Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH +
ABDOMINAL PAIN DI RUANG MAWAR RS UMUM UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG

Oleh:

Nama : Salvinia Salvy Prihanta


NIM : 202120461011206

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI


SALURAN KEMIH + ABDOMINAL PAIN DI RUANG MAWAR RS UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR


KELOMPOK – 17

Nama : Salvinia Salvy Prihanta


NIM : 202120461011206
Tgl. Praktek/Minggu ke : 21 Maret 2022/ Minggu ke-1

Malang, 23 Marer 2022


Pembimbing Lahan, Pembimbing

(......................................................) (Ollyvia Freeska Dwi Marta, S.Kep., Ns., M.Sc.)

Mahasiswa

(Salvinia Salvy Prihanta)


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian ISK dan Abdominal Pain


Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia
merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ
yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Infeksi
saluran kemih adalah infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan jumlah
kuman biakan urin >100.000 /ml urin. Menurut National Kidney and Urologic Diseases
Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering
setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir
hingga orang tua (Sari & Muhartono, 2018).

Nyeri abdomen merupakan nyeri yang dirasakan pada daerah di atas


pelvis/pinggul tetapi di bawah tulang rusuk. Nyeri Perut atau Nyeri abdomen dapat
muncul bila ada keterkaitan dengan suatu penyakit yang serius atau sebagai gangguan dari
sistem pencernaan. Nyeri pada perut bukan hanya sebatas masalah dari organ lambung.
Terdapat banyak organ di sekitar perut yang dapat menimbulkan rasa nyeri bila timbul
kelainan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan pemeriksaan mulai dari gejala fisik
hingga pemeriksaan diagnostik untuk memastikan penyakit yang sedang diderita
(Sugianto et al., 2020).

B. Etiologi
Menurut (Sari & Muhartono, 2018), penyebab dari ISK di antaranya :
1. 1. Berdasarkan epidemiologi, E.coli dan Staphylococcus saprophyticus
merupakan penyebab yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih yaitu
sebesar 80% terutama pada usia kurang dari 50 tahun
2. 2. Faktor kebersihan diri baik kebersihan pada organ vital maupun kebersihan
diri. Hal ini dikarenakan bakteri patogen saluran kemih berasal dari rektum dan
vagina sehingga ketika kebersihan diri yang baik akan menyebabkan bakteri
patogen tidak dapat menetap dan berkolonisasi pada saluran kemih.
3. 3. Kebiasaan menahan buang air kecil akan mengganggu fungsi pertahanan
tubuh pada saluran kemih dalam melawan infeksi yaitu akan terganggunya fungsi
pengeluaran urin yang merupakan mekanisme untuk mengeluarkan
mikroogranisme secara alami. Kebiasaan menahan buang air kecil juga akan
menyebabkan stasis urin dan menyebabkan infeksi saluran kemih.
4. 4. Peran potensial hubungan asupan cairan pada pencegahan infeksi saluran
kemih termasuk mempertahankan pH optimal urin. Kurangnya asupan minum
akan berkaitan dengan peningkatan osmolalitas dan keasaman urin. Sebagai
konsekuensinya epitel di saluran kemih akan secara tidak langsung akan
memudahkan adhesi bakteri yang akan menyebabkan peningkatan resiko infeksi
saluran kemih.

Sedangkan adanya gejala nyeri abdomen dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
yang didasari yaitu :
1. Infeksi
2. Inflamasi
3. Obstruksi
4. Menstruasi
5. Gangguan pencernaan.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infkesi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa gejala
(asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari yang ringan (panas, uretritis, sistitis)
hingga cukup berat (pielonefritis akut, batu saluran kemih dan bakteremia). Gejala yang
timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat buang air kecil atau
setelahnya, disuria, warna air seni sangat pekatseperti air the, nyeri pada bagian pinggang,
hematuria (kencing berdarah), perasaan tertekan pada perut bagian bawah, rasa tidak
nyaman pada bagian panggul serta panas tubuh. Kasus asimptomatik berhubungan
dengan meningkatnya resiko terjadinya infeksi simptomatik berulang yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal (Irawan & Mulyana, 2018)
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi infeksi
dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas peilonefritis yang paling sering dijumpai,
ditandai adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang disertai
diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak spesifik berupa mudah terangsang,
tidak nafsu makan, dan berat badan yang menurun pada anak usia <2 tahun dapat
disertai demam (Nursamsu & Febriliant, 2020).
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein, dan
darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria, leukosituria
biasanya ditemukan pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK
simtomatik, tetapi tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat
juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril perlu
dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan Ureaplasma
urealitikum. Neutrophil gelatinase associated lipocalin urin (uNGAL) dan rasio uNGAL
dengan kreatinin urin (uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK. Peningkatan
uNGAL dan rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK (Pardede, 2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai pemeriksaan skrining dan
penunjang diagnosa infeksi saluran kemih adalah leukosit esterase dan nitrit (Gaw, A dkk,
2011). Dan Menurut Roring, A.G dkk (2016) bahwa salah satu parameter yang bermakna
dalam mendiagnosis ISK adalah jumlah leukosit dalam sedimen urine
b. Pemeriksaan darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah
(LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif, merupakan indikator non-spesifk ISK
atas. Kadar prokalsitonin yang tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang valid untuk
pielonefritis akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract infection) dan skar
ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses inflamasi.
Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β) meningkat pada fase akut
infeksi, termasuk pada pielonefritis akut.
c. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal imaging procedures
untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuk ultrasonogram (USG), radiografi (foto
polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning.

E. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi
pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah
mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain
umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang,
RVU, dan obstruksi saluran kemih (Elmaghfuroh & Wahyudi, 2019)
Sedangkan menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang
atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik
secara akut dan kronik.

F. Epidemologi
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai
dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek
dibandingkan laki-laki (Purnomo, 2014). Menurut data penelitian epidemiologi klinik
melaporkan 25%-35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National
Kidney and Urology Disease Information Clearinghouse (NKUDIC) juga
mengungkapkan bahwa pria jarang terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi
masalah serius (NKUDIC, 2012). Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai
lebih dari 7 juta kunjungan per tahun, dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40%
wanita akan mengalami ISK setidaknya sekali selama hidupnya, dan sejumlah besar
perempuan ini akan memiliki infeksi saluran kemih berulang (Gradwohl, 2011)
Prevalensi pada lanjut usia berkisar antara 15 sampai 60%, rasio antara wanita dan
laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa muda wanita kurang dari 5%
dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah sumber penyakit utama dengan perkiraan 150
juta pasien pertahun diseluruh dunia dan memerlukan biaya ekonomi dunia lebih dari 6
milyar dollar (Kasih et al., 2019)

G. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua
ureter dan ginjal. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme ke
dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam
introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal
dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian
naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Afrilina et al., 2017)
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat
tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi.
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian kateter

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan perawatan berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Mencegah konstipasi
3) Perubahan pola hidup, diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
d) Menghindari kopi, alkohol
4) Mengatasi nyeri akut dan gangguan lainnya
b. Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa yaitu
pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi
infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan
gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan secara empiris
disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada
penderita geriatri mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya
dengan memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi
(kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas :
a Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
b Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
b) Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan
klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
.
c) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan
klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran
kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien.
e) Riwayat penyakit keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan
klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti Diabetes Mellitus,
hipertensi. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari
anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada
penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
f) Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
a) Nutrisi Frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak dikarenakan bila
adanya mual dan muntah. Apakah terdapat nafsu makan menurun. Bagaimana
keadaan nafsu makan anak sebelum dan sesudah sakit.
b) Cairan Bagaiamana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis minuman
yang dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum dalam 24 jam. Bagaimana intake dan
ouput cairan.
c) Eliminasi Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang
air kecil, bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah nyeri pada
bagian suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau kekhasan, bagaimana
warna air kencingnya, bagaimana karakteristik urine, dan bagaimana volume urine
sebelum dan setelah sakit.
d) Istirahat dan tidur Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air
kecil, atau adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
e) Personal Hygine Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi,
gosok gigi, mencuci rambut, dan memotong kuku.
f) Aktivitas atau mobilitas fisik Pergerakan terbatas atau tidak dalam
melaksanakan aktivitasnya, apakah memerlukan bantuan perawat dan keluarga
g) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya berinteraksi
dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit. Adakah hambatan dalam
interaksi sosial dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat).

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe yaitu
pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pemeriksaan ini meliputi:
1) Kepala Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
a) Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman atau kecoklatan,
edema, dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak, tekstur kepala kasar
atau halus, akral dingin atau hangat.
2) Rambut Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
a) Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang atau
tidak.
b) Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.
3) Wajah Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka dan
kelainan pada kepala.
a) Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau missal
lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada parase/kelumpuhan.
b) Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan menekan
kepala sesuai kebutuhan
4) Mata Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan otot-
otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau pandagan pada mata.
Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis.
a) Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau medriasis.
b) Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan
dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.
5) Telinga Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.
a) Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk, kebersihan,
lesi. b) Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
6) Hidung Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasi
atau sinusitis.
a) Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret.
b) Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.
7) Mulut dan gigi Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut dan gigi.
a) Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir
sumbing)warna,kesimetrisan, kelembaban pembengkakan, lesi, amati jumlah
dan bentuk gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
b) Palpasi : pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada massa atau tumor,
pembengkakan dan nyeri.
8) Leher Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan
organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
a) Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakan dan
samping.
b) Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid.
9) Abdomen Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.
a) Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
b) Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
c) Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
d) Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
10) Dada Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan, adanya
nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
a) Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi interkosta,
amati pergerakan paru.
b) Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
c) Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
d) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler, wheezing/crecles.
11) Ekstremitas atas dan bawah Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-
gangguan pada ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai
ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
12) Kulit Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan inspeksi
dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab, dan apakah terdapat
oedem

J. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan ataupun proses keshidupan yang dialaminya baik yang aktual
maupun potensial (SDKI, 2016). Dalam penelitian ini diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada pasien infeksi saluran kemih dan abdominal pain yang disadur dalam
SDKI (2016) adalah:
a) Nyeri Akut
b) Hipertermi
c) Gangguan Eliminasi Urin
d) Hipovolemi
e) Defisit Pengetahuan

K. Perencanaan Asuhan Keperawatan (SLKI & SIKI)


Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

( SLKI ) ( SIKI )

Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)


keperawatan selama 3 jam, maka Observasi:
tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi,
dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil (L.08066) : frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 0-1 - Identifikasi skala
2. Meringis menurun nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi fsktor
4. Kesulitan tidur menurun yang mempermudah
dan memperingan
nyeri
- Monitor efek
samping penggunaan
analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
- Kontrol lingkungan
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi
keperawatan selama 1x7 jam (I.15506)
diharapkan termoregulasi Observasi
membaik dengan kriteria - Identifikasi penyebab
hasil (L.14134) : hipertermia
- Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh membaik (36,50 – - Montor kadar
37,50 ) elektrolit
2. Suhu kulit membaik Terapeutik :
3. Menggigil menurun - Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
(minum yang cukup
yaitu 1,5 -1,7 liter per
hari
- Berikan kompres
hangat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antipiretik
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urin
Eliminasi Urin keperawatan selama 3x8 jam (I.04152)
maka eliminasi urine membaik Observasi
dengan kriteria hasil (L.04034) : - Identifikasi tanda dan
gejala retensi atau
1. Sensasi berkemih meningkat inkontinensia urine
2. Urgensi menurun - Identifikasi faktor
3. Karakteristik urin membaik yang menyebabkan
(warna kuning jernih, bau tidak retensi atau
meyengat, jumlah urin output inkontinensa urine
400-800 cc/hari) - Monitor eliminasi
4. Frekuensi BAK membaik (5-7 urine (frekuensi,
kali/24 jam konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Terapeutik
- Ambil sampel urine
tengah (midstream)
atau kultur
- Catat waktu-waktu
dan haluran berkemih
Edukasi
- Ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
- Anjurkan minum
yang cukup (1,5-2
liter), jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan mengambil
sample urine
midstream
Hipovolemi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 3x8 (I.03116)
jam diharapkan status cairan Obsevasi
membaik - Periksa tanda dan
dengan gejala hipovolemi
kriteria hasil (L.03028) : - Monitor intake dan
1. Intake cairan membaik output cairan
2. Turgor kulit membaik Terapeutik
3. Perasaan lemah menurun - Berikan asupan caira
oral, minum 1,5 liter
– 2 liter
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian caian IV
isotonis atau
hipotonis

Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


Pengetahuan keperawatan selama 1x2 jam (I.12383)
diharapkan tingkat pengetahuan Observasi
meningkat dengan - Identifikasi kesiapan
kriteria hasil (L.12111) dan kemampuan
1. Perilaku sesuai anjuran menerima informasi
meningkat - Identifikasi faktor-
2. Verbalisasi minat dalam faktor yang dapat
belajar meningkat meningkatkan dan
3. Perilaku sesuai dengan menurunkan motivasi
pengetahuan meningkat perilaku hidup bersih
4. Kemampuan menjelaskan dan sehat
pengetahuan tentang ISK Terapeutik
meningkat - Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- Edukasi faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan terkait
infeksi saluran kemih.
Edukasi cara cebok
yang benar, edukasi
kebiasaan menahan
buang air kecil,
edukasi minum air
putih perhari min. 2
liter/hari
- Ajarkan PHBS

4. Pemeriksaan Lab
PATHWAY INFEKSI SALURAN KEMIH
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Fokus


Tgl. Pengkajian : 23 Maret 2022 No. Register : 1897538
Jam Pengkajian : 19.00 Tgl. MRS : 21 Maret 2022
Ruang/Kelas : Mawar (306.3)

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Yulia Nurrahmawati Nama : Halimah
Thusadiah
Umur : 27 Thn Umur : 25 thn
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Desa Oo RT 2
Kec. Dompu, Kab. Dompu,
Prov. NTB
Gol. Darah :B Hubungan dengan Klien : Saudara
Alamat : Desa Oo RT 2 Kec. Dompu, Kab. Dompu, Prov. NTB

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Nyeri perut bagian bawah dan nyeri pinggang dirasakan sejak 1 mgg yang lalu, saat BAK
keluar darah, terasa panas saat BAK, demam sebelum dibawa ke RS

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Nyeri perut bawah dan pinggang masih terasa, demam (-), pusing (+), mual (-), muntah (-),
diare (-), sesak (-)

III. DIAGNOSA MEDIS


ISK + Abdominal Pain

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut dan pinggang dirasakan sejak 1 mgg yg lalu. Sebelumnya
pasien belum pernah mengalami hal serupa dan ini pertama kalinya. Pasien merasa lemah
dan lemas akibat nyeri yang dirasakan sehingga dibawa ke RS UMM. Pasien melakukan
sejumlah pemeriksaan darah, urin, dan rontgen. Hasilnya dokter mengharuskan pasien
untuk di rawat inap.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan memiliki gastritis sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit

Pola pemenuhan kebutuhan Makan Makan / Minum


nutrisi dan cairan (Makan dan Jumlah : 5x sehari Jumlah : 3x sehari
Minum ) Jenis : Jenis :
- Nasi : putih - Nasi : putih
- Lauk : tahu, tempe, ayam - Lauk : ayam, tahu, tempe
goreng - Sayur : sayur sop
- Sayur : sayur kol, sup - Minum/Infus : sehari
- Minum : air putih ± 1 botol minum air putih 1 botol
ukuran sedang (500cc) dan besar (1500 cc) dan
biasanya teh terpasang infus NS 0,9%

Pantangan : tidak ada Pantangan : tidak ada

Kesulitan Makan / Minum : Kesulitan Makan / Minum :


Tidak ada Tidak ada

Usaha Mengatasi kesulitan : Usaha Mengatasi kesulitan :


Tidak ada Tidak ada

Pola Eliminasi BAK pasien 3x sehari, berwarna BAK pasien 5x sehari, warna
BAK : Jumlah, Warna, Bau, kecoklatan seminggu terakhir kekuningan, lancar, bau khas
Masalah, Cara Mengatasi. sebelum MRS, bau khas urin, urin, tidak menggunakan
nyeri pada saluran kemih, kateter
disuria, nyeri abdomen dan
BAB : Jumlah, Warna, Bau, pinggang, hematuria, mengatasi
Konsistensi, Masalah, Cara dengan langsung pergi ke dokter BAB baru keluar sekali selama
Mengatasi. di RS, feses lembek. Tidak ada
BAB pasien lancar, hampir masalah, namun keluarga
setiap hari 1x, bau khas feses, memberikan minyak kayu putih
konsistensi lembek, tidak ada di perutnya untuk
masalah meningkatkan rasa nyaman
Pola Istirahat Tidur Pasien tidur ± 4 jam sehari, sulit Pasien sulit tidur selama di RS
- Jumlah/Waktu tidur, terbiasa tidur siang hari karena nyeri yg dirasakan, tidur
- Gangguan Tidur namun sulit di malam hari
hanya 4 jam sehari, upaya yang
- Upaya Mengatasi gangguan karena banyak pikiran, upaya yg
tidur dilakukan untuk mempermudah dilakukan dengan bermain
- Apakah mudah terbanguan tidur dengan bermain gadget gadget
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun

Pola Kebersihan Diri (PH) Selama di rumah pasien mandi Di rumah sakit pasien hanya
- Frekuensi mandi 1x/hari, mencuci rambut 1x/2 diseka sehari sekali, belum
- Frekuensi Mencuci rambut
hari, gosok gigi 3x/hari, jarang pernah mencuci rambut, belum
- Frekuensi Gosok gigi
- Keadaan kuku menggunting kuku dan pernah gosok gigi sejak MRS,
- Melakukan mandiri/ melakukan seluruh aktivitasnya kuku panjang, dan ke kamar
dibantu
mandiri mandi mandiri tanpa dibantu

Aktivitas Lain Pasien mengatakan Aktivitas pasien di RS hanya


Aktivitas apa yang dilakukan menghabiskan waktu luang beristirahat ditempat tidur, dan
klien untuk mengisi waktu
dengan berolahraga dan jalan- ke kamar mandi untuk BAB
luang ?
jalan di sela-sela perkuliahannya dan BAK

2. Riwayat Psikologi
Pasien merasa cemas dan gelisah karena menginjak semester akhir dan memiliki masalah
pribadi dengan pasangan. Namun pasien menerima keadaan penyakit saat ini dan tidak
berputus asa.

3. Riwayat Sosial
Hubungan sosial pasien dengan tetangga atau orang sekitar baik. Pasien mengatakan saat
ini kerabatnya tahu bahwa dirinya sedang sakit.

4. Riwayat Spiritual
Anak pasien mengatakan pasien sholat 5 waktu sewaktu dirumah, namun saat ini
kondisinya masih lemah sehingga tidak melaksanakannya.
VI. Konsep diri
A. Gambaran diri
Pasien memiliki citra tubuh yang baik terhadap diri sendiri. Px mampu menerima segala
perubahan tubuh dan tidak pernah mengungkapkan keputusasaannya.
B. Ideal Diri
Ideal diri pasien baik, harapan terhadap diri dan keinginan mudah dicapai dan realistis
C. Harga Diri
Pasien tidak merasa malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, hubungan sosial tidak
terganggu, dan tetap percaya diri
D. peran
Peran pasien sebagai mahasiswa tingkat akhir membuat pasien cemas dan kerap kali stres
E. Identitas Diri
Pasien menerima dirinya penuh dan mengakui gender yg dimiliki

VII. Pemeriksaan Fisik (23/3/22)


A. Keadaan Umum
Pasien tampak jauh lebih baik dari sebelumnya, mimik wajah masih meringis namun
berkurang, GCS 456
B. Pemeriksaan TTV
Saat MRS Saat Pengkajian
T : 100/70 T :100/70
0
S :36 S :36,6
N :79 N :80
RR : 19 RR : 19
SpO2 : 99% SpO2 : 98%

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + / - ),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / - ),
luka( + / - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau (Ya / tidak), Konjunctiva dan
sclera perubahan warna (anemis / an anemis), Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil
terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna Kornea
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ), menggunakan Oksigen tidak
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis), warna
bibir (sedikit pucat) lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries
( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah (terdapat
selaput putih), Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: lesi ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ),
penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna
....., transparansi ......, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
e. Keluhan lain: tidak ada

4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan
(+/- ). Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-), Trepanasi ( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + /
- ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ), posisi
trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - )
c. Keluhan lain: pasien masih sering merasa pusing

5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ? normal, sedikit kering.
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi suprasternal (
+ / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s /
Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak
sama). Lebih bergetar sisi ............................
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih /
halus / kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqui (
+/-)
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ),
Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain tidak ada
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
Keluhan lain terkait dengan paru: tidak ada

b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada

6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + /
- ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )

PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras
/ lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar
tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya ............ Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner
ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri
tekan ( + / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N =
ginjal tidak teraba).
PERKUSI
tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : pasien merasakan nyeri di
abdomen bagian bawah

7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal (Pasien Tidak Bersedia)


a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra :
penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...................... Scrotum dan testis :
beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
b. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan ( + / -
), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
c. Keluhan lain: tidak ada keluhan

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Lesi (-), kelainan tulang belakang (-), deformitas (-), fraktur (-) , nyeri tekan (+)
Keluhan lain: pasien merasakan nyeri pinggang hingga 2 hari setelah MRS

9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) ……,
terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )

- -
b.Palpasi
Oedem : - - Lingkar lengan : …………Lakukan uji kekuatan otot : 5 5

5 5
c.Keluhan lain: tidak ada keluhan

10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan


Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi
kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama dibanding
dengan hantaran udara, Uji swabach : memanjang / memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan.
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, adakah nyeri telan. Tidak
Keluhan lain: tidak adak keluhan

11.
Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
oPemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ............. OS ............
oTanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )
oPemeriksaan lapang pandang : Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
o Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri …………, dengan palpasi taraba
……
o Keluhan lain: tidak ada keluhan pada penglihatan

12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


a.Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata 4
Menilai respon Verbal 5
Menilai respon motorik 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis / Apatis /
Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)
b.Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), kaku kuduk ( + / -), mual –
muntah ( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
c.Memeriksa nervus cranialis
Nervus I - Olfaktorius (pembau ), Nervus II - Opticus ( penglihatan ), Nervus III -
Ocumulatorius, Nervus IV- Throclearis, Nervus V – Thrigeminus, Nervus VI-
Abdusen, Nervus VII – Facialis, Nervus VIII- Auditorius, Nervus IX- Glosopharingeal,
Nervus X – Vagus, Nervus XI- Accessorius, Nervus XII- Hypoglosal
d.Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris / asimetris), atropi ( + / -) gerakan-gerakan yang tidak disadari
oleh klien ( + / -)
e.Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul , benda tajam. Menguji sensai panas / dingin,
kapas halus, minyak wangi.
f.Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis : R.Bisep, R. Trisep, R. Brachioradialis, R. Patella, R. Achiles

Reflek Pathologis, Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus


tertentu. Yang diperiksa adalah R. Babinski, R. Chaddok, R.Schaefer, R. Oppenheim, R.
Gordon, R. Bing, R.Gonad.
g.Keluhan lain yang terkait dengan Neurologis : tidak ada keluhan

13. Pemeriksaan Kulit/Integument


a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna Kulit, Bila ada luka bakar
dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %, cyanotik ( + / -)
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ), Struktur
(keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada daerah
mana?
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar (+/-),
Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi ( + / - ),
Vitiligo/Hipopigmentasi (+/ - ), Tatto (+ /- ), Haemangioma (+/-), Angioma/toh(+ /-
), Spider Naevi (+ /- ), Striae (+ /-)
b.Pemeriksaan Rambut
Inspeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), rontok (+/-), warna .......... Alopesia
( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : kuku panjang, tampak kotor, dan CRT kembali < 2 detik
d.Keluhan lain: tidak ada

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal 21/Maret/2022)


A. DARAH LENGKAP
Leukosit : 13.560 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : 5.480.000 ( N : 4,1- 5,5 juta µL )
Trombosit : 283.000 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : 13,6 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : 43,8 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
B. KIMIA DARAH
Ureum :16,1 ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 0,5 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
SGOT : 25 ( N : <31 )
SGPT : 27 ( N : <31)
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : ............................ ( N : 100 mg/dl )
GD 2 jpp : ............................. ( N : 140 – 180 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : ............................. ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : ............................. ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ............................. ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ............................. ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
D. PEMERIKSAAN LAB LAIN :
Urinalisis
Warna Urin : kuning
Kekeruhan : agak keruh
Bilirubin : negatif (N : negatif)
Leukosit : negatif (N : negatif)
Kristal (40x) : 1+ amorf
Bakteri (40x) : 1+ kokus
Lain-lain : negatif

E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Hasil USG (22/3/22)
Kesimpulan : debris intravesica urinaria dan terdapat lesi solid myometrium,
suspek intramural myoma uteri
Hasil pemeriksaan rontgen polos (21/3/22)
Kesimpulan : normal

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menolong keselamatan klien dan terapi
farmakologis (obat-obatan) apa saja yang sudah diberikan.
Injeksi :
1. Inf. Asering I 20 tpm
2. Inj. Getidin 50 mg
3. Inj. Santagesik 1 gr
4. Inj. Omeprazole 1x
5. Inj. Dexketoprofen 2x1
6. Inj. Cefotaxime 2x1
Obat Oral :
1. Natrium Bicarbonat 3x1

TTD PERAWAT

( Salvinia Salvy Prihanta)


B. Analisa Data
DATA MASALAH DIAGNOSA
PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Mayor : Agen Pencedera fisiologis Nyeri Akut Nyeri Akut b/d agen
Subjektif : pencedera fisiologis
Pasien mengeluh nyeri di d/d pasien merasakan
bagian perut bawah dna nyeri abdomen dan
pinggang. Nyeri seperti pinggang, tampak
ditusuk tusuk dan muncul meringis dan sulit
tiba-tiba. Nyeri tidak disertai tidur (D.0077)
sesak napas. Nyeri menjalar
hingga ke diafragma. Pasien
mengatakan skala nyeri 5.
Nyeri tidak dapat hilang saat
istirahat dan terasa
memberat saat bergerak dan
terjadi selama kurang lebih 2
menit

Objektif :
- Tampak meringis
- Protektif
- Gelisah
- Sulit tidur

Minor
Subjektif : -
Objektif :
- Berfokus pada diri
sendiri
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
Mayor Penyakit Akut (ISK) dan Ansietas Ansietas b/d Penyakit
Subjektif : krisis situasional Akut (ISK) dan krisis
- Pasien mengeluh situasional d/d pasien
cemas dan gelisah cemas, tampak
karena menginjak meringis dan sulit
semester akhir tidur
ditambah dengan (D.0080)
nyeri yang dirasakan
akibat penyakit akut
- Sulit berkonsentrasi
Objektif ;
- Tampak gelisah
- Sulit tidur

Minor
Subjektif :
- Terkadang px
mengeluh pusing
Objektif :
- Muka pucat
- Kontak mata kurang
baik

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis d/d pasien merasakan nyeri abdomen dan pinggang,
tampak meringis dan sulit tidur (D.0077)
2. Ansietas b/d Penyakit Akut (ISK) dan krisis situasional d/d pasien cemas, tampak meringis
dan sulit tidur (D.0080)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl
1. Nyeri Akut Setelah Manajemen Nyeri (I.08238) Rabu, - Mengidentifikasi pengkajian nyeri Rabu, S : Pasien mengatakan
pasien (PQRST)
b/d agen dilakukan Observasi: 23 26 nyeri mulai membaik
- Mengidentifikasi skala nyeri pasien
pencedera tindakan - Identifikasi lokasi, Maret (5) Mei dengan skala nyeri 3
- Memonitor efek samping analgesik
fisiologis d/d keperawatan karakteristik, durasi, 2022 2021
dan pasien tidak mengalami EFO
pasien selama 1x 3 frekuensi, kualitas, apapun O:
- Mengontrol lingkungan pasien
merasakan jam, maka intensitas nyeri - Meringis cukup
mulai dari bed, pencahayaan,
nyeri tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri keteraturan benda sekitar bed menurun
- Mengedukasi pasien terkait
abdomen dan menurun - Identifikasi fsktor yang - Gelisah cukup
penyebab, pemicu nyeri, dan
pinggang, dengan mempermudah dan strategi pereda nyeri menurun
- Memposisikan pasien semi fowler
tampak kriteria hasil memperingan nyeri A:
- Mengajarkan teknik
meringis dan (L.08066) : - Monitor efek samping nonfarmakologi untuk mengontrol Masalah teratasi sebagian
nyeri dengan aromaterapi, relaksasi
sulit tidur 1. Keluhan penggunaan analgesik
benson, dan relaksasi nafas dalam
(D.0077) nyeri menurun Terapeutik - Memberikan injeksi dexketoprofen P:
dan santagesik sesuai order
0-1 - Berikan teknik Lanjutkan tindakan
2. Meringis nonfarmakologi penggunaan arometerapi,
menurun - Kontrol lingkungan relaksasi dan kolaborasi
3. Gelisah - Fasilitasi istirahat dan tidur analgesik
menurun Edukasi
4. Kesulitan - Jelaskan penyebab, periode,
tidur menurun dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Ansietas Setelah Terapi Relaksasi (1.09326) Rabu, - Melakukan validasi relaksasi Rabu, S : Pasien mengatakan
b/d dilakukan Observasi 23 yang pernah digunakan 23 cemas sedikit berkurang
tindakan - Identifikasi teknik - Memodifikasi lingkungan
Penyakit Maret Maret
keperawatan relaksasi yang efektif sekitar (lampu, ventilasi dan
Akut (ISK) selama 1x3 digunakan 2022 bed) 2022 O:
dan krisis jam - Monitor respons - Mengajarkan dan - Gelisah cukup
diharapkan terhadap terapi relaksasi menjelaskan tujuan dan
situasional menurun
tingkat Terapeutik manfaat guided imagery dan
d/d pasien ansietas - Ciptakan lingkungan terapi murottal - Tegang cukup
cemas, menurun tenang dan tanpa - Mendemonstrasikan dan menurun
(L.09093), gangguan mengedukasi pasien untuk
tampak A:
dengan - Gunakan pakaian melakukannya setiap kali
meringis kriteria hasil : longgar cemas Masalah teratasi sebagian
dan sulit - Gunakan relaksasi
- Verbalisasi
tidur sebagai penunjang dan P:
kebingung
nada suara lembut
(D.0080) an Lanjutkan intervensi
Edukasi
menurun
- Jelaskan tujuan, relaksasi, memonitor dan
- Gelisah
manfaat, dan jenis menganjurkan untuk
menurun
- Jelaskan secara rinci
- Tegang dilatih setiap kali cemas
relaksasi yang dipilih
menurun
- Anjurkan rileks dan datang
- Pola tidur
sering mengulang dan
membaik
merasakan sensasi
relaksasi
- Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Afrilina, I., Erly, E., & Almurdi, A. (2017). Identifikasi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran
Kemih pada Pasien Pengguna Kateter Urine di ICU RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode
01 Agustus-30 November 2014. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), 196.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i1.670
Elmaghfuroh, D. R., & Wahyudi, Y. (2019). Terapi Kombinasi Terhadap Nyeri Akut Abdomen
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Borneo Journal of Medical Laboratory
Technology, 2(1), 120–124. https://doi.org/10.33084/bjmlt.v2i1.1090
Irawan, E., & Mulyana, H. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Prosiding Seminar Nasional Dan Diseminasi Penelitian Kesehatan, April, 1–12.
Kasih, A., Yanah, M., Herlina, S., Pembangunan, U., & Veteran, N. (2019). Determinan
Terjadinya Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Dewasa di RSUD Kota Bekasi Determinant
of the Occurance of Urinary Tract Infections in Adult Patients in the City of Bekasi sebutan
ISK merupakan penyakit yang infeksi nosokomial , dengan UTI yang te. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11, 60–71.
Nursamsu, N., & Febriliant, M. R. (2020). Wanita Usia 31 Tahun dengan Infeksi Saluran Kemih
Berulang dan Rejeksi Transplan Ginjal: Suatu Laporan Kasus. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 6(4), 204. https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i4.245
Sari, R. P., & Muhartono. (2018). Event Numbers Urinary Tract Infection (Uti) and Risk Factor
that Affecting on Female Employees In University of Lampung. Majority, 7(3), 115–120.
http://digilib.unila.ac.id/24540/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf
Sugianto, S., Megadhana, I. W., Suwiyoga, K., Suwardewa, T. G. A., Mayura, I. G. P. M.,
Suardika, A., & Putra, I. W. A. (2020). Infeksi Saluran Kemih Sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Persalinan Preterm. Intisari Sains Medis, 11(2), 823.
https://doi.org/10.15562/ism.v11i2.774

Anda mungkin juga menyukai