Anda di halaman 1dari 12

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO I
INFLAMASI DAN INFEKSI SALURAN KEMIH
“Nyeri Berkemih”

NAMA : PUTRI ASWARIYAH RAMLI


STAMBUK : N 101 20 045
KELOMPOK :4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021/2022
Modul 1 : Inflamasi dan Infeksi Saluran Kemih

“Nyeri Berkemih”

Seorang perempuan, 35 tahun datang ke IGD RS Untad dengan keluhan


disuria saat berkemih dan sering buang air kecil yang tidak tuntas dan terasa panas
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan didahului adanya demam naik turun dan mual
muntah 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah sebanyak 4x per hari berisi
makanan dan cairan dengan volume kurang lebih 100 cc.

Pemeriksaan tanda-tanda vital di peroleh hasil tekanan darah


130/90mmHg, nadi 80x/m, respirasi 20x/m dan suhu 38,5C. Pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan suprapubik. Dokter menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan urinalisis terkait keluhan utama pasien.

Learning Objective

1. Apa yang dapat disebabkan muntah pada pasien di skenario ?


2. Faktor resiko
3. Etiologi infeksi saluran kemih
4. Patofisiologi infeksi saluran kemih
5. Epidemiologi infeksi saluran kemih
6. Klasifikasi infeksi saluran kemih
7. Tatalaksana infeksi saluran kemih
8. Diagnosis banding infeksi saluran kemih
9. Prognosis infeksi saluran kemih
10. Pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih (gold standard)
1. Apa yang dapat disebabkan muntah pada pasien di skenario ?
Jawab :
Pada skenario diperoleh informasi bahwa pasien muntah sebanyak 4
kali per hari berisi makanan dan cairan dengan volume kurang lebih 100 cc.
Dimana gelaja muntah pasien rasakan, 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Hal
tersebut dapat menyebabkan pasien kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi. Pada dehidrasi terjadi keseimbangan negatif cairan
tubuh akibat penurunan asupan cairan dan meningkatknya jumlah air yang
keluar (lewat ginjal, saluran cerna atau insensible water loss/WL). Dari
skenario juga diketahu bahwa dari pemeriksaan tanda-tanda vital, pasien
mengalami demam dengan suhu 38,5C. Demam dapat meningkatkan IWL
dan menurunkan nafsu makan.
Sumber :
Leksana, E. 2017. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi, Cermin Dunia
Kedokteran. Vol. 41 (1) : 70-73. Viewed on 02 Februari 2021.
From : cdkjournal.com.

2. Faktor resiko infeksi saluran kemih


Jawab :
Adapun faktor resiko infeksi saluran kemih, yaitu sebagai berikut
(Zainuddin, 2014) :
a. Riwayat diabetes melitus
b. Riwayat kencing batu (urolitiasis)
c. Higiene pribadi buruk
d. Riwayat keputihan
e. Kehamilan
f. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
g. Riwayat pemakaian kontrasepsi diafragma
h. Kebiasaan menahan kencing
i. Hubungan seksual
j. Anomali struktur saluran kemih
Sumber :
Zainuddin, A. A., et al. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : Ikatan Dokter
Indonesia.

3. Etiologi infeksi saluran kemih


Jawab :
Etiologi dari ISK dapat dari bakteri gram positif atau gram negatif.
Patogen yang paling sering menyebabkan ISK yang berkomplikasi atau tidak
berkomplikasi adalah Uropathogen E.coli (UPEC). Sedangkan patogen paling
sering kedua pada ISK berkomplikasi yakni Enterococcus sp, K.
Pneumoniae, Candida sp, dan pada ISK tidak berkomplikasi yakni K.
pneumoniae, Staphylococcus saphrophyticus, Enterococcus facialis, dan GBS
(Adnan, 2019).
Sumber :
Adnan, M. L. 2019. Wanita Usia 26 Tahun, Multigravida Hamil 25 Minggu
dengan Diagnosis Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran. Vol. 7 (2) : 54-49. Viewed on 02 Februari 2022.
From : bapin-ismki.e-journal.id.

4. Patofisiologi infeksi saluran kemih


Jawab :
Pada indivisu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin
selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
adalah tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidipus Gram-
positive dan gram negatif. Hampir semua ISK diakibatkan invasi
mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses
ini dipermudah refluks vesikoureter(Setiati, 2017).
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di
klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga adalah lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus
aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endikarditis (Stfilokokus aureus)
dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan pielonefritis akut
(PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram
negatif (Setiati, 2017).
Sumber :
Setiati, S., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.

5. Epidemiologi infeksi saluran kemih


Jawab :
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorgansime di dalam saluran kemih manusia. Saluran
kemih manusia adalah organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan
menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal,
ureter, kadnung kemih, dan uretra. Menurut Information Kidney and
Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK adalah
penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan
sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi saluran kemih dapat
menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orangtua
(Sari, 2018).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi
bakteri yang paling umum terjadi. Setiap tahunnya, sebanyak 150 juta orang
terkena ISK di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 tercatat
10,5 juta pasien terdiagnosis ISK dan 2-3 juta pasien harus dirujuk ke unit
gawat darurat. Studi di Swiss menunjukkan angka insidensi ISK mencapi 1,6
per 100 populasi, sedangkan di Kanada angka insidensi mencapai 17,5 per
1000 populasi dan di Prancis mencapai 2400 per 100.000 populasi. Di
Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014
melaporkan insidensi ISK mencapai 90-100 kasus per 100.000 populasi
(Adnan, 2019).
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor seperti usia,
gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia
beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik
lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah
1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi
infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun
perempuan bila disertai faktor predisposisi (Setiati, 2017).
Sumber :
Adnan, M. L. 2019. Wanita Usia 26 Tahun, Multigravida Hamil 25 Minggu
dengan Diagnosis Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran. Vol. 7 (2) : 54-49. Viewed on 02 Februari 2022.
From : bapin-ismki.e-journal.id.
Sari, R. P., Muhartono. 2018. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dan Faktor Resiko yang Mempengaruhi pada Karyawan Wanita di
Universitas Lampung. Jurnal Majority. Vol. 7 (3) : 115-120.
Viewed on 02 Februari 2022. From : juke.kedokteran.unila.ac.id.
Setiati, S., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.

6. Klasifikasi infeksi saluran kemih


Jawab :
Secara anatomis infeksi saluran kemih (ISK) dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu (Arifputra, 2014 ; Setiati, 2017) :
a. ISK atas
 Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi perenkim ginjal yang
diakibatkan infeksi bakteri.
 Pielonefritis kronis (PNK), akibat adanya proses lanjutan dari infeksi
bakteri yang berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria
kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik
kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposis tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
 Abses intrarenal
 Abses perinefrik
b. ISK bawah
1) Perempuan
 Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
 Sindrom uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Penelitian terkini menyebutkan SUA diakibatkan MO
anaerobik.
2) Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki terdiri dari sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis.

Adapun berdasarkan gambaran klinis, infeksi saluran kemih


diklasifikasikan menjadi (Arifputra, 2014) :

a) Sistitis akut nonkomplikata pada perempuan


b) Sistitis akut rekurens pada perempuan
Jika terdapat tiga episode ISK pada 1 tahun terakhir atau dua episode
pada 6 bulan terakhir.
c) Pielonefritis akut nonkomplikata pada perempuan
d) Sistitis akut non komplikata pada dewasa
Dapat disertai kondisi yang mengindikasikan keterlibatan ginjal/prostat
tanpa disertai bukti faktor komplikasi lain.
e) ISK komplikata
Infeksi saluran kemih pada pasien dengan kelainan struktural afau
fungsional yang dapat menurunkan efikasi terapi antibiotik, yaitu :
 Pemakaian kateter atau adanya stent pada saluran kemih
 Urin residu setelah berkemih >100 mL
 Uropati obstruktif (batu, tumor, atau neurogenic bladder)
 Refluks vesikoureter atau abnormalitas fungsional lainnya
 Jejas kimia atau radiasi pada uroepitel
 ISK perioperatif dan pascaoperasi
 Insufisiensi dan transplantasi ginjal, diabetes melitus, dan
imunodefisiensi
f) Bakteriuria asimtomatik
 Dua kultur urin berturutan ≥ 105CFU/ml pada perempuan tanpa gejala
 Satu kultur urin ≥ 105 CFU/ml pada laki-laki atau kateter
Sumber :
Arifputra, A., et al. 2014. Kapita Selektra Kedokteran. 4 th ed. Jakarta :
Media Aesculapius.
Setiati, S., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.

7. Tatalaksana infeksi saluran kemih


Jawab :
Tatalaksana pada infeksi saluran kemih, yaitu sebagai berikut (Setiati,
2017) :
A. Terapi Farmakologis
1) Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah mencakup intake cairan yang banyak,
antibiotika yan adekuat, dan jika perlu terapi simtomatik untuk
alkalinisasi urin :
 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam
dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim
200 mg
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
 Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan
jika semua gejala hilang dan tanpa lekosiuria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

 Disertai faktor predisposisi. Terapi antimiktoba yang intensif


diikuti koreksi faktor risiko.
 Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan yang banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
takaran tunggal (misal trimetropin 200 mg)
 Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sindrom uretra akut (SUA). Pasien dengan sindrom uretra akut
dengan hitung kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang
adekut. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi diakibatkan MO anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.
2) Infeksi Saluran Kemi (ISK) Atas
Pielenofritis akut, secara umum pasien dengan pielonefritis akut
memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi
antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap
pielonefritis akut pada tabel berikut.

Tabel 1. Indikasi Rawat Inap Pasien dengan Pielonefritis Akut


 Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi
terhadap antibiotika oral
 Pasien sakit berat atau debilitasi
 Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
 Diperlukan investigasi lanjutan
 Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
 Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut

The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari


tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 am
sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :
- Fluorokuinolon
- Amiglikosida dengan atau tanpa ampislin
- Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida

Adapun pada kasus nonkompikata, pemberian antibiotik selama 3 hari


dengan pilihan antibiotik sebagai berikut (Zainuddin, 2014) :

- Trimetoprin sulfametoxazole
- Fluorikuinolon
- Amoxicillin-clavulanate
- Cefpodoxime

B. Terapi Non Farmakologis


Pasien dan keluarga diberikan pemahaman tentang infeksi saluran kemih
dan hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain (Zainuddin, 2014) :
1) Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit infeksi saluran
kemih. Penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering adalah
karena masuknya floa anus ke kandung kemih melalui perilaku atau
higiene pribadi yang kurang baik.
2) Pada saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak
berhubungan seks.
3) Waspada terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih bagian atas
(nyeri pinggang) dan pentingnya untuk kontrol kembali.
4) Patuh dalam pengobatan antibiotik yang telah direncanakan.
5) Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
Sumber :
Setiati, S., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing.
Zainuddin, A. A., et al. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : Ikatan Dokter
Indonesia.

8. Diagnosis banding infeksi saluran kemih


Jawab :
Diagnosis banding pada kasus infeksi saluran kemih, yaitu sebagai
berikut (Zainuddin, 2014) :
a) Recurrent syctitis
b) Urethritis
c) Pielonefritis
d) Bacterial asymptomatic
Sumber :
Zainuddin, A. A., et al. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : Ikatan Dokter
Indonesia.

9. Prognosis infeksi saluran kemih


Jawab :
Secara umum prognosis pada kasus infeksi saluran kemih baik,
kecuali jika higiene genital tetap buruk, ISK dapat berulang menjadi kronis
(Zainuddin, 2014).
Sumber :
Zainuddin, A. A., et al. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : Ikatan Dokter
Indonesia.

10. Pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih (gold standard)


Jawab :
Pemeriksaan penunjang pada infeksi saluran kemih, yaitu sebagai
berikut (Setiati, 2017) :
a) Urinalisis : piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit (+), leukosit > 5/LPB.
b) Kultur rutin (dari urin porsi tengah atau sampel diambil langsung dari
kateter) dapat menegakkan diagnosis definitif ISK apabila :
 Jumlah koloi ≥ 105/mL dari jenis sampel apapun. Apabila diperoleh
jumlah koloni > 103/mL, tetapi banyak spesies bakteri ditemukan,
kemungkinan sampel mengalami kontaminasi.
 Pada pasien simtomatik, jumlah koloni 102-104/mL, yang mungkin
mengindikasikan infeksi.
 Urin berasal dari pungsi suprapubik berapapun jumlah koloni
 Urin berasal dari kateter, jumlah koloni 102-104/mL.
c) Kultur darah, untuk pasien yang demam tinggi atau dicurigai mengalami
komplikata.
d) Pada pasien yang dicurigai prostatitis, spesimen yang diambil : urin
pertama kali pagi hari, porsi tengah, dan urin setelah masase prostat.
e) Pencitraan : USG ginjal, CT scan abdomen, sistografi.
f) Pada perempuan hamil dan pasien yang menjalani operasi urologi selalu
curiga kemungkinan adanya ISK asimtomatik.
Sumber :
Arifputra, A., et al. 2014. Kapita Selektra Kedokteran. 4 th ed. Jakarta :
Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai