Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KIMIA MEDISINAL
ANALGETIK NON NARKOTIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :6
NAMA :-WILNA KURNIATI (1704015)
-ADHITYA NOVITASARI (1704017)
-ANNISA (1704019)
-JUJUR KRISNWATI GEA (1704021)
-NOVITA FEBRINASARI (1704023)
- INDAH FITRI WARDANI (1704029)
KELAS :A
DOSEN PEMBIMBING : NESSA, S.Farm, M.Biomed, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2020
ANALGETIK NON NARKOTIK

A. Definisi

Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai
moderat, sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada
keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik.
Analgetika non narkotik bekerja pada perifer dan sentral system saraf pusat.Obat golongan ini
mengadakan potensiasi dengan obat-obat penekan system saraf pusat.

B. Mekanisme Kerja

1. Analgesik
Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis
prostaglandin, seperti sikloogsigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi.
2. Antipiretik
Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antiperitik dengan meningkatkan eliminasi
panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh
darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat.
Pengaruh obat pada suhu badan normal relative kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil
kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan pusat control suhu di hipotalamus
3. Antiradang
Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan
pelepasan asam arakidonat, yang kemudiaan diubah menjadi prostaglandin oleh prostaglandin
sintetase. Analgetika non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa
kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin
dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala
keradangan. Analgetik non narkotik efektif untuk mengurangi keradangan tetapi tidak dapat
mencegah kerusakan jaringan pada penderita arthritis.
Berdasarkan struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok
yaitu analgetik-antipiretika dan obat antiradang bukan steroid (Non Steroidal Antiinflamatory
Drugs = NSAID)

1. Analgetik-Antiperetika
Obat golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan
gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit.
Berdasarkan struktur kimianya obat analgetika-antipiretika dibagi menjadi dua kelompok
yaitu turunan aniline dan para-aminofenol, dan turunan 5-pirazolon.
a. Turunan Anilin dan para-Aminofenol
Turunan aniline dan p-aminofenol, seperti asetaminofen, asetanilid dan fenasetin,
mempunyai aktivitas analgesic-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi tidak
mempunyai efek antiradang dan antirematik.Turunan ini digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri kepala dan nyeri pada otot atau sendi, dan oat penurun panas yang cukup baik.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain adalah methemoglobin dan hepatotoksik.

Hubungan struktur-aktivitas

1. Amilin mempunyai efek antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar karena
menimbulkan methemoglobin, suatu bentuk hemoglobin yang tidak dapat berfungsi
sebagai pembawa oksigen.
2. Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas
dan toksisitasnya. Asetilasi gugus amino (asetanilid) dapat menurunkan toksisitasnya, pada
dosis terapi relative aman tetapi pada dosis yang lebih besar menyebabkan pembentukan
methemoglobin dan mempengaruhi jantung. Homolog yang lebih tinggi dari asetanilid
mempunyai kelarutan dalam air sangat rendah sehingga efek analgesic dan antipiretiknya
juga rendah.
3. Turunan aromatic dari asetanilid, seperti benzanilid, sukar larut dalam air, tidak dapt
dibawa oleh cairan tubuh keresptor sehingga tidak menimbulkan efek analgesic, sedangkan
salisilanilid sendiri walaupun tidak mempunyai efek analgesic tetapi dapat digunakan
sebagai antijamur.
4. Para-aminofenol adalah produk metabolic dari aniline, toksisitasnya lebih rendah
disbanding aniline dan turunan orto dan meta, tetapi masih terallu toksik untuk langsung
digunakan sebagai obat sehingga perlu dilakukan modifikasi struktur untuk mengurangi
toksisitasnya.
5. Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol (asetaminofen) akan menurunkan
toksisitasnya, pada dosis terapi relative aman tetapi pada dosis yang lebih besar dan pada
pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati.
6. Eterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metal (anisidin) dan etil
(fenetidin) meningkat aktivitas analgesic tetapi karena mengandung gugus amino bebas
maka pembentukan methemoglobin akan meningkat
7. Pemasukan gugus yang besifat polar, seperti gugus karboksilat dan sulfonat, ke inti
benzene akan menghilangkan aktivitas analgesic
8. Etil eter dari asetaminofen (fenasetin) mempunyai aktivitas analgesic cukup tinggi, tetapi
pada penggunaan jangka panjang menyebabkan methemoglobin, kerusakan ginjal dan
bersifat karsiogenik sehingga obat ini dilarang beredar dindonesia
9. Ester salisil dari asetaminofen (fenetsal) dapat mengurangi toksisitas dan meningkatkan
aktivitas analgesic

Modifikasi struktur turunan aniin dan p-aminofenol dapat dilihat pada tabel berikut
Contoh :

Asetaminofen (Paracetamol, Panadol, Tempra, Tylenol, Dumin) merupakan analgesic-


antipiretik yang popular dan banyak digunakan di Indonesia, dalam bentuk sediaan
tunggal maupun kombinasi. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan hamper
sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ±0,5-1 jam setelah pemberiaan oral,
dengan waktu paro plasma ±1-2,5 jam.

b. Turunan 5-Pirazolon
Turunan 5-pirazolon, seperti antipirin, amidopirin dan metampiron, mempunyai aktivitas
analgesic-antipiretik dan antirematik serupa dengan aspirin.Turunan ini digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, salura
empedu dan urin, neuralgia, migraine dismenorhu, nyeri gigi dan nyeri pada rematik.Efek
samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah agranulositosis, yang dalam
beerapa kasus dapat berakibat fatal.
Strutur turunan 5-pirazolon dapat dilihat pada tabel
Contoh :
1. Antipirin (Fenazon), mempunyai aktivitas analgesic hamper sama dengan asetanilid,
dengan awal kerja yang lebih cepat. Efek samping agranulositosisnya cukup besar
sehingga sekarang tidak lagi digunakan untuk pemakaian sistemik. Antipirin mempunyai
efek paralitik pada saraf sensori dan motorik, sehingga digunakan untuk anestesi setempat
dan vasokontriksi pada pengobatan rhinitis dan laryngitis. Dosis: larutan 5-15%
2. Amidopirin (Pyramidon, Aminopirin, Aminofenazon), mempunyai aktivitas analgesic
serupa dengan antipirin, awal kerja nya lebih lambat dan masa kerjanya lebih panjang.
Absopsi obat dalam saluran cerna cepat, dan ±25-30% akan terikan oleh protein plasma,
waktu paro plasmanya ±2-3 jam. Efek samping agranulositosisnya besar dan dapat
berakibat fatal, sehingga sekarang tidak lagi digunakan dan dilarang beredar di Indonesia.
3. Metampiron Na (Metamizol Na, Antalgin, Novalgin, Dipiron), merupakan analgesic-
antipiretik yang cukup populer di Indonesia. Absorpsi obat pada saluran cerna cepat, dan
cepat pula termetabolisis di hati. Efek samping agranulositosisnya cukup besar sehingga
dilarang beredar di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Australia. Dosis ; 500mg 4dd
4. Profifenazon (Isopirin, Larodon) digunakan terutama sebagai antirematik. Senyawa dapat
menimbulkan pesma pada otot bergaris, dan penggunaannya sering dikombinasi dengan
obat analgesic lain. Dosis : 500mg 4dd.

2. Obat Antiradang Bukan Steroid


Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi menjadi tujuh
kelompok yaitu turuann asam salisilat,, turunan 5-pirazolidindion, turunan asam N-
arilantranilat, turunan asam arilasetat, turunan heteroarilasetat, turunan oksikam dan turunan
lain lain.
a. Turunan Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak
digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai anagesik-
antipiretik adalah senyawa turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan
rematik. Kurang efektif untuk mengurangi sakit gigi, sakit pada waktu menstruasidan
sakit karena kanker. Tidak efektif untuk mengurangi sakit karena kram, kolik dan
migrain. Turunan asam salisilat menimbulkan efek samping iritasi lambung. Iritasi
lambung yang akut kemungkinan berhubungan dengan gugus karboksilat yang bersifat
asam, sedang iritasi kornik kemungkinan disebabkan oleh penghambatan pembentukan
prostaglandin E1 dan E2, yaitu suatu senyawa yang dapat meningkatkan vasodilatasi
mukosa lambung, sehingga terjadi peningkatan sekresi asam lambung dan vasokontriksi
mukosa lambung, yang menyebabkan nekrosis iskemik dan kerusakan mukosa
lambung.
Untuk meningkatkan aktivitas analgesik-antipiretik dan menurunkan efek samping,
modifikasi struktur turunan asam salisilat telah dilakukan melalui empat jalan, yaitu:
1. Mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam, ester atau amida.
Turunan tipe ini mempunyai efek antipiretik rendah dan lebih banyak untuk
penggunaan setempat sebagai counterirrilant dan obat gosok karena diabsorpsi
dengan baik melalui kulit. Contoh: metilsalisilat, asetaminosalol, natrium salisilat,
kolin salisilat, magnesium salisilat dan saslisilamid.
2. Substitusi pada gugus hidroksil. Contoh: asam asetilsalisilat (aspirin) dan salsalat.
3. Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. Modifikasi ini berdasarkan pada
prinsip salol, dan pada in vivo senyawa dihidrolisis menjadi aspirin. Contoh:
aluminium aspirin dan karbetil salisilat.
4. Memasukan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau
mengubah gugus gugus fungsional. Contoh: flufenisal, diflunisal, dan
meseklazon.
Hubungan struktur-aktivitas turunan asam salisilat
1. Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat. Gugus karboksilat
penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan dengannya.
2. Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, dapat meningkatkan aktivitas tetapi
menimbulkan toksisitas lebih besar.
3. Adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas.
4. Pemasukan gugus metil pada posisi 3 menyebabkan metabolisme atau hidrolisis
gugus asetil menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat menjadi lebih
panjang.
5. Adanya gugus aril yang yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan
aktivitas
Tabel struktur asam salisilat

6. Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat (diflunisal)
dapat meningkatkan aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja obat dan
menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu
pembekuan darah.

7. Efek iritasi lambung dari aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat.


Esterifikasi gugus karboksil akan menurunkan efek irirtasi tersebut. Karbotil
salisilat adalah ester karbonat dari etil salisilat, ester ini tidak menimbulkan iritasi
lambung dan tidak berasa.

Contoh :

1. Aspirin (asam asetilsalisilat, asetosal, aspro, Rhonal), digunakan sebagai


analgesik-antipiretik dan antirematik. Pemberian aspirin dalam dosis rendah dan
dalam waktu yang lama dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung.
Aspirin juga digunakan untuk pengobatan trombosis karena mempunyai efek
antiplatelet. Absorpsi aspirin dalam saluran cerna cepat, terutama pada usus kecil
dan lambung dan segera terhidrolisis menjadi asam salisilat yang atif. Asam
salisilat terikat oleh protein plasma ± 90%, kadar plasma tertinggi aspirin dicapai
dalam waktu 14 menit, sedangkan asam salisilat 0,5-1 jam. Waktu paro aspirin ±
17 menit sedang asam salisilat ±3,15 jam. Dosis analgesik : 500 mg, setiap 4 jam,
bila diperlukan.

2. Salisilamid (orto-Hidroksibenzamid), mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik


hampir sama dengan aspirin, tetapi tidak menunjukan efek antiradang dan
antirematik. Karena salisilamid tidak terhidrolisis menjadi asam salisilat maka
yang bertanggungjawab terhadap aktivitas analgesik adalah seluruh molekul.
Dibanding aspirin, salisilamid mempunyai awal kerja lebih cepat, lebih cepat
diekskresikan (masa kerja pendek) dan menimbulkan toksisitas yang relatif lebih
rendah. Pada sediaan sering dikombinasikan dengan obat analgesik lain seperti
asetaminophen. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi
dicapai dalam waktu 0,3-2 jam, dengan waktu paro ± 1 jam. Dosis analgesik :
500 mg 3 dd.

3. Diflunisal (Diflonid), mempunyai aktivitas analgesik, antiradang dan antipiretik


yang lebih besar dibanding dengan aspirin. Absorpsi obat dalam slauran cerna
cepat dan sempurna, awal kerja obat ± 1 jam sesudah pemberian. Kadar plasma
tertinggi dicapai setelah ± 2 jam, dengan waktu paro biologis dan masa kerja ± 12
jam. Diflunisal efektif untuk mengurangi rasa nyeri sesudah operasi dan
osteoartritis. Dosis analgesik : 250 mg 2 dd.
b. Turunan 5-pirazolidindion

Turunan 5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, adalah antiradang


non steroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang berhubungan
dengan rematik, penyakit pirai dan sakit persendian. Turunan ini menimbulkan efek
samping agranulositosis yang cukup besar dan iritasi lambung.

Hubungan struktur dan aktivitas

1. Turunan 5-pirazolidindion, mengandung gugus keto (C3) yang dapat membentuk


gugus enol aktif yang mudah terionisasi.
Mekanisme pembentukan gugus enol dapat dijelaskan sebagai berikut:

2. Substitusi atom H pada C4 dengan gugus metil akan menghilangkan aktivitas


antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.

3. Penggantian 1 atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O, peasukan gugus


metil dan halogen pada cincin benzen dan penggantian aktivitas antiradang, atau
aktivitasnya tetap.

4. Penggantian cincin benzen dengan siklopenten atau siklopentan akan membuat


senyawa menjadi tidak aktif.
Struktur turunan 5-pirazolidindion

5. Peningkatan keasaman akan menurunkan aktivitas antiradang dan meningkatan


efek urikosurik.

Contoh:

1. Fenilbutazon, adalah suatu pra-obat dalam tubuh akan mengalami


metabolisme, yaitu hidroksilasi aromatik, menjadi oksifenutazon yang aktif
sebagai antiradang dan analgesik. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, ±
99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertingginya dicapai
dalam waktu 1-7 jam, dengan waktu paro ± 3 hari.

2. Oksifenbutazon (tanderil, Reozon), menimbulak efek samping iritasi lambung


yang lebih renda dibanding fenilbutazon. Absorpsi obat dalam saluran cerna,
± 99% obat terikat oleh protein plasma tertingginya dicapai dalam waktu 2-12
jam, dengan waktu paro 2-3 hari.

3. Sulfinpirazon (pKa = 2,8) mengandung gugus sulfinil yang bersifat hidrofil,


dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga digunakan untuk pengobatan
penyakit pirai yang kronik. Masa kerja sulfinpirazon relatif pendek, pada
manusia mempunyai waktu paro 2 jam, bila dibanding dengan fenilbutazon
(pKa = 4,5) atau oksifenbutazon (pKa = 4,7), yang mempunyai waktu paro
48-72 jam.
4. Bumadizon kalsium semihidrat (Eumotol) merupakan produk utama hidrolisis
fenilbutazon, mempunyai efek analgesik, antipiretik dan antiradang.
Bumadizon digunakan untuk pengobatan rematik artiritis akut.

c. Turunan Asam N-Arilantranilat

Asam antranilat adalah analog nitrogen dari asam salisilat.Turunan asam N- arilantranilat
terutama digunakan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, dan sebagai analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri yang ringan dan moderat. Turunan ini menimbulkan efek samping iritasi
saluran cerna,mual,diare,nyeri abdominal,anemia,agranulosit dan trombositopenia. Modifikasi
struktur turunan asam N-arilantranilat dapat dilihat pada tabel 69.

Hubungan struktur-aktivitas

1) Turunan asamN- antranilat mempunyai aktivitas yang lebih tinggi bila pada cincin
benzene yang terikat atom N mempunyai substituent-substituen pada posisi 2,3,6.
2) Yang aktif adalah turunan senyawa 23-disubstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
mempunyai aktivitas yang lebih besar apabila gugus-gugus pada N aril berada diluar
koplanaritas asam atranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai dengan tempat reseptor
hipotetik antiradang. Contoh : adanya substituen orto-metil pada asam mefenamat dan
ortoklor pada asam meklofenamat akan meningkatkan aktivitas analgesic.
3) Penggantian atom N pada asam antrailat dengan gugus-gugus isoterik seperti O,S dan
CH2 dapat menurunkan aktivitas.

Tabel 69 Struktur asam N- arilantranilat


Contoh :
1) Asam mefenamat ( ponstan, bonostan, mefinal) mempunyai aktivitas analgesic 2-3
kali aspirin dan aktivitas antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam mefenamat
banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri setelah operasi gigi. Asam
mefenamat menimbulkan toksisitas hematopoitik dan efek samping iritasi lambun.
Batas keamanannya menurun bila diberikan dalam dosis yang besar dan jangka waktu
yang lama sehingga untuk pengobatan tidak boleh lebih dari 1 minggu. Absorbs obat
dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna ±99% obat terikat oleh protein
plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam ±2 jam stelah pemberian oral,dengan
waktu paro plasma ±3-4 jam.
2) Asam flufenamat (Arlef), mempunyai aktivitas antirematik lebih besar dan masa
kerjanya lebih panjang disbanding asam mefenamat. Efek samping yang ditimbulkan
serupa dengan asam mefenamat. Asam flufenamat digunakan untuk antirematik dan
analgesic. Absorbs obat dalam saluran cerna cepat, dengan waktu paro plasma ± 3
jam.
3) Natrium meklofenamat (Meclomen), mempunyai aktivitas antiradang 25 kali lebih
besar disbanding asam mefenamat. Aktivitas antirematiknya lebih besar disbanding
asam flufenamat. Meklofenamat digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri
akibat keradangan, pada berbagai kondisi rematik dan arthritis.
4) Glafenin (glaphen,glifanan,biofenin),aktivitas analgesiknya 5 kali lebih besar
disbanding aspirin dengan efek samping lebih rendah dan batas keamanan yang lebih
luas. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat,awal kerja obat ± 15-30 menit. Kadar
plasma tinggi dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dan masa kerja
obat ± 6-8 jam. Glafenin digunakan terutama untuk analgesic pada nyeri yang akut
dan kronik, misal nyeri setelah operasi gigi.
5) Floktafenin (Idarac), merupakan analgesic dengan aktivitas yang hamper sama
dengan glafenin, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri yang akut dan
kronik. Absorpsi dalam saluran cerna cepat, dan obat segera termetabolisis menjadi
asam floktafenat yang aktif. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam ±0,5-2,5 jam
setelah pemberian oral

d. Turunan Asam Arilasetat

Turunan ini mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic yang tinggi, dan terutama digunakan
sebagai antirematik. Seperti pada obat antirematik yang lain turunan ini juga menimbulkan efek
samping iritasi saluran cerna cukup besar.

Struktur umum turunan arilasetat dan heteroarilasetat digambarkan sebagai berikut :

R1 = gugus alkil : turunan asam fenilasetat

R2 = gugus yang bersifat hidrofob

X = gugus yang bersifat elektronegatif (F atau C) yang terletak pada posisi meta dari rantai
samping.
Contoh turunan asam fenilasetat: namoksirat, diklofenak Na, ibufenak, fenbufen, ibuprofen,
ketoprofen dan fenoprofen.

Hubungan struktur aktivitas turunan asam arilasetat

Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :

1) Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam hidroksamal,
sulfonamide dan tetraol,yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic datar.
Pemisahan dengan lebih dari satu atom C, missal pada turunan asam propinat atau butirat,
akan menurunkan aktivitas.
2) Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α metal dan bersifat
hepatotoksik, turunan α metilnya( ibuprofen ) mempunyai aktivitas antiradang yang lebih
tinggi disbanding ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.
3) Adanya α substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-kadang
isomer 1 lebih aktif disbanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah isomer S. contoh
: S(+) ibuprofen lebih aktif disbanding isomer (-), sedang isomer (+) dan (-) fenoprofen
mempunyai aktivitas yang sama.
4) Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C inti aromatic pada posisi meta atau
para dari gugus asetat.
5) Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in vivo
dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol dan aldehida,
secara in vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Contoh turunan arilasetat:

1) Diklofenak Na (voltaren, neurofenac) dan diklofenak K (cataflam), mempunyai aktivitas


antirematik ,antiradang dan analgesic-antipiretik,di gunakan terutama untuk mengurangi
rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degenerative
pada system otot rangka. Diklofenak diabsopsi secara cepat dan sempurna dalam
lambung, kadar plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian oral dengan waktu paro
eliminasi 3-6 jam. Dosis : 25-50 mgdd.
2) Ibuprofen (brufen,ifen,motrin), mempunyai aktivitas antirematik,antiradang dan
analgesic-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan
pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat dalam
saluran cerna ,kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan
waktu paro 1,8-2 jam. Dosis : 400mg 3-4 dd.
3) Ketoprofen (profenid), mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic-antipiretik,
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai pada
kedaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Ketoprofen
diabsorpsi secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai
dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral dengan waktu paro eliminasi ± 2-3 jam. Dosis :
50-100 mg 2 dd.
4) Flurbiprofen (ansaid), aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen. Dosis : 50 mg 2
dd.
5) Laksoprofen (lanoxin) , aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketaprofen. Dosis : 60 mg
3 dd.
6) Fenbufen (cybufen), 3-(4-befenilil) asam propinat, mempunyai aktivitas
antirematik,antiradang dan analgesi-antipiretik, digunakan terutama untuk pengobatan
rematik arthritis, arthritis tulang,arthritis pirai dan mengurangi rasa nyeri pada otot
rangka. Fenbufen diabsorpsi secara cepat dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi
dicapai ± 2jam setelah pemberian oral dengan waktu paro antara 6-15 jam. Dosis : 300
mg 3 dd.

Kadang-kadang pada cincin fenil bergabung fenil lain, seperti pada turunan naftalenasetat ,
contoh : naproksen dan namebuton.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan naftalenasetat

1) Penggantian gugus OCH3 dengan SCH3 atau penggantian gugus COOH dengan gugus
alcohol atau aldehid, senyawa tetap aktif sebagai analgesik.
2) Penggantian gugus CH3 dengan gugus alkil yang lebih besar akan menurunkan aktivitas.

Contoh :
1) Naproksen (naxen) mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic,antipiretik,
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri dan antiradang pada berbagai
keadaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Naproksen
diabsorpsi secara sempurna dalam saluran cerna, kadar plasmatertinggi dicapai 2-4
jam setelah pemberian oral dengan waktu paro biologis ± 13 jam . Dosis : 250- 500
mg 2 dd
2) Namebutol (relifex) adalah pra-obat turunan keton, dalam tubuh akan termetabolisis
menjadi senyawa aktif asam 6 metoksi-2-naftil- asetat, senyawa analog naproksen
dengan sifat dan kegunaan yang mirip. Dosis tunggal : 1000mg.

e. Turunan Asam Heteroarilasetat

Hubungan struktur-aktivitas turunan asam heteoarilasetat

1) Pada turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (areumetin), gugus karboksil penting


untuk aktivitas antiradang, penggantian dengan gugus lain akan menurunkan aktivitas.
Struktur umum :

2) Penggantian gugus C=O (X) dengan CH2 akan menurunkan aktivitas


3) Adanya gugus para halogen (R3), CF3 dan SCH3 dapat meningkatkan aktivitas.
4) Penggantian gugus metal (R2) dengan gugus aril akan menurunkan aktivitasnya. Adanya
gugus α-metil pada pada R1 menunjukkan aktivitas yang sama dengan senyawa induk,
sedang pemasukan α β – dimetil akan mengurangi aktivitas.
5) Turunan isosterik 1- indeninindenil mempunyai aktivitas yang serupa dengan
indometasin. Hilangnya atom N-heterosiklik menurunkan efek samping gejala pada
sistem saraf pusat dan mengurangi efek iritasi lambung. Meskipun demikian,
metabolitnya tidak larut dalam urin dan pada dosis tinggi menyebabkan kristauria
sehingga tidak digunakan lagi dalam klinik.
6) Penggantian gugus metoksi dengan gugus F(R2) dan gugus Cl dengan gugus metilsulfinil
(R3), seperti yang terlihat pada sulindak, akan meningkatkan kelarutan dalam urin dan
menurunkan efek samping iritasi lambung.

Sulindak, mempunyai aktivitas antirematik yang kurang lebih sama dengan indometasin
dan tidak menyebabkan efek samping nyeri kepala. Sulindak adalah suatu pra-obat,
bentuk yang aktif adalah metabolit sulfidanya.Sulindak mempunyai waktu paro biologis
yang relative panjang, sehingga di klinik cukup diberikan dua kali sehari.Sulindak di
absrobsi dengan baik dalam saluran cerna, dan kemudian dimetabolisis menjadi bentuk
sulfide aktif.Kadar plasma tertinggi sulindak dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian
oral, sedang bentu sulfidanya ± 3 jam.Waktu paro plasma sulindak ± 7-8 jam, sedang
bentuk sulfidanya 16-18 jam.Dosis : 100-200 mg 2 dd.

Contoh turunan heteroasetat yang lain :

1) Fentiazak (donorest), digunakan sebagai antiradang yang kronik dan akut serta
untuk pengobatan arthritis. Dosis : 100 mg 3 dd.
2) Asam tiaprofenat (surgam), mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic-
antipiretik, digunakan terutama untuk pengobatan rasa nyeri karena keradangan
dan kelaina degenerative pada sistem obat rangka, arthritis tulang, rematik
arthritis dan penyakit pirai akut. Asma tiaprofenat diabsrobsi dengan baik dalam
saluran cerna ± 98% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi
dicapai dalam 0,5-1,5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma ± 1-
2 jam. Dosis : 200 mg 3 dd.
3) Asam metiazinat (soripal), mempunyai efek antiradang yang cukup besar,
digunakan pada semua kondisi rematik, untuk meringankan rasa nyeri saraf otot
dan untuk pengobatan penyakit pirai akut. Dosis : 500 mg 3-4 dd.
4) Ketorolak trometamol (toradol), dapat menghambat biosintesis prostaglandin.
Mempunyai efek analgesic yang kuat, digunakan untuk mengatasi rasa nyeri
sesudah pembedahan. Diberikan secara injeksi, dengan dosis : 10 mg, diikuti 10-
30 mg tiap 4-6 jam.

Gambaran struktur pada turunan aril asetat dan heteroarilasetat yang diperlukan
untuk aktivitas antiradang ternyata juga dijumpai pada struktur obat anti radang
tertentu, seperti turunan salisilat, pirazolidindion dan N-arilantranilat, yaitu
adanya gugus aromatic yang bersifat planar, gugus yang bersifat asam dan
struktur rantai samping tertentu. Gugus aromatic dan sam diperlukan untuk
pengikatan obat pada reseptor, sedangkan rantai samping diperlukan untuk
mengatur distribusi obat dalam menembus membrane biologis.
f. Turunan Oksikam

Turunan ini pada umumnya bersifat asam, mempunyai efek antiradang, analgesic dan
antipiretik , efektif untuk pengobatan simptomatik rematik artritis, osteoarthritis dan antipirai.

Contoh : piroksikam, tenoksikam dan isoksikram.

1. Piroksikam (Feldene, Indene, Rosic, Rexicam), mempunyai aktivitas analgesic, antipiretik


dan antiradang yang kurang lebih sama dengan indometasin dengan masa kerja yang
cukup panjang. Kadang-kadang digunakan untuk pengobatan penyakit pirai akut.
Piroksikam menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna cukup besar. Piroksikam
diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna, ± 99% obat terikat oleh protein plasma.
Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 3-5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro
plasma ±30-60 jam. Dosis : 20mg/hari.
2. Tenoksikam (Tileotil), mempunyai aktivitas antiradang, analgesic-antipiretik dan juga
menghambat agregasi platelet. Tenoksikam digunakan terutama untuk mengurangi rasa
nyeri akibat keradangan dan kelainan-kelainan degeneratifnya pada system otot rangka.
Efek samping iritasi saluran cerna cukup besar. Tenoksikam mempunyai masa kerja yang
panjang, dan waktu paro biologisnya ± 72 jam. Dosis : 20 mg/hari.

g. Turunan Lain-lain
Seperti turunan yang terdahulu, turunan ini juga menimbulkan efek samping iritasi saluran
cerna, serta menyebabkan ketidaknormalan hermatologis dan kadang-kadang bersifat
hepatotoksik atau nefrotoksik.
Contoh :
1. Benzidamin HCL (Tantum), mempunyai efek analgesic dan antiradang yang dapat
digunakan untuk pemakaian sistemik dan setempat. Benzidamin digunakan sebagai
antiradang pada urologi, pembedahan dan ortopedi. Dalam bentuk obat kumur,
benzidamin digunakan untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan,
serta untuk antiradang setelah operasi gigi. Dosis : 50 mg 3 dd.
2. Tinoridin (Nonflamin), digunakan sebagai antiradang sesudah pembedahan, pendarahan
pada urologi, dan untuk meringankan rasa nyeri pada punggung, nyeri sesudah ekstraksi
gigi dan nyeri pada penyakit rematik kronik. Dosis: 50-100 mg 3 dd.
3. Asam niflumat (Niflucid), digunakan untuk mengurangi keradangan, pembengkakan dan
rasa sakit, serta efektif sebagai antirematik. Dosis: 250 mg 3 dd.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai