Anda di halaman 1dari 21

FARMAKOTERAPI

BPH
APA ITU PROSTAT??

• Prostat adalah kelenjar bagian dari sistem reproduksi pria yang berukuran
sebesar kacang kenari.
• Prostat tersusun atas dua bagian membentuk kerucut dan luarnya dilapisi
suatu jaringan. Selain kelenjar, prostat juga tersusun atas jaringan otot
sebanyak 30-50%.
• Prostat terletak di depan rektum dan tepat di bawah kandung kemih.
• Fungsi prostat yang diketahui baru untuk memproduksi cairan sebagai zat
makanan bagi sperma dan mengubah keasaman liang vagina.
DEFINISI BPH

• Merupakan istilah hispatologi, yaitu adanya hiperplasia sel stroma dan sel
epitel kelenjar prostat.
• Pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan
memiliki testis yang masih menghasilkan testosteron .
• Pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), pola diet, mikrotrauma,
inflamasi, obesitas, dan aktivitas fisik diduga berhubungan dengan
proliferasi sel kelenjar prostat secara tidak langsung
PREVALENSI

• Di dunia, hampir 30 juta pria menderita BPH. Pada usia 40 tahun sekitar
40%, usia 60-70 tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70
tahun mencapai 90%.
• Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan
diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 hingga 65 tahun
dan diperkirakan bahwa kurang lebih 5% pria Indonesia yang berumur 60
tahun atau lebih
FAKTOR RISIKO
• Usia, 25% pada lelaki berusia 40-49 tahun dan 80% pada lelaki 70-79 tahun
• Riwayat BPH dalam keluarga,
• Kurangnya aktivitas fisik,
• diet rendah serat,
• konsumsi vitamin E,
• konsumsi daging merah,
• obesitas,
• sindrom metabolik,
• inflamasi kronik pada prostat, dan
• penyakit jantung
GEJALA KLINIS
• Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
• LUTS dibagi menjadi dua bagian, yaitu
simptom penyimpanan dan simptom
perkemihan. Simptom penyimpanan terdiri dari
frekuensi, nocturia, sedangkan simptom
perkemihan meliputi perasaan tidak puas
setelah berkemih, intermiten, mengedan saat
berkemih, dan pancaran urin lemah
Klasifikasi

Bedasarkan keluhan
Derajat I :
penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi kencing
bertambah terutama pada malam hari
Derajat II :
adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas
(disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
Derajat III :
timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul
infeksi ascenden
PATOFISIOLOGI

• Teori dihydrotestosterone (DHT)


• Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon
testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan
diubah menjadi metabolit aktif dihydrotestosterone (DHT)
dengan bantuan enzim 5α – reduktase. DHT inilah yang secara
langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat
untuk mensintesis protein growth factor yang memacu
pertumbuhan kelenjar prostat
KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA ESTROGEN-TESTOSTERONE

• Pada pria dengan usia yang semakin tua, kadar tetosteron makin
menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga
perbandingan estrogen dan testosterone relative meningkat.
Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas
sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah
kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel
baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada memiliki usia yang
lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.
BERKURANGNYA KEMATIAN SEL
PROSTAT
• Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologi
homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat
keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
• Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis
menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa
prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam
menghambat proses kematian sel.
PENATALAKSANAAN BPH

1. Watchful waitting
artinya, pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi
perkembangan keadaan penyakitnya tetap diawasi dokter,
pilihan watchful waitting ini ditujukan untuk pasien BPH dengan
keluhan sedang hingga berat, pancaran urin melemah dan
terdapat pembesaran prostat >30 gram.
Pasien hanya dianjurkan merubah pola hidup, seperti
mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, mengurangi cairan
sebelum tidur untuk meningkatkan symptoms nokturia, dan
berkemih
2. FARMAKOTERAPI MENGGUNAKAN OBAT

Golongan obat yang menjadi pilihan di antaranya :


1. Penghambat reseptor Alpha-adrenergic
2. Inhibitor 5α-reductase
3. Antimuskarinik
4. Inhibitor 5-fosfodiesterase yang diberikan tunggal
atau kombinasi
1. GOLONGAN ALFA ADRENERGIC BLOKER

• Golongan Alfa adrenergic bloker bekerja dengan menghalangi


kontraksi reseptor adrenergic simpatik dari otot polos prostat
dan leher kandung kemih, dengan relaksasi otot polos di
bagian leher prostat, saluran kemih dibuka yang
memungkinkan aliran urin.
• Contoh terazosin, doksazosin yang merupakan
:
generasi kedua dan alfuzosin, dan tamsulosin yang
merupakan generasi 3
2. Golongan 5-Alpha-
reductase inhibitors (5-ARIs)
• Obat golongan 5α-reduktase inhibitors bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dihidrotestosteron (DHT), sehingga terjadi penurunan kadar
zat aktif dehidrotestosteron dan mengecilnya ukuran prostat
• 5-Alpha-reductase inhibitors (5-ARIs) bekerja dengan memblok konversi
testosteron menjadi dihidrotestoteron (DHT), dimana DHT ini merupkan
androgen yang dapat memicu pembesaran prostat. Apabila kadar
dihidrotestosteron mengalami penurunan mengakibatkan penurunan
ukuran prostat
• Contoh obat : finasteride dan dutasteride
3. ANTI MUSKARINIK

• Antikolinergik (antimuskarinik) mennghambat neurotransmiter asetilkolin di


sistem saraf pusat dan perifer. Golongan ini mengurangi efek asetilkolin
melalui mekanisme kompetisi inhibisi di reseptor kandug kemih. Blokade
terhadap interaksi tersebut menyebabkan penurunan tonus otot polos yang
secara teoritis akan mengurangi keluhan akibat kontraksi otot polos.
• Contoh obat : darifenacin, solifenacin, trospium chloride, oxybutynin,
tolterodine, dan fesoterodine.
4. INHIBITOR 5-FOSFODIESTERASE
TERAPI OBAT UNTUK BPH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai