Anda di halaman 1dari 62

Farmakoterapi pada

Geriatri
dr. Nur Syamsi, M.Sc
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UNTAD
Definisi Geriatri / Lansia / Usila
WHO

• usia lanjut (elderly) antara 60–74 tahun


• usia lanjut tua (old) antara 75–90 tahun
• usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

UU No. 13 Thn 1998 Tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia

• usia lanjut adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun


ke atas
Jumlah penduduk usia lanjut
semakin meningkat
Sensus penduduk Indonesia :
• Th. 1990 = 11,5 juta (6,5%)
• Th. 1998 = 15 juta (7,5%)
• Th. 2020 = 30,1 juta à urutan
ke-4 dunia (WHO)
Karakteristik Geriatri
• Proses penuaan à perubahan fisiologi, anatomi,
psikologi, dan sosiologi
• Perubahan fisiologi terkait usia à perubahan
penatalaksanaan obat
• Peresepan tidak tepat dan polifarmasi à problem utama
terapi dengan obat pada pasien usia lanjut
Perubahan fisiologis yang terkait dengan usia
pada saluran pencernaan, hati, dan ginjal

• Reduksi sekresi asam • Reduksi ukuran hati


lambung
• Reduksi aliran darah hati
• Penurunan motilitas
gastrointestinal • Reduksi filtrasi glomerulus

• Reduksi luas permukaan • Reduksi filtrasi tubuler


total absorbsi ginjal

• Reduksi aliran darah


jaringan
Masalah pd pemberian terapi
terhadap Lansia
• Respon terhadap obat berubah
• Multipatologi
• Gejala iatrogenesis
• Tampilan Gejala Klinis tidak khas
• Kondisi mental dan kognitif berubah
• Masalah yang berkaitan dengan obat (DRPs)
Pada proses menua normal :
↓ fungsi fisiologi à homeostasis ↓

← obat-obatan à

perubahan farmakokinetik perubahan


dan/atau farmakodinamik respon obat

↑ reaksi obat tidak diinginkan / toksisitas


Multipatologi

Akumulasi penyakit à MULTIPATOLOGI


kronis

↑ jumlah obat yang digunakan

↑ Interaksi obat : Efek samping toksisitas


Gejala iatrogenesis
EFEK SAMPING à DISALAH
INTERPRETASIKAN
SEBAGAI GEJALA PENYAKIT BARU

+ Obat lain
prescribing
cascade
Efek samping ↑

+ Obat lain
Tampilan gejala klinis tidak khas

Gejala penyakit tidak khas

Salah Diagnosis

Salah Pengobatan
Kondisi mental dan kognitif berubah

Depresi, ↓ daya ingat, pendengaran,


penglihatan
(atau sampai sindrom demensia)

Masalah Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan
• masalah ekonomi • efek samping obat
• tidak yakin khasiat obat • takut ketergantungan
• lupa • sediaan obat yang tidak
sesuai kondisi pasien
• bosan
• kurang memahami penyakit
• gejala penyakit sudah dan terapinya
hilang
DRPs pada Geriatri
(Holn 2001)

• 283 kasus (terpilih secara acak) pasien di unit gawat


darurat rata2 mendapat 4 obat
• 10,6 % penyebab datangnya pasien ke RS adalah karena
ADRs
• 50% pasien setidaknya mendapat 1 obat yang potensial
menyebabkan ADRs berbahaya

Kecenderungan polifarmasi : (Linjakumpu


2002)
• 1990-1991 : 19 % polifarmasi à jumlah obat 3
• 1998-1999 : 25 % polifarmasi à jumlah obat 4
DRPs pada Geriatri
Di poli Geriatri Dept. IPD -RSCM:

• 1999 : 32,3 % pasien menggunakan > 5 obat


• 2000 : 21,8 % pasien mendapat polifarmasi
• 2001 : 15,6 % pasien mendapat polifarmasi

Polifarmasi (Michocki 2001)

• Meresepkan obat melebihi indikasi klinik


• Pengobatan yang setidaknya satu obat yang tidak perlu
• Penggunaan empiris lima obat atau lebih
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
pada Geriatri
•ABSORPSI
•DISTRIBUSI & protein binding
•METABOLISME hepatik
•EKSKRESI ginjal
Introduksi Farmakokinetik Obat
• nasib obat di dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat

• Mencakup 4 proses:
– Absorpsi
– Distribusi
– Metabolisme
– Ekskresi

• Efek penuaan (aging) terjadi


pada keempat komponen
tersebut yang mempengaruhi
baik konsentrasi obat bebas
(bioavailable) di dalam
sirkulasi dan di jaringan
Absorpsi
• Proses masuknya obat dari tempat
pemberian ke dalam sirkulasi

• Sebagian besar diberikan secara oral dan


terjadi melalui difusi pasif melalui
membran sel saluran cerna (lipid
bilayer)

• Merupakan komponen farmakokinetik


yang paling sedikit terpengaruh oleh
proses penuaan
Efek Penuaan terhadap Absorpsi
Berkurangnya permukaan absorptif dan penurunan aliran darah splanknik

• Memperlambat absorpsi obat secara keseluruhan

Peningkatan pH gaster akibat penurunan sekresi HCl dan sekret gastrointestinal


lainnya
• Mempengaruhi laju absorpsi obat melalui efeknya pada derajat ionisasi obat
asam atau basa lemah
• Absorpsi vitamin B12 berkurang, sedangkan absorpsi levodopa meningkat
karena penurunan jumlah enzim dopadekarboksilase pada mukosa gaster

Perubahan motilitas gastrointestin

• Mengurangi/memperlambat absorpsi obat basa lemah


• Mempercepat absorpsi obat asam lemah

Penurunan kecepatan pengosongan gaster


Perubahan ABSORPSI obat
↓ sekresi asam lambung ↑ pH lambung
(aklorhidria)

↓ pelarutan obat
Ketokonazol
Indometasin
Siprofloksasin

↓ obat
Efek Penuaan pada Distribusi Obat
• Penurunan jumlah kandungan air total dalam tubuh, massa otot (lean body
mass), dan kadar albumin serum atau protein transporter lainnya (alfa-
glikoprotein)
– Obat-obat polar memiliki Vd yang lebih kecil sehingga konsentrasinya
menjadi lebih besar, seperti gentamisin, digoksin, ethanol, teofilin, dan
cimetidin
– Obat nonpolar sebaliknya, memiliki Vd lebih besar, seperti diazepam,
tiopenton, lignokain, dan klormetiazole
– Konsentrasi obat bebas dikompensasi oleh eliminasi yang lebih cepat
sehingga tidak menimbulkan efek yang terlalu bermakna
– Sebagian besar pasien geriatri tidak memiliki perubahan kadar albumin
serum, kecuali pada penyakit kronik stadium lanjut atau malnutrisi berat
• Peningkatan massa lemak
Perubahan DISTRIBUSI & ikatan protein
↓ cairan tubuh ↓Vd obat larut air ↑ konsentrasi
plasma

↓massaotot
↓massa otot ↓Vdobat
↓Vd obatdigoxin
digoxin ↑ konsentrasi
plasma
↑ Vd obat larut
↑ lemak tubuh ↑ T 1/2
lemak

↓ plasma obat dengan ↓ ikatan Obat (aktif)


albumin ikatan protein protein bebas
tinggi
Efek Penuaan pada Metabolisme Obat
Sangat kompleks dan sulit untuk diperkirakan.

Bergantung pada jalur metabolisme dan beberapa faktor lain (gender dan rokok).

Terdapat beberapa bukti bahwa fase awal metabolisme obat (oksidasi, reduksi dan
hidrolisis) mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Didapatkan juga bahwa
penurunan ini lebih menonjol terjadi pada laki - laki.
Fase kedua (biotransformasi, termasuk asetilasi dan glukuronidasi) à lebih tidak
terpengaruh terhadap umur yang bertambah.

Terdapat bukti bahwa kemampuan faktor lingkungan (terutama merokok) untuk


menginduksi enzim merabolisme obat ikut menurun.
Efek ini belum sepenuhnya dapat diprediksi dengan tepat à sehingga pasien geriatri
dengan hasil tes fungsi liver yang baik belum tentu metabolisme obat seefisien
individu yang lebih muda.
Perubahan METABOLISME hepatik
Metabolisme obat o/
↓ massa hepar
enzim hati
propanolol
benzodiazepin
teofilin

↓ clearance

↓ aliran darah
↑ T 1/2
ke hepar
Efek Penuaan pada Ekskresi Obat
• Fungsi ekskresi banyak dikaitkan dengan fungsi ginjal, karena itu
efek aging pada ekskresi lebih dapat diperkirakan.
• Penurunan fungsi ginjal à mempengaruhi farmakokinetik obat –
obat yang dieliminasi lebih banyak oleh ginjal à obat - obat ini
dikeluarkan dari tubuh lebih lambat, waktu paruh serta durasi
aksinya lebih panjang à kecenderungan untuk terjadi akumulasi
menuju konsentrasi yang berpotensi toksik.
Perubahan EKSKRESI ginjal
ekskresi obat
↓ fungsi ginjal
melalui ginjal
aminoglikosida
digoxin
furosemide

↓ clearance

↓ aliran darah
↑ T 1/2
ke ginjal
Contoh Efek Penuaan pada
Farmakokinetik Obat-Obat
Tertentu
• Interaksi farmakodinamik : perubahan efek obat tanpa adanya
perubahan kadar obat dalam plasma

• Drug (D) + receptor (R ) ⇐⇒ DR → effect

Hilmer SN, Ford GA. General Principles of Pharmacology. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
Asthana S, editors. Hazzard’s geriatric medicine & gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill. 2009. p.143-5.
Perubahan FARMAKODINAMIK
pada Geriatri
• Sensitivitas terhadap obat berubah karena :
– jumlah reseptor
– afinitas reseptor
– second messanger
– respon selular dan nuklear

Kane RL. Drug Therapy. In: Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, editors. Essentials of clinical geriatrics. 5th ed. New York:
McGraw-Hill. 2004 p.143-5.
• Perubahan farmakodinamik seiring usia: organ kardiovaskular
dan sistem saraf pusat merupakan organ yang telah diketahui
paling terpengaruh
→ beberapa obat membutuhkan dosis yang lebih sedikit untuk
mencapai efek yang diinginkan, beberapa obat lain sebaliknya

Hilmer SN, Ford GA. General Principles of Pharmacology. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
Asthana S, editors. Hazzard’s geriatric medicine & gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill. 2009. p.143-5.
• Sensitivitas Na/K ATP ase ↑↑ : digoxin
• Sensitivitas β-adrenoreceptor ↑↓ : beta agonis/antagonis
*↓sensitivitas baro-refleks : hipotensi ortostatik
• ↑sensitivitas antikoagulan (warfarin) & ↑ sensitivitas obat yang
bekerja pada sistem saraf pusat : hipnotik, sedatif, tranquilizer,
antidepresan (mis. benzodiazepin, alkohol)

Hilmer SN, Ford GA. General Principles of Pharmacology. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
Asthana S, editors. Hazzard’s geriatric medicine & gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill. 2009. p.143-5.
Kane RL. Drug Therapy. In: Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, editors. Essentials of clinical geriatrics. 5th ed. New York:
McGraw-Hill. 2004 p.143-5.
• Pasien geriatri lebih sensitif terhadap efek benzodiazepin,
mis. kebutuhan dosis diazepam lebih rendah daripada
dewasa muda
• Sensitivitas otak terhadap golongan opiat (mis. Fentanil,
alfentanil) → mungkin karena ekspresi reseptor opiat
yang berbeda pada pasien geriatri
• ↑ sensitivitas terhadap induksi anestetik → terutama
karena perubahan distribusi obat –klirens↓ obat dari
sistem saraf pusat (tidak ada perubahan sensitivitas
reseptor terkait usia)
Hilmer SN, Ford GA. General Principles of Pharmacology. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP,
Asthana S, editors. Hazzard’s geriatric medicine & gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill. 2009. p.143-5.
Contoh Interaksi Farmakodinamik
• β-bloker (mis karvedilol) + β-agonis (mis.salbutamol) : efek obat

• Thiazid + NSAID : pada ginjal ↓ efek diuretik
• Thiazid + digoksin : kemungkinan terjadi toksisitas digoksin ↑
(krn penurunan ion K+)
• Thiazid dapat ↑ gula darah → dapat diperlukan penyesuaian
obat DM
• ACE inhibitor + amilorid : hiperkalemia
• ACE inhibitor + thiazid : dapat mencegah perubahan kadar
kalium
• Alkohol + antidepresan trisiklik : efek sedatif ↑
• Amiodaron + antidepresan trisiklik : risiko aritmia ventrikular ↑
Contoh Efek Penuaan
pada Farmakodinamik
Obat-Obat Tertentu
Perubahan sensitivitas reseptor
↑ sensitivitas thd mis.: diazepam
clonazepam ↑ sedasi
benzodizepin

↑ sensitivitas mis.: fentanil


morfin ↑ analgesia
otak thd narkotik

↑ sensitivitas mis.: ↑ efek


warfarin
thd warfarin antikoagulan
Polifarmasi
Polifarmasi: Definisi dan Penyebab
• Polifarmasi adalah meresepkan obat melebihi indikasi klinis;
pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat yang tidak
perlu
• Penyebab:
– Penyakit yang diderita banyak dan kronis
– Obat diresepkan oleh beberapa dokter
– kurangnya koordinasi dalam pengelolaan pasien
– Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas
– Pasien meminta resep
– Penambahan obat untuk menghilangkan efek samping obat
Kaskade Peresepan Obat Berkontribusi pada Efek Samping,
Polifarmasi, dan Interaksi Obat
Interaksi Obat
• Interaksi obat tidak hanya terjadi pada polifarmasi saja
(interaksi obat-obat), melainkan:
– Obat-makanan
– Obat-zat lain yang masuk dari lingkungan
• Berdasarkan efeknya, interaksi dapat dibedakan menjadi:
– Menguntungkan – contoh: probenesid à hambat ekskresi
penisilin di tubulus ginjal à peningkatan kadar penisilin darah

– Merugikan
Interaksi Obat (2)
• Mekanisme interaksi obat:

Interaksi farmaseutik (Inkompatibilitas)

Interaksi farmakokinetik

Interaksi farmakodinamik
Inkompatibilitas
• Terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan)
– Reaksi fisik atau kimiawi à seperti pembentukan sedimen, perubahan
warna, dan biasanya berakhir dengan inaktivasi obat

• Kepentingan klinis: terutama antarobat injeksi atau antara


obat injeksi dan cairan infus
– Dapat dipengaruhi oleh reaksi antara bahan pembawa pada obat yang
berbeda à tidak mencampurkan obat suntik dalam 1 spuit
– Gentamisin dan karbenisilin à inaktivasi gentamisin
– Penisilin G dan vitamin C à inaktivasi penisilin G
– Amfoterisin B dan cairan normal saline/RL à sedimentasi
– Fenitoin dan cairan dektrosa 5% à sedimentasi
Interaksi Farmakokinetik
• Peningkatan atau penurunan kadar obat kedua akibat pengaruh
obat pertama terhadap absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresinya
• Tidak dapat diterapkan pada obat yang segolongan dengan obat
kedua à varian fisikokimia à varian sifat farmakokinetik
Interaksi Farmakokinetik: Absorpsi
• Interaksi langsung dalam saluran cerna
– Gol. Fluorokuinolon dan tetrasiklin (sebagai obat A) dengan
kation multivalen (Ca2+, Mg2+, Al3+ dalam antasida; Ca2+ dalam
susu; Fe2+ dalam preparat besi) à pembentukan kelat yang tidak
dapat diabsorpsi à jumlah absorpsi obat A dan Fe2+ akan
berkurang
• Perubahan pH saluran cerna à lebih alkalis
– Antasida, H2 bloker, proton pump inhibitor (obat A) dengan
aspirin, glibenklamid, glipizid, tolbutamid (obat B yang
bersifat asam lemah) à kelarutan obat B meningkat à absorpsi
meningkat
– Obat A dengan ketokonazol, itrakonazol (obat B yang bersifat
basa) à kelarutan obat B berkurang
Interaksi Farmakokinetik: Absorpsi (2)
• Perubahan waktu pengosongan lambung dan motilitas intestinal
– Antikolinergik, antidepresan trisiklik, analgesik narkotik
(obat A) dengan parasetamol, diazepam, propanolol,
fenilbutazon (obat B) à pengosongan lambung semakin panjang à
tertundanya absorpsi obat B
– Metoklopramid, laksans, Mg(OH)2 dalam antasida (obatA)
dengan parasetamol, diazepam, propanolol (obat B) à
pengosongan lambung makin pendek à mempercepat absorbsi obat
B
• Efek toksik saluran cerna
– Kolkisin (obat A) dengan vitamin B12 (obat B) à mengganggu
absorpsi obat B di ileum à anemia megaloblastik
Interaksi Farmakokinetik: Absorpsi (3)
• Kompetisi absorpsi
– Zat makanan (obat A) dengan levodopa, metildopa, dan 6-
merkaptopurin (obat B) à absorbsi obat B dihambat oleh zat
makanan
– Grapefruit juice, jeruk, dan apel (obat A: jus buah mengandung
flavonoid sebagai penghambat OATP) dengan feksofenadin (obat B
sebagai substrat OATP) à bioavailabilitas feksofenadin menurun
karena hambatan di usus hingga 1/3 atau ¼-nya jika dibandingkan
dengan minum air putih
• Mekanisme belum diketahui
– Al(OH)3 (obat A) dengan propanolol, INH, indometasin (obat B)
à mengurangi absorpsi obat B
Interaksi Farmakokinetik: Distribusi
• Pergeseran ikatan protein plasma
•Kompetisi ini menjadi signifikan secara klinis apabila terdapat
unsur berikut pada obat yang tersingkir:
•Plasma protein binding tinggi: > 85%
•Vd kecil : < 0.15 l/kg (obat asam)
•Margin of safety sempit
•Warfarin (obat A) dengan fenilbutazon, asam mefenamat,
klofibrat (obat B) à toksisitas obat A meningkat à perdarahan
•Displacer à obat yang dapat menyingkirkan obat lainnya yang
diikat protein pembawa
–Konsentrasinya cukup tinggi hingga dapat tersaturasi pada
tempat pengikatannya sendiri
–Contoh: phenylbutazone, asam salisilat, asam valproat,
sulfonamid à untuk albumin
Interaksi Farmakokinetik:
Metabolisme
• CYP à enzim yang terlibat dalam metabolisme substansi eksogen
dan endogen yang beragam: obat, bahan kimia lingkungan, dan
xenobiotik
• Pajanan terhadap substansi-substansi ini à meningkatkan
ekspresi CYP à mekanisme induksi
• Proses sebaliknya à mekanisme inhibisi
• Mempengaruhi biovailabilitas obat
• Interaksi ini à tergantung pada konsentrasi obat (dosis!) dan
afinitas masing-masing obat pada enzimnya
felodipine,
nifedipine,nisoldipine
, nitrendipine,
triazolam,
midazolam,
lovastatin,
simvastatin.
Interaksi Farmakokinetik: Metabolisme (2)
• Perubahan aliran darah hepar (=Qh)
– Propanolol, lidokain, nitrogliserin, morfin (obat A dengan rasio
ekstraksi hepar tinggi/Eh) dengan:
– Propanolol (obat B yang menurunkan curah jantung dan
vasokontriksi) à Qh menurun à klirens hepar obat A menurun
– Isoproterenol dan nifedipin (obat B yang vasodilator) à Qh
meningkat à klirens hepar obat A meningkat

• Gangguan ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik


– Kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sekresi ke empedu;
supresi bakteri usus yang mengurangi konjugat obat yang seharusnya
direabsorpsi; mengikat obat yang dibebaskan sehingga tidak dapat
direabsorpsi
– Pravastatin (obat A sebagai substrat P-gp) dengan siklosporin (obat
B sebagai inhibitor) à penurunan ekskresi statin di empedu à
peningkatan kadar statin à miopati
Interaksi Farmakokinetik: Ekskresi
• Gangguan ekskresi ginjal oleh efek toksik obat
– Aminoglikosida, siklosporin (obat A yang merusak ginjal) dengan
digoksin (obat B) à akumulasi obat B à toksisitas digoksin

• Kompetisi sekresi aktif di tubulus ginjal dan efluks di tempat lain


– Penisilin dan probenesid
– Metotreksat dan probenesid à peningkatan kadar metotreksat à
toksisitas
– Kuinidin dan verapamil (obat A sebagai substrat dan inhibitor P-gp)
sedangkan digoksin (obat B sebagai subtrat) à peningkatan digoksin
plasma akibat efluks di usus dan ginjal
• Obat yang secara utama diekskresi lewat ginjal
– Atenolol, sotalol, digoxin, litium, amfoterisin, pentamidin,
prokainamid, simetidin, allopurinol, klorpropamid, dan
sebagian besar antibiotika
– Pantau terus klirens kreatinin!
– Obat-obatan dengan kadar terapetik spesifik (digoxin,
klorpropamid, indometasin, metformin, atenolol,
metotreksat, prokainamid, asam salisilat, dan antibiotika)
perlu reevaluasi dosis berkala
Contoh Interaksi Obat yang Umum Dijumpai

Kombinasi Obat Risiko Interaksi


ACE inhibitor + potassium Hyperkalemia
ACE inhibitor + K sparing diuretic Hyperkalemia, hypotension

Digoxin + antiarrhythmic Bradycardia, arrhythmia

Digoxin + diuretic Electrolyte imbalance; arrhythmia


Antiarrhythmic + diuretic
Diuretic + diuretic Electrolyte imbalance; dehydration

Benzodiazepine + antidepressant Sedation; confusion; falls


Benzodiazepine + antipsychotic
CCB/nitrate/vasodilator/diuretic Hypotension

Doucet J, Chassagne P, Trivalle C, et al. Drug-drug interactions related to hospital admissions in older adults: a
prospective study of 1000 patients. J Am Geriatr Soc 1996;44(9):944-948.
Interaksi Farmakokinetik: Lain-lain
• Beberapa bentuk interaksi lainnya:
– Kuinidin dan loperamid – kadar loperamid otak meningkat à depresi
pernapasan
– L-dopa (obat A) dan vitamin B6 (obat B) à obat B meningkatkan aktivitas
enzim metabolisme obat A di perifer à efek obat A berkurang
– Klonidin (obat A) dan sotalol (obat B) à tekanan darah meningkat pada
beberapa pasien
– Spironolakton (obat A) dan aspirin (obat B) à obat B mengurangi efek
diuretik obat A
Interaksi Farmakodinamik
• Merupakan interaksi antara obat pada
tingkat sistem reseptor atau sistem
fisiologik yang sama, dapat terjadi
beberapa efek pada gambar di samping –
tanpa perubahan kadar obat dalam
plasma
• Dapat diekstrapolasikan dengan obat
segolongan terlepas dari varian
fisikokimiawi
• Hasil interaksi bermakna dalam
kepentingan klinis
Interaksi
Farmakodinamik (2)
• Interaksi farmakodinamik
dibedakan menjadi:
– Interaksi pada reseptor
– Interaksi pada reseptor
yang sama (agonis vs
antagonis/bloker)
– Interaksi fisiologik
– Peningkatan atau
penurunan respon
(potensiasi atau
antagonisme)
Interaksi Farmakodinamik (3)
Interaksi Reseptor Interaksi Fisiologik
• Kolinergik/muskarinik • Kombinasi obat-obat
– Agonis: asetilkolin, fisostigmin antihipertensi à efek
– Antagonis: atropin, propantelin, aditif/sinergistik
triheksifenidil
• Adrenalin untuk syok anafilaktik
• Adrenergik alfa-1
– Agonis: norepinefrin, epinefrin • Antihipertensi + AINS (memiliki
– Antagonis: prazosin, fenotiazin efek retensi air dan natrium) à
penurunan efek obat
antihipertensi
Interaksi Farmakodinamik Lainnya
• Perubahan kesetimbangan cairan dan elektrolit
– Digitalis (obat A) dengan diuretik (obat B) à hipokalemia oleh obat B à toksisitas
obat A meningkat

• Gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik


– Guanetidin, debrisokuin (obat A sebagai penghambat adrenergik) dengan
fenilefrin, efedrin (obat B sebagai amin simpatomimetik) à antagonisasi efek
hipotensif obat A

• Interaksi dengan penghambat monoamin-oksidase


– Moklobemid (obat A sebagai penghambat MAO) dengan fenilpropanolamin (obat
B sebagai amin simpatomimetik) à pelepasan norepinefrin dalam jumlah besar à
krisis hipertensi
Kerugian Akibat Polifarmasi
1. Efek samping meningkat
2. Bila timbul efek samping, sulit menentukan penyebabnya dan
mengacaukan antara gejala penyakit yang dialami pasien dengan
gejala yang timbul akibat efek samping
3. Interaksi obat yang merugikan pasien, baik inkompatibilitas, pada
farmakokinetik maupun dinamik
4. Meningkatkan biaya pengobatan pasien dengan polifarmasi (obat
tanpa indikasi yang jelas)

Setiabudy R. Masalah Polifarmasi dan Peresepan Obat Racikan. Dept. Farmakologi FKUI. 2011
OBAT yang paling sering menyebabkan
ADRs pada GERIATRI
1. Obat KARDIOVASKULAR
2. Obat yang mempengaruhi SSP
3. Nsaids
4. Obat hipoglikemik
5. Antibiotik

Anda mungkin juga menyukai