Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit scabies atau biasa disebut the itch , gudik adalah infeksi
parasit yang disebabkan oleh tungai sarcoptes scabei var hamonisin.
Scabies banyak ditemukan di beberapa Negara dengan prevelensi yang
bervariasi (Handoko,2008).Penyakit scabies dapat ditularkan dengan
secara langsung melalui kontak kulit dengan kulit, misalnya tidur
bersama,,berjabat tangan serta melalui hubungan seksual. Penularan secara
tidak langsung dapat melalui benda misalnya, bergantian
pakaian,handuk,sprei,bantal dan selimut (Djuanda,2011).
World Health Organization (WHO) menyatakan angka kejadian
scabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta orang di dunia. Tahun 2014
menurut International Alliance for Control Of Scabies (IACS) kejadian
scabies bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Scabies adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var hominis. Scabies
ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Beberapa
Negara yang sedang berkembang prevalensi scabies sekitar 6%-27%
populasi umum, menyerang semua ras dan kelompok umur serta
cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja.
Kejadian scabies pada tahun 2015 juga berprevalensi tinggi di
beberapa Negara diantaranya Mesir diperoleh (4,4%), Nigeria (10,5%),
Mali (4%), Malawi (0,7 %) dan Kenya (8,3%), insiden tertinggi terdapat
pada anak-anak dan remaja.
Penyakit scabies banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan
karena Indonesia merupakan Negara beriklim tropis. Prevalensi scabies di
Indonesia menurut data Depkes RI prevalensi scabies di Indonesia sudah
terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari data prevalensi
tahun 2008 sebesar 5,60%-12-96%, prevalensi tahun 2009 sebesar 4,9-
2

12,95% dan data terakhir pada tahun 2013 yakni 3,9-6%. Walaupun terjadi
penurunan prevalensi namun dapat dikatakan bahwa Indonesia belum
terbebas dari penyakit scabies dan masih menjadi salah satu masalah
penyakit menular di Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) memberikan
beberapa cara pencegahan scabies, yaitu dengan melakukan penyuluhan
kepada masyarakat dan komunitas kesehatan, tentang cara penularan,
diagnosis dini dan cara pengobatan pasien scabies, dan orang-orang yang
kontak dengan pasien scabies. Bila berbagai upaya pencegahan ini dapat
terlaksana, dan berbagai factor risiko dapat diminimalisasi / ditiadakan,
maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Rini,et.al,2015).
Scabies dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti social
ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang
promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan demografik serta
ekologik (Djuanda, 2010). Tingkat pengetahuan tentang kesehatan yang
kurang juga dapat menjadi factor risiko terjadinya penyakit scabies
(Handoko, 2010).
Para santri umumnya menghabiskan waktu 20 jam dalam sehari
dengan penuh kegiatan, dimulai dari sholat subu sampai mereka tidur
kembali di waktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah
umum untuk belajar ilmu formal, dan sisa waktu lainnya digunakan untuk
memperdalam ilmu agama dengan ustadz atau kyai (Megarani,2010).
Penyakit scabies banyak seklai ditemukan di pondok pesantren.
Kebanyakan santri yang terkena penyakit scabies adalah santri yang baru
dan belum dapat beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai santri baru yang
belum pernah tahu tentang kehidupan di pondok pesantren,membuat
mereka lupa dari kesehatan, seperti kebiasaan mandi secra bersama-sama,
saling tukar pakaian , handuk , bahkan bantal, guling, dan kasur kepada
sesamanya,sehingga sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit
scabies (Badri, 2008).
3

Dari kondisi-kondisi tersebut diatas maka apabila tingkat


kesadaran kesehatan yang dimiliki oleh pribadi dan banyak kalangan
masyarakat yang masih rendah, derajat keterlibatan pribadi dan penduduk
dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,kurangnya
pemantauan kesehatan oleh pemerintah, akan menambah panjang
permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Hasil penelitian dari Zuhratul Aini setelah dilakukan pendidikan
kesehatan atau post test kemampuan pencegahan penularan scabies pada
siswa mengalami peningkatan yaitu sebanyak 39 siswa (92,9%) siswa
mengalami peningkatan,dan 3 siswa (7,1%) tidak mengalami peningkatan.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menyerap informasi yang
disampaikan oleh peniliti dengan baik, informasi tentang personal hygiene
yang di sampaikan kepada siswa bias menambah wawasan atau
pengetahuan siswa tentang personal hygiene yang baik dan bagaimana
cara melakukan pencegahan pada penyakit menular seperti scabies. Secara
tidak langsung pengetahuan yang semakin bertambah membuat siswa
mengubah sikap dan perilaku mereka dalam menjaga kesehatan dan
mempertahankan kesehatan individu.
Berdasarkan uraian latar belakang, penulis tertarik untuk
melakukan ‘Penerapan Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene Terhadap
Pengaruh Penyakit Skabies pada Santri Madrasah Ibtidaiyah ’. Apakah ada
pengaruh penerapan pendidikan kesehatan personal hygiene terhadap
santriwati usia sekolah dasar”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana masalah keperawatan Personal Hygiene terhadap
Kemampuan Pencegahan Penularan Scabies pada Santri Madrasah
Ibtidaiyah Pondok Pesantren Darul Falah?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Melakukan Penerapan Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene pada
Asuhan Keperawatan Kelompok Anak Usia Sekolah Dasar di Pondok
Pesantren Darul Falah Amsilati Jepara.
4

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian personal hygiene.
b. Merumuskan masalah keperawatan pada personal hygiene.
c. Menyusun intervensi keperawatan personal hygiene.
d. Melakukan tindakan pendidikan kesehatan untuk personal hygiene.
e. Melakukan evaluasi pendidikan kesehatan pada personal hygiene
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Peneliti
a. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.
b. Menambah pengetahuan serta pengalaman yang lebih banyak
mengenai personal hygiene dan penyakit scabies.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam pengaruh
pendidikan kesehatan personal hygiene terhadap penyakit scabies.
b. Hasil ini dapat dijadikan alternative baru dalam pencegahan
penyakit scabies.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan media informasi mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan personal hygiene terhadap penyakit
scabies.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Scabies

1. Definisi Scabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)

Sarcoptes scabei termasuk dalam kelas Arachnida. Penyakit skabies

sering disebut kutu badan, penyakit ini juga mudah menular dari

manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya

(Widodo,2013). Menurut (Sarwiji,2011) skabies merupakan infeksi

kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei var hominis

(kutu mite yang membuat gatal) yang memancing reaksi sensitivitas.

Skabies muncul diseluruh dunia dan mudah terjangkit oleh kepadatan

penduduk tinggi dan kebersihan buruk, dan bias endemik.

Skabies atau sering disebut dengan penyakit kulit berupa budukan,

dapat ditularkan melalui kontak serta dengan orang terinfeksi, dan

merupakan penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensistisasi

terhadap kutu Sarcoptes scabei var hominis dan tinjanya pada kulit

manusia. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai

penularan dan member obat yang tepat (Putu et.al.,2014).

2. Epidemiologi

Skabies merupakan salah satu masalah kesehatan pada masyarakat

di semua Negara terutama signifikan di Negara berkembang dengan


6

prevalensi yang berbeda-beda. Secara global, kasus scabies diseluruh

dunia dilaporkan mencapai 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi

skabies di beberapa Negara berkembang dilaporkan berkisar antara 6-

27% dari populasi umum dan insiden tertinggi pada usia anak sekolah

dan remaja. Di Indonesia, skabies dilaporkan sebagai peringkat ketiga

dari 12 penyakit kulit tersering dengan prevalensi mencapai 4,60-12,95

% (Putu,et.al.2014)

Banyak factor yang menunjang perkembangan penyakit scabies

antara lain : social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk,

hubungan yang tanpa aturan, kesalahan diagnosis dan perkembangan

dermatografik atau etiologic (Djuanda,2010). Penularan dapat terjadi,

karena kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti

menjabat tangan, hubungan seksual, tidur bersama dan kontak tidak

langsung (melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur

bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat yang

bersifat pribadi lainnya sehingga harus berbagi dengan temannya

(Depkes,2007)

3. Etiologi

Skabies disebabkan oleh Acarus Scabiei atau pada manusia

disebut Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas

Arachinida ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Secara morfologik

merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor dan
7

tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara 330 – 450 micron x

250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240

mikron x 150 -200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang

kaki, 2 pas kaki depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki

kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan

pasangan kaki ketiga dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat

perekat. (Djuanda, 2010).

Kelainan kulit yang ditimbulkan tidak hanya disebabkan oleh

investas tungau scabies semata, tetapi juga akibat garukan oleh

penderita sendiri. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi

terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu krang

lebih satu bulan setelah investasi. Pada saat itu terjadilah kelainan

kulit menyerupai dermatitis, dengan ditemukannya papul, vesikel,

urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,

krusta dan infeksi sekunder (Rini, et al.,2015).

Siklus hidup dimulai setelah melakukan kopulasi (perkawinan)

diatas kulit. Setelah kopulasi biasanya yang jantan mati, namun

kadang-kadang masih dapat hidup dalam beberapa hari. Tungau betina

yang telah dibuahi menggali terowongan di stratum korneum, dengan

kecepatan 2-3 milimeter sehari dengan meletakkan telurnya sekitar 2-

4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50. Bentuk betina yang

telah dibahi ini dapat hidup sebulan lamanya (Handoko, 2007).


8

Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi

larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan

4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk

dewasa memerlukan waktu antara 8 -12 hari. (Djuanda, 2010).

4. Pathogenesis Scabies

Patogenesis Skabies melibatkan proses imunologi kompleks.

Inflamasi kulit, papula dan pruritus merupakan hasil dari reaksi

hipersensitivitas tipe lambat. Awal 3-4 minggu setelah infestasi

pertama biasanya tanpa gejala. Pada infestasi berikutnya muncul gejala

lebih cepat, kira-kira 1-2 hari setelah infestasi. (Morgan, 2013)

Ketika tungan masuk ke dalam lapisan kulit seseorang, maka ia

mulai mengalami gejala scabies, Lesi Primer yang terbentuk akibat

infeksi scabies pada umumnya berupa terowongan yang berisi tungau

Sarcoptes Scabiei, telur dan hasil metabolisme/ekskresinya.

Terowongan berwarna putih abu-abu, tipis dan kecil seperti benang

dengan struktur linear atau berkelok-kelok kurang lebih 1-10 mm,

yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di dalam stratum

korneum.

Terowongan dapat ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder.

Ketika menggali terowongan , tungau mengeluarkan secret yang dapat

melisiskan stratum korneum. Sekret dan produk eksresi tersebut akan


9

menyebabkan seisitisasi sehingga menimbulkan lesi sekuler berupa

papul. Vesikel yang dapat ditemukan di ujung terowongan dan

terkadang berupa pustule dan bula. Selain itu dapat pula berbentuk lesi

tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi dan pioderma. Namun tungau

hanya dapat ditemukan pada Lesi primer. (Hilma, et.al., 2014)

5. Faktor Yang Mempengaruhi Scabies

Penyakit scabies mudah menular ke semua orang dan banyak faktor

yang dapat membantu penularannya antara lain kemiskinan, hygiene

seorang yang buruk dan lingkungan yang tidak sehat.

(Sudirman,2006). Penyakit scabies sering menyerang individu yang

ada di asrama, pesantren, lembaga pemsyarakatan,perkampungan padat

penduduk dan rumah jompo. (Sudirman, 2006).

6. Gejala Klinis

Ada 4 tanda cardinal :

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitastungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih

lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya

dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena

infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat

penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan

diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,

yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami


10

infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi

yang berwarna putihatau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau

berkelok, rata-rata panjang 1 cm, padaujung terowongan ini

ditemukan papul  atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder

ruamkulitnya menjadi polimarf ( pustule, ekskoriasi dan lain-lain).

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum

korneum yang tipis, yaitu sela-sela bagian jari tangan pergelangan

tangan bagian volar,siku bagian luar,lipat ketiak bagian

depan,aerola mammae (wanita), umbilicus,bokong,genitalia

eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat

menyerang telapak tangan dan telapak tangan. Menemukan tungau,

merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini (Djuanda,2010).

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan scabies dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Penatalaksanaan secara umum

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi

teratur setiap hari. Semua pakaian,sprei, dan handuk yang telah

digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam

dengan air panas. Demikian pula halnya dengan anggota keluarga

yang beridiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak,


11

juga harus dijaga kebersihannya dan tuntuk sementara waktu

menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum tingkatkan

kebersihan lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan status

gizinya. Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan,

yaitu:

1. Harus diberi pengobatan secara serentak.

2. Sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi, pakaian yang

akan dipakai pun harus disetrika.

3. Bantal, kasur, dan selimut harus dibersihkan dan dijemur di

bawah sinar matahari selama beberapa jam (Sudirman,2006).

b. Penatalaksanaan secara khusus

Dengan menggunakan obat-obatan dalam bentuk topical,antara

lain:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20%

dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya adalah berbau

dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan

iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua

stadium , diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit

diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin

gatal setelah dipakai.

3. Gama benzene heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam

krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap


12

semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi.

Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala

diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan

pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti scabies dan anti

gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.

5. Permethrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik

dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya

sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh, diulangi

setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur

12 bulan (Djuanda, 2010).

8. Pencegahan

Pencegahan penyakit scabies dapat dilakukan dengan berbagai cara,

yaitu:

a. Mandi secara teratur menggunakan sabun

b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, dan selimut secara teratur

minimal dua kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.

e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang

dicurigai terinfeksi tungau scabies.

f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga

kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.


13

Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak

langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada

kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa

dan tidak menbahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat

mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah

dilakukan secra tertulis, tidak menjamin terbebas dari infeksi

ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1) Cuci sisir, sikat rambut, dan perhiasan rambut dengan cara

merendam di cairan antiseptic.

2) Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat,

dan gunakan setrika panas untuk membunuh semua

telurnya atau dicuci kering.

3) Keringkan peci yang bersih,kerudung dan jaket.

4) Hindari pemakaian bersama sisir,mukena atau jilbab.

(Depkes,2007)

B. Asuhan Keperawatan Kelompok Pada Usia Sekolah Dasar

1. Pengkajian

Pengakajian merupakan fase awal dari proses asuhan keperawatan

kelompok. Tujuan dari pengkajian kelompok adalah mengidentifikasi

kebutuhan kelompok, mengklarifikasi masalah kesehatan kelompok,

mengidentifikasi kekuatan dan sumber-sumber yang ada di kelompok

serta mengidentifikasi risiko masalah kesehatan yang dapat terjadi

pada kelompok tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan


14

pada pengkajian asuhan keperawatan kelompok antara lain: 1)

wawancara informan; 2) observasi partisipan untuk mendapatkan data

terkait kepercayaan/keyakinan kelompok, norma, nilai, kekuatan,

struktur kekuasaan, proses penyelesaian masalah; 3) survey; 4)

windshield survey untuk mendapatkan data terkait kehidupan dan

lingkungan kelompok yaitu karakteristik masyarakat, tempat

berkumpul, ritme kehidupan bermasyarakat, dan adanya ikatan

kelompok; 5) focus group discussion; 6) data sekunder; 7)

pemeriksaan fisik.

Komponen yang harus ada pada pengkajian asuhan keperawatan

kelompok berdasarkan panduan Kemenkes tahun 2012 adalah:

1) Data dasar anggota kelompok meliputi nama,jenis kelamin, tanggal

lahir, pendidikan, agama, suku, keadaan umum, tanda-tanda vital

(TTV), status gizi, riwayat penyakit, alat bantu yang digunakan,

pola olahraga, pola tidur.

2) Pengkajian terkait upaya peningkatan kesehatan yang ada di

kelompok meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia

untuk kelompok; pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh

kelompok, fasilitas pendidikan yang tersedia dan fasilitas

pendidikan yang dimanfaatkan; lingkungan sekitar tempat tinggal

anggota kelompok, status ekonomi (sumbangan, jenis pekerjaan,

rata-rata pendapatan perbulan); status social budaya dan spiritual

(sarana ibadah, kegiatan keagamaan, kepercayaan yang


15

bertentangan dengan penanggulangan masalah kesehatan, serta

kegiatan sosial); komunikasi meliputi alat komunikasi antar

anggota kelompok serta efektivitas proses komunikasi antar dalam

anggota kelompok; fasilitas rekreasi yang tersedia; serta

pengkajian terkait kebiasaan atau perilaku dalam kelompok berupa

pemeliharaan kebersihan diri dan pengelolaan makanan bersih dan

sehat.

2. Diagnosis Keperawatan Kelompok

1) Ketidakefektifan manejemen kesehatan

Definisi

Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik

hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang

tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.

Batasan Karakteristik

1. Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor

resiko.

2. Kegagalan memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan.

4. Pilihan yang tidak efektifdalam hidup sehari-hari untuk

memenuhi tujuan.

Faktor yang Berhubungan

1. Kesulitan ekonomi
16

2. Ketidakberdayaan

3. Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak

4. Kompleksitas regimen terapeutik

5. Kompleksitas system pelayanan kesehatan

6. Konflik keluarga

7. Konflik pengambilan keputusan

8. Kurang dukungan sosial

9. Kurang pengetahuan tentang program terapeutik

10. Persepsi hambatan

11. Persepsi kerentanan

12. Persepsi keseriusan kondisi

13. Persepsi keuntungan

14. Tuntutan berlebihan

2) Perilaku kesehatan cenderung berisiko

Definisi

Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku

dalam cara yang memperbaiki status kesehatan.

Batasan Karakteristik

1. Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan.

2. Gagal mencapai pengendalian optimal.

3. Meminimalkan perubahan status kesehatan

4. Tidak menerima perubahan status kesehatan.

Faktor yang Berhubungan


17

1. Kurang dukungan sosial

2. Kurang pemahaman

3. Merokok

4. Pencapaian diri yang rendah

5. Penggunaan alcohol berlebihan

6. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan

7. Status sosio-ekonomi rendah

8. Stressor

3. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan

Diagnosis NOC NIC


Ketidakefektifan 1. Prevensi primer 1. Prevensi primer

manejemen Domain 4 tentang Domain 3 perilaku kesehatan kelas

kesehatan kesehatan kelas pendidikan pasien.

pengetahuan tentang a. Pengajaran kelompok

kesehatan. b. Pendidikan kesehatan

a. Pengetahuan : c. Peningkatan kesiapan pembelajaran

perilaku kesehatan

kesehatan. 2. Prevensi sekunder

b. Pengetahuan : Domain 3 perilaku kelas pendidikan

promosi kesehatan

kesehatan. a. Pengajaran kelompok

2. Prevensi sekunder : 3. Prevensi tersier

Domain 3 kesehatan Domain 3 perilaku kelas bantuan koping

psikososial kelas a. Dukungan kelompok

adaptasi psikososial.

a. Penerimaan :

status
18

kesehatan.

Domain 4

pengetahuan tentang

kesehatan dan

perilaku.

a. Perilaku

promosi

kesehatan.

b. Perilaku

sekrinning

kesehatan.

3. Prevensi tersier

Domain 4

pengetahuan tentang

kesehatan &

perilaku kelas

kepercayaan tentang

kesehatan.

a. Kepercayaan

mengenai

kesehatan :

merasakan

kemampuan

melakukan.

Perilaku 1. Prevensi Primer Intervensi Keperawatan yang Disarankan untuk

kesehatan a. Kepercayaan Menyelesaikan masalah :


19

cenderung mengenai 1. Modifikasi perilaku

beresiko kesehatan: kontrol 2. Membangun hubungan yang kompleks

yang diterima. 3. Peningkatan koping

b. Keseimbangan 4. Dukungan pengambilan keputusan

gaya hidup 5. Fasilitas pembelajaran

2. Prevensi Sekunder 6. Peningkatan kesiapan pembelajaran

a. Penerimaan : status 7. Peningkatan efeksi diri

kesehatan 8. Fasilitas tanggung jawab diri

b. Perilaku patuh : 9. Pengajaran proses penyakit

aktivitas yang 10. Pendidikan kesehatan

disarankan 11. Terapi kelompok

c. Perilaku patuh :

pengobatan yang

disarankan

d. Kepercayaan

mengenai

kesehatan :

merasakan

kemampuan

melakukan.

e. Kepercyaan

mengenai

kesehatan:

kesehatan ancaman

yang dilakukan.

f. Perilaku promosi

kesehatan.

g. Partisipasi dalam
20

keputusan

perawatan

kesehatan

h. Pengaturan

psikososial:

perubahan

kehidupan

3. Prevensi tersier

a. Koping

b. Kepercayaan

mengenai

kesehatan : sumber-

sumber yang

diterima.

c. Orientasi

kesehatan.

Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan

4. Implementasi Keperawatan Kelompok

a. Promosi kesehatan: melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan

sesuai kebutuhan kelompok.

b. Proses kelompok: memotivasi pembentukan dan membimbing kelompok

swabantu atau peer group.

c. Pemberdayaan masyarakat: memantau kegiatan kader kesehatan sesuai

dengan jenis kelompoknya.


21

d. Kemitraan: melakukan negoisasi/lobbying dan menjalin kerjasama

dengan pihak terkait (Dinas Kesehatan,

Puskesmas,Kelurahan,Kecamatan) dalam melaksanakan implementasi.

5. Evaluasi Keperawatan Kelompok

Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis

dalam mengukur keberhasilan asuhan keperawatan kelompok yang telah

dilakukan. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan.

a. Evaluasi formatif: evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan

program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan

kemungkinan adanya temuan utama berupa masalah-masalah dalam

pelaksanaan program.

b. Evaluasi somatif: evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan

program sudah selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan

program dan temuan utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan

program.

Sedangkan criteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:

1) Relevansi (relevance): apakah tujuan program mendukung tujuan

kebijakan.

2) Keefektifan (effectiveness): apakah tujuan program tercapai dengan?

3) Efisiensi (efficiency): apakah tujuan program tercapai dengan biaya

paling rendah?

4) Hasil (outcomes): apakah indicator-indikator tujuan program

membaik?
22

5) Dampak (impact): apakah indicator-indikator tujuan kebijakan

membaik?

6) Keberlanjutan ( sustainability): apakah perbaikan indicator-indikator

terus berlanjut setelah program selesai.

C. Evidence Based Nursing Practice (EBNP) Pendidikan Kesehatan

Personal Hygiene Terhadap Pencegahan Penularan Scabies

1. Definisi Evidence Based Nursing Practice

Menurut Greenberg & Pyle (2006) Evidence-Based Practice adalah

penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di

pelayanankesehatan.Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011)

EvidenceBased Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal,

bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien

untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.

(Melnyk & Fineout-Overholt,2011)

2. Manfaat EBNP

a. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik.

b. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk.

c. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil

penelitian.

d. Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based”

3. Definisi Pendidikan Kesehatan


23

Pendidikan dalam kesehatan dalam arti pendidikan secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mepengaruhi orang lain,

baik individu,kelompok,atau masyarakat,sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan.

Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang lain) dan ouput (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang

diharpkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah

perilaku kesehatan,atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan

(Notoadmojo,2012).

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,

spiritual;,maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling

baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan

sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan

sempurna, baik fisik maupun mental dan tidak hanya bebas dari

penyakit cacat (Notoadmojo,2012).

Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan salah satu

bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien

baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi

masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang di

dalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan


24

pendidikan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran

dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian bebutuhan belajar

klien , penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan pendidikan

kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan

kesehatan, dan dokumnetasi pendidikan kesehatan.

4. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah

perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO,1954) yang

dikutip oleh Notoadmojo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih

lanjur menjadi:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong

(1974) yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:

1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih

besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan,dan

masyarakatnya.

2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih


25

parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi

cacat yang disebabkan oleh penyakit.

3. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi

dan perubahan-perubahan system dan cara memanfaatkannya

dengan efisien dan efektif.

4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada

system pelayanan kesehatan yang formal.

Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah

pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan

agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri

dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai

5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat

pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan tingkat pelayanan pendidikan

kesehatan.

1. Sasaran pendidikan kesehatan

Dari dimensi sasaran,ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat

dibagai menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.


26

2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

2. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaanya, pendidikan kesehatan dapat

berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya

sasarannya juga berbeda. Misalnya :

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah dengan

sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam

upaya kesehatan sekolah (UKS).

b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan,dilakukan di

Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit

Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga

pasien.

c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran

buruh atau karyawan.

3. Pentingnya Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan

Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan

mandiri keperawatan untuk membantu klien baik

individu,kelompok maupaun masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran,yang didalamnya

perawat berperan sebagai perawat pendidik.


27

Berdasarkan perannya sebagai perawat pendidik, perawat

mengalihkan pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan sikap

selama pembelajaran yang berfokus pada pasien. Perubahan

perilaku pada pasien selama proses pembelejaran berupa perubahan

pola piker,sikap, dan keterampilan yang spesifik.

Untuk mendapatkan gambaran pola piker,sikap,dan

ketrampilan yang spesifik tersebut diperlukan proses interaksi

perawat-pasien dalam menggali perasaan,kepercayaan dan filosofi

pasien secara individual . Dengan demikian, perawat mendapatkan

gambaran masalah-masalah pasien dan hal-hal yang perlu

diberikan dalam pendidikan kesehatan. Kemudian bersama

pasien,perawat melakukan kerja sama demi memecahkan masalah

melalui proses negosiasi tentang pendidikan kesehatan yang

diinginkan pasien. Hubungan proses pembelajaran yang terjadi

bersifat dinamis dan interaktif.

Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan adalah

untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbul penyakit

dan bertambahnya masalah kesehatan, mempertahankan derajat

kesehatan yang sudah ada,memaksimalkan fungsi dan peran pasien

selama sakit,serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi

masalah kesehatan

4. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan

1. Metode Demonstrasi
28

a. Definisi metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang

menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan

alat, dan cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan

secara langsung atau menggunakan media,seperti video dan

film.

b. Penggunaan

Metode demonstrasi digunakan:

1) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan

benar

2) Apabila tersedia alat-alat peraga

3) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil

4) Membandingkan sesuatu cara dengan cara lain.

5) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila

berhubungan dengan mengatur sesuatu dan proses

mengerjakan atau menggunakan sesuatu.

c. Keunggulan

Keunggulan metode demonstrasi adalah:

1) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih

jelas dan lebih konkret

2) Dapat menghindari verbalisme

3) Lebih mudah memahami sesuatu


29

4) Lebih menarik

5) Peserta didik dirangsang untuk mengamati

6) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat

melakukan sendiri (redemonstrasi)

d. Kekurangan

Kekurangan metode demonstrasi adalah:

1) Memerlukan ketrampilan khusus dari pengajar

2) Alat-alat/biaya,dan tempat yang memadai belum tentu

tersedia

3) Memerlukan persiapan dan perencenaan yang matang

5. Tahap kerja

a. Fase orientasi

1) Member salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan

4) Menjelaskan langkah dan prosedur

5) Meminta persetujuan

b. Fase kerja

1) Menyiapkan alat

a) Laptop : untuk memaparkan power point dan

video personal hygiene.

b) LCD/Proyektor : untuk layar pemaparan dan video.


30

c) Audio video : untuk memutar video personal

hygiene.

2) Menyiapkan lingkungan

a) Kondisikan lingkungan yang sepi dari keramaian.

b) Siapkan lingkungan yang nyaman agar responden

mendengarkan dengan baik.

3) Menyiapkan responden

a) Pasien disiapkan posisi duduk di kursi yang sudah

disiapkan

4) Langkah-langkah pendidikan kesehatan

a) Memposisikan responden duduk di kursi yang sudah

disediakan

b) Menyalakan laptop

c) Memaparkan video sambil member penjelasan

d) Memberikan kesempatan responden untuk bertanya

e) Menjawab pertanyaan dari responden

5) Fase terminasi

a) Melakukan evaluasi

b) Merapikan tempat dan alat

c) Penutupan

1. Definisi Personal Hygiene

Personal hygiene yang berasal dari bahasa Yunani, kata personal

yang berarti perorangan atau seorang dan Hygiene berarti sehat. Dan dapat
31

diartikan bahwa kebersihan seseorang atau personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk menjaga, memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan, fisik dan psikis. (Isro’in & Andarmoyo, 2012)

Personal hygiene adalah tindakan untuk menjaga memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan,fisik dan psikis

(Tarwoto,2004). Personal hygiene juga dapat diperlukan untuk

kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan seseorang. Kebutuhan

personal hygiene dapat diperlukan untuk seseorang yang sehat maupun

yang sedang sakit. Praktik personal hygiene dapat bertujuan untuk

peningkatan kulit yang merupakan garis tubuh yang pertama dari

pertahanan infeksi dengan menggunakan implementasi tindakan hygiene

klien, membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan maka akan

menambah tingkat kesembuhan klien. (Potter & Perry, 2010)

Kebersihan diri (personal hygiene) yang merupakan perawatan diri

sendiri dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kesehatan, fisik

dan psikologis. Pemenuhan perawatan diri dapat dipengaruhi dengan

berbagai faktor yaitu faktor budaya, nilai sosial pada seseorang atau

keluarga, pengetahuan perawatan diri dan persepsi terhadap perawatan

diri. (Hidayat & Uliyah,2014)

2. Jenis Personal Hygiene Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

a. Perawatan Dini Hari

Perawatan diri yang dilakukan pada dini hari waktu bangun

tidur,mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan


32

melakukan tindakan keperawatan diri seperti mencuci muka ,tangan

dan menjaga kebersihan mulut.

b. Perawatan Pagi Hari

Perawatan diri dilakukan setelah melakukan makan pagi (sarapan)

dengan melakukan perawatan diri seperti mandi, melakukan perawatan

kulit serta merapikan tempat tidur.

c. Perawatan Siang Hari

Perawatan diri dilakukan setelah melakukan makan siang. Tindakana

keperawatan diri dapat dilakukan yaitu mencuci muka dan tangan ,

merapikan tempat tidur pasien dan melakukan pemeliharaan kesehatan

lingkungan pasien.

d. Perawatan Malam Hari

Perawatan diri dilakukan saat menjelang tidur. Tindakan yang dapat

dilakukan yaitu mencuci tangan dan muka.

Tujuan umum perawatan diri adalah mempertahankan kesehatan diri

baik secara mandiri maupun dengan bantuan yang dapat melatih hidup

sehat (bersih) dengan cara memperbaiki persepsi kesehatan dan

kebersihan, serta dapat meciptakan penampilan yang baik dengan

kebutuhan kesehatan. Rasa nyaman dan relaksasi dapat membuat

menghilangkan rasa lelah dan mencegah infkesi mencegah gangguan

sirkulasi darah dan dapat mempertahankan integritas pada jaringan.

(Isro’in dan Andarmoyo,2012)

3. Perawatan Diri Pada Kulit


33

Kulit adalah salah satu bagian terpenting dalam tubuh yang dapat

melindungi tubuh dari berbagai kuman atau bakteri. Maka diperlukan

perawatan diri yang cukup dalam mempertahankan fungsinya. Kulit terdiri

dari 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Lapisan

epidermis terdiri dari bagian stratum korneum, stratum lusidium dan

stratum granulosum. Sedangkan lapisan kedua dermis terdiri dari ujung

saraf sensori, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. (Isro’in &

Andarmoyo, 2012)

a. Karakteristik Kulit Normal

1) Kulit halus dan kering

2) Kulit terasa hangat ketika dipalpasi

3) Kulit utuh dan tidak memiliki abrasi

4) Penularan yang terlokalisasi dalam tekstur dapat dipalpasi

pada permukaan kulit, kulit lembut dan fleksibel.

5) Warna kulit beragam dari bagian tubuh dengan rentang dari

coklat tua ke merah muda terang

6) Terdapat turgor yang baik dengan kulit yang secara umum

halus dan kembut.

b. Fungsi Kulit

1) Perlindungan

Mikroorganisme berada di permukaan kulit dan folikel

rambut, tetapi kekeringan sering terjadi pada permukaan

kulit yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.


34

2) Sensasi

Kulit mengandung organ sensorik untuk nyeri, panas,

sentuhan dan dingin.

3) Pengaturan suhu

Radiasi, konduksi dan konveksi untuk mengatur suhu.

4) Eksresi dan Sekresi

Keringat dapat menyebabkan menghilangkan panas.

(Potter & Perry, 2010)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kulit

Perubahan dan keuntungan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya yaitu:

1) Umur

Perubahan pada kulit seseorang dapat ditentukan oleh umur, seperti

pada bayi yang baru lahir relative masih muda dan kulitnya masih

rawan terhadap berbagai kuman dan bakteri. Sebaliknya, pada seorang

yang sudah dewasa kulit sudah memiliki kematangan sehingga dapat

menjadi pelindung yang baik.

2) Jaringan Kulit

Perubahan dan keutuhan kulit juga dapat dipengaruhi oleh struktur

jaringan kulit. Apabila jaringan kulit menjadi rusak, terjadilah

perubahan atau kerusakan pada jaringan kulit.

3) Kondisi atau Keadaan Lingkungan


35

Kondisi lingkungan yang dapat berubah mempengaruhi keadaan pada

kulit yang secara utuh, dapat menjadi panas, adanya nyeri akibat

sentuhan dan tekanan.

5. Masalah Kulit Yang Umum Ditemukan

1) Kulit Kering

Bertekstur kasar, bersisik pada area yang terekspos seperti halnya

tangan , kaki dan wajah.

2) Jerawat

Kulit yang meradang karena penguraian sabun terhadap bakteri yang

timbul di wajah, leher, bahu dan area punggung.

3) Ruam Kulit

Mengakibatkan kelembapan yang berlebihan atau reaksi alergi.

4) Dermatik Kontak

Inflamasi kulit yang dapat ditandai oleh eritema, peruritus, nyeri dan

lesi basah bersisik biasanya terdapat pada wajah , leher, tangan, lengan

bawah, dan genital.

5) Abrasi

Hilangnya lapisan epidermis yang mengakibatkan perdarahan local dan

cairan serous.
36

(Potter & Perry,2010)

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Penerapan metode pendidikan kesehatan tentang personal hygiene untuk

mencegah penularan scabies pada anak usia sekolah dengan menggunakan

descriptive study desain ini menggambarkan penerapan secara sederhana


37

dengan 15 santriwati anak usia sekolah dasar. Semua anak adalah

santriwati Madrasah Ibtidaiyah dari Pondok Pesantren Darul Falah

Amsilati Bangsri Jepara. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengkajian,

dengan cara melakukan wawancara kepada petugas UKS dan santriwati

tentang kejadian scabies yang dialami oleh santriwati yang berada di

Pondok Pesantren Amsilati, dengan memberikan lembar pre test kepada

santriwati untuk mengetahui pengetahuan tentang personal hygiene

terhadap penyakit scabies santriwati sebelum dilakukannya pendidikan

kesehatan terhadap kemampuan pencegahan penularan scabies. Setelah

data terkumpul lalu penulis membuat intervensi untuk melakukan rencana

pendekatan keperawatan kelompok pada santriwati yang menderita

penyakit scabies, tahap selanjutnya yang dilakukan memberikan penerapan

pendidikan kesehatan terhadap kemampuan pencegahan penularan scabies

yang dialami oleh santriwati. Setelah melakukan kegiatan pendidikan

kesehatan penulis memberikan evaluasi kepada santriwati dengan

memberikan kuesioner post test, setelah penerapan dilaksanakan penulis

menarik kesimpulan keefektifan metode penerapan pendidikan kesehatan

personal hygiene terhadap pengaruh penyakit scabies.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada studi kasus penerapan pendidikan kesehatan personal

hygiene dapat diuraikan dalam criteria sebagai berikut :

1. Anak usia sekolah dasar kelas 4,5 & 6

2. Berjumlah 15 orang
38

3. Yang beresiko mengalami penyakit scabies dan atau yang menderita

scabies.

C. Fokus Studi Kasus

“Penerapan Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene terhadap

Kemampuan Pencegahan Penularan Skabies pada Santriwati Madrasah

Ibtidaiyah di Pondok Pesantren Darul Falah Amsilati Bangsri Jepara”.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes

scabiei dengan adanya rasa gatal pada malam hari yang merupakan

gejala utama yang dapat menjadi penghambat aktivitas dan

produktivitas.

2. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan menggunakan metode Demonstrasi tentang

Personal Hygiene terhadap pengaruh scabies untuk intervensi

keperawatan mandiri membantu responden dalam mengatasi masalah

kesehatan yang sedang dialami.

3. Personal Hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan diri seseorang yang betujuan untuk

memperbaiki kesehatan seseorang dan personal hygiene dalam asuhan

keperawatan ini meliputi kebersihan kulit dan badan, kebersihan

pakaian , peralatan mandi (handuk dan sabun),air mandi.

E. Instrumen Studi Kasus


39

Instrument untuk mengukur tingkat pengetahuan santriwati tentang

personal hygiene menggunakan lembar pre test (terlampir 1.1). Alat yang

digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan adalah:

1. Laptop : untuk memaparkan power point dan video.

2. LCD/Proyektor : untuk layar pemaparan dan video.

3. Audio video : untuk memutar video personal hygiene

F. Metode Pengumpulan Data

Studi kasus bersifat Descriptive. Sumber data primer adalah yang

melakukan tindakan dan santriwati sekolah dasar yang menerima tindakan.

Sedangkan data sekunder berupa data hasil wawancara,obeservasi dan

dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

tentang personal hygiene dan scabies anak usia sekolah dasar.

Wawancara dilakukan terhadap petugas UKS dan santriwati.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan

sifat penerapan dengan cara mengukur tingkat kemampuan dengan

menggunakan lembar pre test dan mengadakan pengamatan secara

langsung dengan melibatkan 15 anak usia sekolah dasar yang

menderita scabies yang selanjutnya akan dilakukan pendidikan

kesehatan tentang personal hygiene.

3. Dokumentasi Kegiatan
40

Dokumentasi penerapan ini adalah berupa lembar pre test sebelum dan

post test sesudah dilakukan penerapan pendidikan kesehatan, foto saat

kegiatan berlangsung dan daftar hadir kegiatan santriwati.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi

Lokasi yang digunakan sebagai penerapan pendidikan kesehatan ini

adalah di Madrsasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Darul Falah

Amsilati Bangsri Jepara.

2. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah bulan 2019 sampai dengan

2019

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisa data deskriptif dilakukan dengan menggunakan evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dapat dilakukan pada saat waktu

pelaksanaan program yang bertujuan untuk memperbaiki pelaksaan

program dan memungkinkan adanya temuan utama masalah-masalah

dalam pelaksanaan program. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada

saat pelaksanaan program yang sudah selesai, yang bertujuan untuk


41

menilai hasil pelaksaan program dan temuan utama yang berupa

pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.

DAFTRA PUSTAKA

Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.3-4, 7-8

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Departemen Kesehatan

Djuanda, A. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.

Firza,S., Hanna,M,.(2016).Skabies,Majority
42

Handoko,R. (2007). IlmuPenyakitKulitdanKelamin. Jakarta

Handoko. T. Hani. 2008. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia, Edisi


Kedua, Yogyakarta, Penerbit : BPFE.

Isro‟in, Laily dan Sulistyo Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Kementrian Kesehatan RI.(2012). Kebijakan Peraturan menteri kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakt.

Morgan MS, Arlian LG, Markey MP.(2013). Sarcoptesscabiei Mites Modulate


Gene Expression in Human Skin Equivalents.

Muchtarudin,M. (2016). Family Medicine Approach on Scabies in Pre-School


Children.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. .


2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. .


2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Republik Indonesia.

Rini, Budiharti. et al. (2015). Model Learning Cycle 7E Dalam Pembelajaran IPA
Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-
6. Vol.6, No.1 ISSN 2302-7827

Sarwiji suwandi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sudirman,T. (2006). Scabies: Masalah Diagnosis dan Pengobatannya. Jakarta

Walton,S , Currie ,B (2007). Problems in Diagnosing Scabies,a GLOBAL disease


in Human and Animal Populations.
43

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

NO OBSERVASI YA TIDA KETERANGAN

K
1. Lingkungan

a. Kebersihan Tempat Tidur

b. Menjemur handuk pada


44

tempatnya

c. Kebersihan Bak mandi

d. Masing-masing santri

mempunyai alat mandi


2. Pemeriksaan Fisik Kulit

a. Inspeksi

b. Palpasi

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

INSTRUMEN PENGKAJIAN PERILAKU

Petunjuk soal!

1. Bacalah pertanyaan dengan seksama.

2. Beri tanda check list () pada jawaban yang dianggap benar.

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


45

1. Sepengetahuan anda

personal hygiene adalah kebersihan diri tindakan untuk

memperbaiki,menjaga dan memelihara kesehatan fisik dan

psikis?

2. Sepengetahuan anda scabies adalah penyakit kulit lebih

dikenal gudik atau kudis merupakan suatu penyakit kulit yang

disebabkan oleh tungau atau kutu sarcoptes scabei yang mudah

menular?
3. Apakah anda mandi yang baik dan dianjurkan 2x dalam sehari

atau bisa lebih ?


4. Apakah anda mandi menggunakan sabun mandi ?
5. Apakah anda mandi menggunakan air yang mengalir di

ember ?
6. Apakah anda mengganti pakaian setiap hari terutama setelah

mandi ?
7. Apakah anda mencuci pakaian menggunakan sabun

detergen ?
8. Apakah anda merendam pakaian yang baik disatukan dengan

pakaian teman yang lain ?


9. Apakah anda setiap mandi menggunakan handuk sendiri ?
10. Apakah anda handuk yang sudah digunakan dijemur ?
46

Lampiran 3

SAP

(SATUAN ACARA PEMBELAJARAN)

A. Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Personal Hygiene

Terhadap Pencegahan Scabies

B. Sub Pokok Bahasan :

1. Definisi personal hygiene

2. Macam-macam personal hygiene

3. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

4. Tanda-tanda tidak menjaga personal hygiene

5. Cara melakukan perawatan personal hygiene

6. Definisi Scabies

7. Faktor yang mempengaruhi scabies

8. Tanda dan gejala scabies

9. Cara penularan dan pencegahan scabies

10. Cara perawatan scabies


47

C. Waktu : 30 menit

D. Tempat : Pondok Pesantren Darul Falah Amsilati

Bangsri

E. Sasaran : Santri Putri Madrasah Ibtidaiyah Pondok

Pesantren Darul Falah Amsilati Bangsri

F. Penyuluh : Dais Rochimatur Alma Fardhani

G. Tujuan Intruksional Umum :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan personal hygiene selama 30 menit

santriwati Madrasah Ibtidaiyah Pondok Pesantren Darul Falah Amsilati

Bangsri pengetahuan bertambah dan penyakit scabies dapat berkurang.

H. Tujuan Intruksional Khusus :

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, di ruang aula

santriwati dapat mengetahui tentang :

1. Definisi personal hygiene

2. Macam-macam personal hygiene

3. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

4. Tanda-tanda tidak menjaga personal hygiene

5. Cara melakukan perawatan personal hygiene

6. Definisi Scabies

7. Faktor yang mempengaruhi scabies

8. Tanda dan gejala scabies

9. Cara penularan dan pencegahan scabies

10. Cara perawatan scabies


48

I. Strategi Pelaksanaan

1. Metode : Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab

2. Media : LCD, Laptop,Powerpoint dan video

J. Proses Pelaksanaan

NO Tahap Kegiatan Waktu Penyuluhan Sasaran


1. Pembuka 5 menit a. Menyampaikan salam dan a. Menjawab salam

memperkenalkan diri b. Memperhatikan dan

b. Menjelaskan TIU dan TIK mendengarkan

c. Menjelaskan kontrak c. Menyetujui kontrak

d. Mengajukan pertanyaan d. Menjawab pertanyaan

kepada peserta penyuluh


2. Isi 15 menit a. Membuka sesi a. Memperhatikan

penyampaian materi b. Memperhatikan

b. Menyampaikan kontrak

penyampaian materi

c. Menjelaskan tentang c. Memperhatikan

1. Definisi personal d. Mengajukan pertanyaan

hygiene e. Memperhatikan

2. Macam-macam

personal hygiene

3. Faktor yang

mempengaruhi

personal hygiene

4. Tanda-tanda tidak
49

menjaga personal

hygiene

5. Cara melakukan

perawatan personal

hygiene

6. Definisi scabies

7. Faktor yang

mempengaruhi scabies

8. Tanda dan gejala

scabies

9. Cara penularan dan

pencegahan scabies

10. Cara perawatan

scabies

d. Memberikan waktu kepada

peserta untuk bertanya

e. Menjawab pertanyaan
3. Penutup 5 menit a. Menanyakan kembali a. Memperhatikan dan

materi yang sudah di menjawab

jelaskan b. Memperhatikan

b. Mengevaluasi atau c. Menjawab salam

menyimpulkan materi yang

sudah disampaikan.

c. Menutup acara penyuluhan

dan memberikan salam

K. Struktur Organisasi
50

a. Moderator : Dais Rochimatur Alma Fardhani

b. Pemateri : Dais Rochimatur Alma Fardhani

c. Fasilitator :

d. Observer :

L. Setting Tempat

Pemateri dan peserta duduk berhadapan.

M. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Sasaran atau peserta penyuluhan hadir ditempat penyuluhan.

b. Persiapan alat,bahan,media dan tempat sudah dipersiapkan

sebelum acara dimulai.

c. Penyuluhan dilakukan di aula Pondok Pesantren Darul Falah

Amsilati Bangsri

d. Penyuluhan dilakukan sesuai dengan kontrak

2. Evaluasi Proses

a. Penyuluh mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan

b. Penyuluh melakukan tugasnya sesuai dengan baik

c. Sasaran mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan

dengan benar

d. Sasaran mengikuti penulis dari awal sampai dengan akhir

3. Evaluasi Hasil

1. Evaluasi struktur
51

a. Sasaran atau peserta penyuluhan hadir ditempat penyuluhan.

b. Persiapan alat,bahan,media dan tempat sudah dipersiapkan

sebelum acara dimulai.

c. Penyuluhan dilakukan di aula Pondok Pesantren Darul Falah

Amsilati Bangsri

d. Penyuluhan dilakukan sesuai dengan kontrak

2. Evaluasi Proses

a. Penyuluh mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan

b. Penyuluh melakukan tugasnya sesuai dengan baik

c. Sasaran mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan

benar

d. Sasaran mengikuti penulis dari awal sampai dengan akhir

3. Evaluasi Hasil

Target Pencapaian Tujuan Khusus

1) Responden dapat memahami definisi personal hygiene 90%

2) Responden dapat memahami macam-macam personal hygiene 90%

3) Responden dapat memahami faktor yang mempengaruhi personal

hygiene%

4) Responden dapat memahami tanda-tanda tidak menjaga personal

hygiene 90%

5) Responden dapat memahami dan mempraktikan cara melakukan

perawatan personal hygiene 90 %


52

6) Responden dapat memahami definisi scabies 90 %

7) Responden dapat memahami faktor yang mempengaruhi scabies

90%

8) Responden dapat memahami tanda dan gejala scabies 90%

9) Responden dapat memahami penularan dan pencegahan scabies 90

10) Responden dapat memahami dan mempraktikan cara perawatan

scabies 90%
53

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

INSTRUMEN EVALUASI PERILAKU

Petunjuk soal!

1. Bacalah pertanyaan dengan seksama.

2. Beri tanda check list () pada jawaban yang dianggap benar.

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Sepengetahuan anda

personal hygiene adalah kebersihan diri tindakan untuk

memperbaiki,menjaga dan memelihara kesehatan fisik dan

psikis?
2. Sepengetahuan anda scabies adalah penyakit kulit lebih

dikenal gudik atau kudis merupakan suatu penyakit kulit yang

disebabkan oleh tungau atau kutu sarcoptes scabei yang mudah

menular?
3. Apakah anda mandi yang baik dan dianjurkan 2x dalam sehari

atau bisa lebih ?


4. Apakah anda mandi menggunakan sabun mandi ?
5. Apakah anda mandi menggunakan air yang mengalir di

ember ?
6. Apakah anda mengganti pakaian setiap hari terutama setelah

mandi ?
7. Apakah anda mencuci pakaian menggunakan sabun
54

detergen ?
8. Apakah anda merendam pakaian yang baik disatukan dengan

pakaian teman yang lain ?


9. Apakah anda setiap mandi menggunakan handuk sendiri ?
10. Apakah anda handuk yang sudah digunakan dijemur ?

Anda mungkin juga menyukai