAK-ANAK DI PANTI


ASUHAN SUBULUSSALAM DAN PANTI ASUHAN DARUL
AITAM PALEMBANG TAHUN 2019
Achmad Affaier1, Dalilah2, Gita Dwi Prasasty3
1 Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang
2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, 30126, Indonesia
3 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, 30126, Indonesia

Jl. Dr. Mohammad Ali, Komplek RSMH Palembang KM 3.5, Palembang, 30126, Indonesia

Email: achmadaffaier@gmail.com

Abstrak
Skabies adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau ektoparasit Sarcoptes scabiei var. hominis.
Penyakit ini mudah menyebar melalui kontak langsung dan tidak langsung dan sering terjadi di daerah dengan
tingkat kepadatan hunian tinggi dan tingkat kebersihan yang rendah. Salah satu faktor risiko yang penting dalam
kejadian skabies adalah personal hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal
hygiene dengan kejadian skabies di panti asuhan Subulusalam dan panti asuhan Darul Aitam Palembang. Jenis
penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik korelasi dengan desain cross-sectional. Data diolah
dengan menggunakan program SPSS versi 23.0. Sampel pada penelitian ini merupakan anak-anak yang tinggal
di panti asuhan Subulusalam dan panti asuhan Darul Aitam Palembang yang sudah memenuhi kriteria inklusi.
Data pada penelitian ini diambil menggunakan kuesioner untuk personal hygiene, diagnosis klinis dengan
minimal dua positif dari empat gejala tanda kardinal dan anamnesis untuk skabies serta pemeriksaan fisik.
Prevalensi skabies ditemukan dengan persentase sebesar 38,7 % dan jumlah sampel dengan personal hygiene
buruk adalah 75,0%. Sampel yang mengikuti dalam penelitian ini adalah 93 sampel.Seluruh variabel
independen pada penelitian ini berhubungan secara signifikan dengan skabies (p<0,05). Hasil akhir analisis
multivariat menyatakan bahwa kebersihan kuku dan tangan merupakan faktor proteksi setelah berinteraksi satu
sama lain (p<0,05). Terdapat hubungan antara personal hygiene dan kejadian skabies pada anak-anak di panti
asuhan Subulusalam dan panti asuhan Darul Aitam Palembang .

Kata Kunci: personal hygiene, panti asuhan, skabies, Sarcoptes scabiei

Abstract
Scabies is a skin disease that is caused by Sarcoptes scabiei var. hominis. This diseases is easy to spreading out
with direct and indirect contact. Scabies often occurs in areas with high occupancy plus dirty environment. One
of the risk factor in contributing to scabies incidences is personal hygiene. This research aim to find out the
association between personal hygiene with incidence of scabies among children at Subulussalam orphanage
and Darul Aitam orphanage Palembang . The type of research was analytic observational with cross sectional
design. This data processed with SPSS program version 23.0. Sample in this research was children live at
Subulussalam orphanage and Darul Aitam orphanage Palembang who fullfiled the inclusion criteria. Data were
collected by questionnaires for personal hygiene, clinical diagnosis of scabies was done by at least two from
four cardinal signs and anamnesis for scabies also physical examination. The prevalence of scabies was 38,7%
around and number of samples with bad personal hygiene are 75,0% . The samples that followed this research
was 93 children. All of the independent variables have been significantly association to scabies (p<0,05), except
hand and nail hygienes also linen and bed hygienes (p>0,05). Then, multivariate analyze has proven that skin
hygiene and towel hygiene become protective factor after interacting each other (p<0,05). There is a association
between personal hygiene with incidence of scabies among children at Subulussalam orphanage and Darul
Aitam orphanage Palembang.

Key Words: Orphanage, personal hygiene, Sarcoptes scabiei, scabies


1. Pendahualan Indonesia (Depkes RI, 2007).3
Prevalensi skabies di Indonesia
Kulit adalah bagian tubuh yang menurut data Depkes RI prevalensi
terletak di tubuh manusia paling luar. skabies di Indonesia sudah terjadi
Kulit merupakan cerminan kesehatan cukup penurunan dari tahun ke tahun
dan sangat kompleks, elastis dan terlihat dari data prevalensi tahun 2008
sensitif. Kulit juga terdapat macam sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi
variasi pada keadaan cuaca, iklim, tahun 2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan
umur, jenis kelamin, ras, dan juga data terakhir yang didapat tercatat
bergantung pada lokasi tubuh manusia prevalensi skabies di Indonesia tahun
tersebut.1 Skabies adalah penyakit 2013 yakni 3,9-6 %. Walaupun terjadi
infeksi kulit yang disebabkan oleh penurunan prevalensi namun dapat
tungau ektoparasit Sarcoptes scabiei dikatakan bahwa Indonesia belum
var hominis, filum Arthropoda, orde terbebas dari penyakit skabies dan
akarina merupakan parasit obligat masih menjadi salah satu masalah
pada manusia yang berukuran 300-400 penyakit menular di Indonesia.4
mikron. Skabies bisa terjadi terhadap Faktor yang mempengaruhi
pria dan wanita, skabies juga dapat tingginya prevalensi skabies di negara
ditemukan pada semua etnik, umur, berkembang yaitu akses air yang sulit,
dan tingkat sosial ekonomi apapun.2 kepadatan hunian dan rendahnya
Ciri khas gejala skabies adalah tingkat kebersihan pada negara
gatal- gatal hebat, yang biasanya berkembang terutama yang berkaitan
memburuk pada malam hari. dengan kemiskinan. Tingginya
Lubang/terowongan tungau dan gatal- kepadatan hunian dan interaksi atau
gatal paling sering ditemukan dan kontak fisik antar individu
dirasakan di sela-sela jari tangan, pada memudahkan transmisi dan infestasi
pergelangan tangan, sikut, ketiak, di tungau skabies. Oleh karena itu,
sekitar puting payudara wanita, alat prevalensi skabies yang tinggi
kelamin pria (penis dan kantung umumnya akan ditemukan di
zakar), di sepanjang garis ikat lingkungan dengan kepadatan
pinggang dan bokong bagian bawah. penghuni dan kontak interpersonal
Infeksi jarang mengenai wajah, tinggi seperti penjara, panti asuhan,
kecuali pada anak- anak dimana dan pondok pesantren.5
lesinya muncul sebagai lepuhan berisi Menurut penelitian yang dilakukan
air. Untuk penularan skabies dapat oleh Tarigan, Subchan, dan Widodo
melalui kontak langsung atau tidak terdapat hubungan antara personal
langsung melalui alas tempat tidur hygiene dengan kejadian skabies yang
maupun sarung dan pakaian yang tidak meliputi praktik mandi, praktik cuci
terjaga kebersihannya. Infestasi tangan, praktik kebersihan pakaian,
tungau ini mudah menyebar dari orang praktik kebersihan handuk, praktik
ke orang melalui kontak fisik dan tukar menukar handuk dan pakaian,
sering menyerang seluruh penghuni dan praktik kebersihan tempat tidur.6
dalam satu rumah.3 Ditambah juga dengan penelitian
Skabies banyak dijumpai di lainnya seperti yang dilakukan oleh
Indonesia karena negara Indonesia Afriani yang mengatakan terdapat
yang merupakan negara beriklim hubungan yang signifikan antara
tropis. Skabies berada di urutan ke 3 personal hygiene dengan kejadian
dari 12 penyakit kulit yang tersering di skabies.7 Hal ini berlawanan dengan
penelitian dari Nelly dkk (2012) yang pada penelitian ini didapatkan jumlah
menyatakan tidak ada korelasi antara sampel minimal adalah sebanyak 46
hubungan personal hygiene terhadap responden. Dari jumlah sampel yang
kejadian skabies. terhitung dengan rumus tersebut,
Pemeliharaan personal hygiene ditambahkan 10% untuk menghindari
tentu sangat berpengaruh terhadap kekurangan data analisis karena
status kesehatan, hal ini dikarenakan
ketidaklengkapan data. Sehingga total
akan membuat individu memiliki rasa
jumlah sampel minimal adalah 51
sadar dan inisiatif pribadi untuk
menjaga kesehatan dan mencegah sampel.
terjadinya penyakit. Upaya kebersihan Subjek yang terpilih sebagai
diri ini mencakup tentang kebersihan sampel diberikan lembaran informed
rambut, mata, telinga, gigi, mulut, consent sebagai tanda persetujuan
kulit, kuku, serta kebersihan dalam mengikuti penelitian. Kemudian
berpakaian.8 Dalam rangka sampel yang bersedia mengikuti
meningkatkan derajat kesehatan anak penelitian akan dicek apakah memiliki
panti asuhan tentu harus ada upaya kriteria eksklusi. Semua sampel yang
untuk meningkatkan pengetahuan telah menandatangani informed
anak panti asuhan tentang kesehatan consent dan tidak memiliki kriteria
secara umum, khususnya tentang eksklusi akan dijadikan sampel pada
penyakit menular sehingga dapat
penelitian ini.
diharapkan ada perubahan sikap serta
diikuti dengan perubahan perilaku Data yang akan diambil pada
kebersihan perorangan dengan hasil penelitian ini adalah data primer
akhir menurunnya angka kesakitan menggunakan kuisioner, wawancara,
penyakit menular (Nugraheni,2008). pemeriksaan fisik, dan kerokan kulit
meliputi angka kejadian skabies
2. Metode Penelitian (wawancara, pemeriksaan fisik, dan
kerokan kulit), personal hygiene
Penelitian ini dilakukan (kuisioner), dan karakteristik
menggunakan studi analitik sosiodemografi (kuisioner). Data-data
observasional dengan desain potong yang diperoleh akan diolah lalu
lintang (cross sectional). Penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
dilakukan pada Juli hingga November narasi. Pengolahan data akan
2019. Tempat penelitian ini dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft
di panti asuhan Subulussalam dan Excel 2016 dan SPSS (Statistical
panti asuhan Darul Aitam Palembang Package for Social Sciences) versi 16.
dan Laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas 3. Hasil
Sriwijaya.
Berdasarkan penelitian yang telah
Dalam penelitian ini sampel adalah
dilakukan didapatkan hasil
anak-anak di panti asuhan
berdasarkan beberapa analisis berbeda
Subulussalam dan panti asuhan Darul
yaitu sebagai berikut:
Aitam Palembang yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak memenuhi 3.1. Analisis Univariat
kriteria eksklusi. Berdasarkan rumus
minimum sampel yang digunakan 3.1.1. Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Sampel
Skabies n %
Berdasarkan Jenis Kelamin
Positif 36 38,7
Jenis Kelamin n %
Negatif 57 61,3
Laki-laki 58 62,4
Perempuan 35 37,6 Jumlah 93 100
Jumlah 93 100

Tabel 3. Data dari kejadian skabies


Pada Tabel 1. didapatkan menunjukkan 38,7% sampel
persentase anak laki-laki dan dinyatakan positif menderita skabies
perempuan yang mengikuti penelitian sedangkan sisa sampel lainnya
yaitu laki-laki sebanyak 62,4% dan dinyatakan negatif sebanyak 61,3%.
perempuan sebanyak 37,6%.
3.1.4. Distribusi Proporsi Skabies
3.1.2 Usia berdasarkan Tanda
Kardinal Skabies
Tabel 2. Distribusi Sampel
Berdasarkan Usia Tabel 4. Distribusi Sampel
Berdasarkan Tanda Kardinal
Skabies
Usia n %
11 2 2,2 Tanda Kardinal n %
12 11 11,8 Gatal malam hari 36 100
13 16 17,2 Tinggal
36 100
14 15 16,1 berkelompok
Terdapat
15 28 30,1 16 44,4
terowongan
16 10 10,8 Ditemukan S.
2 5,5
17 8 8,6 scabiei
18 3 3,2
Jumlah 93 100
Tabel 4. menunjukan data
proporsi skabies berdasarkan empat
tanda kardinal skabies. Didapatkan
Tabel 2. Memperlihatkan data dari dari 36 anak panti asuhan yang positif
usia sampel yang diambil yaitu yang skabies, keluhan gatal pada malam
terbanyak pada umur 15 tahun (30,1%) hari dan tinggal berkelompok
dan paling sedikit 18 tahun (%). ditemukan pada 36 anak panti asuhan
sebanyak 36 dengan persentase 100%,
3.1.3. Skabies sementara terdapat terowongan
ditemukan sebanyak 16 dari 36 anak
Tabel 3. Distribusi Sampel panti asuhan dengan persentase 44,4%
Berdasarkan Kejadian Skabies dan ditemukan tungau Sarcoptes
scabiei di bawah mikroskop sebanyak
2 dari 36 anak panti asuhan dengan sampel yang menderita skabies adalah
persentase sebesar 5,5%. berjenis kelamin perempuan.

3.1.5. Tingkat Pendidikan 3.1.7. Usia Berdasarkan Skabies


Tabel 7. Distribusi Sampel
Tabel 5. Distribusi Sampel
Berdasarkan Usia yang
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Menderita Skabies.
Tingkat
(n) % Usia
Pendidikan
Berdasarkan (n) %
SMP 63 67,7 Skabies
SMA 30 32,3 11 1 2,8
Jumlah 93 100%
12 5 13,9
13 9 25,0
Tabel 6. Data dari sampel 14 4 11,1
berdasarkan tingkat pendidikan 15 8 22,2
menunjukkan 67,7 % sampel sedang 16 5 13,9
menjalani pendidikan SMP dan
17 3 8,3
sederajat, sementara sisanya sebesar
32,3% sedang menjalani pendidikan 18 1 2,8
SMA dan sederajat. Jumlah 36 100%

3.1.6. Jenis Kelamin Berdasarkan


Skabies Tabel 7. Data dari sampel
berdasarkan usia yang menderita
Tabel 6. Distribusi Sampel skabies menunjukkan bahwa usia 15
Berdasarkan Jenis Kelamin yang tahun merupakan usia terbanyak yang
Menderita Skabies menderita skabies dengan persentase
22,2 %, sementara itu untuk usia yang
Jenis paling sedikit menderita skabies
Kelamin adalah usia 18 tahun yaitu dengan
(n) %
Berdasarkan persentase 2,8%.
Skabies
Laki-laki 27 75 3.1.8. Personal Hygiene

Perempuan 9 25 Tabel 8. Distribusi Sampel


Jumlah 36 100% Berdasarkan Personal Hygiene

Personal
n %
Hygiene
Tabel 6. Data dari sampel
berdasarkan jenis kelamin yang Buruk 52 55,9
menderita skabies menunjukkan Baik 41 44,1
bahwa 75% sampel yang menderita
skabies adalah berjenis kelamin laki- Jumlah 93 100
laki, sementara sisanya sebesar 25%
Berdasarkan tabel 8. didapatkan dengan yang buruk dengan persentase
hasil bahwa praktik personal hygiene 24,7%.
yang buruk lebih tinggi dengan
persentase 55,9% dibandingkan 3.1.11. Kebersihan Pakaian
dengan praktik personal hygiene yang Tabel 11. Distribusi Subjek
baik dengan persentase 44,1%. Berdasarkan Kebersihan Pakaian

3.1.9. Kebersihan Kulit Kebersihan


n %
Pakaian
Tabel 9. Distribusi Subjek Buruk 23 24,7
Berdasarkan Kebersihan Kulit
Baik 70 75,3
Kebersihan Jumlah 93 100
n %
Kulit
Buruk 20 21,5
Baik 73 78,5 Berdasarkan tabel 12,
menunjukkan bahwa praktik
Jumlah 93 100 kebersihan pakaian sampel lebih
banyak yang baik dengan persentase
75,3% daripada yang buruk dengan
Berdasarkan Tabel 9. menyatakan persentase 24,7%.
bahwa persentase praktik kebersihan
kulit sampel secara umum banyak 3.1.12. Kebersihan Handuk
yang baik yaitu sebesar 78,5%
dibandingkan dengan yang buruk Tabel 12. Distribusi Subjek
yaitu sebesar 21,5%. Berdasarkan Kebersihan Handuk

3.1.10. Kebersihan Tangan dan Kebersihan


n %
Kuku Handuk
Buruk 42 45,2
Tabel 10. Distribusi Subjek
Berdasarkan Kebersihan Tangan Baik 51 54,8
dan Kuku Jumlah 93 100
Kebersihan
Kuku dan (n) %
Tangan Dari tabel 12. didapatkan hasil
Buruk 23 24,7% bahwa praktik kebersihan handuk
Baik 70 75,3% sampel lebih banyak yang baik yaitu
Jumlah 93 100% sebesar 51% dibandingkan dengan
yang buruk persentase 45,2%.

Pada tabel 10. menunjukkan


praktik kebersihan kuku dan tangan
sampel lebih banyak yang baik dengan
persentase 75,3% dibandingkan
3.1.13. Kebersihan Sprei dan Tempat Tidur

Tabel 13. Distribusi Subjek Berdasarkan Kebersihan Sprei dan Tempat


Tidur

Kebersihan Sprei dan Tempat Tidur (n) %


Buruk 45 48,4%
Baik 48 51,6%
Jumlah 93 100%

Berdasarkan tabel 13. didapatkan praktik kebersihan sprei dan tempat tidur lebih
banyak yang baik dengan persentase sebesar 51,6% dibandingkan dengan yang
buruk dengan persentase 48,4%.

3.2. Analisis Bivariat

3.2.1. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies

Tabel 14. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Skabies

Skabies
Personal Total
Positif Negatif PR (CI 95%) p_value
Hygiene
n % n % n %
Buruk 27 75,0 25 39,6 52 55,9
3,840
Baik 9 25 32 60,4 41 44,1 0,006
(1,533 – 9,617)
Total 36 100 57 100 93 100

Tabel 14. menyajikan data bahwa skabies positif pada sampel dengan personal
hygiene buruk sebanyak 75 % sedangkan yang baik sebesar 25 %. PR yang
didapatkan bermakna bahwa skabies memiliki peluang 3,840 kali lebih tinggi
dengan interval 1,533-9,617 untuk terjadi pada subjek yang memiliki personal
hygiene buruk. Kemudian, p value 0,006 (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara personal hygiene dan skabies.

3.2.2. Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan Kejadian Skabies

Tabel 15. Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan Skabies

Skabies
Kebersihan Total
Positif Negatif PR (CI 95%) p_value
Kulit
n % n % n %
Buruk 15 41,7 11 19,3 20 28,0
2,987
Baik 21 58,3 46 80,7 73 72,0 0,035
(1,174 – 7,599)
Total 36 100 57 100 93 100
Berdasarkan tabel 15. didapatkan data 41,7% pada sampel dengan kebersihan
kulit buruk sementara sisanya dengan persentase 58,3% pada sampel dengan
kebersihan kulit yang baik. Hasil dari statistik data yang diambil menunjukkan
bahwa kebersihan kulit yang buruk dapat meningkatkan peluang meningkatnya
skabies dalam angka kejadian yaitu 2,987 dengan interval 1,174-7,599. Sementara
dari hasil p value didapatkan ada hubungan signifikan antara kebersihan kulit dan
kejadian skabies dengan nilai 0,035 (p<0,05).

3.2.3. Hubungan antara Kebersihan Tangan dan Kuku dengan


Kejadian Skabies

Tabel 16. Hubungan antara Kebersihan Tangan dan Kuku dengan


Skabies

Kebersihan Skabies
Total
Kuku dan Positif Negatif PR (CI 95%) p_value
Tangan n % n % n %
Buruk 17 47,2 6 10,5 23 24,7
7,605
Baik 19 52,8 51 89,5 70 75,3 0,000
(2,610 – 22,160)
Total 36 100 57 100 93 100

Berdasarkan tabel 16. didapatkan data bahwa kebersihan tangan dan kuku yang
buruk mendapat persentase sebesar 47,2% sedangkan kebersihan tangan dan kuku
baik persentasenya sebesar 52,8%. Hasil PR menunjukkan bahwa kebersihan
tangan dan kuku meningkatkan peluang terkena skabies pada sampel sebesar 7,605
kali dengan interval 2,610 - 22,160 pada saat praktik kebersihan kuku dan tangan
yang buruk. Namun, dengan p value 0,000 (p>0,05) maka didapatkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan dan kuku dengan
kejadian skabies pada sampel.

3.2.4. Hubungan antara Kebersihan Pakaian dengan Kejadian


Skabies

Tabel 17. Hubungan antara Kebersihan Pakaian dengan Skabies

Skabies
Kebersihan Total
Positif Negatif PR (CI 95%) p_value
Pakaian
n % n % n %
Buruk 15 41,7 11 19,3 23 28,0
2,987
Baik 21 58,3 46 80,7 70 72,0 0,035
(1,174– 7,599)
Total 36 100 57 100 93 100

Pada tabel 17. hasil data kebersihan pakaian yang buruk mendapat persentase
sebesar 41,7% dibandingkan dengan yang baik yang mendapat persentase 58,3%.
Hasil dari statistik data didapatkan bahwa kebersihan pakaian yang buruk dapat
meningkatkan risiko terkena skabies sebanyak 2,987 kali lipat dengan interval
1,174-7,599. Sementara hasil p value menunjukkan hubungan antara kebersihan
pakaian dan skabies signifikan dengan p value 0,035 (p<0,05).

3.2.5. Hubungan antara Kebersihan Handuk dengan Kejadian


Skabies

Tabel 18. Hubungan antara Kebersihan Handuk dengan Skabies

Skabies
Kebersihan Total
Positif Negatif PR (CI 95%) p_value
Handuk
n % n % n %
Buruk 24 66,7 18 30,2 42 45,2
4,333
Baik 12 33,3 39 68,4 51 54,8 0,002
(1,780 – 10,552)
Total 36 100 57 100 93 100

Pada tabel 18 menunjukkan tingkat kejadian skabies pada subjek dengan


kebersihan handuk yang buruk sebesar 66,7% dan yang baik (33,3%). Hasil dari
statistik PR menunjukkan kebersihan handuk yang buruk menambah peluang
jumlah kejadian skabies sebanyak 4,333 dengan interval 1,780-10,552. Sementara
untuk p value didapatkan hubungan yang signifikan antara hubungan kebersihan
handuk dengan kejadian skabies dengan p value sebesar 0,002(p<0,05).

3.3. Analisis Multivariat

Tabel 19. Multivariat Regresi Logistik dengan Metode Enter Tahap 1

95% C.I.
p value PR
 Lower Upper
Kebersihan Kulit 0,507 0,357 1,661 0,565 4,884
Kebersihan Kuku dan
1,559 0,008 4,753 1,510 14,960
Tangan
Kebersihan Pakaian 0,462 0,415 1,587 0,523 4,817
Kebersihan Handuk 0,850 0,146 2,340 0,744 7.359
Kebersihan Sprei dan
0,131 0,821 1,140 0,365 3,561
Tempat Tidur
Constat -5,379 0,000 0,005

Pada tabel 19 hasil analisis multivariat yang didapat secara keseluruhan


menggunakan binary logistic regression dengan metode enter sehinggga
didapatkan kebersihan kuku dan tangan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
skabies. (p<0,05)
Tabel 20. Multivariat Regresi Logistik dengan Metode Enter Tahap 2

95% C.I.
β p value PR Lower Upper
Kebersihan Kuku dan Tangan 2,029 0,000 7,605 2,610 22,160
Constant -3,070 0,002 0,046

Pada tabel 20 menunjukkan bahwa kebersihan kuku dan tangan memiliki nilai
p=0,000 (PR: 7,605; CI 95%: 2,610-22,160), yang bisa disimpulkan bahwa
kebersihan kuku dan tangan memiliki pengaruh terhadap kejadian skabies.

Dapat disimpulkan bahwa anak panti asuhan yang memiliki praktik kebersihan
kuku dan tangan yang buruk terhadap pencegahan skabies memiliki kemungkinan
terinfeksi skabies 26%. Anak panti asuhan yang memiliki terhadap pencegahan
skabies memiliki praktik kebersihan kuku dan tangan yang baik kemungkinan
untuk terinfeksi skabies sebesar 4,5%. Dapat disimpulkan dari hasil analisis
multivariat regresi logistik dengan metode enter yang dilakukan praktik kebersihan
kuku dan tangan mempunyai peran yang besar dalam kejadian penyakit skabies

4. Pembahasan lingkungan, dan pengetahuan anak


mengenai skabies di tempat penelitian
4.1. Proporsi Kejadian Skabies yang diambil.
Dari hasil penelitian yang Pada penelitian ini diagnosis
didapatkan di panti asuhan
skabies ditegakkan jika terdapat
Subulussam dan Panti Asuhan Darul minimal 2 dari 4 gejala kardinal, yaitu
Aitam Palembang menyatakan bahwa gatal pada malam hari, menyerang
angka kejadian skabies persentasenya sekelompok orang, ditemukan
mencapai 38,7%, hasil ini berdasarkan terowongan (kunikulus), dan
diagnosis klinis dan pemeriksaan
ditemukan Sarcoptes scabiei (Adhi et
kerokan kulit. Penelitian lain yang al., 2018). Pada pemeriksaan kerokan
dilakukan Afriani hasilnya tidak jauh kulit di Panti Asuhan Darul Aitam
beda dengan persentase sebesar 37,3% ditemukan dua tungau S. scabiei.
dengan diagnosis klinis dan Sedangkan pada pemeriksaan kerokan
pemeriksaan kerokan kulit.7 kulit di Panti Asuhan Subulusalam
Sementara hasil penelitian yang tidak ditemukan tungau, telur, atau
dilakukan Pruksachatkunakorn (2003)
feses Sarcoptes scabiei. Pemeriksaan
yang dilakukan di panti asuhan di kerokan kulit dilakukan pada lesi anak
Thailand berbanding tebalik dengan panti asuhan yang telah terdiagnosis
kejadian skabies yang besar dengan positif skabies.
persentase sebesar 87,3%. Hasil-hasil Salah satu faktor penyebab hasil
ini dapat berbeda-beda angka kejadian pada penelitian ini yaitu keterbatasan
skabies disebabkan beberapa faktor dalam melakukan pemeriksaan
mulai dari sampel yang berbeda, kerokan kulit yang hanya satu sampai
jumlah populasi, perbedaan faktor dua tempat predileksi.
resiko seperti kebersihan diri, sanitasi
4.2. Faktor Karakteristik dibangku SMP dengan presentase
Sosiodemografi sebesar 75%. Hasil penelitian ini
Karakteristik sosiodemografi pada sejalan dengan yang dilakukan Harini
penelitian ini meliputi usia, jenis (2016) dan Ratnasari (2014) dengan
kelamin, dan pendidikan. Dalam hal presentase sebesar 57,4% dan 58,1 %.
mengambil data karakteristik Hal ini disebabkan menurut Raza et al
sosiodemografi penelitian ini (2009) dikarenakan orang
menggunakan kuisioner yang berpendidikan rendah cenderung tidak
diberikan peneliti bersama-sama mengetahui jika personal hygiene
dengan kuisioner personal hygiene. yang buruk bisa berperan dalam
Dimulai dari rentang usia, angka penyebaran penyakit.
kejadian skabies paling banyak terjadi
pada usia 15 tahun yaitu dengan 4.3.Hubungan Personal Hygiene
persentase sebesar 30,1%. Hasil dengan Kejadian Skabies
lainnya dari penelitian yang dilakukan Data penelitian yang didapatkan
oleh Tarigan dan Naufal (2016) tidak hanya data proporsi kejadian
menunjukkan presentase skabies skabies dan karakteristik
terbanyak pada umur 15 tahun sosiodemografi tetapi juga terdapat
sebanyak 87% dan 58 %.6 data hubungan antara personal hygiene
Dari jenis kelamin, didapatkan dengan kejadian skabies di panti
hasil penelitian bahwa anak panti asuhan Subulussalam dan panti asuhan
asuhan laki-laki memiliki angka Darul Aitam Palembang. Pada data
persentase kejadian skabies lebih besar penelitian tersebut didapatkan hasil
dibandingkan dengan anak panti terdapat hubungan yang signifikan
asuhan perempuan dengan persentase antara personal hygiene (p=0,003),
sebesar 75 % dari seluruh sampel anak kebersihan kulit (p=0,019), pakaian
panti asuhan yang menderita skabies. (p=0,000), handuk (p=0,019),
Hasil penelitian ini sejalan dengan kebersihan tangan dan kuku
Nailin (2016) dan Naufal (2016) (p=0,001), serta kebersihan sprei dan
dengan nilai persentase sebesar 74,3% tempat tidur (p=0,021) terhadap
dan 83,8%. Sementara untuk hasil kejadian skabies. Hasil penelitian ini
penelitian dari Ibadurrahmi dan sejalan dengan Muafidah (2016)
Naftassa berbeda dengan anak panti bahwa penularan skabies lebih sering
asuhan perempuan lebih besar terjadi di daerah higienitas yang buruk
dibandingkan dengan anak panti dan menyerang warga yang kurang
asuhan laki-laki dengan persentase menjaga personal hygiene dengan
sebesar 53,6% dan 60,1%.9-10 Laki- melalui handuk, sprei, pakaian, dan
laki lebih sering menderita skabies barang- barang yang pernah digunakan
dikarenakan laki-laki kurang penderita skabies. Kemudian
memerhatikan kebersihan diri didukung dengan penelitian yang
dibandingkan perempuan. Perempuan dilakukan Harini (2016), Muafidah
umumnya lebih peduli terhadap dan Ni'mah bahwa terdapat hubungan
kebersihan sehingga lebih merawat yang signifikan antara personal
diri dan menjaga kebersihan hygiene dengan kejadian skabies.12-13
dibandingkan laki-laki.11 Sedangkan menurut penelitian yang
Dari hasil penelitian yang dilakukan Nandira yang variabel
dilakukan, skabies lebih banyak terjadi dalam penelitian hampir sama kecuali
pada anak panti asuhan yang duduk tidak adanya kebersihan sprei dan
tempat tidur menyatakan tidak ada (75%), dan 27 anak SMP dengan
hubungan signifikan antara personal persentase (75%).
hygiene dengan kejadian skabies.14 4. Personal hygiene yang buruk
Dari hasil analisis multivariat dilakukan oleh 55,9% anak panti
regresi logistik dengan metode enter asuhan di Panti Asuhan
didapatkan hasil hanya kebersihan Subulusalam dan Darul Aitam
kuku dan tangan yang berpengaruh Palembang.
besar dengan kejadian penyakit 5. Terdapat hubungan antara
skabies. Hasil ini diperkuat dengan personal hygiene dan kejadian
penelitian yang dilakukan Hapsari, skabies dengan PR= 3,840 dan dari
Parman, dan Frenki menyatakan hasil uji statistik Chi-square
bahwa kebersihan kuku dan tangan didapatkan p value 0,003 yang
merupakan faktor resiko terjadinya berarti terdapat hubungan
skabies.15-17 Menurut Djuanda signifikan antara kedua variabel.
kebersihan kuku dan tangan yang 6. Kebersihan kuku dan tangan
tidak terjaga dengan baik dapat merupakan faktor risiko yang
menyebabkan bahaya kontaminasi dan paling berpengaruh untuk kejadian
menimbulkan penyakit tidak hanya skabies dari hasil analisis
skabies.1 Selain itu bagi penderita multivariat regresi logistik dengan
skabies jika masih tetap tidak menjaga metode enter.
kebersihan kuku dan tangan maka
akan menyebabkan mudahnya
penyebaran ke bagian tubuh lain dan
ke orang lain melalui kontak langsung.
Daftar Pustaka
5. Kesimpulan
1. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu
Pada penelitian ini didapatkan Penyakit Kulit dan Kelamin.
kesimpulan sebagai berikut: Jakarta : Fakultas Kedokteran
1. Kejadian skabies yang ditemukan Universitas Indonesia.
pada anak panti asuhan sebesar 2. Kusuma Dewi, M., & Wathoni, N.
38,7% dari 93 anak di Panti (2017). Artikel Review: Diagnosis
Asuhan Subulusalam dan Darul dan Regimen Pengobatan Skabies.
Aitam Palembang. Farmaka: Jurnal Unpad, 15, 123–
2. Distribusi responden berdasarkan 133.
karakteristik didapatkan bahwa 3. Mading, M., & P.B.Sopi, I. I.
sebagian besar anak panti asuhan (2015). Kajian Aspek
berusia 15 tahun dengan 28 Epidemiologi Skabies Pada
(30,1%) anak, jenis kelamin laki- Manusia. Jurnal Penyakit
laki dengan 58 (62,4%) anak, dan Bersumber Binatang.
pendidikan SMP dengan 63 https://doi.org/10.1021/om950920
(67,7%) anak. 4.
3. Terdapat distribusi proporsi 4. Ridwan Ahwath Riyadhy ,
skabies berdasarkan karakteristik Sahrudin, dan I. K. (2017).
didapatkan 9 anak usia 13 tahun Hubungan Pengetahuan, Personal
dengan persentase (25%), 27 anak Hygiene, dan Kepadatan Hunian
laki-laki dengan persentase dengan Gejala Penyakit Skabies
pada Santri di Pondok Pesantren
Darul Muklisin Kota Kendari 10. Naftassa, Z., & Putri, T. R. (2018).
2017. Hubungan Jenis Kelamin, Tingkat
5. Ratnasari, A. F., & Sungkar, S. Pendidikan dan Pengetahuan
(2017). Prevalensi Skabies dan Terhadap Kejadian Skabies pada
Faktor-faktor yang Berhubungan Santri Pondok Pesantren Qotrun
di Pesantren X, Jakarta Timur. Nada Kota Depok. Biomedika,
EJournal Kedokteran Indonesia, 10(2), 115–119.
2(1). 11. Sungkar, S. (2016). Skabies.
https://doi.org/10.23886/ejki.2.31 Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
77. 12. Muafidah, N., & Santoso, I.
6. Tarigan, C. V. R., P. Subchan, A. (2017). Hubungan Personal
Widodo. 2018. Pengaruh Higiene Higiene dengan Kejadian Skabies
Perorangan terhadap Prevalensi pada Santri Pondok Pesantren Al
Terjadinya Penyakit Scabies di Falah Putera Kecamatan Liang
Pondok Pesantren Matholiul Huda Anggang Tahun 2016. Journal of
Al Kautsar Kabupaten Pati. Jurnal Health Science and Prevention,
Kedokteran Diponegoro 7/2018 1(1), 1–9.
(1): 113 13. Ni’mah, N. (2016). Hubungan
7. Afriani, B. (2017). Hubungan Perilaku Personal Hygiene dengan
Personal Hygiene dan Status Kejadian Scabies pada Santri Putra
Sosial Ekonomi dengan Kejadian dan Putri di Pondok Pesantren An-
Skabies di Pondok Pesantren. Nur Ngrukem Sewon Bantul
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Yogyakarta. Universitas ’Aisyiyah
Kesehatan, 2(1), 1. Yogyakarta.
https://doi.org/10.30604/jika.v2i1. 14. Nandira, A. A. (2018). Hubungan
25 Tingkat Pengetahuan dan Personal
8. Akmal, S. C., Semiarty, R., & Hygiene dengan Kejadian
Gayatri, G. (2013). Hubungan Penyakit Skabies di Lingkungan
Personal Hygiene dengan Skabies Pondok Pesantren Kabupaten
di Pondok Pendidikan Islam Darul Jember. Universitas Jember.
Ulum, Pelarik Air Pecah 15. Hapsari, N. I. W. (2014).
Kecamatan Koto Tengah Padang Hubungan Karakteristik , Faktor
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Lingkungan dan Perilaku dengan
Andalas, 2(3), 164–167. Kejadian Scabies di Pondok
https://doi.org/10.1093/infdis/jit25 Pesantren Darul Amanah Desa
7 Kabunan Kecamatan Sukorejo
9. Ibadurrahmi, H., Veronica, S., & Kabupaten Kendal. Universitas
Nugrohowati, N. (2019). Faktor- Dian Nuswantoro Semarang.
Faktor Yang Berpengaruh 16. Parman, Hamdani, Rachman, I., &
Terhadap Kejadian Penyakit Pratam, A. (2017). Faktor Risiko
Skabies Pada Santri Di Pondok Hygiene Perorangan Santri
Pesantren Qotrun Nada Cipayung Terhadap Kejadian Penyakit Kulit
Depok Februari Tahun 2016. Skabies di Pesantren Al-
Jurnal Profesi Medika : Jurnal Baqiyatushshalihat Tanjung
Kedokteran Dan Kesehatan, 10(1), Jabung Barat Tahun 2017. Jurnal
33–45. Ilmiah Universitas Batanghari
https://doi.org/10.33533/jpm.v10i Jambi, 17(3), 243–252.
1.12
17. Frenki. (2011). Hubungan
Personal Hygiene Santri dengan
Kejadian Penyakit Kulit Infeksi
Skabies dan Tinjauan Sanitasi
Lingkungan Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun
2011. Skripsi pada Jurusan
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang tidak
dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai