Anda di halaman 1dari 16

Kelompok : 2.

3
Dosen Pembimbing : Apt. Nessa S.farm, M.Biomed
 Annisa (1704019)
 Jujur Krisnawati Gea (1704021)
 Winda triandini (1704027)
 Indah Fitri Wardhani (1704029)
 Mikel Waguci (1704030)
 Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberikan informasi secara
akurat, tidak bias, dan terkini baik kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien
 Pemberian informasi kepada konsumen secara
aktif maupun pasif melalui surat, telfon, atau
tatap muka
 Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster
terkait informasi kesehatan
 Memberikan informasi pada Panitia Farmasi
Terapi (PFT) dalam penyususnan formularium
Rumah Sakit
 Penyuluhan
 Penelitian
 Menyediakan dan memasang spanduk, poster,
booklet, leaflet yang berisi informasi obat
pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien.
 Menjawab pertanyaan baik lisan maupun
tertulis, langsung atau tidak langsung dengan
jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis
dan bijaksana melalui penelusuran literatur
secara sistematis untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan.
 Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan
informasi obat secara sistematis.
a.Pelayanan informasi obat untuk menjawab
pertanyaan
b.Pelayanan informasi obat untuk mendukung
kegiatan panitia farmasi dan terapi.
c.Pelayanan informasi obat dalam bentuk
publikasi.
d.Pelayanan informasi obat untuk edukasi.
e.Pelayanan informasi obat untuk evaluasi
penggunaan obat.
f.Pelayanan informasi obat dalam studi obat
investigasi.
 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker
selama 24 jam atau on call disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit.
 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker
pada jam kerja, sedang diluar iam kerja dilayani
oleh apoteker instalasi farmasi
 yang sedang tugas jaga.
 Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker
pada jam kerja, dan tidak ada pelayanan informasi
obat diluar jam kerja.
 Tidak ada petugas khusus pelayanan
informasi obat, dilayani oleh apoteker,
baik pada jam kerja maupun diluar jam
kerja.
 Tidak ada apoteker khusus, pelayanan
informasi obat dilayani oleh semua
apoteker di jam kerja dan tidak ada
pelayanan informasi obat diluar jam
kerja. (Direktorat jendral pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan
departemen kesehatan RI : 2006) .
Apotek adalah suatu tempat
tertentu,tempatdilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatanlainnya kepada
masyarakat.
 Menurut Kepmenkes RI
No.1332/MENKES/SK/X/2002 Apoteker
adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan
telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai Apoteker 1) Apoteker
Pengelola Apotek (APA) :
 Pembuatan, pengelolaan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat
atau bahan obat.
 Pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan penyerahan
perbekalan farmasi lainnya.
 Pelayanan informasi mengenai
perbekalan farmasi,
 Apotek wajib dibuka untuk melayani masyarakat
dari pukul 08.00-22.00.
 Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi
dan dokter hewan.
 Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab
apoteker pengelola apotek
 Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan
tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker
tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang
ditulis di dalam resep dengan obat paten. Dalam
hal pasien tidak mampu menebus obat yang
tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
o Apoteker wajib memberi informasi :
(1). Yang berkaitan dengan penggunaan obat
yang diserahkan Pada pasien.
(2). Penggunaan obat secara tepat, aman,
rasional atas permintaan masyarakat.
o Apabila apoteker menganggap bahwa dalam
resep ada kekeliruan
atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker
harus memberitahukan kepada dokter penulis
resep. Bila dokter penulis resep tetap pada
pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda
tangan yang lazim diatas resep atau
menyatakan secara tertulis.
o Salinan resep harus ditandatangani oleh
apoteker.
o Resep harus dirahasiakan dan disimpan baik
dalam waktu tiga tahun. Resep atau salinan
resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau yang merawat
penderita, penderita yang bersangkutan,
petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
 Anonim. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
 Anonim. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan No.Hk.00.Dj.Ii.924 entang Pembentukan
Tim Penyusun Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
 Direktorat jendral pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan
departemen kesehatan RI : 2006
 Kurniawan, W. K., dan Chabib, L. 2010. Pelayanan Informasi
Obat Teori dan Praktik, Graha Ilmu. Yogyakarta.
 Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapan. Cetakan. I, Penerbit EGC: Jakarta.
 Siregar dkk. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
 Siregar, Charles .2006. Farmasi klinik,teori dan penerapan.
EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai