KIMIA MEDISINAL
ANALGETIK NON NARKOTIK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :6
NAMA :-WILNA KURNIATI (1704015)
-ADHITYA NOVITASARI (1704017)
-ANNISA (1704019)
-JUJUR KRISNWATI GEA (1704021)
-NOVITA FEBRINASARI (1704023)
- INDAH FITRI WARDANI (1704029)
KELAS :A
DOSEN PEMBIMBING : NESSA, S.Farm, M.Biomed, Apt
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
ANALGETIK NON NARKOTIK
A. Definisi
Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai
moderat, sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada
keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik.
Analgetika non narkotik bekerja pada perifer dan sentral system saraf pusat.Obat golongan ini
mengadakan potensiasi dengan obat-obat penekan system saraf pusat.
B. Mekanisme Kerja
1. Analgesik
Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis
prostaglandin, seperti sikloogsigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi.
2. Antipiretik
Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antiperitik dengan meningkatkan eliminasi
panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh
darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
Pengaruh obat pada suhu badan normal relative kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil
kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan pusat control suhu di hipotalamus
3. Antiradang
Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan
pelepasan asam arakidonat, yang kemudiaan diubah menjadi prostaglandin oleh prostaglandin
sintetase. Analgetika non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa
kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin
dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala
keradangan. Analgetik non narkotik efektif untuk mengurangi keradangan tetapi tidak dapat
mencegah kerusakan jaringan pada penderita arthritis.
Berdasarkan struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok
yaitu analgetik-antipiretika dan obat antiradang bukan steroid (Non Steroidal Antiinflamatory
Drugs = NSAID)
1. Analgetik-Antiperetika
Obat golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan
gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit.
Berdasarkan struktur kimianya obat analgetika-antipiretika dibagi menjadi dua kelompok
yaitu turunan aniline dan para-aminofenol, dan turunan 5-pirazolon.
a. Turunan Anilin dan para-Aminofenol
Turunan aniline dan p-aminofenol, seperti asetaminofen, asetanilid dan fenasetin,
mempunyai aktivitas analgesic-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi tidak
mempunyai efek antiradang dan antirematik.Turunan ini digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri kepala dan nyeri pada otot atau sendi, dan oat penurun panas yang cukup baik.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain adalah methemoglobin dan hepatotoksik.
Hubungan struktur-aktivitas
1. Amilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar karena
menimbulkan methemoglobin, suatu bentuk hemoglobin yang tidak dapat berfungsi
sebagai pembawa oksigen.
2. Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas
dan toksisitasnya. Asetilasi gugus amino (asetanilid) dapat menurunkan toksisitasnya, pada
dosis terapi relative aman tetapi pada dosis yang lebih besar menyebabkan pembentukan
methemoglobin dan mempengaruhi jantung. Homolog yang lebih tinggi dari asetanilid
mempunyai kelarutan dalam air sangat rendah sehingga efek analgesic dan antipiretiknya
juga rendah.
3. Turunan aromatic dari asetanilid, seperti benzanilid, sukar larut dalam air, tidak dapt
dibawa oleh cairan tubuh keresptor sehingga tidak menimbulkan efek analgesic, sedangkan
salisilanilid sendiri walaupun tidak mempunyai efek analgesic tetapi dapat digunakan
sebagai antijamur.
4. Para-aminofenol adalah produk metabolic dari aniline, toksisitasnya lebih rendah
disbanding aniline dan turunan orto dan meta, tetapi masih terallu toksik untuk langsung
digunakan sebagai obat sehingga perlu dilakukan modifikasi struktur untuk mengurangi
toksisitasnya.
5. Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol (asetaminofen) akan menurunkan
toksisitasnya, pada dosis terapi relative aman tetapi pada dosis yang lebih besar dan pada
pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati.
6. Eterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metal (anisidin) dan etil
(fenetidin) meningkat aktivitas analgesic tetapi karena mengandung gugus amino bebas
maka pembentukan methemoglobin akan meningkat
7. Pemasukan gugus yang besifat polar, seperti gugus karboksilat dan sulfonat, ke inti
benzene akan menghilangkan aktivitas analgesic
8. Etil eter dari asetaminofen (fenasetin) mempunyai aktivitas analgesic cukup tinggi, tetapi
pada penggunaan jangka panjang menyebabkan methemoglobin, kerusakan ginjal dan
bersifat karsiogenik sehingga obat ini dilarang beredar dindonesia
9. Ester salisil dari asetaminofen (fenetsal) dapat mengurangi toksisitas dan meningkatkan
aktivitas analgesic
Modifikasi struktur turunan aniin dan p-aminofenol dapat dilihat pada tabel berikut
Contoh :
b. Turunan 5-Pirazolon
Turunan 5-pirazolon, seperti antipirin, amidopirin dan metampiron, mempunyai aktivitas
analgesic-antipiretik dan antirematik serupa dengan aspirin.Turunan ini digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, salura
empedu dan urin, neuralgia, migraine dismenorhu, nyeri gigi dan nyeri pada rematik.Efek
samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah agranulositosis, yang dalam
beerapa kasus dapat berakibat fatal.
Strutur turunan 5-pirazolon dapat dilihat pada tabel
Contoh :
1. Antipirin (Fenazon), mempunyai aktivitas analgesic hamper sama dengan asetanilid,
dengan awal kerja yang lebih cepat. Efek samping agranulositosisnya cukup besar
sehingga sekarang tidak lagi digunakan untuk pemakaian sistemik. Antipirin mempunyai
efek paralitik pada saraf sensori dan motorik, sehingga digunakan untuk anestesi setempat
dan vasokontriksi pada pengobatan rhinitis dan laryngitis. Dosis: larutan 5-15%
2. Amidopirin (Pyramidon, Aminopirin, Aminofenazon), mempunyai aktivitas analgesic
serupa dengan antipirin, awal kerja nya lebih lambat dan masa kerjanya lebih panjang.
Absopsi obat dalam saluran cerna cepat, dan ±25-30% akan terikan oleh protein plasma,
waktu paro plasmanya ±2-3 jam. Efek samping agranulositosisnya besar dan dapat
berakibat fatal, sehingga sekarang tidak lagi digunakan dan dilarang beredar di Indonesia.
3. Metampiron Na (Metamizol Na, Antalgin, Novalgin, Dipiron), merupakan analgesic-
antipiretik yang cukup populer di Indonesia. Absorpsi obat pada saluran cerna cepat, dan
cepat pula termetabolisis di hati. Efek samping agranulositosisnya cukup besar sehingga
dilarang beredar di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Australia. Dosis ; 500mg 4dd
4. Profifenazon (Isopirin, Larodon) digunakan terutama sebagai antirematik. Senyawa dapat
menimbulkan pesma pada otot bergaris, dan penggunaannya sering dikombinasi dengan
obat analgesic lain. Dosis : 500mg 4dd.
6. Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat (diflunisal)
dapat meningkatkan aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja obat dan
menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu
pembekuan darah.
Contoh :
Contoh:
Asam antranilat adalah analog nitrogen dari asam salisilat.Turunan asam N- arilantranilat
terutama digunakan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, dan sebagai analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri yang ringan dan moderat. Turunan ini menimbulkan efek samping iritasi
saluran cerna,mual,diare,nyeri abdominal,anemia,agranulosit dan trombositopenia. Modifikasi
struktur turunan asam N-arilantranilat dapat dilihat pada tabel 69.
Hubungan struktur-aktivitas
1) Turunan asamN- antranilat mempunyai aktivitas yang lebih tinggi bila pada cincin
benzene yang terikat atom N mempunyai substituent-substituen pada posisi 2,3,6.
2) Yang aktif adalah turunan senyawa 23-disubstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
mempunyai aktivitas yang lebih besar apabila gugus-gugus pada N aril berada diluar
koplanaritas asam atranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai dengan tempat reseptor
hipotetik antiradang. Contoh : adanya substituen orto-metil pada asam mefenamat dan
ortoklor pada asam meklofenamat akan meningkatkan aktivitas analgesic.
3) Penggantian atom N pada asam antrailat dengan gugus-gugus isoterik seperti O,S dan
CH2 dapat menurunkan aktivitas.
Turunan ini mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic yang tinggi, dan terutama digunakan
sebagai antirematik. Seperti pada obat antirematik yang lain turunan ini juga menimbulkan efek
samping iritasi saluran cerna cukup besar.
X = gugus yang bersifat elektronegatif (F atau C) yang terletak pada posisi meta dari rantai
samping.
Contoh turunan asam fenilasetat: namoksirat, diklofenak Na, ibufenak, fenbufen, ibuprofen,
ketoprofen dan fenoprofen.
Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
1) Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam hidroksamal,
sulfonamide dan tetraol,yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic datar.
Pemisahan dengan lebih dari satu atom C, missal pada turunan asam propinat atau butirat,
akan menurunkan aktivitas.
2) Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α metal dan bersifat
hepatotoksik, turunan α metilnya( ibuprofen ) mempunyai aktivitas antiradang yang lebih
tinggi disbanding ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.
3) Adanya α substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-kadang
isomer 1 lebih aktif disbanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah isomer S. contoh
: S(+) ibuprofen lebih aktif disbanding isomer (-), sedang isomer (+) dan (-) fenoprofen
mempunyai aktivitas yang sama.
4) Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C inti aromatic pada posisi meta atau
para dari gugus asetat.
5) Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in vivo
dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol dan aldehida,
secara in vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Contoh turunan arilasetat:
Kadang-kadang pada cincin fenil bergabung fenil lain, seperti pada turunan naftalenasetat ,
contoh : naproksen dan namebuton.
1) Penggantian gugus OCH3 dengan SCH3 atau penggantian gugus COOH dengan gugus
alcohol atau aldehid, senyawa tetap aktif sebagai analgesik.
2) Penggantian gugus CH3 dengan gugus alkil yang lebih besar akan menurunkan aktivitas.
Contoh :
1) Naproksen (naxen) mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic,antipiretik,
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri dan antiradang pada berbagai
keadaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Naproksen
diabsorpsi secara sempurna dalam saluran cerna, kadar plasmatertinggi dicapai 2-4
jam setelah pemberian oral dengan waktu paro biologis ± 13 jam . Dosis : 250- 500
mg 2 dd
2) Namebutol (relifex) adalah pra-obat turunan keton, dalam tubuh akan termetabolisis
menjadi senyawa aktif asam 6 metoksi-2-naftil- asetat, senyawa analog naproksen
dengan sifat dan kegunaan yang mirip. Dosis tunggal : 1000mg.
Sulindak, mempunyai aktivitas antirematik yang kurang lebih sama dengan indometasin
dan tidak menyebabkan efek samping nyeri kepala. Sulindak adalah suatu pra-obat,
bentuk yang aktif adalah metabolit sulfidanya.Sulindak mempunyai waktu paro biologis
yang relative panjang, sehingga di klinik cukup diberikan dua kali sehari.Sulindak di
absrobsi dengan baik dalam saluran cerna, dan kemudian dimetabolisis menjadi bentuk
sulfide aktif.Kadar plasma tertinggi sulindak dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian
oral, sedang bentu sulfidanya ± 3 jam.Waktu paro plasma sulindak ± 7-8 jam, sedang
bentuk sulfidanya 16-18 jam.Dosis : 100-200 mg 2 dd.
1) Fentiazak (donorest), digunakan sebagai antiradang yang kronik dan akut serta
untuk pengobatan arthritis. Dosis : 100 mg 3 dd.
2) Asam tiaprofenat (surgam), mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic-
antipiretik, digunakan terutama untuk pengobatan rasa nyeri karena keradangan
dan kelaina degenerative pada sistem obat rangka, arthritis tulang, rematik
arthritis dan penyakit pirai akut. Asma tiaprofenat diabsrobsi dengan baik dalam
saluran cerna ± 98% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi
dicapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma ± 1-
2 jam. Dosis : 200 mg 3 dd.
3) Asam metiazinat (soripal), mempunyai efek antiradang yang cukup besar,
digunakan pada semua kondisi rematik, untuk meringankan rasa nyeri saraf otot
dan untuk pengobatan penyakit pirai akut. Dosis : 500 mg 3-4 dd.
4) Ketorolak trometamol (toradol), dapat menghambat biosintesis prostaglandin.
Mempunyai efek analgesic yang kuat, digunakan untuk mengatasi rasa nyeri
sesudah pembedahan. Diberikan secara injeksi, dengan dosis : 10 mg, diikuti 10-
30 mg tiap 4-6 jam.
Gambaran struktur pada turunan aril asetat dan heteroarilasetat yang diperlukan
untuk aktivitas antiradang ternyata juga dijumpai pada struktur obat anti radang
tertentu, seperti turunan salisilat, pirazolidindion dan N-arilantranilat, yaitu
adanya gugus aromatic yang bersifat planar, gugus yang bersifat asam dan
struktur rantai samping tertentu. Gugus aromatic dan sam diperlukan untuk
pengikatan obat pada reseptor, sedangkan rantai samping diperlukan untuk
mengatur distribusi obat dalam menembus membrane biologis.
f. Turunan Oksikam
Turunan ini pada umumnya bersifat asam, mempunyai efek antiradang, analgesic dan
antipiretik , efektif untuk pengobatan simptomatik rematik artritis, osteoarthritis dan antipirai.
g. Turunan Lain-lain
Seperti turunan yang terdahulu, turunan ini juga menimbulkan efek samping iritasi saluran
cerna, serta menyebabkan ketidaknormalan hermatologis dan kadang-kadang bersifat
hepatotoksik atau nefrotoksik.
Contoh :
1. Benzidamin HCL (Tantum), mempunyai efek analgesic dan antiradang yang dapat
digunakan untuk pemakaian sistemik dan setempat. Benzidamin digunakan sebagai
antiradang pada urologi, pembedahan dan ortopedi. Dalam bentuk obat kumur,
benzidamin digunakan untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan,
serta untuk antiradang setelah operasi gigi. Dosis : 50 mg 3 dd.
2. Tinoridin (Nonflamin), digunakan sebagai antiradang sesudah pembedahan, pendarahan
pada urologi, dan untuk meringankan rasa nyeri pada punggung, nyeri sesudah ekstraksi
gigi dan nyeri pada penyakit rematik kronik. Dosis: 50-100 mg 3 dd.
3. Asam niflumat (Niflucid), digunakan untuk mengurangi keradangan, pembengkakan dan
rasa sakit, serta efektif sebagai antirematik. Dosis: 250 mg 3 dd.
DAFTAR PUSTAKA