Anda di halaman 1dari 31

PHARMACEUTICAL CARE IV

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

KELAS 6B

Dila Noraisyah NIM. 11194762010573


Husnus Saniah NIM. 11194762010679
Melinda Dian Puspita NIM. 11194762010585
Nadia Oktavia Winda NIM. 11194762010591
Yunita Aulia NIM. 11194762010615

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Definisi Infeksi Saluran Kemih........................................................................ 1

B. Epidemiologi, Etiologi, dan Pravalensi............................................................ 1

C. Patofisiologi...................................................................................................... 4

D. Tanda dan Gejala Penyakit................................................................................4

E. Algoritma Pengobatan...................................................................................... 5

F. Tatalaksana Berdasarkan Guideline..................................................................6

BAB II PENYELESAIAN KASUS.......................................................................9

A. Kasus.................................................................................................................9

B. Kajian Administrasi.........................................................................................10

C. Kajian Farmasetis............................................................................................10

D. Kajian Klinis dengan Metode SOAP.............................................................. 11

BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Algooritna Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Laki-laki.................. 5

Gambar 1.2 Algooritna Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Perempuan...............6

ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran
kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan
menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra (Sari & Muhartono, 2018).

Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyakit infeksi dimana


jumlah bakteriuria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin
>100.000 /ml urin. Bakteriuria asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin
positif tanpa keluhan, sedangkan bacteriuria simtomatik didefinisikan sebagai
kultur urin positif disertai keluhan- keluhan (Sari & Muhartono, 2018).

Infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehata karena kebiasaan


yang kurang baik dan bisa menjadi faktor terjadinya infeksi saluran kemih,
seperti kurang menjaga personal hygiene yang baik khusunya pada sistem
urogenitalia. Masalah kesehatan saluran kemih terutama pada remaja yang
merupakan penduduk yang cukup rentan mengalami infeksi saluran kemih,
sehingga tidak hanya kuratif tetapi juga perlu dilakukan preventif (Nursalam,
2021) . Infeksi saluran kemih mengenai pada sepanjang saluran kemih karena
patogen yang berkembangbiak didalam saluran kemih. Mikroorganisme yang
naik dari saluran uretra ke dalam kandung kemih akan berkembangbiak
sehingga meningkat jumlahnya dan itu bisa menyebabkan infeksi pada
saluran kemih (Paramita et al., 2019).

B. Epidemiologi, Etiologi, dan Pravalensi


1. Epidemiologi
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua
tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus

1
2

dilaporkan per tahun. Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari
segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua.
ISK umumnya terjadi pada wanita, sekitar 25-40% wanita di
Amerika Serikat berusia 20-40 tahun pernah memiliki ISK. Penelitian di
Swedia dan Eropa menunjukkan bahwa 1 dari 5 wanita dewasa
mengalami ISK, penyakit ini adalah masalah global yang umum terjadi.
Epidemiologi ISK di daerah tropis kurang terdokumentasi dengan baik.
ISK tampaknya berhubungan dengan kelainan struktur anatomi seseorang.
Kelompok pasien ISK terbesar adalah wanita dewasa. Kejadian ISK pada
wanita cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. ISK pada
wanita berusia 18-30 tahun (sering terkait dengan kegiatan seksual,yang
sering muncul adalah sistitis dan berkaitan dengan kehamilan).Tingkat
infeksi tinggi pada wanita pascamenopause karena kondisi kandung
kemih dan prolaps uterus yang menyebabkan pengosongan kandung
kemih tidak tuntas; penurunan estrogen menyebabkan perubahan pada
flora normal vagina (terutama hilangnya lactobacilli), sehingga
menyebabkan kolonisasi di periurethral dengan kuman pathogen seperti
gram negatif, seperti E coli. Penyakit medis seperti diabetes mellitus
menyebabkan resiko infeksi saluran kemih meningkat.
Menurut American Urology Association, Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah masalah kesehatan yang signifikan di lingkungan berbasis
komunitas dan rumah sakit. Diperkirakan 150 juta ISK terjadi di seluruh
dunia setiap tahun (AUA, 2016). Sementara itu penduduk Indonesia yang
menderita infeksi saluran kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.
Infeksi saluran kemih di Indonesia prevalensinya masih cukup tinggi,
menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah
penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per100.000 penduduk
pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Darsono, et al.,
2016).
ISK lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. Lebih dari 60%
wanita pernah mengalami gejala dan setiap tahun sekitar 10% wanita
mengalami ISK (Sobel & Kaye, 2017) . Pada anak-anak usia sekitar satu
3

tahun, kejadian ISK pada anak laki- laki yang tidak di khitan adalah
20,3% dibandingkan 5% pada anak perempuan. Namun pada usia
prapubertas ketika sekitar 3% anak perempuan didiagnosis dengan ISK
dibandingkan 1% anak laki-laki. Insiden ISK pada pria meningkat setelah
usia 60 tahun, hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi
pada struktur dan fungsi saluran kemih yang mengganggu pengosongan
normal dengan benign prostatic hyperplasia sebagai penyebab paling
umum dari obstruksi aliran urin (Pezzani & Antinori, 2018).
2. Etiologi
E-coli menyebabkan 70-95% dari ISK pada saluran atas dan bawah.
Berbagai organisme bertanggung jawab sisa infeksi yang lain, termasuk
S saprophyticus, kelompok Proteus, kelompok Klebsiella, Enterococcus
faecalis. Enterobacteriaceae dan jamur. Beberapa spesies umum terlibat
seperti Staphylococcus saprophyticus pada wanita muda, namun S.
saprophyticus dapat menghasilkan sistitis akut pada wanita yang lebih
tua dan pada pria muda. ISK yang menjadi keprihatinan berasal dari
infeksi nosokomial. ISK ini terjadi pada pasien di institusi pelayanan
kesehatan dan pada mereka yang sering terpapar antibiotik sehingga
menyebabkan multidrug-resistant gram-negative, karena menghasilkan
beta-laktamase (ESBL) dan memproduksi karbapenemase. Faktor risiko
terpenting bagi bakteriuria adalah pemasangan kateter pada saluran
kemih. Delapan puluh persen dari ISK nosokomial berhubungan dengan
kateterisasi uretra, sementara 5-10% terkait dengan manipulasi
genitourinaria. Kateter yang tidak aseptic memasukkan organisme ke
dalam kandung kemih dan menyebabkan kolonisasi di permukaan
saluran kemih sehingga terjadi adhesi bakteri dan menyebabkan iritasi
mukosa.
Hubungan seksual berkontribusi pada peningkatan risiko, termasuk
penggunaan alat kontrasepsi. Pemeriksaan panggul rutin juga dikaitkan
dengan peningkatan risiko ISK selama 7 minggu pasca prosedur. Wanita
yang berusia lanjut, hamil, atau memiliki kelainan struktural saluran
kemih atau obstruksi memiliki risiko ISK yang lebih tinggi.
4

3. Pravelensi
Masalah kesehatan infeksi saluran kemih setiap tahun jumlahnya
meningkat. Berdasarkan Data Worlds Health Organization (WHO),
jumlah penderita infeksi saluran kemih di dunia mencapai sekitar 8,3 juta
orang dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga 9,7 juta
orang. Pada penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit salah satu
di Amerika serikat didapatkan angka kematian akibat infeksi saluran
kemih di perkirakan sekitar 13.000 orang atau sekitar 2,3% angka
kematian (Maulani & Siagian, 2022) . ISK yang terjadi di Indonesia
sendiri kasus yang terjadi masih tinggi. Angka insiden masalah kesehatan
penyakit saluran kemih pada remaja usia 10-18 tahun sebesar 35%-42%
serta dewasa muda usia 19-22 tahun sebesar 27%-33% (Maulani &
Siagian, 2022) . Masalah pada kesehatan infeksi saluran kemih
merupakan infeksi yang banyak terjadi pada seseorang setelah
infeksi pada pernafasan. Sekitar 8,3 juta kasus ISK didapatkan
pertahun terjadi pada perempuan dan sekitar 4,2 juta kasus terjadi pada
laki-laki

C. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui
bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi
saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme penyebab ISK
umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang
berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal
(Fitriani, 2013).
5

D. Tanda dan Gejala Penyakit


Gejala yang muncul saat seseorang terkena ISK adalah, nyeri saat
buang air kecil, nyeri pada pangkal paha, demam, nyeri pada perut, nyeri
padatestis, kesulitan saat buang air kecil, urin berbau dan berwarna (Eska &
Nofitri, 2018).

E. Algoritma Pengobatan

Gambar 1.1 Algooritna Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Laki-laki (Coyle &
Prince, 2005)
6

Gambar 1.2 Algoritma Terapi Infeksi Saluran Kemih pada Perempuan (Coyle
& Prince, 2005)

F. Tatalaksana Berdasarkan Guideline


Kombinasi sulfametoksazole dan trimethoprim atau biasa disebut
kotrimoksazol dapat menghambat sintesis asam dihidrofolat bakteri melalui
kompetisi dengan asam para-aminobenzoat mengakibatkan inhibisi
pertumbuhan bakteri. Meskipun keduanya bersifat bakteriostatik, namun bila
dikombinasikan dapat menjadi bakterisid terhadap bakteri yang sama. Pada
umumnya, kombinasi ini merupakan kombinasi yang bersifat potensiasi
7

(saling menguatkan) serta menurunkan resiko resistensi. Aktivitas


antibakterinya cukup bagus pada banyak patogen penyebab ISK Kecuali pada
Pseudomonas aeruginosa (Thay & Rahardja, 2013).

Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi


ketiga yang memiliki spektrum luas terhadap bakteri gram negatif, namun
efikasinya rendah pada bakteri gram positif. Meskipun demikian, antibiotik
ini memiliki efikasi yang baik terhadap beberapa organisme yang resisten
terhadap antibiotik tertentu. Mekanisme kerjanya dengan mengikat satu atau
lebih protein pengikat penisilin, merupak sintesis sel dinding bakter, dan
bersifat bakterisid. Dosis lazimnya antara 1-2 gram secara intravena pada 2
hingga 4 pemberian dalam sehari dan tidak melewati 4 gram sehari.
Seftriakson kontraindikasi dengan pasien yang memiliki hipersensitifitas
terhadap seftriakson. Antibiotik ini berinteraksi dengan aminoglikosida yang
mengakibatkan naiknya potensi nefrotoksik. Penggunaan bersamaan
probenesid akan meningkatkan kadar seftriakson melalui penghambatan
kliren (Thay & Rahardja, 2013).

Kombinasi amoksisilin dan klavulanat, biasa disebut co-amoxiclav.


Amoksisilin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan terikat pada sisi
protein pengikat penisilin. Penambahan klavulanat dapat menghambat enzim
beta laktamase yang dikeluarkan bakteri untuk merusak cincin beta laktam
pada amoksisilin. Kombinasi ini jarang menimbulkan alergi dan efektif pada
sebagian besar bakteri penginfeksi, kecuali pada spesies mycoplasma dan
legionella. Dosis penggunaan pada dewasa antara 500-875 mg dua kali sehari
peroral atau 250-500 mg tiga kali sehari selama 7-10 hari. Interaksinya dengan
walfarin atau heparin dapat meningkatkan resiko pendarahan. Antibiotik ini
akan bekerja sinergis Bersama pemberian antibiotik golongan aminoglikosida
(Thay & Rahardja, 2013).

Sefotaksim merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi


ketiga. Antibiotik ini sering digunakan sebagai terapi parenteral awal pasien
pediatrik yang mengalami pielonefritis akut. Dosis dewasa 1-2 gram intravena
atau intra muscular tiap 6-8 jam. Sefotaksim dikontra indikasikan pada pasien
8

yang memiliki alergi terhadap sefotaksim. Konsentrasi sefotaksim akan


meningkat bila berinteraksi dengan probenesid. Penggunaan sefotaksim
sebaiknya berhati-hati pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, alergi
penisilin, dan memiliki riwayat colitis (Thay & Rahardja, 2013).

Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan kuinolon untuk


menangani berbagai jenis infeksi akibat bakteri, misalnya infeksi saluran
kemih, infeksi pada saluran pencernaan, infeksi pada mata, dan infeksi
menular seksual. Jenis obat ini bekerja dengan membunuh atau mencegah
perkembangan bakteri yang menjadi penyebab infeksi. Dosis dewasa 250 mg
tiga kali sehari secara oral (Thay & Rahardja, 2013).
BAB II
PENYELESAIAN KASUS

A. Kasus
Pasien Laki-laki berusia 26 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan
demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus,
pusing (+) disertai mual (+). ± 2 hari sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri
perut bagian kanan dan kiri bawah. Nyeri terasa terus menerus dan pasien
merasa BAK terasa panas, anyang-anyangan (+), hematuria (-), kencing batu
(-), kencing pasir (-), BAB tidak ada keluhan.

Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 130/80 mmHg. Nadi : 83x/menit,


isi dan tegangan cukup, frekuensi respirasi : 20x/menit, suhu : 37 ºC, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada epigastrium, lumbal
dextra et sinistra dan suprapubic (+).

Riwayat pribadi :

1. Kebiasaan minum air putih : Sedikit


2. Kebiasaan ganti celana : 3 – 4x sehari
3. Kebiasaan menahan kencing : Diakui

Riwayat social :

Biaya pengobatan pasien ditanggunng oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup

Resep yang diterima Tn. Aldebaran berikut :

Dr. Akbar, Sp.U


Alamat Praktek : Jl. A. Yani No. 2, Bnajarmasin
SIP : DU 222/2018
Banjarmasin, 1-3-2023
R/ Inf RL 20 Tpm
R/ Inf Ceftriaxon 2 gram
S1 dd 1
R/ Paracetamol
S2 dd 1 tab (j/p)

9
10

R/ Inj. Ranitidin
S2 dd 1 amp
R/ Na. Diclofenac
S2 dd 1 tab

Pro : Tn. Aldebaran (26 th)


Alamat : Gaton 2/1 Duren Bandungan Kab. Semarang

B. Kajian Administrasi

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Nama Pasien ✓
Umur Pasien ✓
1. Jenis Kelamin Pasien ✓
Berat Badan Pasien ✓
Tinggi Badan Pasien ✓
Nama Dokter ✓
Nomor Izin Dokter ✓
2.
Alamat Dokter ✓
Paraf Dokter ✓
3 Tanggal Resep ✓
4 Ruangan/Unit Asal Resep ✓

C. Kajian Farmasetis

No Kriteria ADA TIDAK


1. Nama, Bentuk dan Kekuatan Obat ✓
2. Jumlah Obat ✓
3. Stabilitas dan Inkompatibilitas ✓
4. Aturan dan Cara Penggunaan Tidak Lengkap
11

D. Kajian Klinis dengan Metode SOAP


SUBJECTIVE

Pasien laki-laki berusia 26 tahun


• Demam sejak 1 hari SMRS ( demam dirasakan mendadak dan
terus menerus)
• Pusing
• Mual
• Nyeri perut bagian kanan dan kiri bawah
• BAK terasa panas
• Anyang – anyangan
• Tidak ada hematuria, kencing batu, kencing pasir
• Tidak ada keluhan BAB
Riwayat pribadi :
• Kebiasaan minum air putih : sedikit
• Kebiasaan ganti celana : 3 - 4 x sehari
• Kebiasaan menahan kencing : diakui
Riwayat sosial ekonomi :
• Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS.
• Kesan ekonomi cukup

OBJCTIVE

Diagnosa : Observasi febris dd / ISK dan Dispepsia


Pemeriksaan fisik ditemukan :
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 83 x per menit
• Frekuensi Respirasi : 20 x per menit
• Suhu tubuh : 37°C
• Pemeriksaan abdomen : nyeri tekan pada epigastrium, lumbal
dextra et sinistra dan suprapubik
• Uji kultur bakteri: bakteri gram positif
12

ASSESSMENT

Problem
Subjective Objective Terapi Drp
medik
 ISK atas  Pasien laki- Diagnosa : - Inj. Menurut
(ginjal) laki berusia Observasi Ceftriaxon PIONAS POM
26 tahun febris dd / e 2 gram Ceftriaxone
Demam ISK dan kurang aktif
sejak 1 hari Dispepsia dalam melawan
SMRS Pemeriksaan bakteri gram
(demam fisik positif,
dirasakan ditemukan : sehingga
mendadak  Tekanan diganti dengan
dan terus darah : obat
menerus) 130/80 trimethoprim
 Pusing mmHg 100
 Mual  Nadi : 83 x mg sebagai lini

 Nyeri perut per menit pertama untuk

bagian kanan  Frekuensi melawan

dan kiri Respirasi : bakteri

bawah 20 x per gram positif,

 BAK terasa menit dengan

panas  Suhu tubuh : aturan pakai 2 x

 Anyang – 37°C sehari 1 tablet,

anyangan  Pemeriksaan sesudah makan

 Tidak ada abdomen : selama 3 hari

hematuria, nyeri tekan PCNE:

kencing pada P1.2 efek

batu, epigastrium, pengobatan

kencing lumbal tidak

pasir dextra et optimal

sinistra I3.6 Obat


 Tidak ada
dimulai
13

keluhan dan
BAB suprapubik - Inj. Sebaiknya tidak
Riwayat  Uji kultur Ranitidin diberikan Inj
pribadi : bakteri: Ranitidin
 Kebiasaan bakteri gram karena pasien
minum air positif tidak
putih : mengalami
sedikit masalah
 Kebiasaan pada lambung,
ganti sehingga
celana : 3 - 4 pengobatan ini
x sehari tidak diperlukan
 Kebiasaan PCNE:
menahan P3.2 Perawatan
kencing : obat
diakui yang tidak perlu
Riwayat sosial
ekonomi :
 Biaya - Na. Menurut

pengobatan Diklofenak PIONAS.POM

pasien analgesik untuk

ditanggung saluran kemih

oleh BPJS. menggunakan

 Kesan Fenazopiridin

ekonomi 100

cukup mg 2 x sehari 1
tablet selama 5
hari sehingga
pemberian Na
Diclofenak
kurang tepat
PCNE:
14

P2.1 kejadian
obat
merugikan
C1.1 obat tidak
sesuai menurut
pedoman

 Mual Pasien
muntah mengalami
mual akan
tetapi pada
resep tidak
diresepkan obat
sehingga
direkomendasi-
kan obat
antimual yaitu
Domperidone
10 mg 3 x
sehari 1 tablet
selama 5 hari
PCNE:
P1.3 indikasi
yang
tidak diobati
C1.6 tidak ada
obat

 Demam Pasien
mengalami
demam sejak 1
hari SMRS
15

(demam
dirasakan
mendadak dan
terus menerus)
tetapi pada
resep tidak
diresepkan obat
sehingga
direkomendasi-
kan obat
Paracetamol
500 mg 3 x
sehari 1 tablet
selama 3 hari

PLAN
16

Farmakologi:
 ISK:
Diberikan Trimethoprim 100 mg sebanyak 28 tablet untuk 14 hari, diminum
2 x sehari 1 tablet sesudah makan, tiap 12 jam, dihabiskan
 Demam dan pusing:
Diberikan parasetamol 500 mg sebanyak 15 tablet untuk 3 hari, diminum 3
x sehari 1 tablet tiap 8 jam, sesudah makan bila demam dan pusing
 Mual:
Diberikan Domperidone 10 mg sebanyak 15 tablet untuk 5 hari, diminum 3
x sehari 1 tablet sebelum makan, bila mual
 Nyeri:
Diberikan fenazopiridin 100 mg sebanyak 10 tablet untuk 2 hari, diminum 2
x sehari 1 tablet sesudah makan, bila nyeri
 Mengganti cairan tubuh:
Diberikan infus RL 20 tetes per menit

Non-Farmakologi:
 Minum air putih yang banyak
 BAK sesuai kebutuhan
 Jaga kebersihan organ intim
 Jangan menahan berkemih
 Diet rendah garam
 Mengkonsumsi makanan kaya akan zat besi
 Makan makanan yang sehat dan bergizi

Monitoring:
 Efek terapi:
- Keluhan: Demam sembuh, nyeri berkurang, pusing, mual berkurang
- TTV: Suhu badan normal
- Hasil lab: Kembali normal
 Efek Samping:
17

- Trimethoprim: Muntah, sakit perut, diare (gangguan saluran cerna)


- Parasetamol: hepatotoksik
- Domperidone: Sakit kepala, mulut terasa kering
- Fenazopiridin: Urin berwarna orange, gangguan saluran cerna
- Infus RL: penggunaan jangka panjang menyebabkan alkolisis metabolic
 Lama Penggunaan:
- Trimethoprim : 14 hari
- Paracetamol : 3 hari
- Domperidone : 5 hari
- Fenazopiridin : 2 hari
- Infus RL : Sampai terganti cairann tubuh yang terbuang

KONSELING
18

Nama obat: Trimethoprim 100 mg


Kegunaan: Antibiotik
Aturan pakai: 2 x sehari 1 tablet, tiap 12 jam, sesudah makan, di Habiskan
Jumlah obat: 28 tablet
Efek samping: gangguan saluran cerna
Penyimpanan : Simpan di wadah tertutup dan hindari sinar matahari langsung

Nama obat: Domperidone 10 mg


Kegunaan: Antimual
Aturan pakai: 3 x sehari 1 tablet sebelum makan
Jumlah obat: 15 tablet
Efek samping: Sakit kepala, mulut terasa kering
Penyimpanan : Simpan di wadah tertutup dan hindari sinar matahari langsung

Nama obat: Parasetamol 500 mg


Kegunaan: Obat pusing dan demam
Aturan pakai: 3 x sehari 1 tablet, tiap 8 jam, sesudah makan
Jumlah obat: 9 tablet
Efek samping: Hepatotoksik
Penyimpanan : Simpan di wadah tertutup dan hindari sinar matahari langsung

Nama obat: Fenazopiridin 100 mg


Kegunaan: Antinyeri
Aturan pakai: 2 x sehari 1 tablet, sesudah makan
Jumlah obat: 4 tablet
Efek samping: Urin berwarna orange, gangguan saluran cerna
Penyimpanan : Simpan di wadah tertutup dan hindari sinar matahari langsung

Nama obat: Infus RL


Kegunaan: Pengganti cairan tubuh
Aturan pakai: 20 tetes per menit
Jumlah obat: 1
19

Efek samping: penggunaan jangka panjang menyebabkan alkolisis metabolik


20

LABELING

apt. Kelompok 6, S.Farm


58748/SIPA/V/2020

01 11/04/2023
Tn. Aldebaran (26 tahun) dr. Akbar, Sp.U
Trimethoprim 100 mg
2 X Sehari 1 tablet, tiap 12 jam (Jam 8 pagi dan jam 8 malam)
Sesudah makan, harus dihabiskan
(Antibiotik)

apt. Kelompok 6, S.Farm


58748/SIPA/V/2020

01 11/04/2023
Tn. Aldebaran (26 tahun) dr. Akbar, Sp.U
Domperidone 10 mg
3 X Sehari 1 tablet (tiap 8 jam)
Sebelum makan
(Antimual/ Obat Mual)
21

apt. Kelompok 6, S.Farm


58748/SIPA/V/2020

01 11/04/2023
Tn. Aldebaran (26 tahun) dr. Akbar, Sp.U

Paracetamol 500 mg
3 X Sehari 1 tablet (tiap 8 jam)
Sesudah makan
(Obat Pusing dan Demam)

apt. Kelompok 6, S.Farm


58748/SIPA/V/2020

01 11/04/2023
Tn. Aldebaran (26 tahun) dr. Akbar, Sp.U
Fenazopiridin 100 mg
2 X Sehari 1 tablet (tiap 12 jam)
Sesudah makan
(Antinyeri/Obat Nyeri)
22

apt. Kelompok 6, S.Farm


58748/SIPA/V/2020

01 11/04/2023
Tn. Aldebaran (26 tahun) dr. Akbar, Sp.U

Infus RL
20 tetes/menit
(Pengganti Cairan Tubuh)
23

COPY RESEP

APOTEK PHARMACEUTICAL CARE

Jln. Pramuka No. 2 Banjarmasin

Telp (0551) 747 8100

SIA : 503/1540.a/SIA/IV.15/DISKES

SIPA : 56748/SIPA/V/2020

APA : apt.Kelompok 6, S. Farm


Nama dokter : dr. Akbar, Sp. U Nomor resep : 01
Nama Pasien : Tn. B Alamat pasien : Gaton 2/1 Duren
Bandungan Kab.
Semarang
Tanggal ditulis diresep : 01/03/2023
Tanggal dibuat : 11/03/2023

R/ Trimethoprim 100 mg tablet No. XXVIII


S 2 dd 1 tab p.c (Dihabiskan)
det
R/ Domperidone 10 mg tablet No. XV
S 3 dd 1 tab a.c
det
R/ Paracetamol 500 mg tablet No. IX
S 3 dd 1 tab p.c prn
det
R/ Fenazopiridin 100 mg tablet No. IV
S 2 dd 1 tab p.c
det
R/ Infus RL No. I
20 tetes per menit
det
PCC

Stampel

apt. Kelompok 6, S. Farm


BAB III
KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih
manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan
urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra (Sari & Muhartono, 2018) . Pada kasus penyakit ISK (Infeksi
Saluran Kemih) yang dibahas pasien diberikan obat, untuk antibiotic Trimetrophin
100 mg (2 x sehari 1 tablet sesudah makan) yang mana merupakan lini pertama
untuk melawan bakteri gram positif. Pasien mengalami nyeri yang mana diberikan
obat Fenazopiridin 100 mg (2 x sehari 1 tablet sesudah makan) karena merupakan
obat analgesic yang tepat untuk penyakit ISK. Pasien mengalami mual maka
diberikan Domperidone 10 mg (3 x 1 tablet sehari sebelum makan) dan demamnya
diberikan Paracetamol 500 mg (3 x sehari 1 sesudah makan). Dan juga diberikan
Infus RL untuk menggantikan cairan tubuh pasien yang hilang.

24
DAFTAR PUSTAKA
AUA, 2016. Adult UTI. Medical Student Curriculum.

B, P., 2019. Kapita Selekta 2 Uroginekologi. Banjarmasin: PT. Grafika Wangi


Kalimantan.

Coyle, E. A. & Prince, R. A., 2005. Urinary Tract Infection and Prostatitis. 7th ed.
USA: The McGraw Hill Comparies.

Darsono, M. & S., 2016. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami
Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Dinamika Keehatan, Volume I.

Eska, J. & Nofitri, R., 2018. Penerapan Metode Forward Chaining Diagnosa
Penyakit Infeksi Saluran Kemih Berbasis Web. Semin Nas R.

Fitriani, 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien
yang Terpasang Kateter Menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makasar.

Kurniawan, A. W., 2017. Manajemen Sistem Perkemihan. 1st ed. Malang: Literasi
Nusantara.

Maulani, D. & Siagian, E., 2022. Hubungan Pengetahuan Dan Kebersihan


Urogental Dengan Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, Volume 4, pp. 1269-1280.

Nursalam, R. M., 2021. Faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan infeksi


saluran kemih pada mahasiswi keperawatan di universitas airlangga.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume 12, pp. 131-136.

Pezzani, M. D. & Antinori, S., 2018. "Introduction to Urinary Tract Infections: An


Overview on Epidemiology, Risk Factory, Microbiology and Treatment
Options" dalam Massimo Tonolini (Ed.) Imaging and Intervention in
Urinary Tract Infections and Urosepsis. Switzerland : Springer
International Publishing.
26

Purnomo, B. B., 2014. Dasar-dasar urologi. Malang: CV Sagung Sto.

Sari, R. P. & Muhartono, 2018. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan
Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas
Lampung. Fakultas Kesehatan Universitas Lampung, pp. 115-120.

Sobel, J. & Kaye, D., 2017. Urinary tract infections in Mandell GL, Douglas,
Bennett JE eds. Mandell, Douglas, and Bennett's Infections Diseases
Essentials. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Thay, T. H. & Rahardja, K., 2013. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai