DRAFT PROPOSAL
Oleh :
PENDAHULUAN
Virus merupakan suatu parasit intrasel yang dapat bereplikasi. Replikasi yang
terjadi pada virus dapat bergantung pada proses sintesis sel inang (host). Agar
menjadi efektif, suatu agen antivirus harus mampu memblokir keluar atau masuknya
suatu virus dari dalam sel atau menjadi aktif di dalam sel inang. Oleh sebab itu,
penghambatan nonselektif dari replikasi virus dapat mengganggu fungsi sel inang dan
Semakin banyak mutasi berbagai virus yang terjadi oleh karena pengobatan
antiviral yang lama, maka akan terus terjadi kemungkinan adanya resistensi virus
terhadap satu atau lebih obat antiviral. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengembangkan berbagai obat antiviral baru yang lebih
efektif dengan efek toksik yang lebih ringan. Di lingkungan sekitar manusia me-
ngandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan
parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Untuk menghadapi senyawa
patogen tersebut, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan dirinya yang disebut
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk melindungi
dan mempertahankan tubuh dari bahan asing atau mikroorganisme yang menyerang
tubuh (Tjandrawinata, 2005). Fungsi sistem imun bagi tubuh ada tiga. Pertama
sebagai pertahanan tubuh yakni menangkal partikel atau senyawa asing. Kedua, untuk
tidak berfungsi, dan ketiga sebagai pemberi sinyal (surveillence immune system),
untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi atau ganas. Pada prinsipnya jika sistem
imun seseorang bekerja optimal, maka tidak akan mudah terkena penyakit, sistem
Secara umum sistem imun terdiri atas sistem imun nonspesifik (innate) dan
spesifik (adaptive). Sistem imun nonspesifik bersifat tidak spesifik, tetapi aktivitas
sistem imunnya terjadi lebih cepat karena tidak melibatkan sel memori. Sedangkan
pada sistem imun spesifik akan dapat mengenali patogen atau mitogen asing yang
pernah terpapar sebelumnya sehingga dapat memberikan respon imun yang lebih baik
karena melibatkan sel memori. Sistem imun spesifik dan nonspesifik, keduanya
Pada sistem imun spesifik seluler terdiri dari sel limfosit T dan sistem imun spesifik
humoral melibatkan sel limfosit B. Kedua sistem imun tubuh (spesifik dan non
Berbagai bahan atau senyawa yang dapat memacu sistem imun disebut
tubuh (Patil, 2012). Imunomodulator dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1)
imunostimulator berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, (2)
imunoregulator, yaitu dapat meregulasi sistem imun, dan (3) imunosupresor yaitu
dapat menghambat atau menekan aktivitas sistem imun (Block dan Mead, 2003).
imun, baik respon imun spesifik atau non spesifik (Alamgir & Uddin, 2010).
dan fenolik yang dapat memulihkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit
aktivitas imunomodulator (Ismail & Asad, 2009). Salah satu jenis tumbuhan obat
scaberL.) dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini tersebar luas di daerah tropik seperti
di Amerika, Afrika, dan Asia. Tapak Limantumbuh liar bersama tumbuhan herba
Tanaman yang memiliki kandungan flavonoid dan saponin telah dikenal sebagai
imunomodulator alami. Saponin dan flavonoid adalah bahan aktif yang dapat
2014). Berdasarkan hasil penelitian (Nur Alfi dan Anas, 2018), tapak liman
efektifitas yaitu mampu menonaktifkan partikel virus yang pada kadar rendah akan
menyebabkan denaturasi protein dan pada kadar tinggi akan menyebabkan koagulasi
Fagositosis merupakan proses ditelannya partikel oleh sel. Makrofag dan leukosit
fagositosis dan indeks fagositosis. Metode fagositosis adalah salah satu metode yang
paling banyak digunakan untuk skrining bahan aktif yang mempengaruhi respon
aktivitas tanaman tapak liman sebagai obat alami yang dapat meningkatan sistem
imun. Sehingga pada penelitian ini, dapat dibuktikan dan diketahui secara ilmiah
terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag yang divaksinisasi H5N1.
1.4 Hipotesis
imunomodulator terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag pada tikus
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
(Agromedia, 2008).
Tanaman ini memiliki nama lain yang cukup banyak sesuai dengan kebiasaan
penyebutan di setiap daerah, seperti tapak gajah, tapak tangan, talpak tana, balagaduk,
Tapak liman merupakan terna tegak yang dapat tumbuh sepanjang tahun,
berbatang pendek, kaku dan berambut kasar. Tingginya antara 30-60 cm. Daun tapak
liman berupa daun tunggal berkumpul sejajar dengan permukaan tanah membentuk
roset akar. Bentuknya jorong, tepi berlekuk-lekuk dan bergerigi tumpul, ujung daun
panjang 10-18 cm, lebar 3-5 cm. Bunga tapak liman berupa bunga majemuk
berbentuk bonggol, letaknya di ujung batang, berwarna ungu, mekar pada waktu
siang hari dan menutup kembali sore hari. Tangkai bunga keluar dari tengah tengah
roset dengan tinggi 60-75 cm. Batang tangkai bunga kaku dan liat, berambut panjang
dan rapat, bercabang dan beralur. Daun pada tangkai bunga kecil, letaknya jarang,
panjang 3-9 cm, lebar 1-3 cm. Buah tapak liman berupa buah longkah yang keras,
berambut, berwarna hitam. Akar tapak liman berupa akar tunggang yang besar, warna
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui,
b. Bunga: luteolin-7-glucoside.
sistem imun tubuh secara in vivo (Shukla, et al., 2009). Tumbuhan tapak liman
mengadung banyak senyawa bioaktif. Lebih dari 30 senyawa kimia yang telah
2014). Senyawa kimia yang dapat diisolasi dari tumbuhan tergantung dari pelarut
2.4 Kegunaan
mulut. Akar: obat malaria, kurang darah, batuk, mencret, sariawan mulut (Depkes RI,
Asia dan Afrika. Di Asia, tapak liman dapat ditemukan di Indonesia, India, China,
Vietnam, Thailand, dan Filipina. Tumbuhan tapak liman sudah digunakan sebagai
obat tradisional sejak 700 tahun lalu oleh masyarakat Zhuang di Kota Jingxi,
Baratdaya Cina. Tapak liman digunakan untuk mengobati sakit kepala, diare,
hepatitis dan bronkitis (Ho,et al., 2009); (Das &Ambarish, 2014).Pada saat ini, setiap
negara mengolah tumbuhan tapak liman dengan berbagai cara dan digunakan untuk
meningkatkan kontraksi pada area abdominal dan mencegah inflamasi setelah proses
melahirkan. Di Nigeria, air hasil rebusan daun tapak liman digunakan untuk
mengobati atritis, diare dan masalah pada buang air. Sedangkan di Nepal, tapak liman
digunakan sebagai obat untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan, disentri,
dan muntah darah pada pasien tuberkulosis (Ho,et al., 2009). Selain itu, berdasarkan
penelitian (Jasmine,et al., 2008) semua bagian tumbuhan tapak liman dapat
digunakan untuk mengobati insomnia, bronkitis, infeksi bakteri dan virus, leukemia,
Sedangkan, akar dari tumbuhan tapak liman dapat digunakan untuk mengatasi
Bagian tanaman yang sering digunakan yaitu daun dan akar. Tanaman tapak
liman digunakan sebagai obat tradisional dalam bentuk ekstrak kering yang
dimasukkan dalam kapsul (Dalimartha, 2003). Tipe penyakit yang dapat diobati
dengan tapak liman yaitu beberapa penyakit inflamatori seperti inflamatori pada
tonsil, influenza, inflamasi pada mata, inflamasi ginjal, inflamasi akut dan kronis
pada uterus atau keputihan. Tapak liman berguna untuk mengatasi penyakit cacar air
Fungsi utama dari sistem imunitas tubuh adalah untuk membedakan antara sel tubuh
sendiri (self) dan sel yang berasal dari luar (nonself). Kemampuan ini sangat
Berbagai senyawa organik dan anorganik yang bersal dari hewan, tumbuhan, jamur,
virus, bakteri, debu, asap dan bahan iritan lainnya yang terdapat di lingkungan dapat
Sistem imun terbentuk dari jejaring kompleks sel imun, sitokin, jaringan
limfoid, dan organ, yang bekerja sama dalam meng eliminasi bahan infeksius dan
antigen lain. Antigen yang merupakan substansi yang menimbulkan respons imun
generator antibodi. Obat antigenik yang digunakan untuk mendidik sistem imun
dinamakan vaksin. Bentuk modifikasi dari antigen original digunakan dalam bentuk
vaksinasi dengan tujuan menstimulasi pembentukan sel T dan sel B memori tanpa
Apabila bahan infeksius tidak dapat dihentikan oleh barier fisik dan khemis,
bahan infeksius akan masuk melalui kulit atau membran mukosa dan selanjutnya
dapat dieliminasi oleh respons imun innate, penyakit akan menyerang sehingga
respons imun adaptif atau spesifik atau didapat akan diaktivasi, agar tubuh pulih
antara zat asing (non-self) yang dikenal sebagai antigen, dan zat yang berasal dari
tubuh sendiri (self). Namun, pada beberapa kondisi patologis, sistem imun tidak
mampu membedakan keduanya (non-self dan self), sehingga sel-sel dalam sistem
imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya, atau yang dikenal sebagai
dalam mengenali molekul antigen serta membangkitkan dan melakukan reaksi yang
tepat dalam mengeliminasi antigen. Respon imun sendiri dapat dibedakan menjadi
respon imun non-spesifik (innate immunity) dan respon imun spesifik (adaptive
walaupun tubuh sebelumnya tidak atau belum pernah terpapar antigen. Respon imun
ini telah ada dan berfungsi sejak dilahirkan, berfungsi memberikan respon dini
terhadap antigen, dan menginduksi terjadinya respon imun selanjutnya, yaitu respon
a. Pertahanan Fisik/Mekanis
Pertahan fisik/mekanis dapat berupa kulit, lapisan mukosa, silia atau rambut
pada saluran pernapasan, batuk, dan bersin. Pertahanan ini melindungi tubuh dari
b. Pertahanan Biokimia
mikroba yang melewati pertahanan fisik/mekanis. Pertahanan ini dapat berupa asam
c. Pertahanan Humoral
yang dilalui oleh mikroba. Contoh molekul ini adalah interferon (IFN), Defensin,
d. Pertahanan seluler
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun. Sel-sel ini ditemukan pada
sirkulasi darah dan di jaringan. Contoh sel-sel yang biasa ditemukan dalam sirkulasi
darah adalah neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan sel natural killer (NK).
Sedangkan, sel yang disimpan dalam jaringan adalah sel mast, makrofag, dan sel NK.
2.5.2 Sistem Imun Spesifik
kemudian hari. Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler.
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi,
dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Fungsi utama
antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus, dan bakteri serta
menetralkan toksinnya.
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T
terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4+ (Th1,
Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun
spesifik seluler ialah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus,
jamur, parasit, dan keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
terinfeksi.2 Th1 memproduksi IL-2 dan IFN-γ.7 Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5.7
Treg yang dibentuk dari timosit di timus mengekspresikan dan melepas TGF-β dan
IL-10 yang diduga merupakan petanda supresif.2 IL-10 menekan fungsi APC dan
aktivasi makrofag sedang TGF-β menekan proliferasi sel T dan aktivasi makrofag
(Sekar, 2014).
Beberapa perbedaan antara sistem imun nonspesifik dengan sistem imun
2.6 Fagositosis
fagositosis dan indeks fagositosis dan metode fagositosis adalah salah satu metode
yang paling banyak digunakan untuk skrining bahan aktif yang mempengaruhi sistem
benda asing yang dilakukan di mana setelah benda asing atau bakteri melekat pada
membungkus bakteri atau benda tersebut. Tonjolan sitoplasma yang saling bertemu
itu akan melebur menjadi satu sehingga benda asing atau bakteri akan tertangkap di
dalam sebuah vakuol fagostik intra sel. Lisozom yang merupakan suatu sistem
pencerna intra sel dengan kemampuan memecah materi yang berasal dari luar dari
dalam, jadi lisozom akan menyatu dengan vakuol dengan demikian akan
Fagosistosis yang efektif pada invasi kuman dini akan dapat mencegah
timbulnya infeksi. Sel fagosit dalam kerjanya juga berinteraksi dengan komplemen
dan sistem imun spesifik. Proses fagositosis oleh makrofag berlangsung dalam 5 fase,
yaitu:
c. Ingesti (oenelanan)
e. Pembunuhan
berada dalam jarak dekat dengan partikel bakteri, atau partikel tersebut harus melekat
mikroorganisme, kemudian terjadi ingestion yaitu suatu proses sel fagosit memanjang
membentuk pseudopodia dan mengurung mikroorganisme, kemudian tejadi
pembentukan fagosom pada sel fagosit. Tahap selanjutnya adalah digestion, yaitu
tahap dimana fagosom akan masuk kedalam sitoplasma dari sel dan bergabung
dengan lisosom melalui suatu fusi sel membentuk sel yang lebih besar yang disebut
2.7 Imunomodulator
dengan menstimulasi mekanisme pertahanan alamiah dan adaptif, dan dapat berfungsi
kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi dan penyakit, dengan meningkatkan
aktivitas komponen sistem imun. Berbagai penyakit kulit misalnya infeksi virus dan
non-virus, dan tumor kulit dapat diterapi dengan imunostimulan (Martinus dkk,
2019).
2.7.2 Imunosupresi
2.7.3 Imunostimulasi
obat yang dapat menstimulasi sistem imun nonspesifik pada sistem pertahanan tubuh.
Bahan (imunostimulator) yang dibagi menjadi dua yaitu biologi dan sintetik.
dipeptida.
2.8 Metode Uji Aktivitas Imunomodulator
dengan beberapa metode pengujian yang dapat dilakukan secara in vitro dan in vivo,
dengan mengukur pengaruh senyawa kimia terhadapa fungsi dan kemampuan sistem
imun, yaitu (1) metode bersihan carbon, (2) uji granulosit, (3) bioluminensi radikal,
(4) uji transformasi limfosit T, (5) aktivitas dan makrofag dari peritonium (Sarah,
2018).
Salah satu ciri sel makrofag dapat dilihat dari kapasitas fagositosisnya.
Makrofag dapat menelan sejumlah besar partikel asing atau bakteri. Sel makrofag
melapisi permukaan benda asing oleh opsonin sejenis enzim dari IgG, permukaan itu
dikenali oleh sel imun yang lainnya dan akan menelannya. Kapasitas makrofag untuk
fagositosis dibatasi oleh jumlah reseptor fagositik yang ada, dan ketika semuanya
terdapat tanda lainnya seperti, beberapa struktur seluler akan berubah selama proses
fagositosis sehingga mendekati ambang batas, dan ambang batas tersebut menentukan
aktivasi fungsi (perubahan aktivitas fungsional) sel makrofag selama adanya infeksi
dari agen asing. Sedangkan utuk kapasitas fagositosis berguna untuk mengetahui
kemampuan maksimal dari sel makrofag untuk memfagositosis agen asing atau
patogen (Wijayanti, 1999). Cara untuk menentukan aktivitas dan kapasitas fagositosis
dari sel makrofag dapat menggunakan rumus berikut (Sheehan dan Hrapchak, 1980;
100%
BAB III
METODA PENELITIAN
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ratory evaporator, beaker
glass, gelas ukur, labu ukur, pipet volume, timbangan analitik digital, jarum
suntik, sonde, gunting bedah, tabung reaksi, rak tabung reaksi, lumpang dan
alu, vial, spatel, botol gelap, batang pengaduk, krus dan penuup, kertas saring,
alat sentrifuge, kertas saring, plat tetes, kandang hewan, dan mikroskop
trinokuler elektrik.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tapak liman
(Elephantopus scaber L.), etanol 70%, metanol, air suling, pewarna Giemsa, NaCl
fisiologis 0,9 %, Na2EDTA, minyak emersi, dan vaksin H5N1. Hewan yang
Hewan yang digunakan adalah mencit putih jantan sebanyak 40 ekor dengan
berat badan 20-25 kg, umur 2-3 bulan, sehat dan belum pernah mendapat perlakuan
dari 5 ekor mencit. Sebelum diperlakukan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari dan
diberi makan dan minum yang cukup. Mencit yang akan digunakan adalah mencit
yang sehat dan tidak menunjukkan perubahan berat badan lebih dari 10% serta secara
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tapak liman
Serbuk simplisia di buat dari tanaman segar yang telah disortasi, dirajang
hingga halus dan dikeringkan di rumah kaca. Daun yang telah kering dihaluskan
menggunakan etanol 70%. Masukkan satu bagian serbuk simplisia kering ke dalam
maserator, tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam selama enam jam pertama sambil
penyarian ini di ulangi sebanyak 3 kali. Maserat yang didapatkan dari tiga kali
Keterangan :
A= berat sampel awal (g)
B= berat ekstrak yang diperoleh (g)
a. Susut Pengeringan
hilang pada proses pengeringan. Krus porselen dipanaskan dalam oven 105ºC selama
30 menit, kemudian didinginkan dalam desikator dan berat awal di timbang (w 0).
Masukkan ekstrak sebanyak 1 gram kedalam kurs tersebut dan di timbang kembali
(w1). Kemudian krus di goyang secara perlahan-lahan agar ekstrak merata. Masukkan
ke dalam oven, buka tutup krus dan biarkan kurs terbuka dalam oven. Panaskan
selama 1 jam pada suhu 105ºC, dinginkan dalam desikator kemudian timbang
kembali. Ulangi perlakuan diatas hingga di peroleh bobot tetap. Hasil penimbangan
dicatat, dan dihitung susut pengeringannya dengan persamaan :hhhhhhhhhhhhhhhhhh
ditara, dan ratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan
ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, maka tambahkan air panas, saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan
filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, lalu ditimbang. Hitung
persamaan:vbgubbjbjbjbjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjbbbbbbbb
w 2−w 0
Kadar abu= × 100 %
w 1−w 0
a. Pemerikssaan Organoleptis
dan bau.
b. Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Daun Tapak Liman
dengan kapiler pada plat aluminium silika gel 60 F254. Fase gerak yang digunakan
yaitu fase gerak n-heksan, etil asetat dan metanol. Totolan larutan uji dan larutan
pembanding dengan jarak 1 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering.
Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah
bawah dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Larutan pengembang dalam
bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap. Letakkan tutup bejana pada
tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat.
gelombang 254. Ukur dan catat jarak tiap bercak yang diamati.
homogen. Setelah itu ditambahkan serbuk Mg dan 5 tetes HCl pekat. Jika
Sebanyak 3 tetes ekstrak kental etil asetat tapak liman diteteskan pada pelet
selaam 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1 cm yang bertahan 15 menit dan tidak
saponin.
sambil dikocok di atas penangas air, kemudia disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi
menjadi 2 bagian. Filtrat pertama ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Meyer, sedangkan
filtrat kedua ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Dragendrof. Adanya senyawa alkaloid
ditunjukkan oleh endapan putih dengan perekasi Meyer dan endapan coklat jingga
Cara pemberian sediaan ekstrak daun tapak liman yang akan diberikan pada mencit
500 mg, lalu dimasukan dalam lumpang yang telah berisi air panas sebanyak 10 mL.
Gerus hingga homogen lalu cukupkan aquadest hingga volume 100 mL. Larutkan
(mg)
dosis
(kgBB)
Konsentrasi=
(ml)
%VAO
(g)
Kelompok III : Diberikan ekstrak vaksin selama 2 hari, dan diberikan ekstrak selama
6 hari.
Kelompok VII : Diberikan vaksin selama 2 hari, dan diberikan NaCl fisiologis selama
12 hari.
Mencit diberikan senyawa uji secara per oral selama 14 hari. Volume
senyawa uji yang diberikan untuk 20 gram mencit berdasarkan perhitungan volume
mg
VAO=
( 10
kgBB
×0,02 kgBB )
mg
1
mL
VAO=0,2 ml
3.4.8.4 Menghitung Persentase Jumlah Sel Leukosit
Pada hari ke-15 ekor mencit dipotong, dan dibuat hapusan darah, lalu
keringkan. Setelah kering ditetesi dengan metanol, sehingga melapisi seluruh hapusan
darah, dibiarkan 5 menit. Diwarnai dengan Giemsa dan biarkan selama 20 menit.
Cuci dengan air suling, keringkan dan tambahkan minyak emersi dan amati di bawah
mikroskop okuler. Dihitung jumlah sel eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen,
Na2EDTA pada cairan peritoneal. Cairan peritoneal diambil, dibuat preparat apus
pada kaca objek dan difiksasi dengan metanol selama 5 menit, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan Giemsa, didiamkan selama 20 menit, dibilas dengan air mengalir
emersi dengan perbesaran (1000x). Kemudian aktivitas dan kapasitas sel fagositosis
fagosit yang melakukan fagositosis dari 100 sel fagosit (Virella, 2007; Chairul, 2009).
limfanya, ditimbang bobot limfa satu per satu. Persen bobot limfa relatif dapat
Bobot limfa
% Bobot limfa relatif = x 100%
Bobot badan mencit
(ANOVA) satu arah. ANOVA ini digunakan karena data yang diperoleh bersifat
objektif, kategorik dan numerik. Analisa data dilanjutkan dengan uji lanjut berjarak
Duncan (Duncan New Multiple Range Test) menggunakan SPSS 23,0 for Windows
Evaluation.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat (Cetakan 1). Agromedia Pustaka.
Etil Asetat Meniran (Phylantus niruri L.) pada Mencit Putih Jnatan Dengan
Dari Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei Hook) Pada
Aldi Y, Dewi ON, Uthia R. Uji Imunomodulator Dan Jumlah Sel Leukosit Dari
Aldi Y, Aria Mimi, Erman Lusia. 2014. Uji Efek Imunostimulasi Ekstrak Etanol
Fagositosis Sel Makrofag Pada Mencit Putih Betina. Scientia Vol. 4 no. 1,
Februari 2014.
Bratawidjaja , KG, Rengganis, I., 2010, Imunologi Dasar, 9th ed, Fakultas
Corwin, E. J. 2009. Buku saku patofisiologi (Egi Komara, Esty Wahyuningsuh, Devi
Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III. Jakarta : Trubus
Agriwijaya 154-158.
Departemen kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Ditjen POM.
Jakarta: 276-277.
Departemen kesehatan RI. 1980. Materia Medica Indonesia Jilid IV. Ditjen POM.
Jakarta: 52-56
Departemen Kesehatan.
Hasdianah HR, Prima D, Peristiowati Y, Sentot IS. Imunologi Diagnosis dan Teknik
2016;6(1):5-9.
Jasmine R, Daisy P, Selvakumar BN. A novel terpenoid from Elephantopus scaber
2013;15(1): 6-15.
Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Delapan. Bagian
Radji M. Imunologi & Virologi. Edisi revisi. Jakart: PT. ISFI Penerbitan; 2015.
Sheehan DC, Hrapchak BB. 1980. Theory and Practice of Histotechnology. 2nd
Bioeksperimen. 2015;24-31.
Vogel HG. Drug Discovery And Evaluations Pharmacological Assays. 2nd ed.
Ekstrak kental
Gambar 2. Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun tapak liman
Lampiran 2. (Lanjutan)
Mencit
Diberi Diberi
ekstrak ekstrak
hari 6-8 hari 9-11
Analisis Data