Anda di halaman 1dari 31

Benign Prostatic Hyperplasia

(BPH)
Definisi :
Definisi :
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

BPH merupakan suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil


dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat. BPH adalah
pembesaran kelenjar prostat non kanker, penyakit ini juga bisa
disebabkan oleh penuaan. (price&wilson, 2005)

BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar


prostat mengalami pembesaran, memanjang ke
atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urin dengan menutup orifisium uretra.
BPH merupakan kondisin patologis yang paling
umum pada pria.
Pravelensi :
Pravelensi :

Pravelensi histologis BPH dalam studi otopsi meningkat dari sekitar


20% pada pria berusia 41-50 tahun, 50% pada pria berusia 51-60 tahun,
dan besar 90% pada pria berusia lebih 80 tahun. Gejala obstruksi prostat
juga terkait dengan usia meskipun bukti klinisnya lebih jarang terjadi.
Pada usia 55 tahun, sekitar 25% pria dilaporkan mengalami obstruktif
gejala voiding. Pada usia 75 tahun, 50% pria mengeluh terjadinya
penurunan dalam kekuatan dan kaliber pancaran urin.
Patofisiologi :
Patofisiologi :
Peningkatan sel Peningkatan 5α reduktase dan Proses menua Interaksi sel epitel dan stroma Berkurangnya
strem reseptor endogen sel yang mati

Ketidak seimbangan hormon


( estrogen dan testoteron)

Hiperplasia pada epitel dan stroma pada kelenjar prostat

Penyempitan lumen ureter protatika

Menghambat aliran urina

Retensi urina
Peningkatan tekenan intravesikal
Hidro ureter
Hiperirritable pada bladder
hidronefritis
Peningkatan kontraksi otot detrusor dari buli-buli
Penurunan
fungsi ginjal Hipertropi otot detrusor trabekulasi

Terbentuknya sekula-sekula dan difertikel buli-buli

Frekuensi Intermiten Disuria Urgensi Hesistensi Terminal dribling


Hipotesis penyebab
timbulnya hiperplasia
prostat

Berkurang
nya Teori sel
kematian stem
sel prostat
1. Teori dihidrotestosteron (DHT)
DHT adalah metabolit androgen yang
sangat penting pada pertumbuhan sel-sel
kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron
di dalam sel prostat oleh enzim 5alfa-
reduktase dengan bantuan koenzim
NADPH. DHT yang telah terbentuk
berikatan dengan reseptor androgen (RA)
membentuk kompleks DHT-RA pada inti
sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein
growht factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosterone.
Pada pria dengan usia yang semakin tua, kadar estrogen
dalam serum relatif meningkat dibandingkan kadar
testosteron. Pasien dengan BPH cenderung memiliki
kadar estradiol yang lebih tinggi dalam sirkulasi perifer.
Estrogen di dalam prostat berperan pada proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan
sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
3. Interaksi stroma-epitel
Interaksi stroma-epitel berperan penting dalam regulasi
hormonal, seluler, dan molekuler pada perkembangan prostat
normal dan neoplastik. Proses peningkatan usia menyebabkan
akumulasi bertahap dari massa prostat. sel stroma memiliki
kemampuan untuk memodulasi diferensiasi sel epitel prostat
normal.
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Homeostasis pada kelenjar yang normal terjadi karena
adanya keseimbangan antara inhibitor pertumbuhan dan
mitogens, yang masingmasing menghambat atau
menginduksi proliferasi sel tetapi juga mencegah atau
memodulasi kematian sel (apoptosis). Pada pasien BPH,
terjadi pertumbuhan abnormal (hiperplasia) pada prostat
yang mungkin disebabkan oleh faktor pertumbuhan lokal
atau reseptor faktor pertumbuhan yang abnormal, yang
menyebabkan meningkatnya proliferasi atau menurunnya
kematian sel (apoptosis)
5. Teori sel stem
Ukuran prostat dapat menggambarkan adanya jumlah
absolut sel stem pada kelenjar prostat. Lonjakan hormon
androgen postnatal akan membentuk jaringan prostat
sehingga menginduksi pertumbuhan prostat berikutnya.
Sama seperti regulasi hormon jaringan prostat pada
dewasa, hormon seks steroid dapat memberikan efek
pembentukan jaringan prostat secara langsung atau tidak
langsung melalui serangkaian jalur yang kompleks
Etiologi :
Etiologi :
Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) kemungkinan
berakaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan
hormon .
Dengan penuaan,kadar testosteron serum menurun, dan
kadar estrogen serum meningkat.
Terdapat teori bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih
tinggi akan merangsang hiperplasia jaringan prostat

Tanda dan gejala yang sering terjadi adalah :

Sering berkemih (frekuensi meningkat)


Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
Urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak
dapat ditunda/kebelet)
Disuria (nyeri pada saat miksi)
Urgensi dengan inkontinensia (kebelet dan tidak dapat di
kontrol )
Tersendat-sendat
Mengeluarkan tenaga untuk mengalirkan kemih
Rasa tidak lampias (seperti masi tersisa urin)
Inkontensia overflow (sering terjadi pada lansia)
Kemih yang menetes setelah berkemih
Diagnosis :
Diagnosis :

1. Pemeriksaan fisik
2. Laboratorium

3. Pemeriksaan USG

4. Sistokopi

5. Residul volume urine postvoid

6. Uroflometri
Faktor resiko :
Faktor resiko :

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah:


1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan
peningkatan risiko BPH. Testosteron akan diubah menjadi
androgen yang lebih poten yaitu DHT oleh enzim 5α-
reduktase,yang berperan penting dalam proses pertumbuhan sel-
sel prostat.

2. Usia
3. Ras
4. Genetik/keturunan
5. Obesitas
6. Diabetes Mellitus
PENATALAKSANAAN BPH
PENATALAKSANAAN BPH

Konservatif (watchingful
waiting)
Tujuan terapi pada pasien BPH
adalah memperbaiki kualitas
hidup pasien. Terapi yang
medikametosa
didiskusikan dengan pasien
tergantung pada derajat keluhan,
keadaan pasien, serta
ketersediaan fasilitas. Pilihannya pembedahan
adalah :

Lain-lain (kondisi
khusus)
A. Konservatif (watchingful waiting)

Penanganan alat-
alat  konstipasi Kurangi konsumsi
makanan atau minuman
yang menyebabkan iritasi
pada kandung kemih (kopi
atau  cokelat)
Jangan banyak minum dan
mengkonsumsi kopi  atau
alkohol setelah makan
malam Batasi penggunaan
obat-­obat

influenz yang
Jangan
mengandung
menahan kencing
fenilpropanolamin
terlalu lama
B. Medikametosa
Yaitu penatalaksanaan denganpemberian terapi farmakologis.

α1-­blocker
‐ / Antagonis Reseptor
Alfa-1-Adrenergik

5α-­reductase
‐ inhibitor /
Penghambat 5-Alfa-Reduktase

Antagonis Reseptor
Muskarinik

Phospodiesterase 5 inhibitor

Terapi Kombinasi
α1-­blocker
‐ / Antagonis Reseptor
Alfa-1-Adrenergik

doksazosin
doksazosin
terazosin
terazosin

alfuzosin
alfuzosin

tamsulosin
tamsulosin
5α-­reductase
‐ inhibitor /
Penghambat 5-Alfa-Reduktase

dutasteride
dutasteride
finasteride
finasteride
Antagonis Reseptor Muskarinik

Fesoterodine
Fesoterodine
fumarate
fumarate
Propiverin
Propiverin
HCL
HCL
solifenacin
solifenacin
 succinate
 succinate
 tolterodine
 tolterodine
l-­l-­
tartrate
tartrate
Phospodiesterase 5 inhibitor

vardenafil
vardenafil
 sildenafil
 sildenafil

tadalafil
tadalafil
Pembedahan
Pembedahan

Indikasi tindakan pembedahan pada benign prostatic


Indikasi tindakan pembedahan pada benign prostatic
hyperplasia / BPH yang sudah menimbulkan komplikasi,
hyperplasia / BPH yang sudah menimbulkan komplikasi,
seperti kegagalan terapi farmakologi, retensi urin yang
seperti kegagalan terapi farmakologi, retensi urin yang
sulit diatasi (evakuasi dengan kateter tidak berhasil),
sulit diatasi (evakuasi dengan kateter tidak berhasil),
infeksi saluran kemih berulang, hematuria, batu saluran
infeksi saluran kemih berulang, hematuria, batu saluran
kemih, dan insufisiensi renalis karena obstruksi.
kemih, dan insufisiensi renalis karena obstruksi.
Interaksi Obat :
Interaksi Obat :

Golongan Obat Alfa-1 blocker/Antagonis Reseptor


Alfa-1-Adrenergik

Doksazosin
DosisDoksazosin
: 1mg/hari
Dosis : 1mg/hari
Efek samping : pusing, sakit kepala,
Efek samping : pusing, sakit kepala, Tetrazosin
vertigo dan edema.
vertigo dan edema. Dosis : Tetrazosin
1mg dan 2 mg
Kontra indikasi
Kontra indikasi
: hipersensitif.
: hipersensitif. Indikasi 1mg
Dosis : dan 2 mg
: hipertensi
Indikasi : hipertensi. Indikasi
Mekanisme : hipertensi
kerja : terazosin
Indikasi : hipertensi.
Mekanisme kerja : antagonis merelaksasi otot halus: pada
Mekanisme kerja terazosin
leehr
adrenergic alfa-1 perifer: antagonis
Mekanisme kerja mendilatasi merelaksasi otot halus
kandung urin,sehingga menurunkan pada leehr
adrenergic
arteri atu vena. mendilatasi
alfa-1 perifer kandung urin,sehingga menurunkan
arteri atu vena. obstruksi kandung urin.
obstruksi
Efek samping kandung urin.
: mengantuk, sering
Efek samping : mengantuk,
urinasi. sering
Interaksi obat : urinasi.
meningkatkan efel
Interaksi obat : meningkatkan
toksisitas, efek hipotensi efel
terazosin
toksisitas,ple
ditingkatkan efek hipotensi terazosin
beta-blocker, diuretik,
ditingkatkan ple beta-blocker,
inhibitor ACE. diuretik,
inhibitor ACE.
Alfuzosin
Indikasi : pengobatan gejala fungsional
dari hipertrofi prostat jinak.
Interaksi obat : antihipertensi alfa-bloker.
Kontra indikasi : hipersensitivitas.
Efek samping : sakit kepala, mual dan
astenia.
Dosis : 10mg/hari.
Tamsulosin
Dosis : 400 mg/hari
Mekanisme kerja : menghambat
pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari
testeron, yang dikatalisis oleh enzim 5-
reduktase didalam sel-sel prostat.
Indikasi : gangguan miksi pada hiperplasia
prostat jinak.
Interaksi obat : Antihipertensi ,sildenafil
sitrat.
Golongan Obat Agonis dan Antagonis

Finasteride
Dosis : 1-5 mg/hari
Efek samping : impotensi,libido dan
nyeri.
Indikasi : hiperplasia prostat ringan.
Interaksi obat : tidak ada interaksi
yang dilaporkan.
Mekanisme kerja : memblok enzim
5alfa-reduktase . Flutamid
Mekanisme kerja : memblok
dihidrotestosteron pada reseptor
intraselulernya.
Efek samping : mual, muntah, diare
dan nafsu makan naik.
Interaksi obat : Antikoagulan,efek
warfarin ditingkatkan.
Antagonis
Solifenasin Sulfat

Indikasi : beser, anyang-


anyangan. Tolterodin Tartrat
Interaksi obat : dosis Indikasi : untuk mengobati
dikurangi jika diberikan saluran kemih yang overaktif
bersama dengan dengan gejala urgensi,frekuensi
ketokenazol,itrakonazol,, dan inkontinesia.
dan nelfinavir. Interaksi Obat : penggunaan
Efek samping : refluks- dengan reseptor
gastro-esofagal, dan edema. antimuskarinik,metokklopramid
Dosis : 5mg/hari. Kontra Indikasi : retensi urin,
gloukoma sudut sempit yang
tidak terkontrol.
Efek Samping :mulut
kering,dispepsia,sakit
kepala,muntah.
Dosis : 2mg/hari.
Terminologi Medik
Terminologi Medik

 BPH ( Benign Prostatic hyperplasia) atau pembesaran prostat jinak adalah


kondisi ketika kelenjar prostat membesar.

 Istilah BHP merupakan istilah histopatologis, yaitu adanya hiperplasia sel


stroma dan sel epitel kelenjar prostat. Dapus: Wei JT. Calhoun E,
Jacobsen SJ. Urologic diseases in American project: benign prostatic
hyperplasia. J Urol 2005, 173:1256-61.
Daftar pustaka
1. Dipiro, J.T., Robert, L.T.,Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W &
Posey, M.L. (2005). Pharmacotheraphy A pathophysiologic
approach Sixth edition. New York: MCGRAW-HILL
Medical Publishing.
2. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2003). Panduan
penatalaksanaan (Guidelines) benign prostatic hyperplasia (BPH)
di Indonesia. Surabaya.
3. Price,A.S., dan Wilson,M.L.,(2005). Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit.Edisi ke VI. Jakarta:EGC.
4. Seto,S. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
5. Sukandar, B., Andrajati, K., Sigit,J,.Adnyana, K., Setiadi P.A.,
Kusnandar. (2008). ISO Farmakoterapi.Edisi ke I. Jakarta barat :
PT. ISFI.
6. Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
7. Wei,J.T.,Calhoun,E.,Jacobsen,S.J.,(2005). Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH).Urologic diseases in American.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai