Anda di halaman 1dari 6

ANTIPIRETIK

1. Pengertian Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan panas. Obat-obat
antipiretik juga dapat mengurangi gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti
kedinginan, nyeri kepala, dan lain-lain. Namun, pada kenaikan suhu yang rendah atau
sedang, belum terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa demam termasuk keadaan
yang berbahaya atau bahwa terapi antipiretik bermanfaat.
2. Penggolongan dan Mekanisme Kerja Antipiretik
Penggolongan Antipiretik :
1) Golongan salisilat
Obat golongan salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai
analgesik-antipiretik dan antiinflamasi. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah
aspirin.
2) Golongan para-aminofenol
Obat golongan para aminofenol terdiri dari asetaminofen, dan fenasetin. Golongan para
aminofenol ini mempunyai efek analgesik dan anti piretik sama kuat dengan asetosal
khususnya asetaminofen dan fenasetin. Tapi efek anti inflamasinya sangat lemah. Obat
ini dianggap paling aman karena tidak menimbulkan iritasi lambung yang hebat jika di
konsumsi.
3) Golongan pirazolon
Obat golongan pirazolon yang paling sering digunakan adalah fenilbutazon dan
metamizol.
Mekanisme Kerja :
Selama demam, pirogen endogen (interleukin-1) dilepaskan dari leukosit dan bekerja
langsung pada pusat tremoregulator dalam hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh.
Mekanisme kerja antipiretik adalah dengan mengembalikan fungsi thermostat di
hipotalamus ke posisi normal dengan cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran
darah ke perifer disertai dengan keluarnya keringat.
1. Aspirin
Mekanisme kerja aspirin yaitu dengan melibatkan serangkaian proses. Aspirin
mengasetilasi enzim platelet cyclooxygenase (COX) secara permanen, kemudian
memodifikasi produksi prostaglandin yang berbeda dan juga bertindak sebagai agen
analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi. Terdapat tiga isoform enzim COX yang dapat
digunakan aspirin, dengan sumber terutama enzim ini adalah di trombosit, tetapi
juga ditemukan di sel kekebalan lain seperti leukosit, monosit, dan makrofag. Aspirin
menghambat COX-1 secara permanen dan COX-2 secara reversibel pada tingkat yang
lebih rendah. Penghambatan yang dihasilkan dari pembentukan tromboksan A2 yang
bergantung pada COX mencegah agregasi platelet. Efek ini dipertahankan untuk
seluruh umur platelet selama 8-9 hari (Navaratnam et al., 2016)
2. Asetaminofen (Parasetamol)
Mekanisme kerja parasetamol menimbulkan kerja antipiretik adalah dengan
meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan yang tinggi,
dengan cara meningkatkan dilatasi pembuluh darah perifer dan mobilisasi air
sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat. Penurunan suhu
tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat
kontrol suhu di hipotalamus. Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat dan hampir
sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 0,5-1 jam setelah pemberian oral,
dengan waktu paruh plasma ±1-2,5 jam.
Paracetamol memiliki efek analgetik dan antipiretik yang dapat menghilangkan nyeri
ringan dan menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam dan hanya bersifat toksik
bila digunakan dosis tinggi secara rutin dan dalam waktu yang lama.
Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik yang setara dengan OAINS.
Sebagai analgesik, paracetamol menghambat prostaglandin dengan cara berperan
sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim COX-1 dan COX-2 dan menghambat
peroksinitrit yang merupakan aktivator enzim COX. Sebagai antipiretik, paracetamol
menghambat peningkatan konsentrasi prostaglandin di sistem saraf pusat dan cairan
serebrospinal yang disebabkan oleh pirogen.
Efek klinis paracetamol dapat terlihat dalam satu jam setelah pemberian. Dalam
beberapa studi ditemukan bahwa paracetamol dapat menurunkan suhu sebesar 1°C
setelah satu jam pemberian.
3. Fenasetin
Fenasetin adalah analgesik turunan para-aminofenol. Obat ini juga memiliki sifat
antipiretik. Biasanya diberikan dengan kafein, aspirin atau kodein sebagai bagian dari
sediaan kombinasi.
Fenasetin bekerja dengan menghambat siklooksigenase (COX) -3, varian
siklooksigenase-1 sementara p-fenetidin secara kuat menghambat COX-1 dan COX-2.
4. Fenilbutazon
Obat ini memiliki efek antiperadangan, antidemam, dan antinyeri, yang bekerja
dengan cara menurunkan produksi prostaglandin.
Saat terjadi cedera atau kerusakan pada tubuh, prostaglandin yang diproduksi akan
memicu reaksi peradangan sehingga muncul keluhan bengkak dan rasa nyeri.
Dengan dihambatnya produksi prostaglandin, rasa nyeri dan dan gejala peradangan
lainnya dapat mereda

5. Metamizol
Metamizole adalah obat yang umumnya digunakan untuk meredakan rasa sakit,
menurunkan demam, serta mengurangi peradangan dalam tubuh. Obat ini memiliki
nama lain metampiron dan dipyrone. Cara kerjanya adalah dengan menghambat
peradangan dalam tubuh, sehingga suhu tubuh menurun dan rasa nyeri berkurang.
Farmakologi metamizole merupakan obat dengan inhibisi siklooksigenase dan
aktivasi sistem opioidergik dan kanabinoid, serta inhibisi pelepasan Ca2+ intraseluler.
Keseluruhan farmakodinamik metamizole belum diketahui secara pasti. Diduga
bahwa metamizole dan metabolit utamanya,4-methyl-amino-antipyrine (MAA)
memberi efek analgesik dengan bekerja di sentral dan perifer. Selain itu, metamizole
juga bekerja sebagai antipiretik dan spasmolitik. Di perifer, metamizole menginhibisi
siklooksigenase (COX), mengakibatkan perubahan metabolisme asam arakidonat dan
inhibisi sintesis prostaglandin.
3. Indikasi, Kontraindikasi dan Efek Samping Antipiretik
1) Aspirin
Indikasi :
 Sakit kepala
 Pusing
 Sakit gigi
 Nyeri otot
 Demam

Kontraindikasi :

 Ulkus peptikum
 Hipersensitif terhadap derivat asam salisilat
 Asma
 Alergi
 Cacar air

Efek Samping :

Aspirin memiliki beberapa efek samping diantaranya induksi tukak peptik, anemia karena
perdarahan saluran cerna. Efek samping dari penggunaan aspirin yaitu iritasi pada
lambung yang disebabkan oleh sintesis prostaglandin terganggu. Terganggunya sintesis
prostaglandin menyebabkan aliran darah pada daerah mukosa terganggu dan hilangnya
lapisan mukus yang melindungi mukosa lambung.

2) Asetaminofen (Parasetamol)
Indikasi :
 Parasetamol digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sedang dan kondisi
demam ringan.
 Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan
demam.

Kontraindikasi :

Hindari penggunaan paracetamol pada pasien dengan kondisi medis, seperti penderita
gangguan fungsi hati yang berat dan enderita hipersensitif terhadap Parasetamol.

Beri tahu dokter mengenai riwayat penyakit Anda sebelumnya. Hati-hati menggunakan
paracetamol pada kondisi:

 Ketergantungan alkohol
 Malnutrisi
 Dehidrasi
 Jumlah darah dan cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis (hipovalemia
berat)
 Gangguan ginjal dan hati
 Hati-hati
 Anak-anak
 Ibu hamil dan menyusui

Efek Samping :

Efek samping belum tentu terjadi di setiap pemakaian obat. Namun, jika terjadi efek
samping yang mengganggu atau memburuk, segeralah cari bantuan medis.

Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah penggunaan paracetamol, antara lain:

 Sakit kepala
Pastikan Anda beristirahat. Minum banyak air dan jangan minum terlalu banyak
alkohol. Mintalah apoteker merekomendasikan obat penghilang rasa sakit.
Hubungi dokter jika gejala berlangsung lebih dari seminggu atau bertambah parah.
 Mual
 Muntah
 Insomnia atau sulit tidur
 Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
 Rendahnya jumlah sel darah putih dalam tubuh (leukopenia)
 Rendahnya jumlah neutrofil dalam tubuh (neutropenia)
 Kegagalan sumsum tulang dalam membentuk granulosit (agranulositosis)
 Sembelit
 Kemerahan dan gatal pada kulit
3) Fenasetin
Indikasi :
4)

4. Efek Samping dan Interaksi Antipiretik


Berliana, A. (2020). Aspirin Dosis Rendah untuk Mencegah Preeklamsia pada Kehamilan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 1029-1036.
Anggraeny, E. N., & Pramitaningastuti, A. S. (2016). Studi uji daya antiinflamasi dan antipiretik
ekstrak etanol daun lengkeng (Dimocarpus longan Lour) pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur wistar. Jurnal Ilmiah Farmasi, 12(2).
SEMBIRING, G. F. (2019). UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN PECUT KUDA (Stachytarpheta
jamaicensis L.) PADA MERPATI DENGAN PARASETAMOL SEBAGAI PEMBANDING.
Mantiri, N. C., Awaloei, H., & Posangi, J. (2013). Perbandingan Efek Analgesik Perasan Rimpang
Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum Thelaide) Dengan Aspirin Dosis Terapi Pada Mencit
(Mus Musculus). eBiomedik, 1(1).
Nanlohy, V. J. (2013). Gambaran histopatologik lambung tikus wistar yang diberikan buah
pepaya sebelum induksi aspirin. eBiomedik, 1(2).
Syafitri, I. N., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan terhadap
penggunaan obat parasetamol rasional dalam swamedikasi. Jurnal Farmasi Dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 4(1), 19-26.

Anda mungkin juga menyukai