Anda di halaman 1dari 25

FARMAKOTERAPI I

“ ANEMIA”
OLEH
Kelompok V

1. Anggie Septihanny 8. Husnul Hidayat (1501019)


(1501122) 9. Kasmawita (1501025)
2. Fradhinka Herfi S (1501076) 10. Melda Guswita (1501086)
3. Denia Ayu Putri (1501068) 11. Rian Gustang (1501043)
4. Gusmeri Sri W (1501016) 12. Silvia Ardela (1501052)
5. Hafizah (1501017) 13. Supina (1501110)
6. Hariastuti (1501080) 14. Wella Wulandari (1501115)
7. Hendra Purnama (1501018)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PADANG
2019
Definisi

Anemia adalah sekelompok penyakit yang ditandai


dengan penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah
merah (RBC) berada di bawah normal.
PREVALENSI
Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi.
Depkes (2005) dalam Poltekkes Depkes Jakarta I (2010)
menunjukkan bahwa penderita anemia pada remaja putri
berjumlah 26,50%. Menurut Riskesdas 2013 prevalensi
anemia gizi besi pada remaja sebesar 22,7 %. Menurut
WHO di Indonesia prevalensi 26% untuk anak perempuan
dan 11% untuk anak laki-laki (WHO, 2014). Sebanyak 50-
60% remaja putri di Jawa Timur mengidap Anemia atau
kekurangan darah merah. Dari hasil penelitian
menunjukkan prevalensi anemia terhadap remaja putri
pada tahun pertama menstruasi sebesar 27,5% dengan
penderita paling banyak berumur 13 tahun. Gejala klinis
kelopak mata pucat dan lelah yang mempunyai nilai
sensitivitas 45,45% dan PPV 45,45% sebagai diagnosa dini
terjadinya anemia pada remaja putri.
KLASIFIKASI

A. Berdasarkan Derajat Anemia


 Kriteria yang umum dipakai,yaitu :
 Ringan sekali : Hb10-13g/dL
 Ringan : Hb 8-9,9g/dL
 Sedang : Hb 6-7,9g/dL
 Berat : Hb <6g/dL

B.Menurut WHO
 Derajat 0 (Nilai normal) : ≥11g/dL
 Derajat 1 (ringan) : 9,5-10,9 g/dL
 Derajat 2 (sedang) : 8-9,4g/dL
 Derajat 3 (berat) : 6,5-7,9 g/dL
 Derajat 4 (mengancam jiwa): <6,5 g/dL
C.Secara morfologis
1. Anemia Mikrositik, yaitu keadaan dimana jumlah sel darah
merah
abnormal rendah dengan ukuran sel-sel yang abnormal
kecil.Penyebab
umumnya adalah defisiensi zat besi.
2. Anemia Normolitik, yaitu keadaan dimana jumlah sel darah
merah abnormal
rendah,namun ukuran sel-selnya normal.Penyebab umumnya bisa
karena bawaan.
Anemia normolitik bawaan disebabkan oleh pemecahan sel darah
merah,contohnya
pada penyakit sel sabit.Sedangkan anemia normositik dapatan
disebabkan oleh penyakit kronis (penyakit ginjal,kanker,reumatoid
artritis & tiroiditis)
3. Anemia Makrositik,yaitu keadaan dimana jumlah sel darah
merah abnormal rendah dengan ukuran sel yang abnormal
besar.Penyebab umumnya adalah defisiensi vitamin B12
D. Berdasarkan Penyebab
1. Anemia Aplastik
Disebabkan karena
 Agen Neoplastik/sitoplastik
 Terapi radiasi
 Antibiotik tertentu
 Obat anti konvulsan,tyroid,senyawa emas
 Fenilbutason
 Benxene
 Infeksi virus (khususnya hepatitis)
2. Anemia Defisiensi Besi
Penyebab
 Asupan besi tidak adekuat,kebutuhan meningkat selama hamil dan tidak
menstruasi
 Gangguan absorbs (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises,oesophagus,hemoroid,dll)
3. Anemia Megaloblastik
Penyebab
 Defisiensi vitamin B12 & asam folat
 Malnutrisi,malabsorbsi,penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit,penyakit usus & keganasan,agen kemoterapeutik,infeksi
cacing pita,makan ikan segar yang terinfeksi,ecandu alkohol
4. Anemia Hemolisis
Penyebab
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit limfosarkoma,mieloma multiple,leukimia limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria
PATOFISIOLOGI
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah)
dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor
penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan
untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak
menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga
aanemia pada balita sukar untuk dideteksi.
ETIOLOGI
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi
tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), serta
gangguan pada sum-sum tulang.
2. Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunal total sel darah
merah dalam sirkulasi.
3. Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit
GEJALA

■ Menurunkan toleransi olahraga


■ Kelelahan
■ Pusing
■ Lekas ​marah (irritabilitas)
■ Kelemahan
■ Palpitasi
■ Vertigo
■ Napas pendek
■ Nyeri dada
■ Gejala neurologis pada defisiensi
vitamin B12
FAKTOR RESIKO

 Kurangnya asupan gizi pada


makanan
 Kondisi salucar cerna
 Menstruasi
 Kehamilan
 Kondisi kronis
 Genetik
 Infeksi
 Obat-obatan
DIAGNOSIS

Riwayat, pemeriksaan fisik, dan pengujian


laboratorium digunakan dalam evaluasi anemia.
Pemeriksaan menentukan apakah pasien mengalami
perdarahan dan menyelidiki kemungkinan penyebab
anemia, seperti peningkatan kerusakan sel darah
merah, penekanan sumsum tulang, atau kekurangan
zat besi.
1. Pemeriksaan fisik
 Warna
 Kuku
 Mata
 Mulut
 Limfadenopati,hepatomegali,splenomegaly

2. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi


A. Tes penyaring
• Kadar hemoglobin
• Indeks eritrosit (MCV,MCH,dan MCHC)
• Hapusan darah tepi
B. Pemeriksaan rutin
 Laju endap darah
 Hitung deferensial
 Hitung retikulosir

C. Pemeriksaan sumsum tulang

D.Pemeriksaan atas indikasi khusus


 Anemia defesiensi besi : serum iron,THBC,saturasi
transferin
 Anemia megaloblastik :asam folat
darah/eritrosit,vitamin B12
 Anemia Hemolitik :Tes coombs,elektroforesis Hb
 Leukemia akut : Pemeriksaan sitokimia
 Diatesa hemoragik :tes faal hemostasis
3. Pemeriksaan laboratorium non hematologi
Pemeriksaan faal ginjal,hati,endokrin,asam urat, kultur
bakteri

4. Pemeriksaan penujang lainnya


 Biopsy kelenjar PA
 Radiologi : Foto thoraks,USG,CT-Scan,Bone Survey
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti


sayuran, daging, ikan dan unggas.
 Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung
vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun
memperbaiki defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.
 Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel
darah merah. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala
parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan
pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi
darah.
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
1. Terapi Oral
 Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat,
fumarat, dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam
2-3 dosis.Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan
efek samping padasaluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi
gastrointestinal, yang dapatmenyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena
itu pemberian besi bisa saat makanatau segera setelah makan, meskipun akan
mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparatbesi harus terus diberikan selama 2
bulan setelah anemia pada penderita teratasi.
2. Terapi parental
  Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan
untukmeningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.Indikasi parenteral:
  Tidak dapat mentoleransi Fe oral
  Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe oral.
  Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe oral
(colitisulserativa).
  Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal.
  Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisaPreparat yang
sering diberikan adalah dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg besi/ml.Dosis
dihitung berdasarkan :Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5
3. Terapi Transfusi
 Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap,
jarang diperlukan dalam penanganan anemiadefisiensi
Fe, kecuali bila terdapat pula perdarahan, anemia yang
sangat berat atau yang disertaiinfeksi yang dapat
mempengaruhi respon terapi. Secara umum untuk
penderita anemia beratdengan kadar Hb <>
INTERAKSI OBAT

1. Antasid : menurunkan absorpsi besi


2. Asam askorbat : meningkatkan absorpsi besi
3. Garam kalsium : menurunkan absorpsi besi
4. Kloramfenikol : meningkatkan konsentrasi plasma besi
5. Antagonis histamin H2 : menurunkan absorpsi besi
6. PPI : menurunkan absorpsi besi
7. Kaptopril : besi dapat menginaktivasi kaptopril
TERMINOLOGI

Anemia :  suatu kondisi di Takikardia : denyut jantung


mana jumlah sel darah yang lebih cepat daripada
merah atau hemoglobin denyut jantung normal.
dalam aliran darah berada Jantung orang dewasa yang
pada tingkat yang lebih sehat biasanya berdetak 60
rendah daripada yang sampai 100 kali per menit
dianggap normal ketika sedang beristirahat.

Vertigo : salah satu bentuk


sakit kepala di mana
penderita mengalami
persepsi gerakan yang tidak
semestinya (biasanya
gerakan berputar atau
melayang) yang disebabkan
oleh gangguan pada sistem
vestibular.
Algoritma

Anda mungkin juga menyukai