SKENARIO II
PENYAKIT ERITOPOIESIS
“Pucat dan Lemas”
Seorang anak perempuan 6 tahun dibawa oleh orang tuanya ke Poli anak
dengan keluhan pucat disertai sering lemas. Keluhan dialami sejak 3 bulan yang
lalu. Riwayat perdarahan di sangkal. Pasien jarang mengkonsumsi ikan dan
sayuran. Kedua orang tua pasien bekerja sebagai buruh pabrik.
Learning Objective
1. Diagnosis banding
2. Dasar Diagnosis
3. Patomekanisme klasifikasi anemia
4. Tatalaksana
1. Diagnosis banding
Jawab :
Hemolisis selama phlebotomy dan hemodilusi yang signifkan karena
resusitasi cairan volume besar dapat mengakibatkan jumlah sel darah merah
yang sangat rendah. Pada kondisi kehilangan darah akut akibat trauma,
anemia mungkin tidak segera hadir pada pengujian laboratorium, karena
pergeseran cairan belum sempat terjadi untuk menormalkan volume sirkulasi,
sehingga menipiskan jumlah sel darah merah yang tersisa. Adapun diagnosis
banding untuk pasien dengan kasus anemia, yaitu sebagai berikut (Turner,
2022).
a) Anemia penyakit kronis : kemunginan gagal ginjal, keganasan yang
mendasarinya, dan kondisi autoimun.
b) Infiltrasi sumsum tulang: pertimbangkan pada pasien dengan penurunan
berat badan, kelelahan.
c) Anemia makrositik dengan defisiensi B12 / folat: pertimbangkan pada
pasien dengan parestesia, vegan / vegetarian atau pada pasien yang baru
menjalani operasi bypass lambung.
d) Anemia hemolitik: pertimbangkan pada semua pasien dengan penyakit
kuning, urin gelap.
Adapun diagnosis banding untuk dasar diagnosis pada skenario yaitu
anemia defisiensi besi sebagai berikut (Setiati, 2017).
Sumber :
Setiati, S., et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta :
Interna Publishing.
Turner, J., Parsi, M., Badireddy, M. 2022. Anemia. Treasure Island :
StatPearls Publishing.
2. Dasar diagnosis
Jawab :
Dasar diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Adapun dasar diagnosis
berdasarkan skenario di atas, yaitu sebagai berikut.
A. Anamnesis
1) Identitas pasien
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2) Keluhan utama
Pucat disertai sering lemas
3) Riwayat penyakit sekarang
a. Lokasi : -
b. Onset : Dialami sejak bulan yang lalu
c. Kuantitas keluhan : -
d. Kualitas keluhan : -
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan : Jarang mengonsumsi
ikan dan sayuran
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan : -
g. Gejala yang menyertai : -
4) Riwayat penyakit dahulu : Riwayat perdarahan disangkal
5) Riwayat kesehatan keluarga : -
6) Riwayat sosial dan ekonomi : Kedua orangtua pasien bekerja
sebagai buruh pabrik.
B. Pemeriksaan Fisik
Konjungtiva : -
GCS : composmentis
Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Nadi : 110 X/menit
- Berat badan : 13 Kg
- Tidak ditemukan hepatosplenomegali
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin :
- Hemoglobin (Hb) : 8,5 gr/dl
- Hematokrit (Hct) : 24,2%
- Eritrosit (RBC) : 3.680.000/L
- MCV : 65,8 fl
- MCH : 23,1 pg
- MCHC : 35,1%
- Trombosit : 369.000/L
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang tercantum dalam skenario di atas, dapat disimpulkan bahwa
dasar diagnosis yakni anemia defisiensi besi (hipokrom mikrositik).
Diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan
dengan gejala klinis yang sering tidak khas (Fitriany, 2018).
Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk
menentukan ADB (Fitriany, 2018).
A. Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:
1) Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2) Kosentrasi Hb eritrosit rata-rata
3) Kadar Fe serum <50 ug/dl (N: 80-180 ug/dl)
4) Saturasi transferin <15 % (N; 20-50%)
B. Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen:
1) Anemia hipokrom mikrositik
2) Saturasi transferin 100 ug/dl
3) Nilai FEP >100 ug/dl
4) Kadar ferritin serum <12 ug/dl
4. Tatalaksana
Jawab :
Tatalaksana untuk pasien dengan kasus anemia tergantung
pada penyebab anemia yang mendasarinya. Adapun tatalaksana
tersebut, yaitu sebagai berikut.
a) Anemi karena kehilangan darah akut
Terapi dilakukan dengan cairan IV, setidaknya pemberian jalur IV bear
untuk pemberian cairan dan produk darah. Mempertahankan hemoglobin >
7 g / dL pada sebagian besar pasien. Mereka yang memiliki penyakit
kardiovaskular membutuhkan tujuan hemoglobin yang lebih tinggi > 8 g /
dL (Turner, 2022).
b) Anemia karena kekurangan nutrisi ( zat besi oral / IV, B12, dan folat)
- Suplementasi oral zat besi sejauh ini merupakan metode replesi besi
yang paling umum. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia
pasien, defisit zat besi yang dihitung, tingkat koreksi yang diperlukan,
dan kemampuan untuk mentolerir efek samping. Efek samping yang
paling umum termasuk rasa logam dan efek samping gastrointestinal
seperti sembelit dan tinja tarry hitam. Untuk orang-orang seperti itu,
mereka disarankan untuk mengambil zat besi oral setiap hari, untuk
membantu dalam peningkatan penyerapan GI. Hemoglobin biasanya
akan normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit
hanya dalam 7-10 hari (Turner, 2022).
- Zat besi mungkin bermanfaat pada pasien yang membutuhkan
peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan kehilangan darah akut
dan berkelanjutan atau pasien dengan efek samping yang tidak
tertahankan (Turner, 2022).
c) Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk
Kondisi seperti anemia aplastik memerlukan transplantasi sumsum tulang
(Turner, 2022).
d) Anemia karena penyakit kronis
Anemia dalam kondisi gagal ginjal, merespon erythropoietin. Kondisi
autoimun dan rematik yang menyebabkan anemia memerlukan pengobatan
penyakit yang mendasarinya (Turner, 2022).
e) Anemia karena peningkatan kerusakan sel darah merah
Tatalaksana nnemia karena peningkatan kerusakan sel darah merah, yaitu
sebagai berikut (Turner, 2022).
- Anemia hemolitik yang disebabkan oleh katup mekanis yang rusak
akan membutuhkan penggantian.
- Anemia hemolitik karena obat-obatan membutuhkan penghapusan obat
yang menyimpang.
- Anemia hemolitik persisten membutuhkan splenektomi.
- Hemoglobinopati seperti anemia sabit memerlukan transfusi darah,
transfusi pertukaran, dan bahkan hidroksiurea untuk mengurangi
kejadian sabit.
- DIC, yang ditandai dengan koagulasi dan trombosis yang tidak
terkendali, membutuhkan penghapusan stimulus. Pasien dengan
perdarahan yang mengancam jiwa memerlukan penggunaan agen
antifibrinolitik.