Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGURUS


PANTIH ASUHAN SANTA SUSANA TENTANG PERSONAL
HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES DI TIMIKA JAYA
KABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2024

Diajukan oleh :

Seryana
Nim PO.71.33.2.21.031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHTAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI
D III KESEHATAN LINGKUNGAN MIMIKA
TAHUN 2024
LEMBARAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGURUS


PANTI ASUHAN SANTA SUSANA TENTANG PERSONAL
HYGIEN DENGAN KEJADIAN SCABIES DI TIMIKA JAYA
KABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2024

Disusun oleh :
Seryana
Nim PO.71.33.2. 21.031
1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Menurut World Health Organiation (WHO),Infestasi scabies dapat


diperumit oleh infeksi bakteri,yang mengarah pada perkembangan luka kulit
yang dapat menyebabkan perkembangan konsekuensi yang lebih serius
seperti Septikemie, penyakit jantung , dan penyakit ginjal kronis . Secara
Global, diperkirakan scabies mempengaruhi lebih dari 130 juta hingga 200
juta orang didunia setiap saat. Estimasi prevalensi scabies pada tahun 2019
menurut International Allince for the control ofscabies (IACS) berkisar dari
0,3% hingga 46%. World Health Organization (WHO) tahun 2020
melaporkan kasus scabies diseluruh dunia sebesar 0,2% hingga 71%. pada
musim dingin prevalensi juga juga cenderung lebih meningkat dibanding
musim panas. (World Health Organization 2020).
Skabies memberikan masalah kesehatan secara global, setiap tahun
angakah kejadian mencapai 300 juta kasus didunia (Parman et al.,2017). Pada
tahun 2015, world health organization (WHO) mengungkapkan bahwa angka
kejadian skabie telah mempengarui lebih dari 130 juta orang di dunia (WHO,
2015). Penyakit skabies bahkan dikategorikan ke dalam salah satu jenis
penyakit tropis yang terabaikan (WHO, 2017). Skabies adalah penyakit kulit
yang sangat menular pada manusia dan mamalia yang disebabkan oleh tungau
parasite scarcoptes skabies ( Lensoni et al., 2020).
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan tungau sarcoptes
scabies var hominis, ekstoparasit khusus manusia sekitar 0,4 nm yang tidak
terlihat dengan mata telanjang. Keadaan kulit yang terjangkit tungau ini
membuat si penderita setiap saat akan menggaruk kulit yang di bawah
kulitnya terdapat scabies. Scabies mempengaruhi ratuan juta orang diseluruh
dunia pada setiap tahunya. Scabies akan menyebabkan si penderita tidak

1
2

dapat tidur dengan tenang disebabkan oleh rasa gatal yang memuncak (Dyan
2018)
Menurut WHO (World Health Organization ) terdapat sekitar 300 juta
kasus scabies di dunia. Prevalensi penyakit scabies di indonesia menurut
Kemenkes RI 2016 terjadi disekitar 4,60%-12,95 dan berada diperinggkat
nomor 3 dari 12 urutan penyakit infeksi kulit yang tersering ( Sunarjo M &
Hidayah l, 2021). Di jawa timur prevalensi scaies sebesar 75.50 (0,2%) orang
penderita scabies.
Kemenkes RI 2016 meyebutkan bahwa dari 261,6 juta penduduk pada
tahun 2016, prevalensi scabies di indonesia sebesar 40,60%-12,95% dan
menduduki urutan 3 dari 12 penyakit kulit tesering (Sunarno,2021). Menurut
Riset kesehatan dasar tahun 2018, menunjukan bahwa proporsi perilaku benar
dalam menjaga kebersihan pada pendudukdi indonesia sebesar
49,8%,Kepulauan Riau sebesar 58,3%, kota Batam 58,32% (Kemenkes
RI,2018)
Adapun dikabupaten mimika prevalensi skabies menduduki urutan .......
pada tahun 2023 (disesuaikan dengan data terkini yang diperoleh dari
dinas kesehatan)
Terjadina penyakit skabies ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya personal hygiene ,sanitasi lingkungan dan pengetahuan. Personal
hygiene yang buruk dapat menyebabkan tubuh terserang berbagai penyakit
seperti penyakit kulit ,penyakit infeksi, penyakit mulut dan dapat
menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu seperti halnya kulit. Hygiene
perorangan dapat memicu terjadinya penyakit skabies serta tradisi kebiasaan
buruk misalnya sering berganti-ganti pakaian atau handuk dengan orang lain.
(Ridwan,2017)
Faktor yang mepengaruhi terjadinya skabies lainnya adalah sanitasi
lingkungan. sanitasi dalam arti luas merupakan tindakan hygiene untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit,sedangakan sanitasi
lingkungan merupakan usaha pengendalian diri dari semua faktor lingkungan
fisik manusia yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
3

perkembangan fisik, kesehatan dan daya tubuh manusia. Usaha penyehatan


lingkungan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit dan sanitasi lingkungan merupaka
faktor yang diperhatikan. Kebersihan tempat tinggal dan panti asuhan dapat
dilakukan dengan cara penyedian air bersih, pembuangan kotoran manusia,
membersihkan jendela atau perabotan, menyapu, mengepel lantai, mencuci
pealatan makan, mebersihkan kamar serta membuang sampah(Yuliaanto,
2020)
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terjadinya skabies yaitu
pengetahuan. Kurangnya informasi dan pemahaman mengenai penyakit
skabies seseorang menjadi kendala bagi pencegah penyakit skabies. Dengan
ketidak tahuan penderita tentang penyakitnya akan menyulitkan untuk
mencapai kesembuan.
Skabies sering kali diabaikan karena penyakit menular ini tidak dapat
mengakibatkan kematian, sehingga banyak penderita mengabaikan
pengobatannya. Namun pada nyatany scabies dapat mejadi ganas jika tidak
secepatnya ditanganin dapat menyebabkan ketidak nyaman pada saat
beraktivits dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi penyebaran ke seluruh
penderita. Dalam suatu kelompok yang terjangkit scabies dapat mepengaruhi
kenyamana dan dapat menular bila tidak menerapkan gaya hidup bersih
(Adawiyah, 2021)
Kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi skabies untuk kontak tidak
langsung dengan benda yang telah terkontaminasi tungau skbabies dapat
menyebabkan penularan terjadi sangat cepat. Kejadian ini sering terjadi
tempat-tempat ramai, dan juga dapat terjadi
diperumahan,pesantren,asraama,dan panti asuhan jika pratik kebersihan
pribadi kurang termasuk mengantik pakaian, mandi, merawat kulit, bibir,
rambut, kaki, tangan ,kuku, dan alat kelamin. (saragih, 2021)
Penyakit skabies memberikan dampak negatif seperti penuruna kualitas
kulit, penurunan berat badan, gangguan kesehatan masyrakat (Dipabz,2017)
4

Scabies masih menjadi masalah kesehatan di indonesia dengan prevalensi


cukup tinggi yaitu sebesar 40,60%-12,95% pada tahun (Sunarno, 2021).
Hygiene perorangan yang buruk dapat meningkatkan risiko penulran skabies
menjadi lebih besar pada lingkungan yang padat dan penghuninya kurang
memperhatikan hygiene perorangan salah satunya panti asuhan.
Penelitian saragih dkk (2021) menunjukkan bahwa anak-anak di panti
asuhan berisiko terinfeksi skabies karena sering berbagi perlengkapan
ditambah kuranganya kesadaran pentingnya menjaga kebersihan diri.
Menurut World Health Organization (WHO),infestasi scabies dapat
duperparah oleh infeksi bakteri, yang dapat menyebabkan luka kulit dan
beresiko menimbulkan komplikasi serius seperti septikemia, penyakit jantung
dan ginjal kronis. Diperkirakan prevalensi scabies global mencapai 130-200
juta kasus setiap tahunnya (WHO, 2020). Prevalens cenderung lebih tinggi di
musim dingin dibandingkan musim panas .
Infeksi scabies yang dibiarkan berkepanjang berisiko menyebabakan
komplikasi yang lebih serius. Menurut penelitian terbaru oleh Feldmeier et al
(2020), komplikasi akibats scabiesyang paling umum adalah impetigo dan
abscess kulit. Selain itu juga scabies juga berpotensimemicum infeksi
sistemik dan sepsis apabila bakteri penginvasimasuk ke aliran darah.
Diperkirakan lebih dari 100 ribu kematian setiap tahunnya diebabkan oleh
komplikasi sistematik akibat scabies ( Feldmeier et at ,.2022).
Prevalensi scabies sendiri telah meningkat signifikan beberapa tahun
terakhir. Berdasarkan Global Burden Dusease Study 2019, estimasi kasus
baru scabies diseluruhdunia pada 2019 adalah 102,6 juta kasus. Jumlah ini
meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 1990 yang hanya
sebesar 49,7 juta kasus baru (Karimkhani et at.,2022). Peningkatan kasus ini
menggaris bawahi urgensi penendalian dan pencegana scabies di berbagai
belahan dunia
Di indonesia, scabies menempati urutan ketiga penyakit kulit terbanyak
dengan prevalensi 40,60%- 12,95% ( Kemenkes RI,2016). Riset kesehatan
dasar 2018 menunjukan bahwa proporsi perilaku menjaga kebersihan yang
5

benar di indonesia baru mencapai 49,8%. Hal ini meningkatkan resiko


penularan scabies terutama di lingkungan padat seperti panti asuhan, dimana
kesadaran akan pentinnya menjaga kebersihan diri masih kurang. Prevalesnsi
scabies di indonesia tetap tinggi dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan
penelitian Handayani et al. (2018), prevalensi scabies di puskesmas
kecamatan pati, jawa tengah pada tahun 2018 mencapai 5,96%. Sementara
menurut penelitian lainnya oleh Kurniawati et at(2019), prevalensi scabies
didesa Banyuresmi ,Garut, jawa barat pada tahun 2019 adalah 8,8%. Data
Riskesdas 2018juga menunjuka bahwa provensi dengan prevalensi scabies
tertinggi adalah aceh (30,9%), dsusul papua (22%), dan Nusa Tenggara Timur
(17,7%) (Sunarno, 2021)
Berberapa faktor risiko kejadian scabies adlah personal hygiene yang
buruk sanitasi lingkungan yang tidak memadai serta minimnya pengetahuan
mengnai skabies. Kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita
dapatmemicu penularan yang cepat. Dampak scabies cukup signifikasi seperti
penurunan kualitas kulit, berat badan hingga gangguan kesehatan masyrakan.
Mengigat prevalensnya yang tinggin dan dampaknya yang luas
pencegahan scabies menjadi penting. Salah satunya dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat terkait hygiene pwerorangan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis gambaran pengetahuan pengetahuan pengurus
panti asuhan St susana tentang hygiene perorangan dan hubunganya dengan
kejadian scabies. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi
upaya pencegahan dan pengendalian scabies di pantuh asuhan St susana
Penelitian yang dilakuakan oleh Hastuti (2021) di pondok pesanteren
Mondern (PPM) Rahmatul Asri Enerekan menunjukan bahwa dari 144
santriwati, 90 santriwati (62,5%) memiliki tingkat pengetahuanyang baik
tenttang personal hygiene dala pencegahn scabies. Meskipundemikian, masih
terdapat 53 santriwati (36,8%) dengan pengetahuan cukup dan 1 santriwati
(0,7%) dengan pengetahuan kurang. Menariknya seliruh santriwati (100%)
terindentifikasi memiliki sikap pencegahan yang baik. Hastuti 2021 juga
menyarankan kerja sama dengan puskesmas terdekat untuk memberikan
6

pendidikan kesehatan seputaran persoal hygiene guna mencegah scabies.


Selain itu penyediaan media informasi kesehatan seperti poster perlu
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan santri.
Hasil penelitian di PPM Rahmatul asri Enrekan yang dilakukan oleh
Hastusi(2021), menunjukan babwa tingkat pengetahuan dan sikap positif
terkait personal hygiene berkaitan erat dengan pencegahan penyakit menular
seperti scabies. Hal ini selaras dengan rencana penelitian mengenai
“Gambaran pengetahuan dan sikap pengurus panti Aasuhan St Sunana
tentang hygiene personal dengan kejadian scabies di kabupaten mimika tahun
2024
Scabies masih menjadi masalah kesehatan di indonesia dengan prevalensi
cukup tinggi yaitu sebesar 40,60%-12,95% pada tahun (Sunarno, 2021).
Hygiene perorangan yang buruk dapat meningkatkan risiko penulran skabies
menjadi lebih besar pada lingkungan yang padat dan penghuninya kurang
memperhatikan hygiene perorangan salah satunya panti asuhan.
Penelitian saragih dkk (2021) menunjukkan bahwa anak-anak di panti
asuhan berisiko terinfeksi skabies karena sering berbagi perlengkapan
ditambah kuranganya kesadaran pentingnya menjaga kebersihan diri.
Oleh karena itu penelitia tentang gambaran pengetahuan pengurus panti
asuhan tentang hygiene perorangan dan kaitannya dengan kejadian skabies
sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan pengurus panti asuhan St susana tentang hygiene perorangan
dan hubungannya dengan angka kejadian skabies di panti tersebut.
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi upaya
pencegahan dan pengendalian skabies di panti asuhan St susana .
Mengingat prevalensi scabies yang masih cukup tinggi dan potensi
penularan yang besar dilingkunga seperti pantih asuhan dan merupakan
penyakit menulara yang diabakan maka penelitian ini penting dilakukan
guna menganalisis sejauh mana pengetahuan dan sikap pengurus Panti
Asuhan St. Susana dalam menerepkan hygiene personal. Hasil penelitian
dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan edukasi dan intervensi
7

yang tepat untuk meningkatkan kesadaran pecegahan scabies di Panti Asuhan


St. Susana, kabupaten mimika
Dengan demikian diharapkan kejadian scabies di lingkungan tersebut
dapat lebih dikendalikan dan angka prevaleninya dapat diturunkan.
Kesusksesan di Panti Asuhan St. Susana ini menjadi model untuk
implementasi program serupa di Panti Asuhan lainnya dikabupaten mimika.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah Bagaimana “Gambaran pengetahuan dan sikap pengurus
panti asuhan tentang personal hygiene dengan kejadian skabies di,
Kabupaten Mimika tahun 2024.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap pengurus panti
asuhan St susana di tentang personal hygiene dengan kejadian skabies
Kabupaten Mimika Tahun 2024.
2. Tujuan khusus
a. Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan, lama bekerja pengurus panti asuaha tentang personal
hygiene dengan kejadian skabies pada anak-anak panti asuhan St.
Susana di, Kabupaten Mimika Tahun 2024
b. Mengetahui Pengetahuan pengurus panti asuhan St.susana tentang
personal hygien dengan kejadian skabies di, Kabupaten Mimika
Tahun 2024
c. Mengetahui sikap pengurus panti asuha St.susana tentang personal
hygiene dengan kejadian skabies di, Kabupaten mimika tahun 2024
8

Manfaat Penelitian

Penlitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat sebegai berikut :


1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
proses belajar bagi peneliti tentang pengetahuan pengurus panti megenai
hygiene personal dengan kejadian penyakit skabies bagi anak –anak panti.
2. Manfaat bagi pengurus panti asuhan
Hasil penelitian ini sebagai masukan dan pengetahua bagi pengurus
panti asuhan mengenai hygiene personal dengan kejadian penyakit
skabies.
3. Manfaat untuk panti asuhan
Dapat digunakan sebagai masukan kepada anak –anak panti asuhan
St susana dalam upaya meningkata pentahuan meneganai hyginen
personal dengan kejadian penyakit skabies.
4. Manfaat untuk penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan
serta dapat memberikan gambaran informasi bagi peneliti
berikutnya.
9

Keaslian Penelitian

Letak perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya dapat


dilihatmpada tabel berikut:
Tabel 1.1
Keaslian Peneliti
Judul Dan Tahun Perbedaan
No Nama Peneliti
Penelitian Penelitian
1 Ayu Hatuti Judul, Waktu dan
Gambaran pengetahuan dan
Tempat Penelitian
sikap santriwati tentang
personal hygiene dalam
pencegahan skabies
dipondok pesantren modern
(PPM) Rahmatul asri
enerekan tahun 2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Personal Hygiene
a. Defenisi personal hygiene
Menurut world health organization (WHO,2020) menyatakan bahwa
hygiene atau kebersihan adalaha tindakan kebersihan yang mengacu pada kondisi
untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit. Personal hygiene
atau kebersihan diri merupakan tindakan merawat diri sendiri termasuk dalam
memelihara kebersihan bagi tubuh seperti rambut, mata, hidung, mulut, gigi, dan
kulit (Nurudeen dan Toyin, 2020). Personal hygiene merupakan upaya yang
dilakukan oleh seseorang untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya agar
kenyamanan individu terjaga. Asthiningsih dan wijayanti, (2019) dalam (Ayu
Astuti, 2021)
Kebutuhan personal hygiene tidak memandang usia,karena organisme
penyebab penyakit bisa berkemmbang biak dimanapun. Maka dari itu,personal
hygiene harus ditanamkan sejak dini agar anak-anak terbiasa melakukannya
dilingkungan rumah,asrama,panti, sekolah, maupun bermainnya hinggga dewasa
(Kusmiyati dan Muhlis, 2019). Pentingnya pemeliharan personal hygiene
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, memeliharan kebersihan diri
sendiri, memperbaiki personal hygiene, mencegah timbulnya penyakit,
meningkatkan rasa percaya diri dan kenyamana. Irnawati dan widnyana, (2018)
dalam (Ayu Astuti, 2021)

b.Tujuan personal hygiene


Dalam buku (Yulianto dkk, 2020) untuk menwujudkan personal hygiene tentu
ada tujuan yang hendak dicapai, antara lain:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri sendiri orang
3. Memperbaiki kekurangan pada personal hygiene
4. Melakukan pencegahaan timbulnya penyakit
5. Menumbukan kepercayaan diri seseorang
6. Menciptakan ada kesan keindahan

c. Asepek-asepek personal hygiene


a) kebersihan kuku, kaki, dan tangan
kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khsusu untuk mencegah infeksi,
bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah
kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamana. menjaga kebersihan
kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena memalui kuku.
Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yag terpisah.

b) kebersihan rambut
gaya rambut merupakan bagian penting dalam grooming yang baik. Jika rambut
panjang harus diikat dibelakang dalam menjaga kebersihan rambut dapat
dilakukan dua kali dalam seminggu. Keramas harussering dilakukan jika
seseorang melakukan aktivitas yang mengeluarkan keringat, seperti selesai
berolaragadan bekerja. Keramas menggunanakan sampoh atau bahan pembersih
lainya, dapat menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala.

c) kebersihan gigi dan mulut


hygiene mulut membantuh memepertahankan stataus kesehtana mulut,gigi dari
partikel-partikel makana, plak, dan bakteri memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyama yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa
penyakit yang muncul akibat perawat gigi dan mulut yang buruk adalah karies,
radang gusi, dan sariawan. Hygiene mulut yang baik memebrikan rasa sehat dan
selanjutnya menstimulasi nafsu makan maka pentinya mengososk gigi sekurang-
kuranya dua kali sehari.
d). Kebersihan mata
Mata merupakan organ yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena
sebagian besar aktivita manusia selalu menggunakan mata. Secara normal tidak
ada perawatan khusus yang perlukan untuk mata karen secara terus-menerus
diberihkan oleh air mata, kelopaka mata dan bulu mata yang mencegah
masuknya partikel asing kedalam mata. Dalam menjaga kebersihan mata dapat
dilakukan dengan cara mengusap kotoran pada mata bagian luar maa
menggunakan kain yang lembut dan bersih serta selalumelindungi dari
kemasukan debu dan kotoran
e). Kebersihan telinga
Telinga berfunsi sebagai pendengaran. Sangat penting bagi seeorang untuk
selalu menjaga kebersihan telinga, karena apabila telingah terdapat serumen
ataupun kotoran yang menumpuk dan tidak dibersihkan ,maka menggangu
fungsi pendegaran. Dalam menjaga kebersihan telingah dapat dilakukan secara
rutin sekitar 1-2× dalam seminggu. Pada saat membersihkan harus dlakukan
dengan hati-hati mengguakan alat yang bersih dan aman. Tidak diperbolehkan
menggunakan alat yang tajam seperti poniti untuk membersikan serumen yang
ada pada telinga.
f). Kebersihan hidung
dalam menjaga kebersihan hidung dapat dilakuka dengan menggunakan
kapas,sapu tangan, tisu yang bersih dengan cara mengagkat sekresi hidung
secara lembut.
g). Kebersihan kulit
kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat dilindungi
tubuh dari kuman dn trauman,sehingga diperlukan perawatan yang cukup
dalam mepertahankan fungsinya. Dalam menjaga perawatan kulit dapat
dilakukan dengan mandi,karena mandi setiap hari hari dapat menghilangkan
kotoran, bau badan,keringat dan membuat rasa nyaman. Mandi sebaiknya
dilakukan secara rutin minmal 2 kali sehari dan selalu menggunakan sabun.
Mengganti pakaian secara teratur merupakan salah atu cara menjaga
kebersihan kulit. Dalam mengaganti pakaian lebih sering apabila dalam
beraktivitas banyak berkeringat.
h. Perawatan wajah/muka
Untuk perawatan wajah dapat menggunakan kosmetik/tata rias. Tujuan
menggunakan tata rias /make up , anatara lain:
a. agar wajah tampak cantik dan menarik
b. untuk menambah rasa percaya diri
c. untuk menutupi kekurangan yang ada pada wajah,

2. Skabies
a. Definisi Scabies

Menurut for disease control and prevention (CDC), scabies adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes scabies. Tungau ini menggali
terowongan di lapisan atas kulit dan menyebabkan gatal yang para. Scabies
dapat menyebar melalui kontak kulit – ke kulit dengan orang yan terinfeksi
atau melalui kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi.
Menurut world health Organization (WHO) mendefenisikan scabies
sebagai infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau sarcoptes scabies. Scabies
dapat menyebar melalui kontak kulit –ke kulit dengan orang yang terinfeksi
atau melalui kontak dengan barang –barang yang terkontaminasi. Scabies
dapat diobati dengang krim atau losion yang mengandung permetrin atau
ivermektin.
Scabies atau kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
gigitan tungau dan menimbulka rasa gatal hingga kemerahan yang dimana di
sebabkan tungau yang disebut sarcoptes scabies yang mengali kedalam kulit.
Tungau ini termasuk dalam spesises sarcoptes scabies varietas hominis,yang
termasuk dalam kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata, dan
famili sarcoptidae. Dimana tungau betina membuat terowongan dibawah kulit
dan meninggalkan telur ditempat tersebut.( Kemenke RI ,2023)
Menurut Tim promkes RSST-RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Kalten (
2023), scabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi oleh
tungau sarcoptes scabies varietas hominis, juga dikenal dengan kudis adalah
penyakit kulit yang menula, baik dari manusia ke manusia atapu hewan ke
manusia. Penularan kudis pun sangat mudah terjadi,mulai dari kontak langsun
dengan kulit penderita hingga penggunaan barang-barang pribadi bersamaan
seperti baju, handuk, spreai, bantal, sisir, dan lain-lain. Penyakit ini dapat
menjangkiti semua orang pada umur, ras, level sosial ekonomi.
Menurut WHO dalam pratama,wibowo & Nugraheni (2016) scabies
merupakan suatu penyakit signifikasi bagi kesehatan masyrakat karena
termasuk kontributor yang substansial bagi morbiditas global.
a. Penyebab
Scabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan. Yang di mana Tungau
betina bersembunyia tepat dibawah kulit dan membuat terowongan tempat ia
bertelur. Telur menetas, dan larva tungau bergerak ke permukaan kulit,
tempat mereka dewasa. Tungau kemudia dapat menyebar ke areai kulit lain
atau ke kulit orang lain. Gatal disebabkan oleh reaksi alergi tubuh terhapap
tungua, telurnya, dan kotoranya. Kontak kulit-ke kulit, lebih jarang, berbagi
pakaian atau tempat tidur dengan penderita scabies dapat menyebarkan
tungau.
c. Gejala
Menurut artikel, mayo clinic staff,(28 juli 2022). Gejala scabies meliputi :
1. Gatal , seringkali parah dan biaanya memburuk pada malam
hari.
2. Terowongan tipis bergelombang yang terdiri dari lepuh kecil
atau benjolan di kulit.
Scabies sering ditemukan pada lipatan kulit. Namun scabies bisa muncul di
banyak bagian tubuhh. Pada orang dewasa dan anak yang lebih besar, scabies
paling sering ditemukan :
1. Diantara jari tangan dan kaki
2. Di ketiak
3. Disekitar pinggang
4. Sepanjang bagian dalam pergelangan tangan
5. Disiku bagian dalam
6. Ditelapak kaki
7. Di dada
8. Disekitar puting
9. Disekitar pusar
10. Disekitar alat kelamin
11. Didaerah selangkangan dan di pantat
Pada bayi dan anak kecil, lokasi umum terjadi scabies biasanya meliputi:
1. Jari
2. Wajah,kulit kepala dan leher
3. Telapak tangan
4. Telapak kaki
d. Pencegahan dan Pengobatan
Dalam artikel, mayon clinic staff (2022). Untuk mencegah penyebaran
penyakit scabies dapat dikakukan bebrapa langkah –langkah yang meliputi:
1. Cuci semua pakaian dan linen
Gunakan air sabun panas untuk mencuci semua pakaian, haanduk dan
pelengkapan tidur yang digunakan dalam tiga hari terakhir sebelum
memulai perawatan.
2. Membuat tungau kelaparan
Tempatkan barang- barang yang tidak bisa dicuci dalam kantong
plastik yang tertutup dan tinggalkan di tempatkan terpencil, seperti
garasi, selama seminggu.sehingga tungau mati setelah beberapa hari
tanpa makanan.
3. Bersihkan dan vakum
Membersihkan rumah untuk mencegah penyebaran scabies. Hal ini
terutama berlaku bagi penderita scabies berkrusta. Vakum furnitur,
karpet, dan lantai untuk menghilangkan sisik dan kerak yang mungkin
disebabkan oleh tungau scabies.
Menurut WHO ,(31 mei 2023) Mengobati scabies seegera mungkin adalah
cara terbaik untuk mencegah wabah. Tungau penyebab scabies biasanya mati
setelah 2-3 hari terlepas dari kulit manusia. Langakah-langkah cegah scabies
sebagai berikut:
4. Hindari kontak kulit ke kulit dengan orang yang terinfeksi, terutaman
jika orang tersebut mengalami ruam yang gatal;
5. Mengobati seluruh anggota rumah tangga juka ada yang menderita
scabies agar tungau tidak menular kepada orang lain;
6. Mencuci dan mengeringkan tempat tidur dan pakaian yang telah
bersentuhan dengan orang yang terinfeksi, menggunakan air panas
dan memgerigkan dibawah sinar matahari langsung, siklus
pengeringan panas atau dry cleaning
7. Segel barang-barang yang tidak bisa dicuci dalam kantong plastik
selama seminggu untuk menghilangkan tungau
8. Memebersihkan dan menyedot debu atau menyapu ruangan setelah
orang yang terinfeksi dirawat, terutama bagi penderita scabies
berkrusta.
3. Pengetahuan
Menurut (Notoadjmojo, 2010) dan (puspitasari, 2014). Pengetahuan adalah
merupakan hasil “ tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca idra manusia,
yakni indra penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian bear
pengetahuan manusia diperoleh melaluia mata telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang /overt behavior, karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengtahuan.

Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja
melaluai cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-
macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada tak langsung, ada yang
bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif,dan khsusus dan ada pula yang
besifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini tergantung
kepada sumbernya dengan cara dan alat pengetahuan itu di peroleh serta ada
pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang salah. Dan tentu saja yang
dikehendakai adalah pengetahuan yang benar (Suhartono,2007; Suwanti dan
Aprilin,2017).

a. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2021) pengetahuan yang dicakup dalam domai
mempunyai 6 tingkatan yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah
menginat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek ysng diketahui dan dapat menginterpretasiaka materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di
pelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysi )
Adalah suatu kemampuan untuk mejabarkan materi atau suatu objek ke
dalam kompenen-kompenen, tetapi masih dalam suatu struktur orgnisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemapuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja . dapat menggambarkan,
membedakan, memisakan, mengelompokan dan sebagainya.
5. Sintesi ( syntheysis )
Sintesis merupakan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungka bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yan
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu keampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-forulasi yang ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Berkaitan dengan kemmpuan untuk melakukan justifikasi atau penilain
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria –
kriteriayang telah ada.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dipengaruhi oleh banyak faktor.
Secara umum faktor mrmprngaruhi pengatahuan dapat di klasifikasikan menjadi
dua yaitu faktor internal ( berasal dari dalam individu ) dan faktor ekternal (
berasal dari luar indinvidu)
1. Faktor intenal
a.Usia
Menurut hurlock (di kitup dalam lestari 2018), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun . semakin cukup
umur,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyrakata seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tingggi kedewasaanya. Usia merupakan
hal yang memberikan pengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambahnya usia maka semakin mudah dalam menerima informasi
(Rohani,2013). Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Dengan bertambanya umur individu, daya tangkap dan pola pikir
seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
b. Jenis kelamin
pada pengetahuan abad -19 para penelitiandapat membedakan perempuan
dan laki-laki hanya dengan melihat otaknya, meski penelitian terbaru
menyebutkan bahwa otak secara fisik tidak ada perbedaan antara otak perempuan
dan laki-laki. Namun, menurut penelitian yang dilakukan verman, menemukan
adanya perbedaa signifikasi antara sirkuit otak perempuan dan laki-laki,bahkan
ketikan mereka melakukan hal yang sama. Pada tahun2015,Tel Aviv University
melakkan riset yang menarik dalam membandikan otak laki-laki dan perempuan.
Pada penelitian melakukan riset terhadapa 1400 orang pada lokasi grya matter di
otak. Panilitia menyebtkan pola pikir yang sebagai brain roa maps. Dari penelitia
ini cara kerja otak perempuan dan-laki laki ini dsebut sebagai femane and zone.
Perempuan lebih sering menggunakan otak kanannya, hal tersebut yang
menjadi alasan perempuan lebih mampu melihat dari berbagai sudut pandang dan
menarik kesimpulan. Masih berdasarkan penelitian Ragini Verma, otak
perempuan lebih bisa mengaitkan memori dan keadaan sosial, ini yang menjadi
alasan perempuan lebih sering mengandalkan perasaan. Menurut kajian Tel Aviv,
perempuan dapat menyerap informasi lima kali lebih cepat dibandingkan laki-laki.
Ini menjadi alasan perempuan lebih cepat menyimpulkan sesuatu dibanding laki-
laki.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki memiliki kemampuan motorik yang
jauh lebih kuat dibandingkan perempuan. Kemampuan ini dapat digunakan untuk
kegiatan yang memerlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata. Ini
menjadi salah satu alasan laki-laki lebih baik dalam olahraga yang mengandalkan
lempar-melempar bola.
Menurut Daniel Amen, otak laki-laki 10% lebih besar dibanding
perempuan, tetapi bukan berarti laki-laki menjadi lebih pintar dibandingkan
dengan perempuan. Ukuran otak tidak mempengaruhi kepintaran atau pun IQ
seseorang. Menurut Witelson, otak laki-laki lebih rentan dibandingkan dengan
otak perempuan. Selain itu, otak laki-laki mengalami perubahan seksual yang
dipengaruhi oleh hormon testosteron. Meskipun biasanya ukuran otak laki-laki
lebih besar dibanding ukuran otak perempuan, faktanya hippocampus pada
perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Hippocampus adalah bagian otak yang
menyimpan memori, salah satu alasan. perempuan bisa mengolah informasi lebih
cepat seperti yang sudah disebutkan di atas. Adanya perbedaan respon antara
perempuan dan laki-laki terjadi karena perempuan memiliki verbal center pada
kedua bagian otaknya, sedangkan laki-laki hanya memiliki verbal center pada otak
bagian kiri. Biasanya ini yang menyebabkan perempuan lebih suka berdiskusi,
bergosip, bercerita panjang lebar dibanding laki-laki. Laki-laki lebih suka melihat
sesuatu yang mudah, mereka tidak memiliki koneksi yang baik tentang hal-hal
yang melibatkan perasaan, emosi, atau curahan hati. Itu sebabnya, perempuan
suka mengeluhkan bahwa laki-laki tidak cukup peka, melupakan hal-hal yang
dianggap penting oleh perempuan seperti ulang tahun pernikahan. Hal ini dipicu
karena otak laki-laki tidak didesain untuk terkoneksi pada perasaan
atau emosi. Laki-laki biasanya ketika memutuskan sesuatu jarang melibatkan
perasaan. Laki-laki juga jarang menganalisis perasaannya dibandingkan dengan
perempuan yang biasanya selalu melibatkan perasaan dalam memutuskan sesuatu.
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi misalnya di bidang kesehatan sehingga memberikan
pengaruh positif bagi kualitas hidup seseorang. Pendidikan mempengaruhi
seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan dan umumnya semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi.
Seseorang yang menempuh pendidikan jenjang pendidikan formal, akan terbiasa
untuk berpikir secara logis dalam menghapi sesuatu permasalahan. Hal ini
dikarenakan dalam proses pendidikan formal, individu akan diajarkan untuk
mengidentifikasi masalah, menganalisa suatu permasalahan dan mencoba untuk
memecahkan atau mencari solusi atas suatu permasalahan.
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa halhal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut
YB Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
akan pola hidun terutama dalam memotivasi untuk sikan berpesan serta
dalam pembanguna pada umummnya maki tingggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah menrimah informasi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan pada dasarnya merupakan aktivitas yang dilakukan manusia
baik untuk
mendapatkan gaji (salary) atau kegiatan yang dilakukan untuk mengurus
kebutuhannya seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau yang lainnya.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adakalanya
pekerjaan yang dilakukan seorang individu akan memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada individu untuk memperoleh pengetahuan atau bisa juga aktivitas
pekerjaan. yang dimiliki malah menjadikan individu tidak mampu mengakses
suatu informasi.
Pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai
sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja
merupakan kegiatan yang menyita waktu (Rahmawati dan Umbul, 2014).
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara untuk
mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
di masa lalu untuk memecahkan masalah. Pengalaman merupakan suatu kejadian
yang dialami seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak
pengalaman seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam
hal ini, pengetahuan ibu yang pernah melahirkan seharusnya lebih tinggi daripada
pengetahuan ibu yang belum melahirkan sebelumnya.
d. Sumber informasi
Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam memperoleh
pengetahuan yaitu dengan cara mengakses berbagai sumber informasi yang ada di
berbagai media. Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, semakin
memudahkan bagi seseorang untuk bisa mengakses hampir semua informasi yang
dibutuhkan. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudah
memperoleh informasi semakin cepat seseorang memperoleh pengetahuan yang
baru.
e. Minat
Minat akan menuntun seseorang untuk mencoba dan memulai hal baru
sehingga pada akhirnya akan mendapatkan pengetahuan yang lebih dari
sebelumnya. Minat atau passion akan membantu seseorang dan bertindak sebagai
pendorong guna pencapaian sesuatu hal keinginan yang dimiliki individu. Minat
merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minatyang lebih
mendalam.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada didalam lingkungan
tersebut. Contohnya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap
menjagakebersihan lingkungan.
g.Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi. Seseorang yang berasal dari lingkungan yang
tertutup seringkali sulit untuk menerima informasi baru yang akan disampaikan.
Hal ini biasanya dapat ditemui pada beberapa komunitas masyarakat tertentu

4. Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut nomoatmodjo (2019) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
kompen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosianal atau evaluasi orang terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to beha).
a. Komponen sikap
Menurut nomoatmodjo ( 2019) seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri
dari berbagai tingkatan berdasarkan , yaitu
a. Menerima (receiving)
Menerimah diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon ( Responding)
Merespon diartikan memberikan jawaan atau tanggapan pertanyaan
atau tanggapan pertnyaan atu objek yang dihadapi.
c. Menhargai ( valuing )
menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya
dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
mengnjurkan oeang lain merspon.
d. Bertanggung jawab ( Responsible)
Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah diyankininya
dengan segala resikomerupakan sikap yang dipalin tinggi. Sikap
dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapa atau pernyataan
responden terhadap suatu objek.

c. Pembentukan Sikap
Terdapat tiga komponen penting yang membentuk sikap yaitu, komponen
kognitif, afektif, dan perilaku. Berikut ini pembahasan menganani masing-
masing komponen.
a. Cognitively Based Attitude
Sikap dapat berasal dari keyakinan seseorang mengenai
karakteristik dari objek sikap. (Aronson, Wilson, Akert, 2012). Contohnya,
jika Anda mempertimbangkan sikap seseorang terhadap suatu objek
seperti air purifier dengan melihat fakta-fakta mengenai objek tersebut.
Sikap seseorang terhadap air purifier dapat terbentuk dari keyakinan
tentang manfaat objektif dari merek tertentu, seperti seberapa baik merek
tersebut dapat menyedot kotoran, berapa biaya yang dibutuhkan untuk
membeli air purifier tersebut.

b. Affectively Based Attitude


Sikap dapat berasal dari perasaan dan values yang dimiliki
seseorang (Aronson, Wilson, Akert, 2012). Berdasarkan pengertian
tersebut, sering muncul pertanyaan seperti jika affectively based attitude
tidak berasal dari pemeriksaan akan fakta tentang seseorang, objek atau ide
yang dievaluasi, dari manakah sumber-sumber sikap ini berasal value yang
dimiliki seseorang seperti agama dan keyakinan moral. Selain perasaan
dan value, sumber lainnya yang mendasari affectively based attitude
diantaranya seperti, reaksi sensori seperti saat menyukai rasa dari cheese
cake terlepas dari jumlah kalori yang di konsumsi dari memakan kue
tersebut, kemudian reaksi estetis seperti saat seseorang mengagumi sebuah
lukisan yang seseorang lihat saat mengunjungi museum seni. Sumber
lainnya dari affectively based attitude juga dapat melalui conditioning.
Salah satu contoh dari affectively based attitude seperti, jika menyuka
suatu tas dengan alasan sesederhana karena seseorang menyukai tas
tersebut terlepas dari fungsi utama tas tersebut. Berdasarkan contoh di atas
menunjukkan bahwa sikap seeorang dapat terbentuk condong dari
perasaan yang di rasakan terhadap tas tersebut dibandingkan fakta objektif
yang ada mengenai tas tersebut.

c. Behaviorally Based Attitude:


Sikap juga dapat berasal dari observasi akan bagaimana seseorang
berperilaku terhadap suatu objek (Aronson, Wilson, Akert, 2012).
Contohnya, jika seseorang bertanya ke temannya tentang seberapa suka
dirinya berolahraga dan jika dia menjawab bahwa dia menganggap suka
berolahraga karena sepertinya dia selalu pergi berlari atau pergi ke gym
untuk berolahraga, dapat dikatakan ia memiliki behaviorally based
attitude. Hal itu karena dia bersikap lebih condong didasarkan pada
observasi akan perilakunya daripada kognisi atau
perasaannya dari berolahrag.

5. Pengurus Panti Asuhan


a. Peran dan Tanggung jawab
Pengurus secara umum bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
berkaitan dengan pengelolaan Panti Asuhan baik kedalam maupun keluar, adapun
tugas Pengurus antara lain,
1. Menetapkan kebijakan Panti.
2. Mengadakan rapat rutin setiap sebulan sekali.
3. Menerima anak asuh setiap ajaran baru.
4. Mengadakan pembekalan untuk anak asuh yang lulus;
5.Menghadiri undangan baik yang berhubungan dengan Persyarikatan ataupun
instansi lain;
6. Pengajian rutin
7. Penggalian sumberdana;
8. Menerima dan memeriksa pemasukan dan pengeluaran keuangan;
10. Membuat laporan keuangan secara rutin atas penerimaan dan pengeluaran
setiap bulan;
11. Bersama – sama Pengurus dan Pengasuh menyelesaikan permasalahan anak
asuh;
12. Mengadakan pembinaan secara rutin kepada anak asuh;
13. Menerima kunjungan, study banding, penelitian dan lain – lain.
14. Pengurus Panti Asuhan bertanggung jawab kepada Pengurus MWC NU .

b. Pengetahuan dan Sikap Penggurus Panti Asuhan Tentnang Personal


Hygiene

6. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kejadian Skabies


Pengetahuan dapat menjadi faktor yang mempermudah terjadinya Cara
atau kebiasaan kesehatan yang baik. Pengetahuan memiliki peranan dalam
membentuk tindakan seseorang, dalam hal ini ialah tindakan pencegahan
penyebaran penyakit skabies. Dari berbagai penelitan menunjukkan Cara yang
berdasarkan pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan Cara yang tidak
berdasarkan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Adri, dkk (2016)
menunjukkan terdapat. hubungan yang kuat antara pengetahuan responden
mengenai DBD dengan tindakan pencegahan DBD pada masyarakat di
Kecamatan Baiturrahman.

Tanpa sikap yang positif maka tidak. akan terjadi perubahan perilaku pada
seseorang. Hal ini disebabkan sikap merupakan faktor yang melatarbelakangi
perubahan perilaku yang menyediakan pemikiran rasional atau motivasi terhadap
suatu perilaku kesehatan. Sikap merupakan variabel yang paling
berhubungan dengan.

B. kerangka teori

Kerangka teori adalah garis besar atau rencana seperangkap konsep


sistematis yang saling berhubungan dan berkaitan erat yang membentuk
pandangan tentang siatu masalahyang menjadi pegangan pokok peneliti untuk
memperediksi jawaban atau permasalahan penelitian ( Notoatmodjo,2010).
Berikut ini adalah kerangka teori yang mempengaruhi pengetahuan
pengurus panti asuhan tentang personal hygiene dengan kejadian scabies dapat
dilihat pada gambar 1.

PERSONAL HYGIENE

SCABIES

Pengurus panti

pengetahuan Sikap

 Pendidikan  Perilaku

 Tingkat pengetahuan  Komponen sikap

 Faktor mempengaruhi  Pembentukan sikap


pengatauan
C. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep-konsep atau


variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep tentang Gambaran pengetahuan dan sikap
pengurus panti asuhan santa susana timika jaya kabupaten mimika tahun 2024
dilihat pada gambara 2.

Karakteristik :
 Pendidikan
 Perilaku
 Umur
 Jenis kelamin

1. Pengetahuan pengurus panti tentang personal


hygiene (variabel bebas)
2. Kejadian scabies (variabel terikat)
3. Sikap pengurus panti tentang personal
hygiena (variabel bebas)
4. Kejadian scabies (variabel terikat)
D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segalah sesuatu yang berbentuk apa


saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk di pelajari
sehingga didapatkan informasih mengenai hal tersebut dan dapat diartikan sebuah
keimpulan.

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubanya atau


timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Karakteristik (umur, perilaku,jenis kelamin, pendidikan)

b.Pengetahuan pengurus panti tentang personal hygiene

c.Sikap pengurus panti tentang personal hygiene

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengarui atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kejadian scabies
E. Defenis Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang


dimaksud atau tentan apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2010)

No Variable Defenisi Ala dant Cara Hasil Ukur Skala

ukur Pengukuran

1 Jenis Jenis kelamin responden Kuesioner Perempuan Nominal


yang diteliti wawacara Laki-laki
kelamin langsung

2 Umur Umur responden yang Kuesioner 17-65 Nominal


dihitung sejak lahir Wawancara Tahun
sampai waktu pebelitian langsung
3 Pendidikan Jejang pendididka formal Kuesioner Sd Ordinal
yang diselesaikan atau Wawacara Smp
ditambakan responden langsung Sma
Sarjana
Akademi/D-
III
4 Perilaku Perilaku responden Kueioner Baik jika Nominal
terhadap kejadian scabies Wawacara memenuhi
langsung syarat ≥
75% benar
Kurang baik
jika tidak
memenuhi
≤ 75 %
benar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Deskriptif yaitu


penelitian yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, situasi,
karakteristik individual,atau kelompok tertentu secara objektif. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah.....pada penelitian ini bermaksud mendeskripsikan
pengetahuan mahasiswa di program studi D-III sanitasi kampus mimika

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode


survey,merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulkan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu
tertentu. Metode ini mengumpulkan informasi dari tindakan atau sikap
seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, nilai. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan surei salah satunya yaitu dengan penyebaran
kuesioner.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilasakana di panti asuhan santa susana


kabupaten mimika tahun 2024.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangkah waktu penelitian yan dibutukan


untuk memperoleh data yang dibutuhkan selama penelitian waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan mei 2024.

C. Obyek penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Notoamodjo,2018). Populasi dalam penelitian yang dilakukan adalah
pengurus panti asuhan santa susana kabupaten mimika tahun 2024. Jumlah
populasi sebanyak ( ... ) orang

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh


populasi (Notoatmodjo,2018). Untuk mendapatkan sampel pada penelitian
menggunakan sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik pemilihan
sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugioyo,2019).

a. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitianini adalah


teknik Non probability sampling yaitu cara pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
jenuh, dimana semua populasi dalam penelitian ini dijadikan
sampel.

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk


mengumpulkan suatau data yang diperlukan dalam suatu data yang
diperlukan dalam suatu peneliatia. Instrumen penelitian dapat berupa
kuesioner,formulir observasi, dan formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan dan sebagainya (Nursalam, 2015).

E. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah respon jawaban dari
responden setelah diberikan pertanyaan dalam lembar kuesioner tentang
Gambaran Pengetahuandan sikap penguru panti asuhan santa susana tentang
personal hygiene dengan kejadian scabies ditimika jaya kabupaten mimika tahun
2024.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung


dengan menyebarkan angket (kuesioner). penyebaran kuesioner dilakukan kepada
sumber data.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang telah di teliti dan
dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
dialami dalam penelitian ini.

F. Teknik pengumpulan data

Teknik ini dilakukan untuk mengubah data yang telah diperoleh menjadi
informasi yang dapat dibaca (Notoatmodjo, 2010). Tahapan dalam proses ini
adalah sebagai berikut:
a. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang


telah diperoleh atau dikumpulkan. Tahap ini dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah pengumpulan data. Pada penelitian ini, tahap
editing dilakukan dengan memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi.

b. Coding

Coding merupakan tahap pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori, pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan
dan analisa data menggunakan komputer.

c. Tabulating

Tabulating yaitu usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data


yang akan menjurus ke analisis kuantitatif. Tabulasi digunakan untuk
menciptakan statistik deskriptif variabel yang diteliti.

d. Entry data

Data entri merupakan usaha untuk memasukkan data yang telah diperoleh
dari masing-masing responden yang dalam bentuk "kode" (angka) ke dalam
software komputer atau database computer kemudian dianalisa.

e. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah


dientry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
meng-entry data ke computer,

G. Analisis Data

Analisa yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah univariat. Teknik
ini berlaku untuk setiap variabel tunggal. Teknik univariat berfungsi untuk
memberikan gambaran populasi dan penyajian hasil deskriptif melalui frekuensi
serta distribusi tiap variabel (Nursalam, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai